Anda di halaman 1dari 18

AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM

Disusun Oleh :

PARSAULIAN
1315011089

JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat yang maha
sempurna atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Tanpa izin Tuhan Yang Maha Esa kami yakin makalah ini tidak selesai
tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas Lapangan
Terbang, yakni tentang Air Traffic Control System. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dimana banyak
kekurangan baik dari segi penulisan, juga dari segi materinya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharap saran dari pembaca,
khususnya dosen mata kuliah Lapangan Terbang, mahasiswa/I , maupun
pembaca lainnya untuk dapat memberikan kritik dan saran serta
koreksinya guna perbaikan dan penyempurnaan makalah kami
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. atas perhatiannya
kami mengucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, Desember 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
D. Metode Penelitian ............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Air Traffic Control System .............................................
B. Tujuan Air Traffic System ................................................................
C. Air Traffic Control Pertama di Dunia ................................................
D. Air Traffic Control Indonesia di Mata Dunia .....................................
E. Pembagian Pelayanan Lalu Lintas Udara .......................................
F. Cara Kerja Air Traffic Control ...........................................................
G. Pelayanan Air Traffic Control ...........................................................
H. Pemetaan Lalu Lintas Penerbangan ...............................................
I. Contoh Aplikasi Air Traffic pada Penerbangan ................................
J. Kasus ..............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Traffic Control System (ATCS) merupakan sistem pengendali
lalu lintas udara. Tanpa adanya ATCS bisa dibayangkan bagaimana
bahayanya arus penerbangan di Indonesia, entah itu tabrakan antar
pesawat maupun yang lainnya. Bukan hanya itu, Air Traffic Control di
Indonesia dimata dunia juga cukup menjadi sorotan, buktinya Indonesia
menjadi juara Global Awards mengalahkan Thales ADS-B dan Adacel lnc.
B. Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Pengertian Air Traffic Control System (ATCS)?


Tujuan ATCS?
Air Traffic Control Pertama Didunia?
Air Traffic Control Indonesia Dimata Dunia?
Pembagian Pelayanan Lalu Lintas Udara?
Cara Kerja Air Traffic Control di Bandara?
Pelayanan Lalu Lintas Udara?
Pemetaan Lalu Lintas Penerbangan?
Contoh Penerbangan
Kasus

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan menambah wawasan sekaligus
diharapkan memperdalam ilmu mahasiswa/I dalam dunia penerbangan,
khususnya mengenai Air Traffic Control System.
D. Metode Penulisan
Makalah ini kami susun dengan mengumpulkan bahan- bahan yang
kami dapat dari internet, media massa (Koran), dan pustaka buku-buku
mengenai air traffic control system.

BAB ll
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM
Air Traffic Control System atau dalam bahasa Indonesia disebut
sistem control lalu lintas udara adalah sistem yang mengatur lalu-lintas di
udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu dekat

satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau yang disebut dengan Air Traffic
Control System merupakan sistem pengatur lalu lintas udara yang tugas
utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan
menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas
separation, ATCS juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic
flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan
memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau
informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). ATCS
adalah rekan dekat seorang Pilot disamping unit lainnya, peran ATCS
sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktifitas
pesawat di dalam area pergerakan diharuskan mendapat izin terlebih
dahulu melalui ATC, yang nantinya ATC akan memberikan informasi,
instruksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga tercapai tujuan
keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan
peralatan yang sesuai dan memenuhi aturan.
B. TUJUAN AIR TRAFFIC CONTROL SYSTEM
Berikut ini adalah tujuan pelayanan sistem lalu lintas udara yang
diberikan oleh ATCS berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil (PKPS) bagian 170 :
1. Mencegah tabrakan antarpesawat.
2. Mencegah tabrakan antarpesawat di area pergerakan rintangan di
area tersebut.
3. Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas udara.
4. Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan
dan efisiensi pengaturan lalu lintas udara.
5. Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam
pencarian pesawat yang memerlukan pencarian dan pertolongan
sesuai dengan organisasi yang dipersyaratkan.
Biasanya Pengaturan lalu-lintas udara dilakukan di atas menara (Tower),
agar dapat melihat dengan jelas keadaan runway Landas pacu

C. AIR TRAFFIC CONTROLLER PERTAMA DIDUNIA


Bila ditarik kebelakang, sejarah air traffic control mungkin
dimulai 2 dekade setelah Wright bersaudara menemukan pesawat
pada tahun 1903. Tidak lama setelah perang dunia pertama (PD I)
berakhir, orang mulai menyadari bahwa pesawat terbang memiliki
potensi keuntungan dan komersil. Pada saat inilah beberapa

perusahaan penerbangan komersial terbentuk. Pada akhir tahun 1920,


telah terdapat beberapa perusahaan penerbangan komersial di Eropa
seperti KLM di Belanda, 2 perusahaan penerbangan Perancis, 1 di
Belgia
dan
8
di
Inggris.
Tahun 1922 setelah terjadi minor collision di Bandara Croydon,
London, pihak DGCA Inggris mengeluarkan Notam 62/1922 yang
isinya memberitahukan kepada Pilot yang akan berangkat untuk
mendapat urutan keberangkatan dan sinyal sebagai izin take off dari
controller. Sinyal ini adalah lambaian bendera merah. Segera setelah
ditemukan bahwa bendera ini tidak dapat terlihat pada beberapa
tempat Croydon karena memiliki slope miring pada satu sisi, posisi
bendera ini dipindahkan ke salah satu balkon pada gedung tertinggi.
Pada bulan Juli 1922 di Croydon dibangun sebuah tempat observasi
yang sekelilingnya bermaterial kaca. Bangunan ini sebenarnya
dimaksudkan untuk menguji arah peralatan komunikasi wireless.
Selanjutnya, tower ini menjadi pusat komunikasi bagi seluruh
penerbangan di bandara Croydon. Sang operator menusukkan pin
pada peta yang tersedia tidak lama setelah menerima laporan posisi
pesawat, dan berdasarkan perhitungannya sendiri, menjalankan pin
tersebut sesuai dengan rute pesawat yang bersangkutan.
Apabila diperkirakan 2 pesawat akan saling melewati, sang
operator akan menginformasikan hal tersebut kepada pilot. Inilah
lahirnya Advisory Service yang pertama. Selanjutnya pada Notam
109/1924 mengenai peraturan untuk take off berbunyi When the
aircraft is visible from the control tower, permission to depart will be
given from the tower. Inilah pertama kali terminologi control tower
dipakai. Pada tahun 1926 sistem pengendalian lalu lintas udara
mendapat nama baru yaitu Wireless Traffic Control dan petugasnya
disebut Control Officers. Mulai saat itu terminologi control secara
resmi digunakan, tetapi hubungan Pilot/Controller masih berupa
gentlements agreements. Hal ini berubah pada tahun 1927 dimana
disepakati bahwa controller tidak hanya menginfo pilot mengenai
keberadaan traffic lain, tetapi berhak memberikan arah terbang
(direction) untuk menghindari traffic lawan. Jadi siapakah air traffic
controller pertama di dunia?
Jika melihat pada salah satu prinsip tugas air traffic control
yaitu menjaga keselamatan pesawat terbang di bandara dan
sekitarnya, sekiranya sah-sah saja jika menyebut Wilbur Wright
sebagai air traffic controller pertama dunia. Dan Orville Wright menjadi

yang kedua. Karena sementara Orville Wright melakukan 12 detik


penerbangan pertama dalam sejarah manusia pada tanggal 17
Desember 1903 di Kitty Hawk, California, Wilbur Wright melakukan apa
yang mungkin saat ini kita sebut sebagai operational watch. Untuk
dapat take off pada kecepatan 20 mil/jam, Wilbur berlari mengikuti
pesawat terbang pertama dunia itu sambil memegang wingtips-nya
dan menyeimbangkan pesawat tersebut sampai airborne. Kemudian
Wilbur memperhatikan dengan sangat seksama penerbangan tersebut
sampai akhirnya Orville mendarat kurang lebih 120 feet didepannya.
Selanjutnya saat Wilbur bertindak sebagai pilot, dan terbang selama
59 detik, giliran Orville Wright yang memperhatikan penerbangan yang
dilakukan saudaranya dengan seksama sampai akhirnya mendarat
852 feet didepannya!
D. AIR TRAFFIC CONTROL INDONESIA DIMATA DUNIA
Pada Tahun 2008 Indonesia terpilih sebagai salah satu
pemenang Air Traffic Control (ATC) Global Awards. Hadiah tersebut
diterima oleh DR. Budi Muliawan Suyitno, Direktur Jenderal
Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan pada tanggal 11 Maret
2008 di Amsterdam. lndonesia ditetapkan sebagai pemenang atas
upaya lndonesia dalam merealisasikan penggunaan penemuan
teknologi baru, yaitu pembangunan stasiun automatic dependent
surveillance (ADS) guna memantau dan melacak posisi pesawat
terbang yang melintasi wilayah lndonesia secara akurat dan
terintegrasi. Dengan metode tersebut keterbatasan jangkauan radar
dapat teratasi, karena pesawat secara otomatis dapat melaporkan
posisinya melalui pengenalan kombinasi sistem antara teknologi GPS
dan data untuk melacak posisi pesawat. Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Dephub bersama dengan perusahaan IT bandara
SITA terpilih sebagai pemenang pada kategori Enabling Technology
Award - kontribusi dalam peningkatan kapasitas dan keselamatan
penerbangan. Saingan lndonesia dalam mendapatkan penghargaan
pada kategori tersebut yaitu Thales ADS-B dan Adacel lnc.
Organisasi Profesi Air Traffic Control Indonesia, Indonesia Air
Traffic Controllers Association - (IATCA) dikukuhkan sebagai anggota
organisasi International Federation of Air Traffic Controllers'
Associations ( IFATCA ) pada tanggal 23 Maret 2001 di Gedung PBB
Geneva - Switzerland .
E. PEMBAGIAN PELAYANAN LALU LINTAS UDARA
Pelayanan Pengendalian Lalu Lintas Udara (Air traffic control
service), pada ruang udara terkontrol Controlled Airspace terbagi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:

1. Aerodrome Control Service


Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information
Service, dan Alerting Service yang diperuntukkan bagi pesawat
terbang yang beroperasi atau berada di bandar udara dan
sekitarnya (vicinity of aerodrome) seperti take off, landing, taxiing,
dan yang berada di kawasan manoeuvring area, yang dilakukan di
menara pengawas (control tower). Unit yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan ini disebut Aerodrome Control Tower
(ADC).
2. Approach Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information
Service, dan Alerting Service, yang diberikan kepada pesawat
yang berada di ruang udara sekitar bandar udara, baik yang
sedang melakukan pendekatan maupun yang baru berangkat,
terutama bagi penerbangan yang beroperasi terbang instrumen
yaitu suatu penerbangan yang mengikuti aturan penerbangan
instrumen atau dikenal dengan Instrument Flight Rule (IFR). Unit
yang bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut
Approach Control Office (APP).
3. Area Control Service
Memberikan layanan Air Traffic Control Service, Flight Information
Service, dan Alerting Service, yang diberikan kepada penerbang
yang sedang menjelajah (en-route flight) terutama yang termasuk
penerbangan terkontrol (controlled flights). Unit yang bertanggung
jawab memberikan pelayanan ini disebut Area Control Centre
(ACC).
Pelayanan Informasi Penerbangan (Flight Information Service)adalah
pelayanan yang dilakukan dengan memberikan berita dan informasi yang
berguna dan bermanfaat untuk keselamatan, keamanan, dan efisiensi
bagi penerbangan.
Pelayanan keadaan darurat (alerting service) adalah pelayanan yang
dilakukan dengan memberitahukan instansi terkait yang tepat, mengenai
pesawat udara yang membutuhkan pertolongan search and rescue unit
dan membantu instansi tersebut, apabila diperlukan.
F. CARA KERJA AIR TRAFFIC CONTROL
Kontrol Lalu Lintas Udara
Segala aktifitas pengaturan lalulintas udara dikendalikan dari ruang
air traffic control. Sedangkan Ruang Air Traffic Control sendiri terdiri
dari empat unit tugas yaitu :
1. Data Analyzing Room
2. En-route Control Unit

3. Pilot Unit
4. Terminal Control Unit
Pada ruang Air Traffic Control bekerja para petugas pengatur lalu
lintas udara (air traffic controller) yang bertugas memantau dan
mengarahkan lalulintas pergerakan semua pesawat yang terpantau
di angkasa.Dalam menjalankan tugasnya, para petugas pengatur
lalulintas udara memantau pergerakan pesawat dari alat Air Traffic
Control Display.
Sistem Pendaratan Pesawat
Instrument Landing System adalah suatu sistem peralatan yang
ada di Bandar udara yang digunakan untuk memandu pesawat
dalam melakukan pendaratan dengan aman dan lancar. Instrument
Landing System menggunakan dua transmisi.Transmisi yang
pertama berfungsi untuk memandu pesawat menuju landasan
pacu, transmisi yang kedua menginformasikan tentang ketinggian
pesawat dari landasan pacu.
Alur pendaratan pesawat terbang dengan dipandu Instrument
Landing System
Setelah memberi tahu pada bandara yang dituju, awak pesawat
menunggu instruksi dari petugas Air Traffic Control. Pesawat akan
diarahkan oleh Instrument Landing System melaui radio beacon
untuk menentukan arah pendaratan agar tepat pada tengah tengah
landasan pacu.
Ground Controlled Approach
Pesawat yang terpantau radar akan diarahkan oleh operator
Ground Controlled Approach tentang petunjuk pendaratan pesawat
terbang, dengan tujuan pesawat dapat mendarat dengan aman.
Pekerjaan ini menuntut konsentrasi yang tinggi dari operatornya,
sehingga diperlukan kerja shift karena bandara beroperasi dua
puluh empat jam.
G. PELAYANAN AIR TRAFFIC CONTROL
ATC memberikan layanan kepada pesawat udara dalam
penerbangan antara bandara juga. Pilot terbang di bawah salah
satu dari dua set aturan untuk pemisahan : Aturan Penerbangan
Visual ( VFR ) atau Flight Rules Instrumen ( IFR ) . Pengendali
lalu lintas udara memiliki tanggung jawab yang berbeda untuk
operasi pesawat di bawah perangkat peraturan yang berbeda .
Sementara penerbangan IFR berada di bawah kontrol positif , di

VFR pilot AS dapat meminta berikut penerbangan, yang


menyediakan
layanan
konsultasi
lalu
lintas
secara
memungkinkan waktu dan juga dapat memberikan bantuan
dalam
menghindari
bidang
cuaca
dan
pembatasan
penerbangan. Di seluruh Eropa , pilot dapat meminta untuk "
Informasi Penerbangan Service" , yang mirip dengan berikut
penerbangan. Di Inggris dikenal sebagai " Lalu Lintas Layanan "
.
En - rute pengendali lalu lintas udara masalah izin dan
instruksi untuk pesawat udara , dan pilot diwajibkan untuk
mematuhi instruksi ini . Pengendali En-route juga menyediakan
layanan kontrol lalu lintas udara ke banyak bandara kecil di
seluruh negeri , termasuk izin dari dari tanah dan izin untuk
pendekatan bandara . Controller mematuhi seperangkat standar
pemisahan yang menentukan jarak minimal yang diijinkan
antara pesawat . Jarak ini bervariasi tergantung pada peralatan
dan prosedur yang digunakan dalam memberikan pelayanan
ATC
.
karakteristik umum.
En - rute pengendali lalu lintas udara bekerja dalam
fasilitas yang disebut Pusat Pengendalian Lalu Lintas Udara ,
yang masing-masing sering disebut sebagai " Pusat" . Amerika
Serikat menggunakan istilah setara Air Route Traffic Control
Pusat ( ARTCC ) . Setiap pusat bertanggung jawab untuk ribuan
mil persegi wilayah udara ( dikenal sebagai Informasi
Penerbangan Region ) dan untuk bandara dalam wilayah udara
itu. Pusat mengendalikan pesawat IFR dari saat mereka
berangkat dari wilayah udara bandara atau terminal daerah
dengan waktu mereka tiba di wilayah udara lain bandara atau
terminal daerah . Pusat juga dapat " mengambil" VFR pesawat
yang sudah mengudara dan mengintegrasikan mereka ke dalam
sistem IFR . Pesawat ini harus , bagaimanapun, tetap VFR
sampai Center memberikan izin.
Pusat pengendali bertanggung jawab untuk mendaki
pesawat untuk ketinggian mereka diminta saat , pada saat yang
sama , memastikan bahwa pesawat benar dipisahkan dari
semua pesawat lain di daerah . Selain itu , pesawat harus
ditempatkan dalam aliran konsisten dengan rute pesawat dari
penerbangan. Upaya ini rumit oleh persimpangan lalu lintas,
cuaca buruk , misi khusus yang memerlukan alokasi wilayah
udara besar , dan kepadatan lalu lintas. Ketika pesawat
mendekati tujuan, pusat bertanggung jawab untuk memenuhi

pembatasan ketinggian oleh titik-titik tertentu , serta


memberikan banyak bandara tujuan dengan arus lalu lintas ,
yang melarang semua pendatang yang " berkumpul bersamasama " . Ini " pembatasan aliran " sering mulai di tengah-tengah
rute, sebagai pengontrol akan posisi pesawat mendarat di
tujuan yang sama sehingga ketika pesawat dekat dengan
tujuan, mereka yang diurutkan .
Sebagai pesawat mencapai batas daerah kontrol
Center itu " diserahkan " atau " diserahkan " ke depan Control
Center di Area . Dalam beberapa kasus ini " hand-off " proses
melibatkan transfer identifikasi dan rincian antara controller
sehingga layanan kontrol lalu lintas udara dapat disediakan
dengan cara yang mulus , dalam kasus lain perjanjian lokal
memungkinkan " serah terima diam" seperti bahwa pusat
penerima tidak tidak memerlukan koordinasi jika lalu lintas
disajikan dalam cara yang disepakati . Setelah hand-off ,
pesawat ini diberikan perubahan frekuensi dan mulai berbicara
dengan controller berikutnya . Proses ini berlanjut sampai
pesawat tersebut diserahkan ke terminal controller ( "
pendekatan " ) cakupan radar.
Karena pusat mengontrol area wilayah udara yang
besar, mereka biasanya akan menggunakan radar jarak jauh
yang memiliki kemampuan , pada ketinggian yang lebih tinggi ,
untuk melihat pesawat 200 mil laut ( 370 km ) dari antena radar .
Mereka juga dapat menggunakan data radar TRACON untuk
mengontrol kapan ia menyediakan lebih baik " gambar" lalu
lintas atau ketika dapat mengisi sebagian dari area yang tidak
tercakup oleh radar jarak jauh .
Dalam sistem AS , pada ketinggian yang lebih tinggi ,
lebih dari 90 % dari wilayah udara AS ditutupi oleh radar dan
sering dengan beberapa sistem radar , namun cakupan
mungkin tidak konsisten di dataran rendah digunakan oleh
pesawat tanpa tekanan karena medan tinggi atau jarak dari
fasilitas radar . Sebuah pusat mungkin memerlukan berbagai
sistem radar untuk menutup wilayah udara yang ditugaskan
kepada mereka , dan mungkin juga bergantung pada laporan
posisi percontohan dari pesawat terbang di bawah lantai
jangkauan radar . Hal ini menghasilkan sejumlah besar data
yang tersedia untuk controller.
Untuk mengatasi ini , sistem otomatisasi telah dirancang
dengan mengkonsolidasikan data radar untuk controller .
Konsolidasi ini termasuk menghilangkan pengembalian duplikat
radar , memastikan radar terbaik untuk setiap wilayah geografis

adalah menyediakan data , dan menampilkan data dalam format


yang efektif .
Pusat juga melakukan pengendalian terhadap lalu lintas
yang melalui wilayah laut dunia . Daerah ini juga FIR . Karena
tidak ada sistem radar yang tersedia untuk pengendalian laut ,
pengendali kelautan menyediakan layanan ATC menggunakan
kontrol prosedural . Prosedur ini menggunakan laporan pesawat
posisi, waktu , ketinggian , jarak , dan kecepatan untuk
memastikan pemisahan . Controller catat informasi strip
kemajuan penerbangan dan khusus dikembangkan sistem
komputer samudera sebagai posisi laporan pesawat . Proses ini
mensyaratkan bahwa pesawat dipisahkan oleh jarak yang lebih
besar , yang mengurangi kapasitas keseluruhan untuk setiap
rute yang diberikan . Lihat misalnya sistem Jalur Atlantik Utara .
Beberapa Navigasi Udara Service Provider ( misalnya
Airservices Australia , The Federal Aviation Administration , NAV
CANADA , dll ) telah menerapkan Automatic Dependent
Surveillance - Broadcast ( ADS - B ) sebagai bagian dari
kemampuan pengawasan mereka. Teknologi baru ini
membalikkan konsep radar . Alih-alih radar " menemukan "
target oleh menginterogasi transponder , pesawat ADS
dilengkapi mengirimkan laporan posisi sebagaimana ditentukan
oleh peralatan navigasi di pesawat . Biasanya , ADS beroperasi
di " kontrak " mode dimana pesawat laporan posisi , secara
otomatis atau diprakarsai oleh pilot , berdasarkan interval waktu
yang telah ditentukan . Hal ini juga memungkinkan untuk
kontroler untuk meminta laporan lebih sering untuk lebih cepat
membangun posisi pesawat untuk alasan tertentu. Namun,
karena biaya untuk setiap laporan dibebankan oleh penyedia
layanan ADS untuk perusahaan yang mengoperasikan
pesawat , laporan lebih sering tidak umum diminta kecuali
dalam situasi darurat . ADS adalah penting karena dapat
digunakan di mana tidak mungkin untuk menemukan
infrastruktur untuk sistem radar ( misalnya di atas air ) .
Menampilkan radar Komputerisasi sekarang sedang dirancang
untuk menerima masukan ADS sebagai bagian dari layar .
Teknologi ini saat ini digunakan dalam bagian-bagian dari
Atlantik Utara dan Pasifik oleh berbagai negara yang berbagi
tanggung jawab untuk mengontrol wilayah udara ini .
Pendekatan presisi radar yang umum digunakan oleh
pengendali militer airforces dari beberapa negara , untuk
membantu pilot dalam tahap akhir mendarat di tempat-tempat

Instrument Landing System dan peralatan ditanggung udara


canggih lainnya tidak tersedia untuk membantu pilot dalam
kondisi jarak pandang nol marjinal atau dekat . Prosedur ini juga
disebut Talkdowns .
Sistem Arsip Radar ( RAS ) siap menjamin catatan
elektronik dari semua informasi radar , melestarikan untuk
beberapa minggu . Informasi ini dapat berguna untuk pencarian
dan penyelamatan . Ketika pesawat telah ' menghilang ' dari
layar radar , controller dapat meninjau kembali radar terakhir
dari pesawat untuk menentukan posisinya kemungkinan .
Sebagai contoh, lihat laporan kecelakaan [ 4 ] RAS juga
berguna untuk teknisi yang menjaga sistem radar
H. PEMETAAN LALU LINTAS PENERBANGAN
Wilayah udara Indonesia terbagi dalam 2 FIR (Flight
Information Region) yaitu Jakarta dan Makassar. Dari 2 FIR
ini terbentuklah Jakarta ACC dan Makassar ACC Jakarta ACC
maupun Makassar ACC mempunyai beberapa sektor. Hal ini
dibentuk untuk meng-akomodasi ruang udara yang sangat luas,
dengan tujuan meningkatkan keselamatan penerbangan.
Keterbatasan wawasan, perkenankan saya hanya
memaparkan wilayah udara Jakarta saja.
Jakarta FIR mempunyai 5 sektor Jakarta ACC:
1. Jakarta Upper Control Medan (UM)
2. Jakarta Upper Control Palembang (UP),
3. Jakarta Upper Control Tanjung Karang(UT),
4. Jakarta Upper Control Semarang (US),
5. Jakarta Upper Control Kalimantan (UK).
Masing-masing sektor ACC membawahi beberapa sektor yang
disebut TMA (Terminal Area) sebagai contoh Medan TMA,
Pekanbaru TMA, Jakarta TMA, Pontianak TMA, Palembang
TMA.
Untuk Jakarta TMA itu sendiri terbagi 2, yaitu Jakarta Lower
North (LN) dan Jakarta Lower East (LE).

Dibawah Jakarta TMA terdapat unit APP, disini terdapat Unit


Jakarta Approach West (TW) dan Jakarta Approach East
(TE). Kemudian Unit Arrival (AN) sebelum akhirnya Unit
TWR, yang khusus di Bandara Soekarno-Hatta dipilah
menjadi 4 unit, yaitu:
1. Clearance Delivery (CDL),

2. Ground Control Selatan (GS),


3. Ground Control Utara (GN), dan
4. Aerodrome Control Tower (TWR)

I. CONTOH APLIKASI AIR TRAFFIC PADA PENERBANGAN


Berikut disampaikan proses (contoh) penerbangan pesawat dari
Jakarta-Surabaya.
Penerbang akan selalu mengisi FPL (Flight Plan) dengan data-data
sesuai formulir yang telah disediakan. Namun untuk penerbangan
yang berjadwal operator penerbangan akan menyampaikan RPL
(Repetitive Fight Plan) ke Unit BO (Briefing Office) dan Unit FDO
(Flight Plan Data Operator) untuk kemudian dimasukkan ke dalam
sistim otomasi.
Dimana peran ATC? [khusus Jakarta] (mohon maaf bila tidak
berkenan)
1. Awal mula penerbang akan selalu meminta ATC Clearance
sebelum menghidupkan mesin dan bersiap meninggalkan lokasi
parkir. (CDL)
2. Setelah lengkap menjawab ATC Clearance 10 menit kemudian
penerbang akan meminta untuk menghidupkan mesin pesawat
dan mundur dari lokasi parkir.
3. Masing-masing terminal keberangkatan mempunyai unit sendiri.
Untuk terminal A-B-C penerbang akan berkomunikasi dengan GS,
sedangkan terminal D-E-F dengan GN.
4. Setelah pesawat tuntas menghidupkan mesin dan pada posisi siap
untuk berjalan, maka penerbang akan minta ijin untuk taxi.
Dipandulah pesawat tersebut menuju titik dimana akan memulai
take-off. Dalam bahasa kami holding position.
5. Dipertengahan jalan pada posisi yang sudah clear dengan
pesawat yang lain penerbang akan diberi istruksi untuk
berkomunikasi dengan unit TWR, karena tanggung jawab TWR
yang akan memberangkatkan peswat tsb.
6. Proses untuk keberangkatan ini akan tergantung dengan pesawat
lain yang akan mendarat ataupun pesawat yang berada di
depannya. Sehingga perhitungan dan pengalaman seorang ATC
untuk memberangkatkan pesawat sangat berperan.
7. Sesaat pesawat memulai mengudara, penerbang akan diminta
berkomunikasi dengan unit TE, setelah lepas ketinggian tertentu
penerbang diminta berkomunikasi dengan unit LE, demikian
seterusnya hingga ke unit US.

8. Setiap sektor pemanduan LLU, ATC yang bertugas mempunyai


tanggung jawab memisahkan antar pesawat dengan separasi yang
sesuai.
9. Unit US akan selalu berkoordinasi dengan Unit Makassar ACC
akan keberadaan pesawat yang dimaksud, sehingga pada suatu
titik pesawat tsb akan dilimpahkan status tanggung jawabnya ke
wilayah udara Makassar.
10. Makassar ACC akan memandu pesawat tersebut hingga
memasuki wilayah udara Surabaya TMA, dan seterusnya pada
akhirnya penerbang akan berkomunikasi dengan Juanda TWR
untuk melaksanakan pendaratan. Dan melaju ke tempat parkir
pesawat di apron.
Inti dari paparan diatas adalah setiap pergerakan pesawat terbang
akan selalu terpantau oleh ATC, karena penerbang selalu
berkomunikasi dengan unit-unit ATC, baik itu dalam kondisi normal
ataupun dalam kondisi abnormal.
J. KASUS (Pesawat Sukhoi)
Kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat sukhoi superjet 100 di
gunung salak adalah
1. Lepas Landas pada 14.12 WIB
Pesawat melakukan joy flight kedua dengan rute sekitar
Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat
2. Cuaca Buruk dan Ruang Hampa
Saat diatas gunung salak, diduga pesawat masuk keruang
hampa sehingga meminta izin turun
3. Meminta Turun
14.33 WIB (21 menit kemudian) pilot Sukhoi menghubungi
menara pengendali (Air Traffic Control atau ATC) di Bandara
Soekarno Hatta, meminta izin turun. Pesawat kemudian hilang
kontak dikoordinat 06.43 menit 08 detik lintang selatan dan
106.3 menit 15 detik bujur timur.
4. Menabrak Lereng
Pesawat menabrak lereng gunung salak diketinggian 5.800
kaki (1.767 meter) dengan kemiringan 85 derajat. KNKT
menyebut insiden ini seperti Controlled Flight into Terrain,
Pesawat laik terbang, tidak rusak, serta dibawah kendali
pilotnya, tanpa sengaja menabrak.

BAB III
PENUTUP
A.

SIMPULAN

Dari uraian makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan Air Traffic Control System atau dalam bahasa Indonesia
disebut sistem control lalu lintas udara adalah sistem yang mengatur lalulintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu
dekat satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau yang disebut dengan Air

Traffic Control System merupakan sistem pengatur lalu lintas udara yang
tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan
menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas
separation, ATCS juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic
flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan
memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau
informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). Terdapat
dua wilayah Wilayah udara Indonesia terbagi dalam 2 FIR (Flight
Information Region) yaitu Jakarta dan Makassar. Dari 2 FIR ini
terbentuklah Jakarta ACC dan Makassar ACC Jakarta ACC maupun
Makassar ACC mempunyai beberapa sektor. Hal ini dibentuk untuk mengakomodasi ruang udara yang sangat luas, dengan tujuan meningkatkan
keselamatan penerbangan.
B.

SARAN

Demikian makalah yang kami buat, apabila terdapat kesalahan


dalam penyampaian materi serta penulisan materi kami mengharap kritik
dan saran para pembaca untuk bahan evaluasi kami dalam memperbaiki
makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Air Trafiic Control System http://www.sekedar-tahu-saja.
Fungsi Sistem Navigasi Pada Pesawat Terbang pesawat
kertasku.blogspot.com/2013/03/fungsi-sistem-navigasi-pada-pesawat.html
Air Traffic Control System http://en.wikipedia.org/wiki/Air_traffic_control
Pembagian Pelayanan Lalu Lintas Udara
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemandu_lalu_lintas_udara#Pembagian_Pelay
anan_Lalu_Lintas_Udara
Pemetaan lalu lintas penerbangan
http://en.wikipedia.org/wiki/Air_traffic_control
Basuki, Heru.1986.Merancang, Merencana Lapangan
Terbang.Bandung:Alumni
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil.Bagian 170.REPUBLIK
INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai