Anda di halaman 1dari 21

MEKANISME PASAR MODAL

“RETURN HARAPAN DAN RISIKO PORTOFOLIO”


BAB 4

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. STEFANNY (1921085)
2. ANGEL LINA (1921092)
3. OKTAVIONA (1921083)
4. GIOVANI MONICA (1921093)

KELAS : PA 603 (BARU)

DOSEN PEMBIMBING : MING CHEN, S.E., M.Si

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana yang telah kita ketahui, Investasi merupakan komitmen sejumlah dana
untuk tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan dating. Keuntungan dimasa yang
akan datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko investasi. Dalam konteks
investasi, keuntungan dimasa yang akan datang mencerminkan harapan yang belum tentu
terrealisasi. Oleh karena itu keuntungan dimasa yang akan datang lebih dikenal dengan
istilah return harapan (expected return).
Karena return harapan dari investasi akan terjadi di masa yang akan datang dan bersifat
tak pasti, maka disamping return, dalam konsep investasi juga perlu dipelajari tentang risiko.
Risiko investasi bisa diuraikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return
actual dengan return harapan. Keduanya bagaikan dua sisi maa uang yang selalu
berdampingan, artinya dalam berivestasi, disamping menghitung return harapan, investor
juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh karena itu, investor harus
pandai-pandai mencari alternative investasi yang menawarkan tingkat return harapan yang
paling tinggi dengan tingkat resiko tertentuu, atau investasi yang menawarkan return tertentu
pada tingkat risiko terendah.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan
yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”.
Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan
keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda,
pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk
mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit
imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat
pengembalian yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Return dam Risiko?
2. Apa saja sumber-sumber dan jenis risiko?
3. Apa itu dan bagaimana menghitung Estimasi Return Sekuritas?
4. Apa itu  Analisis Resiko  Portofolio?
5. Apa itu Diversifikasi?
6. Apa itu dan bagaimana menghitung Estimasi Return Portofolio?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah


Tujuan dari pembahasan masalah ini adalah :
1. Untuk memahami apa itu Return dan Risiko,
2. Untuk mengetahui sumber - sumber risiko dan jenis-jenis risiko,
3. Untuk memahami apa itu dan cara menghitung estimasi return sekuritas,
4. Untuk mengetahui apa itu analisis risiko portofolio,
5. Untuk memahami apa itu diversifikasi,
6. Untuk mengetahui apa itu dan bagaimana menghitung estimasi return portofolio.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Return dan Risiko


 Return
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan
capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi
pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi yang
dibayarkan. Demikian pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukan oleh
besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan, capital gain (loss) sebagai komponen
kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa
saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan
(kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa diartikan sebagai
perubahan harga sekuritas.
Dari kedua sumber return diatas, maka kita bisa menghitung return total suatu
investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang diperoleh dari suatu
investasi. Perlu diketahui bahwa yield hanya akan berupa angka nol (0) dan positif (+),
sedangkan capital gain (loss) bisa berupa minus(-), nol (0) dan positif (+). Secara
sistematis return total suatu investasi bisa dituliskan sebagai berikut:

Return Total = Yield + Capital Gain (Loss)

 Risk (Risiko)
Disamping memperhitungkan return, investor juga perlu mempertimbangkan
tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Secara umum,
risiko adalah tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu atau tidak terwujudnya
sesuatu tujuan, pada suatu kurun atau periode waktu tertentu (time period).
Risiko bisa juga diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda
dengan return yang diharapkan. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko
disebut dengan risk averse investor. Investor ini tidak mau mengambil risiko suatu
investasi jika investasi tersebut tidak memberikan harapan return yang layak sebagai
kompensasi terhadap risiko yang ditanggung investor tersebut. Sikap investor terhadap
risiko akan tergantung pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang lebih berani
akan memilih risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti dengan harapan tingkat
return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung
risiko yang tinggi tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat return yang tinggi pula.

 Sumber dan Jenis Risiko


A. Sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi
1. Resiko Suku Bunga
Resiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yg terjadi di pasaran
yang mampu memberi pengaruh bagi pendapatan investasi.
Contoh : Pada tanggal 30 Januari 2009 pemerintah Indonesia mengeluarkan instrumen
keuangan baru yang disebut sukuk Ritel. Sukuk ritel adalah obligasi syariah yang
menganut prinsip syariah. Sukuk ritel ini kemudian menjadi masalah bagi penerbit
obligasi lainya karena suku bunga yang ditawarkan yaitu 13 % jauh di atas rata-rata
suku bunga obligasi pada umumnya yaitu 9-11%, sehingga investor lebih tertarik
untuk membeli sukuk ritel tersebut. Hal ini didukung dengan resiko dalam investasi ini
mendekati 0%.
Strategi : Yang bisa dilakukan oleh para penerbit obligasinya lainya adalah menaikan
suku bunga lebih tinggi dari sukuk ritel. Selain itu, juga dibutuhkan peran pemerintah
melalui kebijakan atau peraturan yang bisa menguntungkan semua penerbit obligasi.
2. Risiko Pasar
Resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi, bahkan mengakibatkan investor mengalami
capital loss. Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya
resesi ekonomi, kerusuhan, isu, spekulasi maupun perubahan politik.
Contoh : Adanya fluktuasi nilai rupiah terhadap USD yang sangat besar mendukung
naiknya kurs USD sehingga mencapai sekitar Rp.6.000/USD. Hal ini disebabkan
karena adanya isu sekitar kesehatan presiden pada bulan November/Desember 1997.
Strategi : Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap USD pemerintah bisa
melakukan intervensi melalui berbagai kebijaksanaan moneter dan fiskal, salah
satunya melalui managed float system.
3. Risiko Inflasi
Risiko inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi karena terjadinya
kenaikan rata-rata harga konsumsi.
Contoh : Laju inflasi pada 2012 bisa mencapai 7,1 persen, apabila pemerintah
melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Menurut
perhitungan BI 4,4 persen kalau tidak ada apa-apa, kalau ada jadi 6,8 persen sampai
7,1 persen . Apabila ada kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000 per liter maka terjadi
inflasi sebesar 6,8 persen, sedangkan apabila ditetapkan subsidi konstan sebesar
Rp2.000 per liter maka terjadi inflasi 7,1 persen. Kalau harga BBM-nya Rp1.000 itu
inflasi 6,8 persen, tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan ada
peluang naik, tapi inflasi di 7,1 persen. Dengan adanya rencana kenaikan bbm yang
bisa menyebabkan inflasi, para investor pun enggan untuk berinvestasi
Startegi :Yang bisa dilakukan pemerintah yaitu melalui Kebijakan antara lain dengan
mengoptimalkan bauran kebijakan dari suku bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas
dan kebijakan makroprodensial. Dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih
memungkinkan ditekan lebih rendah dengan menerapkan subsidi ke sektor transportasi
dan komunikasi kebijakan yang baik untuk meminimalkan efek psikologis.
4. Risiko Bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis indutri disebut sebagai risiko
bisnis, misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industry tekstil akan
sangat di pengaruhi oleh karakteristik industry tekstil itu sendiri.
5. Risiko Financial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang
dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan
perusahaan, semakin besar risiko financial yang dihadapi perusahaan
6. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu
sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Resiko ini
bisa juga didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek atau jatuh tempo dengan menggunakan aset yang ada.
Contoh : Krisis yang melanda Indonesia, mulai mengenai perbankan dengan timbulnya
masalah kekurangan likuiditas (liquidity mismatch), semula dialami oleh beberapa
bank, tetapi kemudian menjadi sistemik. Krisis likuiditas secara sistemik, yang dialami
perbankan dimulai sekitar pelaksanaan kebijakan pencabutan ijin usaha atau likuidasi
16 bank tanggal 1 November 1997. Kepercayaan terhadap Rupiah yang menurun sejak
terjadinya gejolak moneter bulan Juli 1997 menjadi lebih buruk lagi setelah diterapkan
sistim nilai tukar yang mengambang secara bebas pada pertengahan Agustus 1997.
Pembelian mata uang dollar (USD) atau penjualan aset rupiah ramai dilakukan,
dimulai oleh pelaku pasar asing, akan tetapi kemudian diikuti oleh pemain pasar dalam
negeri dan pemilik dana dalam negeri.
Strategi : Pemerintah menghadapi perkembangan ini dengan melakukan pengetatan
moneter, dengan menggunakan tindakan fiskal (melalui pengurangan pengeluaran
rutin maupun pembangunan dari APBN), kebijakan moneter (langkah BI
menghentikan pembelian SBPU bank-bank dan peningkatan suku bunga SBI sampai
lebih dari dua kali lipat), dan tindakan adminsitratif (instruksi Menkeu ke pada
berbagai Yayasan dan BUMN untuk mengalihkan deposito mereka menjadi SBI).
7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Valas)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan
nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency
risk atau exchange rate risk.
Contoh : Dalam sebuah investasi yang membutuhkan mata uang asing sebagai
transaksi, misalkan US$, apabila US$ menguat sedangkan Rupiah melemah akan
membuat investor yang akan menanamkan modalnya dengan US$ akan membuat rugi,
karena Rupiah yang harus dikeluarkan semakin banyak.
Strategi : Perusahaan atau pihak yang bergerak di jenis investasi ini sebaiknya
melakukan tindakan mengantisipasi atau meminimalisir resiko dengan melakukan
hedging. Hedging adalah suatu kegiatan perlindungan terhadap nilai uang. Hedging
bisa dilakukan melaui Contract forward dan forward rate yang memberikan
kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin membeli valas dengan harga tertentu di
masa depan yang telah disepakati sekarang.
8. Risiko Negara
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi
perpolitikan suatu negara. Resiko Politik ini juga berkaitan dengan kemungkinan
adanya perubahan ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan
yang diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total
dari modal yang diinvestasikan. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri,
maka stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan sangat perlu
diperhatikan guna menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
Contoh : Libya sebagai negara pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika mengalami
krisis akibat adanya protes yang dimulai pada tanggal 16 Februari 2011 untuk
menurunkan presiden yang berkuasa pada saat itu, menyebabkan terganggunya
pasokan minyak mentah, sebagai akibatnya harga minyak menjadi naik. Dengan
melonjaknya harga minyak mentah menyebabkan terjadinya krisis pangan secara
global akibat naiknya harga pangan. Hal ini dikarenakan Minyak dibutuhkan untuk
peralatan pertanian yang digunakan untuk memproduksi pangan dan Transportasi
untuk mengangkut pangan.
Strategi : Perlunya investasi jangka panjang di sektor pertanian di negara berkembang,
mempersiapkan teknologi yang lebih baik utk bisa meningkatkan produktivitas
pangan, Investasi di infrastruktur pedesaan serta pelatihan untuk petani kecil guna
mendorong ke arah produksi yang lebih tinggi. Dengan mengatasi krisis pangan yang
terjadi nantinya mampu menghemat pengeluaran negara untuk penyediaan pangan dan
mencegah terjadinya inflasi akibat kenaikan harga pangan akibat berkurangnya
produksi pangan.

 Jenis-jenis Risiko
Van Horne dan Wachowics, Jr (1992) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas
(keragaman) return terhadap return yang diharapkan. Suad Husnan (2005:161)
menyebutkan bahwa risiko dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Risiko Sistematis atau Risiko Pasar
Risiko sistematis merupakan risiko yang mempengaruhi semua perubahan yang terjadi
di pasar secara keseluruhan. Perubahan tersebut akan mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi. dengan kata lain, risiko sistematis merupakan risiko yang tidak
dapat didiversifikasi. Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian diluar kegiatan
perusahaan seperti inflasi, resesi, dan lain sebagainya.
2. Risiko Tidak Sistematis
Risiko tidak sistematis atau risiko spesifik adalah risiko yang tidak terkait dengan
perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan
kondisi mikro perusahaan penerbit. Yang termasuk dalam risiko ini misalnya adanya
kerusakan peralatan, pemogokan kerja, tuntutan hukum maupun bencana alam.

2.2 Estimasi Return dan Risiko Sekuritas


Mengetahui secara pasti return yang akan diperoleh dari suatu investasi dimasa
yang akan datang adalah pekerjaan yang sulit, bahkan mustahil. Return investasi hanya bisa
diperkiraan melalui pengestimasian. Return invetasi dimasa yang akan datang adalah return
harapan dan sangat mungkin berlainan dengan return actual yang diterima. Jika seorang
investor misalanya mengharapkan return suatu investasi sebesar 10% maka mungkin saja
tingkat return actual yang akan diperoleh tidak sama dengan 10% bisa kurang atau lebih.
Disamping mengestimasi return harapan dari suatu sekuritas , kita juga perlu
menghitung berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi pada sekuritas
bersangkutan. Risiko sebagai sisi lain dari return menunjukkan kemungkinan penyimpangan
antara return harapan dari return actual yang diperoleh.

 Menghitung Return Harapan


Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai asset tunggal, invesator harus
memperhitungkan setiap kemungkinan terwujudnya tingkat  return tertentu, atau yang
lebih dikenal dengan probabiliitas kejadian. Sedangkan hasil dari perkiraan return yang
akan terjadi probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitas. Dengan kata lain,
distribusi probabilitas menunjukkan spesifikasi berapa tingkat return yang akan diperoleh
dan berapa probabilitas terjadinya return tersebut.
Menghitung return harapan atas sekuritas adalah dengan mencari nilai rata-rata
tertimbang dari semua return yang mungkin terjadi dalam perhitungan rata-rata
tertimbang ini, bobotnya ditentukan atas dasar nilai probabilitas masing-masing return
yang terjadi. Secara sistematis rumus untuk menghitung return harapan dari
suatu  sekuritas bisa dituliskan dalam persamaan berikut ini:

Keterangan:
E(R)       = return harapan dari suatu sekuritas
Ri           = return ke-I yang mungkin terjadi
Pri            = probabilitas kejadian return ke-i
N            = banyaknya return yang mungkin terjadi
Contoh :
Distribusi probabilitas return sekuritas ABC

Kondisi ekonomi Probabilitas Return


Ekonomi kuat 0,30 0.20
Ekonomi sedang 0,40 0,15
Resesi 0,30 0,10

Perhitungannya:
E(R) = [(0.30)(0.20)]+[(0,40)(0,15)]+[(0,30)(0,10)]
        = 0,15
Selain itu perhitungan return harapan juga bisa dilakukan dengan dua cara lain yaitu
rata-rata aritmatik dan rata-rata geometric. Kedua metode perhitungan ini sesuai untuk
menghitung suatu rangkaian aliran return dalam suatu periode tertentu misalnya, return
suatu asset selama 5 atau 10 tahun  berturut-turut.
- Metode Arithmetic Mean adalah metode perhitungan statistic yang biasa untuk
menghitung nilai rata-rata, dan biasanya diberi symbol  X bar .

Contoh : Aset ABC selama 5 Tahun memberikan return berturut-turut seperti dalam
Tabel 4.2
- Metode Geometric Mean, menggambarkan  secara lebih akurat “nilai rata-rata
yang sebenarnya” dari distribusi return selama suatu periode tertentu. Rumus
untuk menghitung geometric mean adalah sebagai berikut:

Dalam Hal ini Rn adalah return relatif pada periode n. Return relative diperoleh
dari penjumlahan 1,0 terhadap return. Penambahan nilai 1,0 tersebut berguna
untuk menghilangkan nilai negatif dalam perhitungan geometric mean. Jika
distribusi return asset ABC seperti Tabel 4.2 diatas kita hitung dengan metode
geometric mean,maka hasil yang kita dapatkan adalah:

 Menghitung Risiko
Investor harus mampu menghitung risiko dari suatu investasi. Karena tingkat
risiko merupakan kemungkinan penyimpangan return actual dari return  harapan (return
rata-rata), secara statistic tingkat risiko ini  dapat diwakili oleh ukuran penyimpangan
atau ukuran penyebaran data. Dua Ukuran penyebaran yang sering digunakan untuk
mewakilinya adalah nilai varians dan standar deviasi. Varians maupun standar deviasi
merupakan ukuran besar penyebaran data variable random dari nilai rata-ratanya.
Semakin besar penyebaran distribusi return suatu investasi, semakin tinggi pula tingkat
risiko investasi tersebut.
Dalam pengukuran resiko sekuritas kita juga perlu menghitung risiko relative
sekuritas tersebut. Risiko relative ini mnunjukkan risio perunit return harapan. Hal ini
diperlukan karena informasi risiko yang hanya berupa varians dan deviasi standar akan
bermasalah, terutama ketka kita ingin membandingkan tingkat risiko antar asset, yang
masing-masing memilliki return harapan yang tidak sama. Ukuran risiko relative yang
biasa dipakai adalah koefisien variasi. Rumusnya:

2.3 Analisis Risiko Portofolio


Dalam manajemen portofolio dikenal adanya konsep  pemgurangan risiko sebagai
akibat penambahan sekuritas kedalam portofolio. konsep ini mengatakan jika kita
menambahkan secara terus-menerus jenis sekuritas kedalam portofolio kita , maka
manfaat pengurangan risiko yang kita peroleh  akan semakin besar sampai mencapai titik
tertentu dimana manfaat pengurangan tersebut mulai berkurang.
Konsep penurunan risiko portofolio didasari asumsi bahwa retur-return bersifat
independen. Dengan asumsi bahwa return sekuritas yang ada dalam portofolio tidak
saling mempengaruhi satu dengan yang lainya, risiko portofolio bisa diestimasi dengan
nilai deviasi standar populasi dibagi dengan akar dari n (jumlah sekuritas dalam
portofolio). rumus untuk menghitung deviasi standar portofolio bisa dituliskan sebagai
berikut ini:

Contoh : misalnya risiko setiap sekuritas sebesar 0,20, maka risko portofolio akan
menurun terus jika semakin banyak jumlah sekuritas yang dimasukan kedalam
portofolio. misalnya, jika kita memasukkan 100 saham dalam portofolio tersebut maka
risiko portofolio akan berkurang dari 0,20 menjadi 0,02

Contoh Perhitungan statistik diatas membuktikan bahwa Semakin banyak jumlah


saham yang dimasukan kedalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko.
Bebrapa hasil studi empiris tentang jumlah saham dalam portofolio yang bisa
mengurangi risiko telah dilakukan dan menghasilkan rekomendasi bahwa untuk
mengurangi risiko portofolio diperlukan sedikitnya antara 10-20 jenis saham.

2.4 Diversifikasi
Diversifikasi adalah pembentukan portofolio melalui pemilihan kombinasi
sejumlah aset tertentu sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa
mengurangi besaran return yang diharapkan. Permasalahan diversifikasi adalah
penentuan atau pemilihan sejumlah aset-aset spesifik tertentu dan penentuan proporsi
dana yangakan diinvestasikan untuk masing-masing aset tersebut dalam portofolio.

Ada dua prinsip diversifikasi yang umum digunakan:

1. Diversifikasi Random
Diversifikasi random terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak
pada berbagai jenis saham yang berbeda atau pada berbagai jenis aset yang berbeda .
Investor memilih aset-aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio tanpa terlalu
memperhatikan karakterisitiknya (misal, tingkat risiko dan return yang diharapkan
serta industri).

2. Diversifikasi Markowitz
Diversifikasi Markowitz mempertimbangkan berbagai informasi mengenai
karakteristik setiap sekuritas yang akan dimasukkan dalam portofolio. Diversifikasi ini
menjadikan pembentukan portofolio menjadi lebih selektif terutama dalam memilih
aset-aset sehingga diharapkan memberikan manfaat diversifikasi yang paling optimal.
Filosofi Diversifikasi Markowitz:
“janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang“.
Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah bahwa risiko portofolio tidak boleh
dihitung dari penjumlahan semua risiko aset-aset yang ada dalam portofolio, tetapi
harus dihitung dari kontribusi risiko aset tersebut terhadap risiko portofolio, atau
diistilahkan dengan kovarians.
Koefisien korelasi, adalah suatu ukuran statistic menunjukkan pergerakan
bersamaa relative antara dua variabel . ukuran tersebut biasanya dilambangkan
dengan  dan berjarak (berkorelasi) antara +1.0 sampai -1,0 dimana:

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan  ukuran koefisien korelasi


dalam konsep diversifikasi, sebagai berikut:
1. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi positif sempurna (+1,0) tidak akan
memberikan manfaat pengurangan risiko.
2. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi nol akan mengurangi risiko
portofolio secara signitifikan. Semakin banyak jumlah saham yang tidak
berkorelasi (0) dimasukkan dalam portofolio semakin besar manfaat pengurangan
risikio diperoleh.
3. pengabungan dua buah sekuritas yang berkorelasi negatif sempurna (-1,0) akan
menghilangkan risiko kedua sekuritas tersebut. Hal ini sejalan dengan prinsip
strategi lindung nilai(bedging) terhadap risiko.
4. dalam dunia nyata, ketiga jenis korelasi ekstrim tersebut (+1,0; 0,0 dan -1,0)
sangat jarang terjadi. Sekuritas biasannya akan mempunyai korelasi positif
terhadap sekuritas lainya, meskipun tidak sempurna (+1). Oleh karena ini investor
tidak bisa menghilangkan sama sekali risiko portofolio, hanya mengurangi.

 Kovarians
Kovarians adalah ukuran absolut yang menunjukkan sejauh mana  dua variabel
mempunyai kecendrungan untuk bergerak secar bersama-sama. Dalam konteks
manajemen portofolio, kovarian menunjukan sejauh mana return dari dua sekuritas
mempunyai kecendrungan bergerak bersama-sama. Kovarian bisa berbentuk angka
positif, negatif, ataupun nol.
Secara sistematis, rumus untuk menghitung kovarians  dua buah sekuritas A dan B
adalah:

2.5 Estimasi Return  Portofolio Dan Risiko Portofolio


Mengestimasi return dan risiko portofolio berarti menghitung return harapan dan
risiko suatu kumpulan aset individual yang dikombinasikan dalam suatu portofolio aset.
Ingat bahwa aset-aset dapat mengalami gerak bersama-sama. Oleh karena itu, untuk
menghitung suatu risiko portofolio kita tidak boleh hanya menjumlahkan seluruh resiko
aset individual, tetapi juga harus memperhatikan komponen risiko aset individual, tetapi
juga harus memperhatikan komponen resiko akibat keterkaitan antar aset tersebut.
Dengan kata lain, kontribusi resiko aset individual terhadap risiko portofolio, terdiri dari
komponen varians dan kovarians aset tersebut dengan aset-aset lain yang dilibatkan
dalam portofolio.

 Menghitung Return Harapan Dari Portofolio


Return yang diharapkan dari suatu portofolio bisa diestimasikan dengan cara
menghitung rata-rata tertimbang dari return yang diharapkan dari masing-masing
faktor individual yang ada dalam portofolio.
Rumus untuk menghitung return yang diharapkan dari portofolio adalah sebagai
berikut:

Contoh :

Sebuah portofolio yang terdiri dari 3 jenis saham ABC, DEF dan GHI menawarkan
return yang diharapkan masing-masing sebesar 15%, 20% dan 25%. Misalnya,
presentase dana yang diinvestasikan pada saham ABC sebesar 40%, saham DEF
30% dan saham GHI 30%, maka return yang diharapkan dari portofolio tersebut
adalah:

E(Rp) = 0,4 (0,15) + 0,3 (0,2) + 0,3 (0,25)


= 0,195 atau 19,5%

 Menghitung Risiko Portofolio


Risiko portofolio tidak bisa dihitung hanya dengan menjumlahkan risiko masing-
masing sekuritas yang ada dalam portofolio. Menghitung risiko portofolio tidak sama
dengan menghitungreturn portofolio, karena risiko portofolio bukan merupakan rata-
rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas individu dalam portofolio. Dengan
menggunakan ukuran kovarians seperti yang telah dibahas dimuka, kita
bisamenghitung besarnya risiko portofolio, baik yang terdiri dari dua buah maupun n
sekuritas. Dalam menghitung risiko portofolio, ada tiga hal yang perlu ditentukan,
yaitu :
1. Varians setiap sekuritas
2. Kovarians antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya
3. Bobot portofolio untuk masing-masing sekuritas

- Kasus dua sekuritas. Untuk mengukur risiko portofolio yang terdiri dari dua
sekuritas, kita bisa menghitung standar deviasi return kedua sekuritas tersebut.
secara sistematis, rumus yang dipakai adalah:
Contoh :

Portofolio yang terdiri dari saham A dan B masing-masing menawarkan return sebesar
10% dan 25% ; serta standar deviasi masing-masing sebesar 30% dan 60%. Alokasi
dana investor padakedua aset tersebut masing-masing sebesar 50% untuk setiap aset.
Standar deviasi portofolio tersebut dihitung dengan menggunakan rumus diatas :

(I) σp = [(0,5)2(0,3)2+ (0,5)2(0,6)2+ 2(0,5) (0,5) (ρA,B) (0,3) (0,6)]1/2


= [0,0225 + 0,09 + (0,09) (ρA,B)]1/2
= [0,1125 + 0,09 (ρA,B)]1/2

(II) Dari hasil perhitungan tahap I tersebut, kita bisa menetukan besarnya risiko
portofolio saham Adan B. Sebelumnya kita tentukan dahulu koefisien kolerasi saham
A dan B. Berikut ini beberapa skenario koefisien kolerasi saham A dan B beserta hasil
perhitungan standar deviasinya.

- Kasus n-sekuritas. Rumus untuk menghitung standar deviasi untuk dua buah
sekuritas di atas bisa diperluas untuk menghitung risiko portofolio yang terdiri
dari n-sekuritas. Ukuran yang dipakai adalah varians return n-sekuritas yang ada
dalam portofolio. Secara matematis rumus untuk menghitung risiko n-sekuritas
adalah :
2.6 Pengaruh Bobot Portofolio Dan Korelasi
Bobot portofolio penting untuk diketahui dalam perhitungan resiko portofolio.
Proporsi jumlah dana yang diinvestasikan pada setiap sekuritas dalam portofolio
berpengaruh pada resiko portofolio. Serta korelasi asset-aset dalam portofolio juga
berpengaruh pada resiko portofolio.

 Kasus Korelasi Nol


Anggap seorang investor memutuskan untuk berinvestasi pada dua asset dalam
karakteristik sebagai berikut:

Return dan Resiko Saham S Obligasi O


Return dan Harapan, E(Ri) 0,12 0,06
Deviasi standar, σi 0,15 0,10

Dalam sebuah portofolio dua asset ini, proporsi dana yang diinvestasikan pada obligasi
O adalah 100% dikurangi proporsi dana yang diinvestasikan pada saham S, W o= 1 –
Ws. Anggap pada contoh ini korelasi antara saham S dan Obligasi O adalah nol.

Menggunakan persamaan 4.10 dan 4.11 (hal 120 dan 122)


E(Rp) = Ws × 0,12 + (1- Ws) × 0,06
σ p= [Ws2 ×0,152 + (1-Ws)2 ×0,102 + 2(Ws) × (1-Ws) × 0 ×0,15 ×0,10]1/2

Misal, total dana Rp. 100 jut diinvestasikan pada saham S sebesar Rp. 70 juta. Bobot
Portofolio dalam saham S adalah Rp. 70 juta/ Rp. 100 juta = 0,70. Sedangkan bobot
portofolio untuk obligasi O adalah (1- 0,70) = 0,30. Maka return harapan portofolio
dan deviasi standarnya adalah:
E(Rp)= 0,70×0,12 + 0,30 ×0,06 = 10,20%
σ p= [0,702× 0,152 + 0,302 × 0,102 + 2 ×0,70 ×0,30 ×0,15 ×0,10]1/2
= 0,1092 = 10,92%
Dalam membuat perhitungan yang sama untuk nilai-nilai lain dari Ws, skedul berikut
dapat disusun:

Ws E(Rp) σp
1,00 12,00% 15,00%
0,90 11,40% 13,54%
0,80 10,80% 12,17%
0,70 10,20% 10,92%
0,60 9,60% 9,85%
0,50 9,00% 9,01%
0,40 8,40% 8,49%
0,30 7,80% 9,32%
0,20 7,20% 8,54%
0,10 6,60% 9,12%
0,00 6,00% 10,00%

Berikut adalah Kurva kumpulan peluang investasi (Investment opportunity set)


dari kasus ini:

 Kasus Korelasi Nol dengan Short sale Diperbolehkan


Secara konsep, transaksi short selling adalah transaksi penjualan efek di
mana efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.
Artinya short selling secara sederhana disebut jual kosong, karena transaksi
dilakukan tanpa ketersediaan efek.
Pada Short Sale, Bobot portofolio dapat menjadi negative ataupun lebih
dari 100%. Misal, dengan total dana sendiri sebesar Rp. 100 Juta, Investor
tersebut melakukan short sale Rp. 30 juta pada saham S untuk membeli Obligasi
O sebanyak Rp. 130 Juta. Maka, W o = 1,30 dan Ws = -0,30. Catatan bahwa
penjualan bobot tersebut adalah tetap 100%.
Berikut adalah Kurva kumpulan peluang investasi (Investment opportunity
set) dari kasus ini
 Kasus Korelasi Negatif dan Positif Sempurna
Jika sebelumnya diasumsikan bahwa korelasi antara kedua asset adalah
nol. Maka sekarang asumsikan koefisien korelasi adalah -1 atau berkorelasi
positif sempurna.
Dengan korelasi negative sempurna pada contoh ini, investasi bahkan
dapat menciptakan portofolio kurang resiko (riskless portofolio)dengan
menginfestasikan dananya pada saham S sebanyak 40% dan pada obligasi O
sebanyak 60%. Pada Ws = 0,40 ini, return adalah 8,40% dan deviasinya adalah
0,00%.
Sekarang nilai koefisien korelasi antara saham S dan Obligasi O
diasumsikan adalah +1 atau berkorelasi positif sempurna.

 Memetakan Kumpulan Peluang Investasi


Kurva ini diciptakan untuk berapapun nilai koefisien korelasi antara saham S dan
Obligasi O.

Kurva kumpulan peluang investasi bergerak ke kiri dan lebih besar Ketika
nilai korelasi semakin menurun dari korelasi = 1 ke 0,5 ke 0 dan ke -1. Kurva
tertinggi untuk return harapan dan deviasi standar adalah kombinasi portofolio
yang mempunyai koefisien korelasi = -1. Asumsikan bobot portofolio W s = 0,5
dan Wo =0,5. Pada bobot portofolio ini, deviasi standar terkecil ditemukan pada
portofolio dengan koefisien korelasi =-1. Semakin kecil nilai koefisien korelasi
antara kedua asset, semakin kecil resikonya.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan,
1. Pada suatu nilai korelasi tertentu, pembobotan portofolio yang berbeda-beda
akan menghasilkan nilai-nilai deviasi standar yang berbeda pula.
2. Tanpa memperhatikan pembobotan portofolionya atau pada suatu bobot
portofolio tertentu apapun, deviasi standar portofolio selalu menurun seiring
dengan penurunan koefisien korelasi.
2.7 Model Indeks Tunggal

Berikut ini adalah model portofolio yang dikembangkan oleh William Sharpe
dengan menciptakan model indeks tunggal. Model ini mengkaitkan perhitungan return
setiap asset pada return indeks pasar.

Ri= α i + β i RM +e i

Keterangan:
Ri = Return Sekuritas i
RM = Return Indeks Pasar
α i= Bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
β i = Ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar
e i = Kesalahan residual

Perhitungan return sekuritas dalam model indeks tunggal melibatkan dua komponen
utama, yaitu:

1. Komponen return yang terkait dengan keunikan perusahaan dilambangkan dengan α I;


2. Komponen return yang terkait dengan pasar; dilambangkan dengan β I Beta atau resiko
sistematis dapat dihitung dengan rumus.

Anda mungkin juga menyukai