Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN BANK

SYARI’AH

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Perbankan


Syari’ah

Dosen Pembimbing: Deden Ibnu Suja, ME.Sy.

Oleh:

Nindi Yulia Sari

Nining Yuningsih

Nur Azizah

Resti Annisa

Jurusan Manajemen/VII/E

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

2016 M/1438 H

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta
Salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. Beserta keluarga dan
sahabatnya. Berkat kodrat dan iradat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
Makalah dengan judul “Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Bank Syari’ah”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diajukan dosen pada mata
kuliah Manajemen Perbankan Syari’ah , di program studi Manajemen Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya pada dosen mata kuliah Manajemen Perbankan Syari’ah
Bapak Deden Ibnu Suja, ME. Sy. Dan kepada rekan yang telah membantu dan
mendukung dalam menyelesaikan Makalah ini. Semoga Makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca.
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing penyusun meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan Makalah ini di masa yang akan datang
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Bandung, Desember 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
2.1 Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Bank Syari’ah ......................... 5
a. Strategi Pengembangan: Islamic Full Branch .......................................... 5
b. Strategi Pengelolaan: Pembiayaan ........................................................... 6
c. Strategi Pengelolaan: Persepsi Masyarakat .............................................. 6
2.2 Kunci Sukses Pengelolaan Bank Syari’ah ................................................ 8
a. Misi Bank Syari’ah ................................................................................... 8
b. Sifat Istiqomah ......................................................................................... 9
c. Memperhatikan Likuiditas...................................................................... 10
d. Interest Oriented ..................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan bank syari’ah di Indonesia mulai membaik secara kuantitas
sejak adanya perubahan Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 menjadi
Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, pokok-pokok ketentuan tersebut memuat antara lain:
Kegiatan Usaha dan Produk-produk Bank berdasarkan Prinsip Syari’ah,
Pembentukan dan Tugas pokok Dewan Pengawas Syari’ah, Persyaratan bagi
pembeukaan Kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional
untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syari’ah.
Memasuki tahun 2002 bank umum di Indonesia yang melakukan kegiatan
operasional dengan prinsip syari’ah, diantaranya adalah bank muamalah
Indonesia, bank IFI, bank BNI Syari’ah, bank Syari’ah Mandiri, Bank Jabar
Syari’ah, Bank Bukopin, Bank BRI Syari’ah, dan dimungkinkan akan
bermunculan konversi bank konvensional ke bank syari’ah (tidak kurang dari 54
Bank Konvensional hingga saat ini sedang antri menunggu ijin untuk pembukaan
konversi atau window syari’ah).1
Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Siti CH Fadjrijah,
pertumbuhan industri perbankan syari’ah terbilang sangat fantastis meski ada
sejumlah kendala utama. Perbankan syari’ah tumbuh rata-rata 30%-40%, jauh
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan perbankan konvensional yang sekitar
12%. Masih menurut beliau, peluang untuk terus bertumbuh tinggi masih bisa

1 Muhammad Ibnu Soim, “Bab 1 Strategi Dan Kunci Sukses Manajemen Bank Syari’ah”, diakses dari
http://ibnu-soim.blogspot.co.id/2013/05/bab-i-strategi-dan-kunci-sukses.html, Pada tanggal 02 Desember
Pukul 20:22.

1
2

berlanjut dengan membiayai berbagai proyek, misalnya: proyek infrastruktur,


jalan tol, pertanian, atau monorail.2

Tabel 1.1
Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia
Indikator Tahun

2014 2015

Bank Umum Syari’ah


- Total Aset 204.961 213.423
- Jumlah Bank 12 12
- Jumlah Kantor 2.163 1.990
- KC 447 450
- KCP 1.511 1.340
- KK 205 200
- ATM 3.350 3.571
- Jumlah Tenaga Kerja 41.393 51.413
Unit Usaha Syari’ah
- Total Aset 67.383 82.839
- Jumlah Bank Umum Konvensional 22 22
yang memiliki UUS
-Jumlah Kantor UUS 320 311
- KC 138 138
- KCP 140 129
- KK 42 44
- ATM 132 145
- Jumlah Tenaga Kerja 4.425 4.403
Total Aset BUS dan UUS 272.343 296.262
Total Kantor BUS dan UUS 2.483 2.301
Total ATM BUS dan UUS 3.482 3.716
Total Tenaga Kerja BUS dan UUS 45.818 55.816

Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah


- Jumlah Bank 163 163
- Jumlah Kantor 438 446
- Jumlah Tenaga Kerja 4727 5.102
Sumber: OJK (Statistik Perbankan Syari’ah)

2 Rifatin Afrilia, “Strategi dan Kunci Sukses Manajemen Bank Syari’ah” diakses dari
http://radjafamily.blogspot.co.id/2016/08/strategi-dan-kunci-sukses-manajemen.html, Pada tanggal 02
Desember Pukul 20:25.
3

Dari tabel diatas dapat dilihat kenaikan perkembangan Perbankan


Syari’ah di Indonesia dari segi Aset, kantor maupun tenaga kerja. Kenaikan
tersebut disebabkan oleh baiknya respon masyarakat dan meningkatnya
kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa dari Perbankan Syari’ah
tersebut.
Bank syari’ah merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dan dengan pihak yang kekurangan
dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam.
Selain itu bank syariah biasa disebut islamic banking atau interest fee banking,
yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan
sistem bunga (riba), spekulasi (maisir) dan ketidakpastian atau ketidakjelasan
(gharar).3
Terdapat banyak faktor yang berkontribusi mendorong bertumbuhnya
perbankan syari’ah nasional dalam tahun-tahun mendatang. Faktor faktor
pendorong terpenting antara lain adalah kejelasan visi, misi, dan sasaran
pengembangan perbankan syari’ah nasional oleh otoritas perbankan yang
diwujudkan dalam cetak biru pengembangan perbankan syari’ah nasional.
Termasuk di dalamnya adalah komitmen untuk menyempurnakan dan melengkapi
ketentuan operasional yang sesuai dengan karakteristik usaha bank syari’ah,
mendukung infrastruktur yang dapat mendorong beroperasinya bank syari’ah
secara lebih efisien, serta bantuan-bantuan teknis yang diberikan dalam rangka
meningkatkan kompetensi para bankir syari’ah dan dalam bentuk survei pemetaan
potensi bank syariah diberbagai wilayah tanah air.4 Dalam makalah ini, maka
akan kami bahas mengenai bagaimana strategi dan kunci sukses manajemen bank
syari’ah.

3Ali Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm.1.
4Aprilia Wahyu Dini, “Analisis Preferensi Nasabah Bank Syariah Di Kota Surakarta”, Surakarta: FP
Universitas Sebelas Maret, 2007, hal.6.
4

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Bank Syari’ah?
2. Apa Saja Kunci Sukses Pengelolaan Bank Syari’ah?

1.3 Tujuan Penulisan


1 Untuk mengetahui Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Bank Syari’ah.
2 Untuk mengetahui Kunci Sukses Pengelolaan Bank Syari’ah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Bank Syari’ah


Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah memasuki babak
baru. Pertumbuhan industri perbankan syariah telah bertransformasi dari hanya
sekedar memperkenalkan suatu alternatif praktik perbankan syariah menjadi
bagaimana bank syariah menempatkan posisinya sebagai pemain utama dalam
percaturan ekonomi di Indonesia. Bank syariah memiliki potensi besar untuk
menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi mereka.5
Strategi pengembangan dan pengelolaan perbankan syari’ah diarahkan
untuk meningkatakan kompetensi usaha yang sejajar dengan sistem perbankan
konvensional yang dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada analisis
kekuatan dan kelemahan perbankan syari’ah di Indonesia saat ini. Upaya tersebut
dilakukan melalui peningkatan keahlian sumber daya manusia, penyempurnaan
ketentuan dan program sosialisasi.6
Bank syari’ah di indonesia masih jauh dari sempurna, karena
pengalamannya masih minim untuk ukuran untuk sebuah bank di indonesia, ada
beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengembankan bank syari’ah
dalam memberdayakan ekonomi umat, yaitu:

a. Strategi Pengembangan: Islamic Full Branch


Di Indonesia sistem Islamic Full Branch, yaitu suatu cabang penuh
menerapkan system syari’ah. Dengan ciri cabang menerapkan system syari’ah
secara penuh, pembukaanya secara terpisah dengan kantor induk, bank Induk
masih konvensional menyisihkan sejumlah modal untuk unit usaha syari’ah
(UUS). Sistem ini seperti yang diterapkan di Arab Saudi. Contoh Bank Penerap
Sistem Islamic Full Branch: Bank IFI, Bank Syari’ah Mandiri (konversi dari bank
Susila Bhakti), BNI Syari’ah, BPD Jabar, Bukopin dan lain-lain.7

5 Ibid, hal. 9.
6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm.227.
7 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2002, Hal. 437

5
6

b. Strategi Pengelolaan: Pembiayaan


Para pengusaha kecil lebih mendambakan system pembiayaan dengan
system bagi hasil, karena dirasa lebih sesuai dengan siklus bisnis usaha menengah
kecil. Bank syari’ah secara bertahap harus mengembangkan system pembiayaan
mudharabah dan musyarakah, agar portofolio pembiayaannya tidak terlalu
didominasi oleh pembiayaan murabahah apalagi bai bithaman ajil.
Hampir semua bank syari’ah di dunia didominasi dengan produk
pembiayaan murabahah. Mengapa? Karena sistem murabahah lebih mudah
dimengerti oleh masyarakat dan para pegawai bank itu sendiri yang kebanyakan
mereka telah mengenal akrab dengan (sahabat) bunga Sistem Bagi Hasil sedikit
sekali diterapkan, kecuali di Iran (48%), Sudan (62%). Di Indonesia, Bank
Muamalat Indonesia baru mengembangkan produk pembiayaan bagi hasil dimulai
sejak tahun ke-6. Perkembangannya cukup baik, tahun 1999 telah mencapai 51%
dari portofolio pembiayaanya.8

c. Strategi Pengelolaan: Persepsi Masyarakat


Persepsi masyarakat tentang bank syari’ah masih keliru. Bank syari’ah
dipandang sebagai:
1. Bank syari’ah sebagai bank sosial (baitul mal) untuk membantu pembangunan
(ekonomi umat)
2. Bank syari’ah sebagai bank bagi hasil. Implikasi kekeliruan persepsi pertama
berdampak pada pemahaman masyarakat bahwa:
a. Bank syari’ah tidak boleh meminta jaminan dalam memberikan
pembiayaan
b. Bank syari’ah tidak mengenakan denda bila nasabah tidak membayar tepat
pada waktunya
c. Bank syari’ah tidak boleh menyita jaminan.
Kemungkinan implikasi dari kekeliruan persepsi kedua, memberikan efek
atas pandangan masyarakat tentang bank syari’ah sebagai berikut:

8 Ibid, hal. 437-438.


7

1. Untuk semua kebutuhan nasabah harus menggunakan produk mudharabah atau


musyarakah
2. Bagi hasil yang diberikan bank kepada nasabah harus lebih besar jika
dibandingkan dengan bunga dari bank konvensional, sehingga bagi hasil
nasabah pembiayaan harus lebih kecil daripada bunga bank
3. Bagi hasil dibayar setahun sekali, seperti waktu pembayaran dividen
4. Bank akan turut campur dalam manajemen perusahaan nasabah
5. Bank akan turut memiliki perusahaan nasabah.

Kesalahan persepsi masyarakat ini bertambah pada lagi dengan sikap


sebagian karyawan bank syari’ah yang cenderung terlalu menyederhanakan
konsep bank syari’ah dilapangan, sehingga bank syari’ah terkesan sekedar: Bank
konvensional – bunga + istilah Arab + zakat + jilbab + assalamu’alaikum.
Artinya, bank syari’ah dalam menjalankan aktivitas tidak sampai hakikat bank
syari’ah itu sendiri. Namun, hanya sekedar menggunakan istilah Arab dalam
produknya, pada masa haul-nya bank syari’ah membayar zakat, para karyawannya
dalam bekerja menggunakan atribut-atribut (pakaian) muslim atau setiap
bertemuan saling menyapa dengan ucapan salam.

Akan tetapi, bank syari’ah harus lebih daripada itu, terutama dalam
masalah mekanisme produk yang ditawarkan kepada calon nasabah, perlu
memperhatikan kaidah-kaidah syari’ah. Oleh karena keterbatasan para pegawai
bank syari’ah dalam memahami konsep syari’ah dalam ekonomi dan perbankan,
maka masih dijumpai kesalahan dalam menerapkan akad dalam melakukan
transaksi di bank syari’ah.

Pengembangan jaringan bank syariah, menyediakan kemudahan akses


layanan jasa bank syariah kepada masyarakat luas, mendukung pembentukan
pasar uang antarbank, intermediasi pasar uang dan pasar modal, pembiyaan
fasilitas kredit usaha, anjak piutang sebagainya sehingga akan mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan bank syariah yang sehat serta dapat diterima
dalam kehidupan perekonomian berbasiskan kerakyatan, khususnya umat muslim.
8

Prinsip bank-bank Islam, dikembangkan tersebut tidak terlepas dari konsep


syariah Islam yang tidak memperbolehkan pemisahan antara hal yang temporal
(nilai duniawi) dan unsur keagamaan dalam pengelolaan bank syariah.
Konsekuensinya, konsep bagi hasil dan bagi resiko sesuai dengan kaidah agama,
maka keuntungan adalah bagi yang menanggung resiko. Bank syariah akan
menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat
investasi. Pihak bank syariah menerima dana dari pihak ke-tiga berdasarkan
kontrak (mudharabah) dalam bentuk kesepakatan bersama antara penyedia dana
(pemegang rekening investasi) dan pengelola dana (bank syariah), baik berkenaan
dengan pembagian hasil maupun dalam hal menanggung terjadi resiko kerugian.9

2.2 Kunci Sukses Pengelolaan Bank Syari’ah


Beberapa hal yang perlu diperhatikan para pengelolaan Bank Islam dalam
mencapai sukses pengelolaan adalah memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Misi Bank Syari’ah


Misi Bank Indonesia terkait Bank Syari’ah Indonesia adalah “Mewujudkan
iklim yang kondusif untuk pengembangan perbankan syariah yang istiqomah
terhadap prinsip-prinsip syariah dan mampu berperan dalam sektor riil, yang
meliputi: melakukan kajian dan penelitian tentang kondisi, potensi serta
kebutuhan perbankan syariah secara berkesinambungan; mempersiapkan konsep
dan melaksanakan pengaturan dan pengawasan berbasis risiko guna menjamin
kesinambungan operasi perbankan syariah yang sesuai dengan karakteristiknya;
mempersiapkan infrastruktur guna peningkatan efisiensi operasional perbankan
syariah; mendesain kerangka ‘entry and exit’ perbankan syariah yang dapat
mendukung stabilitas sistem perbankan.“10
Kehadiran lembaga keuangan syari’ah dipersada ini memiliki misi khusus.
Misi yang paling utama adalah misi sosial dan bisnis. Berkaitan dengan ini,
lembaga keuangan syari’ah, khususnya bank Islam, disamping membawa misi
juga sekaligus membawa beban yang membuatnya harus dikelola ekstra ketat. Hal

9 Rifatin Afrilia, “Strategi dan Kunci Sukses Manajemen Bank Syari’ah” diakses dari
http://radjafamily.blogspot.co.id/2016/08/strategi-dan-kunci-sukses-manajemen.html, Pada tanggal 02
Desember Pukul 20:25.
10 Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, 2002, hlm.16.
9

ini harus dipahami betul para pengelola Bank Islam. Memang benar, oleh karena
bank Islam membawa misi itulah, ia tidak lebih rawan daripada bank
konvensional.
Dalam seluruh operasinya Bank Islam diawasi secara ketat. Para pengelola
bank Islam harus menaruhkan jiwa dan raganya untuk dunia akhirat. Bank
syari’ah membawa misi keadilan, maka untuk dapat menjalankan usaha yang
halal harus diawasi oleh Dewan Pengawas Syari’ah. Jadi, kalau ada sekelompok
orang yang mau mendirikan Bank Islam, akan dibela mati-matian jangan sampai
Bank Islam yang didirikan itu rusak atau bahkan bubar.
Dengan demikian dalam pengelolaan bank syari’ah adalah lebih rawan
dibandingkan dengan perbankan konvensional. Lalu bagaimana caranya? Ada dua
hal dalam hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Harus ditumbuhkan tekad yang kuat dari para pengelolaanya dalam
mengemban dan menjalankan berhasilnya pelaksanaan misi.
2. Dalam pengelolaan bank syari’ah perlu dicarikan orang-orang atau sumber
daya yang memang betul-betul professional. Artinya, adalah sumber daya yang
memahami secara konsep keagamaan (syari’ah) dan keterampilan operasional
perbankan syari’ah. Jika kedua hal tersebut diatas, dimiliki oleh para pengelola
bank Islam maka insya Allah pencapaian misi dan target operasional dapat
terwujud.

b. Sifat Istiqomah
Bisnis perbankan syari’ah merupakan suatu bisnis yang mencoba
memadukan konsep kebersamaan dalam berusaha dan menjalankan perlombaan
antara nasabah dengan para pengelola dalam mendapatkan keberuntungan dunia
akhirat. Ada beberapa hal penting dalam rangka menunjang keberhasilan
operasional perbankan syari’ah. Masalah utama keberhasilan bank Islam terletak
pada kesiapan nasabah menerima bagi hasil yang rendah atau tanpa imbalan sama
sekali pada tahap awal operasional Bank Islam.
Disinilah diperlukan nasabah-nasabah yang istiqomah terhadap praktik
penting, terutama dalam rangka mewujudkan konsistensi bisnis berdasarkan
10

syari’ah Islam. Pada tahap berikutnya, setelah bank Islam memperoleh laba riil,
maka nasabah mulai memperoleh bagi hasil. Pada saat tingkat bagi hasil setara
atau melampaui tingkat bunga tabungan/deposito (bank konvensional), maka
disinilah saat take off-nya bank syari’ah, dimana keunggulannya mulai
menunjukan hasil.
Harus dipahami, bahwa pada tahap awal, khususnya pada masa tiga bulan
pertama kondisi masih zero. Sebab pada tahap ini bank Islam mulai dengan modal
saja, tanpa tabungan. Dan mungkin baru kira-kira enam bulan. Bank Islam baru
mendapatkan tabungan. Dalam kondisi ini, para pengelola juga
harus istiqomah. Artinya, mereka harus mau menerima gaji yang mungkin lebih
rendah dairpada gajinya yang dulu.

c. Memperhatikan Likuiditas
Persoalan likuiditas merupakan persoalan umum bagi setiap bank, bukan
saja persoalan bank Islam. BPR dan bentuk umumpun akan mengalaminya.
Persoalan yang muncul adalah bagaimana caranya agar likuiditas bank tetap
terjaga. Bagi bank Islam dalam menjaga likuiditas ini sebenarnya ada kiat-kiat jitu
untuk mengamankan likuiditas paling sedikit ada dua kiat untuk hal likuiditas,
yaitu:
1. Penggalangan umat. Apabila suatu bank syari’ah berada dalam suatu wilayah
yang mayoritas umat Islam. Disini kuncinya adalah kekompakan tiga
komponen pengurus, yaitu Direksi, Komisaris dan Dewan Syari’ah. Jika
ketiganya kompak, maka masalah pasokan sumber dana dapat tertolong. Kalau
tidak kompak, maka tidak lagi terlihat kalau ini bank syari’ah.
2. Kalau misalnya terpaksanya harus memberikan imbalan bagi hasil yang
memadai, maka lebih bagus bank syari’ah jangan dulu menerima simpanan.
Pergunakan dulu dana saham. Setelah ada hasilnya, baru buka simpanan.
Itupun harus diinformasikan (pengertian) kepada nasabah mungkin yang ia
terima masih lebih kecil daripada tingkat bunga yang berlaku.
Cirri-ciri bank Islam yang melakukan praktik semacam itu dapat kelihatan
jika pembiayaan baitu bitsaman ajil, atau murabahah mahal, mark-up-nya tinggi.
11

Jika pembiayaan dengan sistem bagi hasil, mestinya banknya yang menentukan,
bukan hasil musyawarah dengan debitur.

d. Interest Oriented
Persaingan dunia perbankan ditanah air kita sekarang ini semakin ketat.
Apalagi dengan adanya depresiasi rupiah, maka masing-masing bank berusaha
memberikan suku bunga yang tinggi. Dalam kondisi ini, bagaimana sikap bank
syari’ah dalam kaitannya dengan upaya operasionalnya. Jawabannya kembali
pada ke istiqomahan. Harus disadari, oleh para pengelola bank syari’ah,
bahwa interest oriented akan menjadi masalah bagi bank syari’ah pemula, dimana
tingkat bagi hasilnya belum mampu bersaing dengan bank konvensional.
Ditambah lagi nasabah belum siap (istiqomah) terhadap praktik bagi hasil.
Sebenarnya bank syari’ah tidak perlu khawatir nasabah lari, bila bagi
hasilnya kecil. Kesalahan dari pengelola bank syari’ah adalah pada asumsinya
yang menganggap bahwa masyarakat kita adalah masih materialistis, sehingga
kebijakan imbalan bagi hasil tetap mengacu pada bunga bank konvensional.
Padahal belum tentu masyarakat kita adalah materialistic.
Adapun yang menjadi daya tarik atau keunggulan bank syariah, antara lain:

1. Karena pola konsumsi yang diajarkan islam, yaitu tidak boros dan tidk kikir,
jadi diantara keduanya, memungkinkan umat islam menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk ditabung/disimpan.
2. Ajaran islam mengharuskan umatnya untuk melakukan berbagai macam
kegiatan usaha produktif/investasi. Hal tersebut dengan mudah dilakukan
dengan menggunakan tabungan/simpanan tersebut diatas.
3. Lembaga perbankan adalah lembaga yang teapat untuk menampung kelebihan
dana (untuk ditabung), juga untuk menampung dana-dana umat lainnya seperti
zakat, infaq, shodaqoh untuk membantu umat melakukan investasi.
4. Karena bank syariah tidak menganut sistem bunga dan sebagai gantinya adalah
melalui sistem bagi hasil (profiy and loss sharing/PLS), maka
12

penyimpan/penyandan dana akan menerima imbalan (return on


investment/ROI) yang lebih adil.
5. Pada bank syariah kepentingan-kepentingan penyandang dana, pemegang
saham bank dan penggunan dana, lebih dapat diharmoniskan karena
menggunakan LPS, dimana kepentingan ketiga pihak tersebut yaitu
imbalan/bagi hasil sesuai dengan kenyataan yang terjadi. 11

11
Muhammad Ibnu Soim, “Bab 1 Strategi Dan Kunci Sukses Manajemen Bank Syari’ah”, diakses dari
http://ibnu-soim.blogspot.co.id/2013/05/bab-i-strategi-dan-kunci-sukses.html, Pada tanggal 02 Desember
Pukul 20:22.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah yang berjudul “Strategi Pengembangan dan
Pengelolaan Bank Syari’ah” maka dapat disimpulkan bahwa bila kita mau belajar
dari pengalaman, kemungkinan bank syari’ah gagal adalah sangat tipis.
Bagaimana mungkin gagal, sebab bank syari’ah sebenarnya tidak banyak
dipengaruhi beban bunga yang telah dipastikan kepada penyimpan dana. Bank
syari’ah hanya memberikan bagi hasil sesuai dengan kemampuanya, tidak ada
paksaan.
Penabung menginginkan bunga yang tinggi, peminjam menginginkan
bunga rendah, jika demikian tidak akan ketemu. Jika kedua-duanya diikuti, maka
yang menjadi turun adalah optimalisasi spread. Akibatnya spread yang tidak
optimal menjadikan kinerja bank menjadi menurun.
Strategi adalah taktik atau rencana yang disusun untuk mencapai sasa-ran
dan tujuan yang sebelumnya telah ditentukan oleh sekelompok orang. Ada
beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bank syari’ah,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Strategi Pengembangan : Islamic Full Branch
b. Strategi Pengelolaan : Pembiayaan
c. Strategi Pengelolaan : Persepsi Masyarakat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengelolaan Bank Islam dalam
mencapai sukses pengelolaan adalah sebagai berikut:
a. Misi Bank Syari’ah
b. Sifat Istiqomah
c. Memperhatikan Likuiditas
d. Interest Oriented

13
DAFTAR PUSTAKA

Afrilia, Rifatin. 2016. “Strategi dan Kunci Sukses Manajemen Bank Syari’ah”
diakses dari http://radjafamily.blogspot.co.id/2016/08/strategi-dan-kunci-
sukses-manajemen.html, Pada tanggal 02 Desember Pukul 20:25.

Antonio, Muhammad Syafi’i.2004. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:


Gema Insani.

Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia. 2002.

Dini, Aprilia Wahyu. 2007. Analisis Preferensi Nasabah Bank Syariah Di Kota
Surakarta. Skripsi. Surakarta: FP Universitas Sebelas Maret.

Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta:UPP AMP YKPN.

Soim, Muhammad Ibnu. 2013. Bab 1 Strategi Dan Kunci Sukses Manajemen
Bank Syari’ah. diakses dari http://ibnu-soim.blogspot.co.id/2013/05/bab-i-
strategi-dan-kunci-sukses.html, Pada tanggal 02 Desember Pukul 20:22.

Zainuddin, Ali. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

14

Anda mungkin juga menyukai