Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN LIKUIDITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Lembaga


Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Nurse Fatimah MZ, S.E.Sy., M.E.

Disusun Oleh:
Kelompok VI
Kelas/Semester: V/B

Asanudin NIRM. 1209.18.08566


Cut Aldanita NIRM. 1209.18.08567
Suriyati NIRM. 1209.18.08590
Veni Lestari NIRM. 1209.18.08594

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESy)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum tugas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan. Kemudian dana yang telah terkumpul tersebut disalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit), serta memberikan jasa-jasa bank
lainnya. Untuk bisa menghimpun dana dari masyarakat, maka bank memiliki
keharusan un tuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan dijamin
keamanannya. Dengan demikian, agar bisa memberikan keamanan kepada para
nasabah, maka bank tersebut haruslah likuid atau dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yakni memiliki dana fresh atau uang cash untuk melayani nasa bah dalam
pengambilan tunai dan juga memenuhi dan merealisasikan pengajuan permohonan
kredit atau pembiayaan.
Kajian mengenai likuiditas di dunia perbankan, merupakan satu keharusan yang
harus dilakukan, baik itu oleh pihak perbankan, praktisi keuangan, ataupun pihak-
pihak ketiga yang berencana menitipkan dananya di bank. Pentingnya penilaian atas
likuiditas suatu bank merupakan salah satu cara untuk bisa menentukan apakah bank
tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.
Salah satu penyebab kebangkrutan suatu bank adalah karena
ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu,
likuiditas yang tersedia harus cukup sehingga tidak mengganggu kebutuhan
operasional.
Oleh karena itu penulis akan membahas secara rinci mengenai manajemen
likuiditas bank syariah pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan likuiditas ?
2. Apakah yang dimaksud dengan risiko likuiditas dan manajemen likuiditas.
3. Apakah tujuan dan fungsi likuiditas ?

1
4. Apasajakah alat likuid bank syariah ?
5. Bagaimanakah instrumen likuiditas bank syariah
6. Bagaimanakah trade off (tarik ulur) antara likuiditas dan profitabilitas dalam
perbankan ?
7. Apakah yang dimaksud dengan rasio likuiditas ?
8. Bagaimanakah pengelolaan likuiditas bank syariah ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat merumuskan tujuan
permsalahan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan likuiditas.
2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan risiko likuiditas dana
manajemn likuiditas.
3. Untuk mengetahui apakah tujuan dan fungsi dari likuiditas
4. Untuk mengetahui apasajakah alat likuid bank syariah.
5. Untuk mengetahui bagaimanakah instrumen likuiditas banak syariah.
6. Untuk mengetahui bagaimanakah trade off antara profitanilitas dan likuiditas
dalam perbankan.
7. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan rasio likuiditas.
8. Untuk mengetahui bagaimnakah pengelolaan likuiditas dalam bank syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Likuiditas
Secara umum, pengertian likuditas adalah kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai.1 Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian likuiditas pada umumnya
adalah mengenai posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk
memenuhi kewajiban (membayar utang) yang jatuh tempo tepat pada waktunya.
Apabila dikaitkan dengan lembaga bank, berarti kemampuan bank setiap waktu
umtuk membayar utang jangka pendeknya apabila tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau
pihak-pihak terkait. Jadi, yang dimaksud likuiditas disini adalah kemudahan
mengubah aset menjadi uang tunai dari masing-masing bank yang bersangkutan.2
Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-
hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi
permintaan kredit yang diajukan para debitur.
Pengertian likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas
adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash),
sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi
kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas. 3
B. Risiko Likuiditas dan Manajemen Likuiditas
Bank wajib menyediakan likuiditas tersebut dengan cukup dan mengelolanya
dengan baik karena apabila likuiditas tersebut terlalu kecil, akan menganggu kegiatan
operasional bank. Sekalipun demikian, likuiditas juga tidak boleh terlalu besar akan
menurunkan efesiensi bank sehingga berdampak rendahnya profitabilitas. Dalam hal

1
Elfadhil, “Manajemen Likuiditas Bank Syariah”, JURIS Volume 11, Nomor 1 Juni 2012,
Hal. 51.
2
Nurul Ichsan, “Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah”, (Jakarta: UHAMKA, 2013), Hal. 85.
3
Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), Hal. 182.
bank tidak mampu memenuhi kebutuhan dana sehari-hari ataupun memenuhi
kebutuhan dana yang mendesak, muncullah risiko likuiditas.4
Resiko likuiditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari
adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek
dan aktiva yang ada pada umumnya berjangka panjang. Besar kecilnya risiko
likuiditas ditentukan antara lain:
1. Kecermatan dalam prencanaan arus kas atau arus dana berdasarkan prrediksi
pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana, temasuk mencermati tingkat
fluktuasi dana;
2. Ketepatan dalam mengatur struktur dana temasuk kecukupan dana-dana non-
LPS;
3. Ketersediaan asset yang siap dikonversikan menjadi kas;
4. Kemampuan menciptakan akses ke pasar antarbank atau sumber dana lainnya,
temasuk fasilitas lender of last resort.5
Apabila kesenangan tersebut cukup besar, kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo akan turun. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas, diperlukan manajemen likuiditas,
yang pengelolaan likuiditas bank juga merupakan bagian dari pengelolaan
liabilitas.
Menurut beberapa pakar perbankan pengertian manajemen likuiditas adalah
sebagai berikut: Duanne B. Graddy “Likuiditas melibatkan perkiraan permintaan
dana oleh masyarakat dan penyediaan cadangan untuk memenuhi semua
kebutuhan”.Menurut Oliver G. Wood “Likuiditas melibatkan perkiraan kebutuhan
dan penyediaan kas secara terus menerus baik kebutuhan jangka pendek atau
musiman atau kebutuhan jangka panjang”.6
Manajemen likuiditas bank adalah suatu proses pengendalian dari alat-alat likuid
yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus

4
Ibid., Hal. 183.
5
Ibid.
6
Elfadhil, Op.Cit., Hal. 87.
dibayar. Manajemen likuiditas adalah mengelola bagaimana bank dapat memenuhi
baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi
penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai dengan perjanjian atau yang
belum diperjanjikan, 7
C. Tujuan dan Fungsi Manajemen Likuiditas
Kesulitan likuiditas seringkali menjadi tanda-tanda awal bahwa suatu bank akan
mengalami kesulitan finansial yang lebih serius. Kesulitan ini biasanya diawali
dengan turunnya simpanan (depposite) masyarakat yang menyebabkan kekurangan
alat likuid sehingga terpaksa harus melakukan pinjaman antar bank dan menjual
aktiva cadangannya. Kesulitan itu akan bertambah parah jika bank-bank lain mulai
menolak memberikan bantuan atau pinjaman kepada bank-bank yang bermasalah.
Dalam keadaan sulit bank cenderung akan berusaha memperoleh pinjaman dana
dengan biaya berapapun untuk menjaga citranya. Kemampuan ini berarti bank
mengorbankan profit untuk kepentingan likuiditas. Kemampuan bank dalam
mengelola likuiditasnya secara baik dapat menjamin terpenuhinya kewajiban secara
tertib sehingga bank itu akan terhindar dari resiko biaya pinjaman yang tinggi. 8
Adapun tujuan manajemen likuiditas adalah untuk:
1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan
oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia.
2. Mengelola alat alat likuid agar selalu memenuhi semua kebutuhan arus kas
termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba
terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo.
3. Meminimalkan idle fund (dana yang menganggur).
4. Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus kas agar selalu dalam posisi aman
terutama dalam tingkat bunga berfluktuatif. 9

7
Nurul Ichsan, Op.Cit., Hal. 86.
8
Pramuharjo, Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kinerja Bank Syariah, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2005), Hal. 55.
9
Sulistyowati, “Manajemen Likuiditas Bank Syariah(Upaya Peningkatan Good Corporate
Governance)”, UNIVERSUM Vol. 9 No. 1 Januari 2020, Hal. 38.
Fungsi dari likuditas secara umum untuk: Pertama, menjalankan transaksi
bisnisnya sehari-hari. Kedua, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak. Ketiga,
memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibiltas dalam
meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungkan.10
D. Alat Likuid Bank Syariah
Alat likuid merupakan bagian dari aktivitas lancar yang berfungsi menjaga
likuiditas bank syariah atau unit usaha syariah. Kemampuan likuiditas suatu aset
bergantung pada kandungan daya cair aset (self contained liquidity) dan daya jual
aset (marketability). Alat likuid bertujuan menjaga likuiditas bank syariah.
Suatu rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas bank adalah cash ratio
yang dihitung dengan rumus :

Cash ratio = ((Alat likuid yang dikuasai)/(kewajiban yang segera dibayar)) x 100%.

Semakin tinggi nilai cash ratio, semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank
tersebut. Alat likuiditas (primary reserve) terdiri dari :
1. Kas pada vault. Alat likuid ini berisi uang tunai yang dipelihara oleh bank untuk
memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari.
2. Giro di bank sentral. Rekening giro di bank sentral merupakan sarana transaksi
antarbank baik dalam rangka melakukan kliring maupun untuk transaksi
pinjaman antarbank atau dengan bank sentral.
3. Giro di bank lain. Rekening giro di bank lain bertujuan untuk melancarkan
transaksi antar bank (transfer, inkaso, transaksi L/C dan lain-lain).
4. Item-item uang tunai yang masih dalam proses inkaso. Alat likuid ini terdiri atas
cek bank sentral atau bank koresponden yang belum secara efektif dikreditkan
pada rekening bank di bank sentral atau bank koresponden. 11
E. Instrumen Manajemen Likuiditas Bank Syariah
Selain primary reserve, kunci terpeliharanya likuiditas suatu bank adalah
secondary reserve dalam jumlah yang memadai. Secondary reserve merupakan dana

10
Khaerul Umam, Op.Cit., Hal. 182.
11
Ibid., Hal. 190-191.
pendukung apabila primary reserve tidak dapat mencukupi kebutuhan likuiditas.
Umumnya, secondary reserve diinvestasikan dalam intrumen keuangan yang
memenuhi syarat berikut:
1. High quality (Low default risk);
2. Short term maturity (Tenor < 1 tahun);
3. Marketable;
4. Bentuk investasi dapat dilakukan melalui Pasar Uang Antar Bank Syariah
(PUAS) dan Pasar Modal Syariah. 12
Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syari’ah dalam
rangka memenuhi kewajiban likuiditas, yaitu:
Giro Wajib Minimum Giro Wajib Minimum adalah simpanan minimum bank
(GMW) umum dalam giro pada Bank Indonesia yang besarnya
ditetapkan olah BI berdasarkan persentase tertentu dari
Dana Pihak Ketiga (DPK). Perhitungan ini berlaku baik
untuk GWM dalam rupiah maupun valuta asing.
Kliring Kliring adalah sarana perhitungan utang-piutang antar bank
dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan
surat-surat dagang guna memperlancar lalu lintas
pembayaran yang terdiri dari pengiriman uang, inkaso, dan
pembukaan letter of credit. Ketentuan mengenai kliring
yang berlaku bagi bank umum konvensional berlaku pula
bagi bank umum yng berdasarkan prinsip syariah, dengan
beberapa perbedaan dan tambahan. Ketentuan yang berlaku
bagi bank berdasarkan prinsip syariah antara lain meliputi
ukuran besarnya sanksi pelanggaran saldo giro negatif dan
tatacara pengenaan sanksi untuk bank-bank bersaldo
negatif
BLBI BLBI Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah

12
Ibid., Hal
skema bantuan (pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia
kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada
saat terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini
dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF
dalam mengatasi masalah krisis. 13

Selain instrumen diatas juga ada Instrumen yang saat ini tersedia untuk
melakukan manajemen likuiditas bank syariah melalui pasar uang antarbank syariah,
antara lain, yaitu:
Sertifikat Bank Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga
Indonesia Syariah berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam
(SBIS) mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Deposito Antar Bank Sebagai sarana pengelolaan likuiditas, Bank Syariah dapat
Syariah menggunakan sarana Deposito Antarbank, baik dalam
penempatan dananya maupun dalam memenuhi kebutuhan
dananya. Deposito Antarbank ini menggunakan prinsip
Mudharabah.
Sertifikat Investasi Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank yang
Mudharabah selanjutnya disebut SIMA adalah sertifikat yang diterbitkan
Antarbank (SIMA) oleh Bank Syariah atau UUS yang digunakan sebagai sarana
investasi jangka pendek di puas dengan akad mudharabah.
SIMA diterbitkan oleh Bank pengelola dana (Bank Syariah
atau unit usaha syariah) dengan jangka waktu paling lama
365 hari dan dapat diperjualbelikan (treadable), sepanjang
sebelum jatuh tempo
Fasilitas Simpanan Merupakan fasilitas yang diberikan Bank Indonesia kepada
Bank Indonesia Bank untuk menempatkan dananya di Bank Indonesia dalam
Syariah (FASBIS) rangka kegiatan Operasi Pasar Terbuka (OPT). Jangka waktu

13
Nurul Ichsan, Op.Cit., Hal. 97.
FASBIS maksimum 7 hari dengan sistem imbalan berupa
fee, dan diterbitkan tanpa bukti kepemilikan (warkat)
melainkan bukti pendebatan atau pengkreditan rekening giro
bank brupa confirmation advice pada sistem BI-RTGS.
FASBIS tidak dapat diperdagangkan, tidak dapat digunakan,
dam tidak dapat dicairkan sebelum jatuh waktu
Fasilitas Pembiayaan Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syraiah atau
Jangka Pendek Bagi sering disebut dengan FPJPS merupakan instrumen dari
Bank Syariah Bank Indonesia sebagai The Lender Of Last Resort bagi
(FPJPS) Bank-bank Syariah yang mengalami kesulitan likuiditas atau
kesulitan pendanaan jangka pendek yang disebabkan oleh
tergantungnya arus dana masuk yang lebih kecil
dibandingkan dengan arus dan keluar (mismatch). Tujuan
dari diberlakukan FPJPS ini adalah umtuk mebantu bank
Syariah yang mengalami kesulitan pendanaan jangka
pendek, namun memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan
permodalan (illiquid but solvent).
Fasilitas Likuiditas Untuk mengatasi kemacetan dalam sistem pembayaran
Intrahari Bagi Bank dalam implementasi BI-RTGS maka Bank Indonesia
Umum Berdasarkan memandang perlu untuk menyediakan fasilitas pendanaan
Prinsip Syariah dalam jangka waktu yang sangat pendek berdasarkan prinsip
(FLIS) syariah selama waktu operasional Sistem BI-RTGS dalam
bentuk FLIS-RTGS yang wajib dilunasi oleh bank pada
akhir hari yang sama. Selain itu untuk mengatasi
mangantisipasi kemungkinan kegagalan bank dalam
memenuhi kewajibannya sebagai peserta dalam SKNBI,
Bank Indonesia juga memandang perlu untuk menyediakan
fasilitas pendanaan untuk jangka waktu yang sangat pendek
berdasarkan prinsip syariah selama waktu operasional berupa
FLIS kliring yang wajib dilunasi pada waktu akhir yang
sama.14

F. Trade Off (Tarik Ulur) Likuiditas dan Profitabilitas


Setelah dipaparkan penulis di atas mengenai likuiditas selanjunya adalah
mengenai profitabiltas. Profitabilitas yaitu kemampuan suatu bank dalam
menghasilkan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan
untuk menghasilkan laba tersebut. 15 Pada umumnya profitabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan aktiva laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan
dengan aktiva atau modal. Profitabilitas merupakan suatu kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu.16
Pengukuran likuiditas adalah pengukuran yang sangat dilematis, karena di satu
sisi usaha bank utama adalah memasarkan dan atau memutar uang nasabahnya
untuk mendapatkan keuntungan. Artinya bisnis perbankan harus memaksimalkan
pemasaran uangnya dan sekecil mungkin mencegah uang menganggur (idle money).
Disisi lain untuk dapat memenuhi kewajibanya terhadap para deposan dan debitur
yang sewaktu- waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut harus selalu dalam
posisi siap membayar, yang artinya bank harus mempunyai cadangan uang
menganggur yang cukup.
Keadaan seperti menunjukkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara likuiditas dan profitabilitas yang umumnya terjadi tarik kepentingan (trade-
off), yaitu jika likuiditas tinggi, maka profitabilitas bank akan rendah. Barlaku
sebaliknya, jika likuiditas rendah maka profitabilitas bank akan tinggi. Kondisi
tersebut membutuhkan pengendalian instrumen atau alat-alat likud yang mudah
ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera di bayar dengan
menjaga efisiensi bank yang akan berdampak pada meningkatnya profitabilitas bank.

14
Ibid., Hal. 98-99.
15
https://ekciznarciz.wordpress.com/2011/04/30/likuiditas-dan-profitabilitas-dalam-bank/
(Diakses Pada Tanggal 05 Desember 2020, Pukul 19:34 WIB).
16
Irsad Andriyanto, “Analisis Strategi Bmt Dalam Menghadapi Trade Off Antara Likuiditas
Dan Profitabilitas”, BISNIS, Vol. 2, No. 2, Desember 2014, Hal. 108.
Jika tidak, maka akan terjadi risiko likuiditas yang akhirnya akan mengganggu
kegiatan operasional bank.17
Dalam manajemen aktiva pasiva, ada dua strategi yang dapat digunakan untuk
mengatasi dilema likuiditas dan profitabilitas yaitu pool of fund approach dan asset
allocation approach. Berikut penjelasannya.
1. Strategi pool of fund
Strategi pool of fund dilakukan dengan memperlakukan semua kewajiban
bank yang berasal dari berbagai sumber sebagai dana tunggal tanpa membedakan
sumber, bentuk dana maupun jangka waktu dan karakteristik-karakteristik lain
dari dana tersebut secara individual. Dana ini kemudian dialokasikan berdasarkan
prioritas penggunaan sesuai kebijakan dan strategi manajemen.18
Skema Strategi Pool Of Fund Approach

2. Asset allocation approach


Sebagai koreksi atas strategi pool of fund approach, strategi asset allocation
approach pengalokasian dana bank harus diperlakukan secara individu dengan
mempertimbangkan karakteristik sendiri-sendiri. Dana dengan sifat perputaan
tinggi diprioritaskan dalam cadangan primer dan sekunder, sedangkan yang

17
https://ekciznarciz.wordpress.com/2011/04/30/likuiditas-dan-profitabilitas-dalam-bank/
(Diakses Pada Tanggal 05 Desember 2020, Pukul 19:34 WIB).
18
Irsad Andriyanto, Op.Cit., Hal. 108.
perputaranya rendah dapat diprioritaskan pada penyaluran kredit atau aktiva
jangka panjang lainya. Terdapat beberapa alternatif pengguanaan dana
berdasarkan skala prioritasnya dapat digolongkan kedalam cadangan primer
(primary reserve), cadangan sekunder (secondary reserve), cadangan tersier
(tertiary reserve) atau kredit yang disalurkan (loan), quertery reserve atau
investmen dan quinnary reserve atau fixed assaet.
Dana yang memiliki sifat perputaran yang cukup tinggi hendaknya
penggunaannya diprioritaskan dalam cadangan primer dan sekunder, sedangkan
dana yang perputaranya relatif rendah pengalokasiannya dapat diprioritaskan pada
pos kredit yang diberikan dan aktiva jangka panjang lainnya.19
G. Rasio Likuditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karenan kegagalan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan
lihat aktiva lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya (hutang yang dimaksud
disini adalah kewajiban perusahaan).
Rasio-rasio likuiditas pada prinsipnya bertujuan untuk membantu perusahaan
mengetahui kemampuan modal yang bekerja sejalan dengan aktivitas perusahaan agar
selalu dalam posisi siap digunakan untuk membayar kewajiban atau hutang jangka
pendeknya. Berikut adalah rasio-rasio likuiditas:
1. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini menunjukkan tingkat keamampuan peusahaan untuk membayar
hutang-hutang jangka pendek dengan melihat jumlah kas dan bank yang dimiliki
perusahaan. Dengan kata lain cash ratio adalah perbandingan antara alat likuid
dengan hutang lancar.20

19
. Ibid.
20
Ibid.
Tabel 1. Kriteria Penilaian Likuditas Cash Ratio
Rasio kas % Kriteria
< 14 dan > 56 Tidak likuid
(14 – 20) dan (46 – 56) Kurang likuid
(26 – 34) Likuid

2. Rasio pinjaman terhadap dana yang diterima


Merupakan alat ukur rasio likuiditas yang mengukur sejauh mana besarnya
utang dapat ditutupi oleh modal. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur
modal dari total utang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.21
Tabel 2. Kriteria Penilaian Likuditas FDR
Rasio kas % Kriteria
< 50 Tidak likuid
51 – 75 Kurang likuid
76 – 100 Cukup likuid
> 100 Likuid

H. Kendala Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah


Baik bank konvesional maupun bank syariah wajib mengelola likuiditasnya
karena pengelolaan likuiditas tersebut diperlukan untuk memenuhi kewajiban bank,
terutama kewajiban jangka pedek. Sekalipun demikian, terdapat beberapa kendala
dalam pengelolan likuiditas dalam bank dengan berbasis syariah (Bank Islam) apabila
dibandingkan dengan bank konvensional, mengingat bank dengan berbasis syariah,
produk-produknya masih baru, seiring dengan usia berkembangnya bank syariah.
Adapun kendala-kendala tersebut antara lain :
1. Kurangnya akses untuk memperoleh pendanaan jangka pendek.
2. Kurangnya akses kepasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara
likuiditasnya dalam bentuk kas.

21
Ibid.
3. Kendala operasional, kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien,
sebagai contoh tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana
yang diterimanya, kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan
sehinga bank-bank Islam menahan alat likuidnya dalam jumlah besar
dibandingkan dengan rata-rata perbankan konvensional.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, ada beberapa pilihan yang banyak
dilakukan oleh pengelola bank-bank Islam yang bersifat darurat yaitu:
1. Mengupayakan dana dipasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah
dengan mengunakan berbagai instrumen pasar uang yang tersedia di pasar uang
tersebut.
2. Mengambil bunga dan mengunakannya untuk tujuan sosial berdasarkan fatwa.
3. Menginvestasikan dalam bentuk emas dan/ atau logam mulia lainnya secara tunai
dengan kontrak berjangka.
4. Menyimpan dananya di bank konvensional tanpa menerima bunga sebagai
imbangan dari servis yang diperolehnya.22

22
Nurul Ichsan, Op.Cit., Hal. 132.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-
hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi
permintaan kredit yang diajukan para debitur.
 Resiko likuiditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari
adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka
pendek dan aktiva yang ada pada umumnya berjangka panjang.
 Manajemen likuiditas bank adalah suatu proses pengendalian dari alat-alat likuid
yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera
harus dibayar.
 Alat likuid merupakan bagian dari aktivitas lancar yang berfungsi menjaga
likuiditas bank syariah atau unit usaha syariah. Kemampuan likuiditas suatu aset
bergantung pada kandungan daya cair aset (self contained liquidity) dan daya jual
aset (marketability).
 Hubungan yang saling mempengaruhi antara likuiditas dan profitabilitas yang
umumnya terjadi tarik kepentingan (trade-off), yaitu jika likuiditas tinggi, maka
profitabilitas bank akan rendah. Barlaku sebaliknya, jika likuiditas rendah maka
profitabilitas bank akan tinggi. Kondisi tersebut membutuhkan pengendalian
instrumen atau alat-alat likud yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua
kewajiban bank yang segera di bayar dengan menjaga efisiensi bank yang akan
berdampak pada meningkatnya profitabilitas bank.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, Irsad. 2014. “Analisis Strategi Bmt Dalam Menghadapi Trade Off

Antara Likuiditas Dan Profitabilitas”, BISNIS, Vol. 2, No. 2.

Elfadhil. 2012. “Manajemen Likuiditas Bank Syariah”. JURIS Volume 11, Nomor 1.

https://ekciznarciz.wordpress.com/2011/04/30/likuiditas-dan-profitabilitas-dalam-

bank/ (Diakses Pada Tanggal 05 Desember 2020, Pukul 19:34 WIB).

Ichsan, Nurul. 2013. “Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah”. Jakarta: UHAMKA.

Pramuharjo. 2005. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Kinerja Bank Syariah.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Sulistyowati. 2020. “Manajemen Likuiditas Bank Syariah(Upaya Peningkatan Good

Corporate Governance)”. UNIVERSUM Vol. 9 No.1

Umam, Khaerul. 2013. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: Pustaka Setia,

2013.

Anda mungkin juga menyukai