Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko Perbankan
Syariah
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risiko likuiditas yang terjadi dalam sebuah bank dapat disebabkan
karena bank tidak mempu dalam menghasilkan arus kas dari aset produktif, atau
yang berasal dari hasil penjualan aset termasuk aset likuid, peghimpunan dana
masyarakat, dan transaksi antar bak atau pinjaman yang diterima.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan risiko likuiditas?
2. Bagaimana penerapan manajemen risiko likuiditas?
3. Bagaimana penilaian risiko inheren untuk risiko likuiditas?
4. Bagaimana kualitas penerapan manajemen risiko likuiditas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian risiko likuiditas
2. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko likuiditas
3. Untuk mengetahui penilaian risiko inheren untuk risiko likuiditas
4. Untuk mengetahui kualitas penerapan manajemen risiko likuiditas
BAB II
PEMBAHASAN
a. Kecermatan perencanaan arus kas (cash flow) atau arus dana (fund flow)
berdasarkan prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana, termasuk
mencermati tingkat fluktuasi dana (volatility of funds).
a. Memegang sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang kas,
rekening pada Bank Sentral dan rekening pada bank-bank lainnya sama
dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.
1. Proyeksi arus kas, yaitu proyeksi seluruh arus kas masuk dan arus
kas keluar termasuk kebutuhan pendanaan untuk memenuhi
komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif.
2. Rasio likuiditas, yang menggambarkan kemampuan bank untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
3. Profil maturitas, yaitu pemetaan posisi aset, kewajiban, dan rekening
administratif ke dalam skala jangka waktu tertentu berdasarkan sisa
jangka waktu sampai dengan jatuh tempo.
4. Stress testing, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
skenario tertentu terhadap posisi likuiditas bank dalam kondisi krisis.
Dalam manajemen risiko, pertama yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi semua risiko yang dihadapi, kemudian mengukur atau
menentukan besarnya risiko dan barulah dapat dicarikan jalan keluarnya untuk
menghadapi atau menangani risiko itu. Oleh karena itu pihak manajemen harus
menyusun strategi untuk memperkecil atau mengendalikan risiko yang
dihadapinya Oleh karena itu, setiap bank Syariah harus dapat mengidentifikasi
setiap risiko yang akan dihadapi didalam proses berjalannya Bank Syariah
tersebut. Secara umum, risiko yang dihadapi perbankan syariah merupakan
risiko yang relatif sama sama dengan yang dihadapi bank konvensional. Namun
selain itu, bank syariah juga menghadapi risiko yang memiliki keunikan
tersendiri, karena harus mengikuti prinsip-prinsip syariah. Risiko kredit, risiko
pasar, risiko operasional dan risiko likuiditas harus dihadapi bank syariah.
Risiko unik ini muncul karena isi neraca bank syariah berbeda dengan bank
konvensional. Dalam hal ini pola bagi hasil yang dilakukan bank syariah
menambah kemungkinan munculnya risiko-risiko lain.
Risiko inheren merupakan risiko yang melekat pada produk dan aktivitas
yang terdapat pada bank sebelum adanya atau dilakukannya kontrol. Penilaian
risiko inheren yaitu penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis
bank, baik yang dapat dikuantifikasi maupun yang tidak dapat dikuantifikasi.
Penilaian risiko inheren ini akan mempengaruhi posisi keuangan bisnis.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank syariah untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan
atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu
aktifitas, dan kondisi keuangan bank.
2. Penerapan manajemen risiko likuiditas secara efektif setidaknya mencakup:
a. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi
b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen risiko
c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko
d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
3. Risiko inheren bank syariah adalah risiko yang melekat pada bank syariah
dan berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank syariah.
4. Dalam pengelolaan likuditas bank syariah sedikit lebih rumit daripada
pengelolaan risiko lainnya karena likuiditas ini kadang-kadag juga
memberikan posisi aman bagi bank. Tetapi, apabila terjadi kenaikan
likuiditas justru akan membuat tingkat profitabilitasnya menjadi rendah. Hal
tersebut terjadi karena aset-aset yang likuid biasanya tidak memberikan
imbal hasil yang tinggi sehingga prinsip risk return trade off harus
diberlakukan.
B. Saran
Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi & Perpajakan
(JRAP).
Rianto, Nur dan Yuke Rahmawati. 2018. Manajemen Risiko Perbankan Syariah.