Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO BANK SYARI’AH INDONESIA

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen risiko)

Disusun oleh :

Lala Marisa 191011200108

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI S1

UNIVERSITAS PAMULANG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2
2.1 Risiko Kredit ......................................................................................... 3
2.2 Risiko Reputasi ..................................................................................... 7
2.3 Risiko Likuidasi..................................................................................... 9
2.4 Risiko Operasional ................................................................................ 12

BAB III PENUTUP

3
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................17
3.2 Saran .....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan
sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan
solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada
setiap aktivitas atau proses. (Indroes, 2008) Bank syariah merupakan lembaga
keuangan berlandaskan syariah yang fungsinya sendiri untuk mengumpulkan,
mengelola dana dari masyarakat yang mempercayakan keuangannya kepada
bank syariah dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang
mengajukan pinjaman kepada masyarakat yang mengajukan pinjaman melalui
pembiayaan. Sebagai lembaga intermediary (perantara antara penghimpun
dana dan penyalur dana) dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan
internal perbankan yang perkembangannya sangat pesat, bank syariah akan
selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat komplektasi
yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya.
Bank yang berbasis konvensional maupun syariah akan selalu
berhadapan dengan berbagai macam jenis bentuk risiko dengan kompleksitas
beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko dalam konteks
perbankan merupakan suatu kejadian yang sangat potensial, baik dapat
diperkirakan (anticiped) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipad)
yang berdampak negative terhadap pendapatan dan permodalan bank (Karim,
2013).
Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian tak
diinginkan yang kejadiannya tanpa bisa kita duga, sehingga ketidakpastian
tersebut dapat menimbulkan adanya suatu risiko atau menyebabkan
tumbuhnya risiko yang akan berdampak pada perusahaan itu sendiri. Risiko
yang terjadi dapat dikendalikan dengan menerapkan manajemen risiko.

1
Manajemen risiko merupakan kegiatan atau proses manajemen yang terarah
dan bersifat proaktif untuk mengakomodasi kemungkinan gagal dari sebuah
transaksi atau instrument Tampubolon (2004:34). Untuk mencegah atau
meminimalisir suatu risiko yang terjadi, pihak bank selalu berhati-hati dan
teliti dalam menyeleksi pemberiaan pembiayaan kepada calon debitur yang
mengajukan suatu pembiayaan, dengan cara melakukan penilaian terlebih
dahulu terhadap pembiayaan atau pembiayaan yang akan disalurkan. Hal
tersebut perlu dilakukan oleh pihak bank agar tidak terjadi hal-hal yang
menimbulkan kerugian untuk bank, seperti adanya debitur yang tidak mampu
membayar kembali kewajibannya atau biasa disebut dengan pembiayaan
macet.
Penerapan manajemen risiko perbankan menjadi salah satu upaya bank
dalam mengendalikan risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan
kejadian dimana kemungkinan debitur tidak membayar pembiayaan yang
telah diberikan oleh pihak bank. Sebelum pemberian pembiayaan sebaiknya
pihak bank memperhitungkan dan merencanakan pengendalian risiko
pembiayaan sehingga dapat meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja risiko kredit di BSI?
2. Apa saja risiko reputasi di BSI?
3. Apa saja risiko likuidasi di BSI?
4. Apa saja risiko operasional di BSI?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui risiko kredit di BSI?
2. Mengetahui risiko reputasi di BSI?
3. Mengetahui risiko likuidasi di BSI?
4. Mengetahui risiko operasional di BSI?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Risiko Kredit

Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain
(counterparty dan issuer) dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai
dengan perjanjian yang disepakati.

1. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bank, antara lain:
Penyediaan dana, tresuri, dan investasi.
2. Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh penyediaan dana yang
terkonsentrasi pada satu atau sekelompok debitur, wilayah geografis,
produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu.

Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

1. Strategi Manajemen Risiko, Tingkat Risiko yang akan diambil (Risk


Appetite), dan Toleransi Risiko (Risk Tolerance)
a. Bank menetapkan strategi untuk seluruh aktivitas yang memiliki
eksposur risiko kredit yang signifikan.
b. Bank menetapkan strategi, risk appetite, dan risk tolerance dalam
rencana bisnis Bank dengan memperhatikan Portfolio Guideline.
2. Kebijakan
a. Bank menetapkan kerangka penyediaan dana dan kebijakan
penyediaan dana yang sehat dalam rangka pengendalian Risiko
Kredit.
b. Bank membuat kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa
seluruh penyediaan dana dilakukan secara terkendali, termasuk
kebijakan yang memungkinkan penyediaan dana di luar kebijakan
normal dalam kondisi tertentu. Kebijakan tersebut memuat kriteria,
persyaratan, dan prosedur termasuk langkah-langkah untuk
mengendalikan atau memitigasi risiko dari penyediaan dana
dimaksud.
c. Bank mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan
prosedur secara tepat agar dapat:
1) mendukung penyediaan dana yang sehat;

3
2) mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
risiko kredit, termasuk risiko konsentrasi kredit;
3) melakukan evaluasi secara tepat dalam memanfaatkan peluang
usaha yang baru;
4) mengidentifikasi dan menangani pembiayaan bermasalah.
d. Kebijakan penyediaan dana memuat faktor yang perlu diperhatikan
dalam proses persetujuan, antara lain tingkat risiko dan profitabilitas,
serta tingkat kemudahan pencairan agunan yang dijadikan jaminan.
e. Bank membuat prosedur untuk melakukan analisis, persetujuan, dan
administrasi, antara lain pendelegasian wewenang dalam
pengambilan keputusan, pemisahan fungsi analis, pemberi
persetujuan, dan fungsi administrasi.
f. Bank menatausahakan, mendokumentasikan, dan mengkinikan
seluruh informasi kuantitatif dan kualitatif serta bukti-bukti material
dalam arsip penyediaan dana
3. Prosedur dan Penetapan Limit
a. Bank membuat prosedur penetapan limit risiko kredit yang
disesuaikan dengan tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite)
dan toleransi risiko (risk tolerance).
b. Bank menetapkan limit risiko yang memuat faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko penyediaan dana dan proses pengambilan
keputusan pembiayaan.
c. Bank menetapkan limit untuk risiko penyediaan dana yang ditujukan
untuk mengurangi risiko konsentrasi kredit.
d. Bank mendokumentasikan limit risiko penyediaan dana secara
tertulis dan lengkap untuk memudahkan jejak audit (audit trail) bagi
kepentingan baik auditor intern maupun ekstern.

Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, Pengendalian, dan Sistem


Informasi Manajemen Risiko

1. Identifikasi Risiko
a. Bank melakukan identifikasi risiko kredit baik pada level
transaksional maupun level portofolio. Pada level transaksional,
Bank mengidentifikasi risiko kredit pada transaksi yang akan
dilakukan, seperti kemungkinan default dan perkiraan besarnya
kerugian bila terjadi default. Pada level portofolio, Bank membatasi

4
konsentrasi transaksi yang berlebihan pada sektor ekonomi, produk,
wilayah geografis ataupun debitur tertentu.
b. Bank mengidentifikasi risiko kredit dengan mempertimbangkan hasil
penilaian kualitas pembiayaan berdasarkan analisa terhadap prospek
usaha, kinerja keuangan, dan kemampuan bayar debitur.
c. Bank mengidentifikasi risiko kredit untuk kegiatan tresuri dan
investasi, dengan mempertimbangkan jenis transaksi, karakteristik
instrumen, dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhinya.
d. Satuan kerja operasional mengidentifikasi risiko kredit yang melekat
pada seluruh produk dan aktivitas yang dilakukannya.
2. Pengukuran Risiko
a. Tujuan pengukuran risiko kredit adalah untuk mengkalkulasi
eksposur risiko yang melekat pada kegiatan penyediaan dana
sehingga bank dapat memperkirakan dampaknya terhadap
permodalan.
b. Bank menggunakan metode statistik dan metode lainnya dalam
pengukuran risiko kredit antara lain credit scoring, credit risk rating,
stress testing dan tools lain yang dikembangkan Bank.
c. Bank melakukan kaji ulang secara berkala terhadap metodologi/tools
pengukuran risiko kredit untuk memastikan kesesuaian asumsi,
akurasi, kewajaran, dan integritas data.
3. Pemantauan Risiko
a. Bank melakukan pemantauan risiko kredit untuk mengetahui
komposisi dan kondisi setiap debitur atau counterparty pada seluruh
portofolio Bank.
b. Bank menggunakan sistem/metodologi pemantauan risiko kredit
antara lain watchlist dan portfolio alert dan bentuk pemantauan
lainnya yang dikembangkan Bank.
c. Bank melakukan kaji ulang secara berkala terhadap metodologi/tools
pemantauan risiko kredit untuk memastikan kesesuaian asumsi,
akurasi dan kewajaran data
4. Pengendalian Risiko
a. Tujuan pengendalian risiko kredit adalah untuk mengelola risiko
yang dapat membahayakan kelangsungan Bank.

5
b. Bank melakukan pengendalian risiko kredit antara lain melalui
pengelolaan portofolio, penetapan limit konsentrasi, dan penetapan
tingkat kewenangan dalam proses persetujuan penyediaan dana.
c. Bank melakukan kaji ulang secara berkala terhadap metodologi/tools
pengendalian risiko kredit untuk memastikan kesesuaian asumsi,
akurasi, dan kewajaran data.
5. Sistem Informasi Manajemen Risiko
a. Bank mengembangkan dan menerapkan sistem informasi manajemen
risiko kredit yang mampu menyediakan informasi secara lengkap,
akurat, dan tepat waktu.
b. Bank menetapkan jenis dan format laporan manajemen risiko kredit
yang mencerminkan eksposur risiko kredit sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan.

Sistem Pengendalian Intern

1. Bank menerapkan prinsip pemisahan fungsi (four eye principle) atau


segregation of duties (maker, checker, approver) dalam setiap transaksi.
2. Bank melakukan kaji ulang dan audit internal atas penerapan manajemen
risiko kredit secara berkala untuk memastikan keandalan kerangka
manajemen risiko kredit dan efektifitas penerapannya.

Manajemen Risiko Reputasi

a. Dewan Komisaris
1) Menyetujui dan mengevaluasi Kebijakan dan Strategi Manajemen
Risiko Reputasi;
2) Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi dan memberikan saran
perbaikan atas pelaksanaan Kebijakan Manajemen Risiko Reputasi.
3) Menjaga etika bisnis dalam upaya membangun dan menjaga reputasi.

b. Direksi
1) Memastikan penerapan manajemen risiko reputasi secara efektif pada
seluruh aktivitas dan jenjang organisasi Bank;
2) Menetapkan satuan kerja/fungsi yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk mengelola komunikasi kepada stakeholder
Bank terkait dengan aktivitas bisnis Bank.
c. Dewan Pengawas Syariah

6
1) Melakukan evaluasi (review) atas Kebijakan Manajemen Risiko
Reputasi yang terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah;
2) Mengevaluasi pelaksanaan Kebijakan Manajemen Risiko Reputasi
yang terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah.

2.2 Risiko Reputasi

Risiko reputasi dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis Bank


berupa:

a. Kejadian-kejadian yang dapat menurunkan reputasi Bank, antara lain


pemberitaan negatif di media massa, dan keluhan nasabah; atau
b. Hal-hal lain yang dapat mengakibatkan penurunan reputasi Bank, antara
lain penurunan kinerja bank, kelemahan tata kelola Bank, pelanggaran
etika bisnis, dan gugatan hukum. 2. Tujuan dari manajemen risiko
reputasi adalah mengantisipasi dan meminimalkan dampak kerugian
risiko reputasi Bank.

Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

1. Strategi Manajemen Risiko, Tingkat Risiko yang akan diambil (Risk


Appetite), dan Toleransi Risiko (Risk Tolerance)
a. Bank menetapkan strategi untuk seluruh aktivitas yang memiliki
eksposur risiko reputasi yang signifikan.
b. Bank menetapkan strategi, risk appetite, dan risk tolerance dalam
rencana bisnis bank dengan memperhatikan ketentuan mengenai
pengelolaan reputasi bank.
2. Kebijakan dan Prosedur
a. Bank menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memastikan
pengelolaan risiko reputasi berjalan baik dengan memperhatikan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
b. Bank menetapkan prosedur komunikasi untuk menyikapi
berita/publikasi yang bersifat negatif atau mencegah informasi yang
cenderung kontra produktif.
c. Bank menetapkan prosedur penanganan keluhan nasabah dan strategi
penggunaan media yang efektif untuk menyikapi berita negatif. d.
Bank memiliki protokol untuk pengelolaan reputasi pada saat krisis
yang mencakup:
1) struktur manajemen krisis; dan

7
2) standar prosedur manajemen krisis.
3. Penetapan Limit
a. Bank menetapkan limit risiko reputasi yang bersifat non finansial,
antara lain limit waktu merespon keluhan nasabah.
b. Bank mendokumentasikan limit risiko secara tertulis untuk
memudahkan jejak audit (audit trail) bagi kepentingan baik auditor
intern maupun ekstern.

Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, Pengendalian, dan Sistem


Informasi Manajemen Risiko

1. Identifikasi Risiko
a. Bank melakukan identifikasi risiko reputasi dengan menggunakan
beberapa sumber informasi antara lain pemberitaan media massa,
opini publik dalam jejaring sosial, pengaduan nasabah dan survei
kepuasan nasabah, termasuk jumlah potensi kerugian yang
diakibatkan kejadian risiko reputasi.
b. Satuan kerja operasional mengidentifikasi risiko reputasi yang
melekat pada seluruh produk dan aktivitas yang dilakukannya.
2. Pengukuran Risiko
a. Tujuan pengukuran risiko reputasi adalah untuk mengetahui dampak
potensi kerugian yang dialami Bank.
b. Bank menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam
pengukuran risiko reputasi, antara lain melalui tingkat kepuasan
nasabah, frekuensi dan eksposur pemberitaan negatif bank, serta tools
lainnya yang dikembangkan Bank.
c. Bank melakukan kaji ulang atas metodologi atau tools yang
digunakan dalam pengukuran risiko reputasi.
3. Pemantauan Risiko
a. Bank memantau risiko reputasi secara berkala.
b. Bank menggunakan indikator peringatan dini dalam memantau risiko
reputasi antara lain jumlah dan cakupan publikasi negatif dan
frekuensi keluhan nasabah.
c. Setiap unit kerja berkewajiban melaporkan kejadian di unit kerja
masing-masing yang mempengaruhi citra/reputasi Bank kepada unit
kerja yang berfungsi mengelola komunikasi kepada stakeholders
Bank.
4. Pengendalian Risiko

8
a. Bank menindaklanjuti dan mengatasi keluhan nasabah dan gugatan
hukum yang dapat meningkatkan eksposur risiko reputasi.
b. Bank menetapkan mekanisme dalam melakukan tindakan
pengendalian risiko reputasi. Pengendalian risiko reputasi dilakukan
antara lain melalui:
1) pencegahan kejadian yang dapat menimbulkan risiko reputasi,
antara lain melalui:
a) tindak lanjut dan penyelesaian keluhan nasabah serta perkara
hukum yang berpotensi meningkatkan eksposur risiko;
b) penguatan komunikasi eksternal dan internal untuk
mengendalikan potensi eksposur risiko reputasi;
c) komunikasi/edukasi secara rutin kepada pemangku
kepentingan dalam rangka membentuk reputasi positif dari
pemangku kepentingan.
2) pemulihan reputasi Bank setelah terjadi kejadian yang
menimbulkan risiko reputasi, yaitu segala respon Bank untuk
memulihkan reputasi dan mencegah terjadinya pemburukan
reputasi Bank.
5. Sistem Informasi Manajemen Risiko
a. Bank mengembangkan dan menerapkan sistem informasi manajemen
risiko reputasi yang mampu menyediakan informasi secara lengkap,
akurat, dan tepat waktu.
b. Bank menetapkan jenis dan format laporan manajemen risiko
reputasi yang mencerminkan eksposur risiko reputasi sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan.

Sistem Pengendalian Intern

1. Bank menerapkan prinsip pemisahan fungsi/segregation of duties (maker,


checker, approver) dalam setiap transaksi.
2. Bank melakukan kaji ulang dan audit internal atas penerapan manajemen
risiko reputasi secara berkala untuk memastikan keandalan kerangka
manajemen risiko reputasi dan efektifitas penerapannya.

2.3 Risiko Likuidasi


Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari

9
aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu
aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
1. Risiko likuiditas melekat pada aktivitas fungsional pembiayaan
(penyediaan dana), tresuri dan investasi, kegiatan pendanaan dan
penerbitan surat berharga.
2. Risiko likuiditas dapat disebabkan oleh ketidakmampuan dalam
memperoleh sumber pendanaan berupa:
a. ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal dari aset
produktif yang berasal dari penjualan aset termasuk aset likuid;
dan/atau
b. ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal dari
penghimpunan dana dari masyarakat, penerbitan surat berharga, dan
pinjaman yang diterima dari pihak lain.
3. Tujuan manajemen risiko likuiditas adalah meminimalkan kemungkinan
ketidakmampuan Bank dalam memperoleh sumber arus kas.

Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

1. Strategi Manajemen Risiko, Tingkat Risiko yang akan diambil (Risk


Appetite), dan Toleransi Risiko (Risk Tolerance)
a. Bank menetapkan strategi untuk seluruh aktivitas yang memiliki
eksposur risiko likuiditas yang signifikan.
b. Bank menetapkan strategi, risk appetite, dan risk tolerance dalam
rencana bisnis bank dengan memperhatikan ketentuan mengenai
pengelolaan likuiditas bank.
2. Kebijakan dan Prosedur Pengelolaan Risiko
a. Bank menetapkan kebijakan pengelolaan risiko likuiditas sesuai visi,
misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, kemampuan sumber daya
insani, kapasitas pendanaan bank secara menyeluruh serta risk appetite
Bank.
b. Bank membuat kebijakan dan prosedur untuk memastikan pengelolaan
risiko likuiditas terkendali.
c. Bank mengevaluasi kebijakan pengelolaan risiko likuiditas secara
periodik atau dapat dipercepat bila terdapat perubahan signifikan yang
dapat berdampak pada likuiditas bank.
3. Prosedur dan Penetapan Limit
a. Bank menetapkan limit risiko likuiditas sesuai dengan tingkat risiko
yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance),

10
antara lain limit safety level, limit deposan, dan limit likuiditas
lainnya.
b. Bank menetapkan limit risiko likuiditas untuk memastikan
ketersediaan likuiditas baik pada kondisi normal maupun kondisi
stress.
c. Bank mendokumentasikan limit risiko likuiditas secara tertulis dan
lengkap untuk memudahkan jejak audit (audit trail).

Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, Pengendalian, dan Sistem


Informasi Manajemen Risiko

1. Identifikasi Risiko
a. Bank melakukan identifikasi risiko likuiditas atas:
1) produk dan aktivitas yang dapat mempengaruhi sumber dan
penggunaan dana baik pada aset, kewajiban maupun rekening
administratif; dan
2) risiko-risiko lain yang dapat meningkatkan risiko likuiditas
misalnya risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko
imbal hasil, risiko investasi, dan risiko reputasi.
b. Satuan kerja operasional mengidentifikasi risiko likuiditas yang
melekat pada seluruh produk dan aktivitas yang dilakukannya.
2. Pengukuran Risiko
a. Tujuan pengukuran Risiko Likuiditas adalah untuk mengetahui potensi
kekurangan likuiditas secara tepat waktu dan komprehensif.
b. Bank menggunakan metodologi atau tools antara lain proyeksi arus
kas, rasio likuiditas, liquidity gap, stress test, dan tools lain yang
dikembangkan Bank dalam pengukuran risiko likuiditas.
c. Bank melakukan kaji ulang atas metodologi atau tools yang digunakan
dalam pengukuran risiko likuiditas.
3. Pemantauan Risiko
a. Bank memantau risiko likuiditas untuk mengetahui potensi
peningkatan risiko likuiditas secara tepat waktu.
b. Bank menggunakan sistem/metodologi pemantauan risiko likuiditas
antara lain melalui monitoring pemenuhan rasio likuiditas dan
penilaian profil risiko.
c. Bank memantau risiko likuiditas melalui posisi likuiditas dan
ketersediaan aset likuid berkualitas tinggi.
4. Pengendalian Risiko

11
a. Tujuan pengendalian risiko likuiditas adalah untuk mengelola risiko
yang dapat membahayakan kelangsungan Bank.
b. Bank melakukan pengendalian risiko likuiditas antara lain melalui
strategi pendanaan, penetapan limit konsentrasi, pengelolaan aset
likuid berkualitas tinggi, penetapan protokol likuiditas, dan
contingency funding plan
5. Sistem Informasi Manajemen Risiko
a. Bank mengembangkan dan menerapkan sistem informasi manajemen
risiko likuiditas yang mampu menyediakan informasi secara lengkap,
akurat, dan tepat waktu.
b. Bank menetapkan jenis dan format laporan manajemen risiko likuiditas
yang mencerminkan eksposur risiko likuiditas sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan.

Sistem Pengendalian Intern

1. Bank menerapkan prinsip pemisahan fungsi/segregation of duties (maker,


checker, approver) dalam setiap transaksi.
2. Bank melakukan kaji ulang dan audit internal atas penerapan manajemen
risiko likuiditas secara berkala untuk memastikan keandalan kerangka
manajemen risiko likuiditas dan efektifitas penerapannya.

2.4 Risiko Operasional

1. Bank terekspos risiko operasional akibat ketidakcukupan dan/atau tidak


berfungsinya proses internal, manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko
operasional dapat terjadi pada seluruh aktivitas Bank.
2. Tujuan manajemen risiko operasional adalah meminimalkan kemungkinan
dampak negatif dari tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau kejadian eksternal.

Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

1. Strategi Manajemen Risiko, Tingkat Risiko yang akan diambil (Risk


Appetite), dan Toleransi Risiko (Risk Tolerance)
a. Bank menetapkan strategi untuk seluruh aktivitas yang memiliki
eksposur risiko operasional yang signifikan.

12
b. Bank menetapkan strategi, risk appetite, dan risk tolerance dalam
rencana bisnis bank.
2. Kebijakan dan Prosedur
a. Bank menginternalisasikan kebijakan manajemen risiko operasional
ke dalam proses bisnis dan aktivitas pendukung bank;
b. Bank menetapkan prosedur yang merupakan turunan dari kebijakan
manajemen risiko operasional berupa:
1) pengendalian operasional yang bersifat umum pada seluruh lini
bisnis dan aktivitas pendukung Bank;
2) pengendalian operasional yang bersifat spesifik pada masing-
masing lini bisnis dan aktivitas pendukung Bank.
c. Bank menetapkan kebijakan Business Continuity Management
(BCM) sebagai panduan dalam rangka memastikan kelangsungan
operasional bank pada saat terjadi disaster.
d. Dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan prosedur yang akan
diterapkan untuk menangani kondisi disaster, Bank telah
menerapkan prinsip-prinsip:
1) Rencana pemulihan bencana disusun berdasarkan analisis
dampak bisnis (business impact analysis) dan risk assessment.
2) Rencana pemulihan bencana bersifat fleksibel untuk dapat
merespon berbagai skenario ancaman dan gangguan serta
bencana yang sifatnya tidak terduga yang bersumber dari
kondisi intern dan/atau ekstern.
3) Rencana pemulihan bencana bersifat spesifik, terdapat kondisi-
kondisi tertentu dan tindakan yang dibutuhkan segera untuk
mengatasi kondisi tersebut.
4) Dilakukan pengujian dan pengkinian secara berkala atas
rencana pemulihan rencana paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
5) Rencana pemulihan bencana dan hasil pengujian rencana
pemulihan bencana harus dikaji ulang secara berkala, paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
e. Bank membuat kebijakan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) dalam rangka penerapan
Customer Due Dilligence (CDD) atau Enhanced Due Dilligence
(EDD).

13
f. Bank membuat kebijakan manajemen risiko anti fraud sebagai
panduan penerapan anti fraud.
g. Bank membuat ketentuan pengelolaan risiko kerjasama dengan
pihak lain termasuk alih daya sebagai panduan dalam pelaksanaan
kerjasama dengan pihak lain.
h. Bank membuat kebijakan manajemen risiko teknologi informasi
sebagai panduan dalam penerapan manajemen risiko teknologi
informasi.
i. Bank menerapkan manajemen risiko teknologi informasi
mencakup: pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris,
kecukupan kebijakan, standar, dan prosedur penggunaan Teknologi
Informasi, kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan
dan pengendalian risiko penggunaan Teknologi Informasi, serta
sistem pengendalian intern atas penggunaan Teknologi Informasi.
j. Bank menerapkan manajemen risiko teknologi informasi secara
terintegrasi dalam setiap tahapan penggunaan Teknologi Informasi
sejak proses perencanaan, pengadaan, pengembangan, operasional,
pemeliharaan hingga penghentian dan penghapusan sumber daya
Teknologi Informasi.
3. Limit
a. Bank menetapkan limit risiko operasional dengan
mempertimbangkan eksposur risiko dan pengalaman kerugian masa
lalu yang disebabkan oleh risiko operasional.
b. Bank menetapkan mekanisme/prosedur persetujuan jika terjadi
pelampauan limit risiko operasional
c. Bank mendokumentasikan limit risiko operasional secara tertulis
dan lengkap untuk memudahkan jejak audit (audit trail).
d. Bank mereview limit risiko operasional secara berkala.

Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, Pengendalian, dan Sistem


Informasi Manajemen Risiko

1. Identifikasi Risiko Operasional


a. Bank melakukan identifikasi risiko operasional berdasarkan faktor
penyebab timbulnya risiko operasional pada seluruh aktivitas
fungsional dan produk bank.
b. Bank menggunakan beberapa identifikasi risiko operasional antara lain
risk self assessment, risk mapping, dan event analysis.

14
c. Satuan kerja operasional mengidentifikasi risiko operasional yang
melekat pada seluruh produk dan aktivitas yang dilakukannya.
2. Pengukuran Risiko Operasional
a. Tujuan pengukuran risiko operasional adalah untuk mengkalkulasi
eksposur risiko yang melekat pada seluruh aktifitas fungsional bank
sehingga bank dapat memperkirakan dampaknya terhadap permodalan.
b. Bank menggunakan beberapa metode pengukuran risiko operasional
baik secara kuantitatif maupun kualitatif antara lain: Risk Control and
Self Assessment (RCSA), Key Risk Indicators (KRI), Loss Event
Database (LED) dan metode pengukuran lainnya.
c. Bank mengembangkan basis data mengenai kerugian yang
ditimbulkan oleh risiko operasional dan isu-isu operasional lainnya
yang dapat menyebabkan kerugian di masa yang akan datang.
3. Pemantauan Risiko Operasional
a. Bank melakukan pemantauan risiko operasional secara berkelanjutan
terhadap seluruh eksposur risiko operasional termasuk jumlah
kerugian yang ditimbulkan.
b. Bank melakukan pemantauan eksposur risiko operasional antara lain
melalui laporan kejadian/kerugian risiko operasional, risk self
assessment, dan laporan hasil audit.
c. Bank melakukan review secara berkala faktor-faktor penyebab
timbulnya risiko operasional dan dampak kerugiannya.
d. Setiap unit kerja memantau eksposur risiko operasional di unit
kerjanya
4. Pengendalian Risiko Operasional
a. Bank melakukan pengendalian risiko sesuai dengan hasil identifikasi
dan pengukuran risiko operasional.
b. Bank mengembangkan mekanisme untuk memitigasi risiko
operasional antara lain melalui pengamanan proses teknologi
informasi, asuransi, dan alih daya pada sebagian kegiatan operasional
Bank.
c. Bank melakukan kaji ulang secara berkala prosedur, dokumentasi,
sistem pemrosesan data, rencana kontijensi, dan praktek operasional
lainnya.
5. Sistem Informasi Manajemen Risiko

15
a. Bank mengembangkan dan menerapkan sistem informasi manajemen
risiko operasional yang mampu menyediakan informasi secara
lengkap, akurat, dan tepat waktu.
b. Bank menetapkan jenis dan format laporan manajemen risiko
operasional yang mencerminkan eksposur risiko operasional sebagai
dasar pertimbangan pengambilan keputusan.
6. Pengendalian Risiko Operasional
a. Bank melakukan pengendalian risiko sesuai dengan hasil identifikasi
dan pengukuran risiko operasional.
b. Bank mengembangkan mekanisme untuk memitigasi risiko
operasional antara lain melalui pengamanan proses teknologi
informasi, asuransi, dan alih daya pada sebagian kegiatan operasional
Bank.
c. Bank melakukan kaji ulang secara berkala prosedur, dokumentasi,
sistem pemrosesan data, rencana kontijensi, dan praktek operasional
lainnya.
7. Sistem Informasi Manajemen Risiko
a. Bank mengembangkan dan menerapkan sistem informasi manajemen
risiko operasional yang mampu menyediakan informasi secara
lengkap, akurat, dan tepat waktu.
b. Bank menetapkan jenis dan format laporan manajemen risiko
operasional yang mencerminkan eksposur risiko operasional sebagai
dasar pertimbangan pengambilan keputusan.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan Manajemen Risiko ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Agar tercapai penerapan Kebijakan Manajemen Risiko yang efektif, maka
kebijakan ini wajib dikomunikasikan kepada seluruh staf serta diterapkan
secara konsisten dan berkesinambungan.
3. Ketentuan operasional lainnya yang tidak sejalan dengan Kebijakan
Manajemen Risiko agar dilakukan penyesuaian atau penyempurnaan.
4. Penjabaran secara rinci atas Kebijakan Manajemen Risiko ini diatur
dalam Standar Prosedur tersendiri.

3.2 Saran

Disarankan untuk bank syariah dapat memperbaiki dan lebih


memperhatikan manajemen risiko pada bank, supaya dapat mengetahui dan
menyelesaikan masalah penyebab tingginya risiko keuangan yang dihadapi
oleh bank syariah sendiri

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bankbsi.co.id/company-information/document/tata-kelola/
54lqjnv1DrExnJgVJ3sl2Ih9aN03Tqk63ETm5xGI.

18

Anda mungkin juga menyukai