Anda di halaman 1dari 11

Tugas 9

PENGANTAR MANAJEMEN RISIKO

Jane Latifany
Sriadi
20180103207

Program Studi Magister Manajemen

Universitas Esa Unggul

2020
1. Apakah itu Risiko kredit, bagaimana cara melakukan
identifikasi, mengukur dan melakukan mitigasinya
Jelaskan.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat


disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Risiko kredit
adalah risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang
conterparty gagal memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Kecukupan proses identifikasi, pengukuran dan pemantauan


risiko kredit dilakukan sesuai dengan:

1. Prinsip mengenal nasabah,

Prinsip yang diterapkan untuk


mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi
nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan. Dalam
menerapkan prinsip mengenal nasabah, bank wajib:

o Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi


nasabah,
o Menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang
berkaitan dengan penerapan prinsip mengenal nasabah,
o Menetapkan kebijakan penerimaan nasabah,
o Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantau terhadap
rekening dan transaksi nasabah.

Prinsip ini mewajibkan bank memiliki informasi tentang profil


nasabah berupa: pekerjaan atau bidang usaha, jumlah
penghasilan, aktivitas transaksi normal, tujuan pembukaan
rekening. Selain itu, sebelum melakukan hubungan usaha dengan
nasabah, bank wajib meminta informasi mengenai: identitas calon
nasabah, maksud dan tujuan calon nasabah melakukan hubungan
usaha dengan bank, dan identitas pihak lain dalam hal calon
nasabah bertindak untuk dan atas nama pihak lain. Untuk
menerapkan prinsip mengenal nasabah, bank wajib
memiliki sistem pencatatan yang dapat mengidentifikasi,
menganalisa, meamantau dan menyediakan laporan secara efektif
mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah.

Sementara itu, kebijakan dan prosedur manajemen risiko


mensyaratkan adanya hal-hal berikut.

o Pengawasan oleh manajemen.


o Pemisahan tugas secara jelas, termasuk di dalamnya
pemisahan fungsi pelaksana dengan fungsi pemutus.
o Pendelegasian wewenang, termasuk di dalamnya penetapan
limit wewenang untuk pejabat bank dalam kaitannya dengan
manajemen rekening atau transaksi nasabah.
o Program pelatihan karyawan yang berkelanjutan.
o Pengawasan intern yang melakukan pemantauan secara
regular, yang berperan untuk mengevaluasi kebijakan dan
prosedur yang diterapkan, dan berfungsi memberikan
penilaian independen atas pelaksanaan kebijakan dan
prosedur bank termasuk pemenuhan terhadap ketentuan
umum dan perundang-undangan yang berlaku.

2. Proses pengukuran tingkat risiko dengan risk


scoring system

Pengukuran risiko kredit dilakukan dengan risk


scoring system Risk scoring system adalah suatu sistem yang
digunakan untuk menilai risiko kredit secara objektif dan realistis,
sehingga menghasilkan skor risiko yang dapat dijadikan sebagai
dasar untuk perhitungan biaya risiko dan untuk perencanaan dan
manajemen portofolio. Untuk tingkat kantor cabang, risk scoring
system dilakukan oleh petugas pengawas yang dikirim dari kantor
pusat secara berkala setahun sekali untuk mengetahui sejauh
mana keadaan perputaran kredit.
3. Pemantauan risiko kredit yang dilakukan oleh semua pihak
bank khususnya pejabat kredit lini.

Pemantauan risiko kredit Pemantauan risiko kredit untuk kantor


cabang dilakukan oleh semua pihak yang berhubungan dengan
bidang perkreditan, khususnya pejabat kredit lini yang terdiri dari
pemimpin cabang dan Account Officer. Pemantauan ini dimulai
sejak surat permohonan pinjaman masuk ke kantor sampai
dengan kredit diberikan dan kredit tersebut diselesaikan/dilunasi.
Pengendalian risiko kredit Berikut ini adalah uraian bagaimana
Bank berupaya mengendalikan risiko kredit.

o Pejabat Kredit Lini (Pemimpin Cabang dan Account Officer)


harus melakukan review minimal 1 tahun sekali, dan untuk
eksposur risiko yang lebih tinggi atau karena alasan-alasan
tertentu pelaksanaan review dapat dilakukan dalam jangka
yang lebih singkat.
o Bank melakukan audit internal untuk memastikan bahwa
pemberiankredit telah memenuhi prosedur dan prinsip
pemberian kredit yang sehat dan menguntungkan. Hasil audit
dikirim ke Bank kantor pusat.
o Bank mempersilakan pemeriksa eksternal (Bank Indonesia,
BPK, dan auditor independen yang ditunjuk oleh Bank Pusat)
untuk memeriksa, mereview dan mengaudit semua kegiatan
perkreditan. Dalam hal ini setiap pegawai Bank harus
sepenuhnya membantu pelaksanaan pemeriksaan

Mitigasi Risiko terhadap pembayaran kredit :

1. Prinsip mengenal nasabah

Untuk mengelola risiko yang mungkin timbul, bank wajib


menerapkan prinsip kehati-hatian. Salah satu upaya
melaksanakan prinsip tersebut dengan
mengetahui identitas nasabah,memantau transaksi termasuk
laporan transaksi yang mencurigakan. Dalam menerapkan
prinsip mengenal nasabah bank wajib menerapkan kebijakan-
kebijakan yang sesuai seperti prosedur mengidentifikasi
nasabah.

2. Kapasitas Pembayaran Nasabah

Tim survei perlu melakukan analisa kelayakan dari pendapatan


atau penghasilan nasabah, sebelum plafon kredit dikucurkan.
Apakah memiliki rekening koran yang aktif, alur kas keluar
masuk yang stabil, atau masa lama kerjanya. Dengan begitu
dapat memutuskan sejauh mana kemampuan calon debitur
dalam melakukan pembayaran kredit mereka hingga lunas.

3. Nilai  Jaminan Pembiayaan

Setiap bank akan melihat lebih detail jenis jaminan


dan nilai jaminan yang akan diberikan ke calon debitur mereka.
Dan jenis pembiayaan kredit dengan jaminan masih merupakan
tren, selain menjadi suatu ketenangan bagi kreditur pun akan
menjadi sebuah pendorong kewajiban debitur dalam
menyelesaikan angsurannya.

2. Bagaimana caranya mengelola risiko kredit yang efektif,


jelaskan langkah-langkahnya, jelaskan jawaban Suadara

Langkah pertama dalam manajemen risiko kredit yang


efektif adalah mendapatkan pemahaman lengkap tentang risiko
kredit bank secara keseluruhan dengan melihat risiko pada tingkat
individu, nasabah, dan portofolio.

Sementara bank berusaha untuk mengelola pemahaman


yang terintegrasi tentang profil risikonya, banyak informasi sering
tersebar di antara unit-unit bisnis. Tanpa penilaian risiko
menyeluruh, bank tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah
cadangan modal secara akurat mencerminkan risiko atau apakah
cadangan kerugian pinjaman secara memadai menutupi potensi
kerugian kredit jangka pendek. Bank yang rentan adalah target
untuk pengawasan ketat oleh regulator dan investor, serta
melemahkan kerugian.

Kunci untuk mengurangi kerugian pinjaman – dan


memastikan bahwa cadangan modal mencerminkan profil risiko
secara tepat – adalah dengan menerapkan solusi risiko kredit
kuantitatif yang terintegrasi. Solusi ini harus membuat bank berdiri
dan berjalan cepat dengan langkah-langkah portofolio sederhana.
Solusi ini juga harus mengakomodasi jalur untuk langkah-langkah
manajemen risiko kredit yang lebih canggih ketika kebutuhan
berevolusi. Solusi ini harus mencakup:

 Manajemen model yang lebih baik yang mencakup seluruh


siklus kehidupan pemodelan.
 Penentuan skor secara waktu nyata dan membatasi
pemantauan.
 Kemampuan pengujian tekanan yang kuat.
 Kemampuan visualisasi data dan perangkat intelijen bisnis
yang memberikan informasi penting ke tangan orang-orang
yang membutuhkannya, ketika mereka membutuhkannya.

3. Mengapa mengenal proses kredit itu sangat penting


sebagai bagian dari manajemen risiko kredit, berikan
perbedaan antara proses kredit consumer, komersial dan
korporasi.
Kredit consumer, apabila kredit yang diberikan tersebut oleh
nasabahnya (biasanya perorangan) dipergunakan untuk
membiayai barang-barang konsumtif. Contohnya, pembelian mobil
untuk keperluan pribadi. Sumber pembayarannya biasanya
berasal dari gaji atau pendapatan lainnya, bukan dari objek yang
dibiayainya. Beberapa kredit yang termasuk dalam jenis kredit
konsumtif, antara lain

a). Kartu kredit, fasilitas pinjaman tanpa agunan yang diberikan


kepada perorangan pemilik kartu yang diterbitkan oleh bank
tertentu setelah aplikasi permohonan kartu kreditnya di
setujui/di-approve oleh bank yang bersangkutan;

b). Kredit perumahan, fasilitas kredit untuk


pembelian/pembangunan/renovasi rumah tinggal, rumah
susun, ruko, rukan, apartemen, dan villa atau untuk pembelian
kavling/tanah matang, atau untuk refinancing, dengan jaminan
berupa objek yang dibiayai;

c). Kredit mobil, fasilitas kredit untuk pembelian kendaraan


bermotor roda 2 baru atau roda 4 baru atau refinancing roda 4,
dengan jaminan berupa kendaraan bermotor yang dibiayai
tersebut;

d). Kredit multiguna, fasilitas kredit untuk segala keperluan yang


bersifat konsumtif, dengan jaminan tanah berikut bangunan
tempat tinggal.

Kredit Komersial, merupakan kredit yang oleh nasabahnya


(perorangan atau badan usaha) dipergunakan untuk membiayai
kegiatan usaha. Sumber pembayarannya berasal dari usaha yang
dibiayainya itu. Beberapa kredit yang termasuk dalam jenis kredit
komersial adalah
a). Kredit mikro, fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan usaha mikro;

b). Kredit usaha kecil, fasilitas kredit yang diberikan untuk


membiayai kegiatan usaha kecil;

c). Kredit usaha menengah, fasilitas kredit yang diberikan untuk


membiayai kegiatan usaha menengah;

Kredit Korporasi, fasilitas kredit yang diberikan untuk


membiayai kegiatan usaha perusahaan/korporasi. Penentuan
besar kecilnya kredit mikro, kecil, dan menengah ditentukan
oleh kebijakan masing-masing bank.

4. Berikan contoh pengelolaan kredit secara transaksional


(risiko pinjaman, risiko counterparty dan risiko sovereign)

Risiko Pinjaman

Bank A memberikan kredit perumahan kepada debitur perorangan.


Saat memberikan kredit tersebut, bank memiliki risiko bahwa
sebagian – atau seluruh – debitur perorangan tersebut akan gagal
membayar bunga ataupun pokok kredit yang diterimanya.

Risiko Counterparty

Jika Bank A meminjamkan $ 10 juta kepada Nasabah C, Bank A


membebankan hasil yang mencakup kompensasi atas risiko
default. Tapi eksposur mudah dipastikan; Ini kira-kira
diinvestasikan (didanai) $ 10 juta. Turunan kredit, bagaimanapun,
adalah kontrak bilateral yang tidak didanai. Selain jaminan yang
diposkan, derivatif adalah janji kontrak yang mungkin dipatahkan,
sehingga mengungkap para pihak untuk mengambil risiko.
Pertimbangkan opsi over-the-counter (OTC) yang dijual (ditulis)
oleh Bank A kepada Pelanggan C. Risiko pasar mengacu pada
fluktuasi nilai opsi; jika bersifat harian-mark-to-market, nilainya
akan menjadi fungsi sebagian besar dari harga underlying asset
tetapi juga beberapa faktor risiko lainnya. Jika opsi berakhir in-the-
money, Bank A berhutang nilai intrinsik kepada Pelanggan C.
Risiko Counterparty adalah risiko kredit bahwa Bank A akan
membayarkan kewajiban ini kepada Bank C (misalnya, Bank A
mungkin bangkrut).

Risiko Sovereign

Resiko kerugian karena potensi suatu negar gagal membayar


kewajiban bunga atau pokok dari pinjaman. Contoh Negara
penghutan yang tidak mau membayarkan (Rusia 1917, 1998 dan
Afrika dan Amerika latin 1960 dan 1970)

5. Dalam pengelolaan kreddit dikenal Kredit bermasalah (Non


performance loan-NPL), apakah NPL tsb, mengapa kredit
bisa menjadi NPL, apakah peran manajemen risiko agar
tingkat NPL nya rendah

NPL atau Non Performing Loan merupakan salah satu indikator


kesehatan kualitas aset bank. Indikator tersebut merupakan rasio
keuangan pokok yang dapat memberikan informasi penilaian atas
kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar dan
likuidasi.

NPL yang digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah
disesuaikan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap
kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Ini
artinya NPL merupakan indiakasi adanya masalah dalam bank
tersebut yang mana jika tidak segera mendapatkan solusi maka
akan berdampak bahaya pada bank.

NPL yang juga dikenal dengan kredit bermasalah ini memang bisa
berdampak pada berkurangnya modal bank. Jika hal ini dibiarkan,
maka yang pasti akan berdampak pada penyaluran kredit pada
periode berikutnya.

Standarisasi Tingkat NPL

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal


12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah
sebesar 5%. Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut:

Rasio NPL = (Total NPL / Total Kredit) x 100%

Misalnya suatu bank mengalami kredit bermasalah sebesar 50


dengan total kredit sebesar 1000, sehingga rasio NPL bank
tersebut adalah 5% (50 / 1000 = 0.05). Semakin tinggi nilai NPL
(diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi
menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.

Statistik Perbankan Indonesia periode Oktober 2015 yang


diterbitkan OJK menunjukkan rasio NPL perbankan nasional
meningkat. Pada Oktober 2015, NPL bank tercatat sebesar 2,67%
atau naik 33 basis poin secara tahunan (year-on-year) dari 2,34%.

Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh yang besar terhadap


kemampuan debitur dalam melunasi utang-utangnya. Indikator-
indikator ekonomi makro yang mempunyai pengaruh terhadap NPL
diantaranya adalah sebagai berikut:

 Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga secara menyeluruh dan terus


menerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kemampuan
debitur untuk melunasi utang-utangnya berkurang.

 Kurs rupiah

Kurs rupiah mempunyai pengaruh juga terhadap NPL suatu bank


karena aktivitas debitur perbankan tidak hanya bersifat nasioanal
tetapi juga internasional.
Sebagaimana fungsi bank atau lembaga keuangan yang memang
difungsikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana dari dan
untuk rakyat. Untuk memaksimalkan hal ini dan tetap terkoordinir
dengan baik,  pihak bank harus membuat sistem manajemen pada
berbagai aspek dan pihak yang terlibat.

Langkah ini merupakan upaya yang cukup bagus dalam


melakukan manajemen seluruh kegiatan operasional bank,
diantaranya adalah untuk mengurangi risiko gagal kredit atau
kredit macet yang akhirnya bisa menyebabkan bank tidak sehat.

Anda mungkin juga menyukai