Anda di halaman 1dari 11

PENGAWASAN KREDIT

DAN
PENETAPAN STRATEGI KREDIT

OLEH:

1. AL IMAMMUL HAFIZH A.SY (15.822.0068)

2. RENDRA HADI KUSWARA (15.822.0021)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2018
Pengertian Pengawasan Kredit

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dalam


kegiatan usaha yaitu tahap “ pengawasan” kegiatan pengawasan ini akan menjadi
lebih penting jika diingat bahwa kredit merupakan “risk asset” bagi bank karena
asset tersebut dikuasai oleh pihak luaryaitu oleh nasabah.
Menurut T. Handoko, manajemen (2000:12) mengetahui hal ini dimaksud
supaya tidak terlepas dari peranan pengawasan yaitu penjagaan terhadap asset
perusahaan, berikut ini arti pengawasan :
Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil kegiatan koreksi yang diperlihatkan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan digunakan dan cara efektif dan efesien dalam mencapai
tujuan-tujuan perusahaan.
Dengan demikian pengawasan kredit merupakan langkah pengawasan
terhadap fasilitas kredit yang diberikan secara keseluruhan maupun secara
individual kepada debitur dimana apakah pelaksanaan pengawasan kredit sesuai
dengan rencana yang disusun atau tidak. Secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai dari pengawasan kredit itu sendiri adalah sejalan dengan batasan pengertian
pengawasan tersebut diatas atau secara jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk menentukan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan.


b. Membandingkan dengan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
c. Mengadakan pengkoreksian bila terjadi penyimpangan-penyimpangan secara
efektif dan efesien.

Jika dilihat satu persatu, masing-masing tujuan itu sebetulnya mempunyai kaitan
yang sangat erat antara satu sama lainnya sebagai misal adanya administrasi kredit
yang dilaksanakan secara teliti dan benar akan membantu dan mempermudah dalam
menemukan penyelewengan- penyelewengan yang terjadi.
Sejalan dengan tugas pengawasan dalam langkah approach serta bimbingan
terhadap debitur artinya melakukan pengawasan kredit dengan sekaligus
megadakan approach serta bimbingan dalam rangka membina nasabah. Nasabah
perlu dibina agar usahanya maju dan berkembangn sehingga ia akan memenuhi
kewajibannya secara baik. Hal ini berarti memperlancar jalan pencapaian reabilitas
bank dan amannya fasilitas bank.

Bentuk – Bentuk Pengawasan


Didalam pengawasan kredit yang dilakukan oleh PD. Bank Perkreditan
Rakyat Kota Bandung dapat bersifat aktif dan pasif yaitu:
1. Pengawasan Aktif
Adalah pengawasan secara langsung dari pegawai baik pengurus kredit
maupun pejabat yang terjun secara langsung kepada nasabah untuk melihat
perkembangan usaha nasabah memberikan bantuan manajemen, memberikan
dorongan serta memantau alur yang diberikan. Teknik pelaksanaan pengawasan
aktif dilakukan dengan membuat strategi yang tepat untuk mengunjungi nasabah
atau debitur lainnya karena pengawasan yang dilakukan secara langsung sehingga
pegawai perlu terjun langsung kelapangan.
2. Pengawasan Pasif
Adalah pengawasan yang dilakukan melalui lapran-laporan tertulis yang
dilakukan seperti laporan keadaan keuangan ( dari neraca dan laporan laba rugi ),
laporan penyaluran keuangan ( dari mutasi pinjaman ), dan sebagainya.
Pengawasan ini merupakan pengawasan yang dilakukan secara tidak langsung
sehingga pegawai tidak
perlu terjun langsung kelapangan, hanya berupa aktifitas-aktifitas diantaranya :
a. Dengan meningkatkan analisa kredit selain itu juga pengawasan pasif juga
dilakukan dikantor yaitu melalui pemeliharaan rekening dan pemeliharaan
administrasi kredit, sehingga dengtan demikian dapat dilihat perkembangan
kredit yang dinikmati oleh konsumen secara administrasi pengawasan dilakukan
dengan cara surat-menyurat, sedangkan pemeliharaan rekening dilakukan
dengan melihat perkembangan kredit oleh nasabah, baik pokok maupun bunga.
b. Secara administrasi nasabah dibuatkan kartunya yang sudah lengkap kewajiban
yang setiap bulannya baik anggaran pokok, bagi hasil, tanggal jatuh tempo, dan
lain-lain. Dengan demikian kartu tersebut dapat dilihat menunggak atau tidaknya
debitur setiap bulannya, apabila tidak mengangsur atau menunggak langsung
ketempat usaha debitur dan sebelumnya apakah pernah menunggak atau ntidak
pelaksanaa bagian ini dilakukan oleh bagian kredit dengan dipantua oleh
supervise.
Aspek Yang Meliputi Pengawasan Kredit
1. Adanya administrasi kredit yang memadai dan mengadakan cara-cara mutakhir,
seperti penggunaan computer on line system.
2. Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan secara berkala atas
jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan dalam perjanjian kredit
seperti :
a. Laporan produksi
b. Laporan penjualan
c. Laporan utang dan piutang perusahaan
d. Laporan keuangan ( neraca, perhitungan laba rugi, dan lai-lain )
e. Laporan tenaga kerja
f. Laporan asuransi aktiva tetap
g. Laporan perubahan izin yang diterima dari instansi terkait
3. Keharusan yang wira kredit ( account officer ) melakukan kunjungan ( visit )
keperusahaan atau proyek yang dibiayai bank, baik selama berlangsungnya
pembangunan proyek maupun stelah proyek tersebut berjalan sebagai suatu
usaha bisnis.
4. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, terutama
jika debitur memulai mengalami kesulitan dalam bisnisnya atau telah
menunjukan tanda- tanda terjadinya kemacetan. Kesulitan tersebut mungkin
terjadi pada berbagai masalah, seperti masalah produksi, pemasaran, tenaga
kerja, keuangan, perpajakan, dan sebaginya. Konsultasi yang dilakukan secara
dini pada umumnya dapat mengurangi atau menekan kemungkinan terjadinya
kegagalan proyek atau kredit macet.
5. Adanya suatu “system peringatan” ( warning system ) pada admistrasi bank atau
umumnya dikelola oleh wira kredit mengenai nasabah yang bersangkutan
peringatan dini tersebut dapat memperlihatkan kepada wirakredit berbagai
informasi tentang nasabah kredit yang berkaitan dengan kepatuhan kepada
ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian kredit misalnya:
a. Pengasuransian berbagai aktiva tetap yang dimiliki nasabah, terutama aktiva
tetap yang dijadikan agunan ( jaminan kredit ) yang diserahkan kepada bank,
b. Besarnya nilai agunan yang masih ada dibandingkan dengan nilai sisa pinjaman
( outstanding atau dari debit kredit ),
c. Posisi nasabah berdasarkan kolektibilitas kreditnya pada setiap waktu, apakah
nasabah masih tergolong kredit lancer ataukah sudah menjadi kredit kurang
lancer, kredit diraguakan, ataukah ( bahkan ) kredit macet. Posisi nasabah ini
erat kaitannya dengan sistem pelapran ke Bank Indonesia dan sangat
menentukan dalam penilaian terhadap tingkat kesehatan bank yang
bersangkutan.
Kebijakan Kredit dan Pedoman Penyusunan Kebijakan Kredit

1. Faktor penting dalam Kebijakan Kredit

a. Kredit yang diberikan bank mengandung risiko, sehingga dalam


pelaksanaannya bank harus memerhatikan asas – asas perkreditan yang sehat.
b. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah
didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan perkreditan yang
jelas.
c. Kebijakan perkreditan bank berperan sebagai panduan dalam pelaksanaan
semua kegiatan perkreditan bank.
d. Bagi bank yang belum memiliki kebijakan perkreditan , wajib menyusun dan
menerapkan kebijakan kredit yang minimal mengandung semua aspek yang
tertuang dalam pedoman kebijakan perkreditan.
e. Bank wajib menyampaikan kebijakan kredit dan wajib mendapat persetujuan
dewan komisaris.
f. Bank Indonesia memantau, mengawasi dan menilai pelaksanaan kebijakan
kredit bank tersebut.

Perencanaan Perkreditan
1. Pengertian
Proses perencanaan merupakan awal dari manajemen perkreditan
dimana tujuan , strategi untuk mencapai tujuan, sasaran, dan program
perkreditan ditentukan melalui perencanaan. Melalui perencanaan, dapat
dievaluasi apakah suatu kegiatan berhasil mencapai tujuan bank atau terjadi
sebaliknya, sehingga tidak ada satu pun kegiatan tanpa diawali dengan
perencanaan, meskipun rencana yang dibuat tersebut bersifat sederhana.
Perkreditan pada umumnya merupakan bisnis utama suatu bank
sehingga perencanaan kredit merupakan kegiatan yang penting dalam bisnis
perbankan. Perencanaan kredit meliputi kegiatan – kegiatan menentukan tujuan
pemberi kredit, bagaimana menetapkan sasaran , program dari sektor-sektor
ekonomi mana yang akan dibiayai.
2. Faktor Penting dalam Perencanaan Perkreditan
Dalam perencanaan perkreditan, banyak faktor yang perlu diperhatikan,
antara lain :

a. Kondisi ekonomi dan moneter secara makro.


b. Kegiatan pasar modal dan lembaga keuangan lainnya yang juga
memberikan fasilitas pembiayaan kepada masyarakat.
c. Kondisi bank yang dapat diketahui melalui SWOT Analysis dan bank
Performance Analysis.
d. Kemampuan nasabah dan manajemen bank.
e. Komposisi dana dan kemampuan bank dalam menghimpun dana.
f. Strategi bisnis bank.

3. Risiko Perkreditan

a. Risiko Politik

Banyak penyaluran kredit yang gagal sebagai akibat dari tidak adanya
kebijakan politik yang jelas, sehingga politik yang stabil merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam keberhasilan kegiatan usaha / nasabah.

b. Risiko Sifat Usaha

Setiap jenis usaha masing-masing mempunyai risiko sesuai dengan karakter


usahanya, bahkan antar usaha yang sejenis pun memiliki risiko yang berbeda
pula.

c. Risiko Geografis

Risiko geografis ini dimungkinkan timbul karena kesalahan memilih


tempat/lokasi usaha sebagai akibat kurang cermatnya memilih lokasi yang
tepat dan aman.
d. Risiko Persaingan

Bisnis apa pun yang ingin dimasuki/digeluti oleh nasabah tidak akan terlepas
dari akan terjadinya persaingan bisnis. Persaingan ini dapat terjadi antara
nasabah dengan usaha yang sejenis, atau dapat pula antar bank yang sama-sama
membiayai proyek sejenis.

e. Risiko Ketidakpastian Usaha

Ketidakmampuan memprediksi/meramal kondisi yang akan datang akan


berakibat fatal bagi bisnis. Akibatnya adalah banyak usaha yang dilakukan
secara spekulasi dan bukan didasarkan pada perhitungan yang akurat.
4. Pendekatan dalam Perencanaan Kredit

a. Perencanaan Berdasarkan Pendekatan Sumber Dana

Dari dana yang dapat dikumpulkan oleh suatu bank dari berbagai sumber yang
berbeda, ternyata tidak seluruhnya dapat dipasarkan dalam perkreditan karena
untuk menjaga likuiditasnya, bank yang bersangkutan perlu menyediakan
suatu “reserve”, baik berupa uang tunai, surat-surat berharga yang mudah
dicairkan, ataupun cadangan pada rekening bank sentral.

b. Perencanaan Berdasarkan Pendekatan Pasar


 Perlu dipahami bahwa market profile dari pasar kredit ditinjau dari
“economic environment” sesungguhnya dapat diketahui melalui budaya
masyarakat dan pengaruh lingkungan.
 Perlu diketahui “competitive profile” dan berapa jumlah kredit yang
telah dipasarkan ke masyarakat dan berapa market share yang berhasil diraih.
 Perlu diketahui customer profile. Hal ini sangat berpengaruh dalam
perencanaan kredit. Perlu diketahui apakah customer yang ada saat ini adalah
perusahaan swasta nasional, swasta asing, BUMN, BUMD, dll.
c. Perencanaan Kredit dengan Pendekatan Anggaran

Maksud dan tujuan penyusunan anggaran antara lain :


 Sebagai alat koordinasi dari berbagai kegiatan yang ada dalam suatu bank.
 Sebagai alat pengawasan karena anggaran merupakan tolok ukur dari
rencana kerja yang akan direalisasi di kemudian hari.
 Sebagai alat pemilihan alternatif-alternatif yang akan ditempuh oleh suatu
bank dalam mewujudkan optimal profit dari pengelolaan faktor-faktor
produksi yang dikuasainya.

d. Perencanaan Kredit Berdasarkan Pendekatan Peraturan-peraturan Moneter


yang Ada.

Beberapa model ketentuan moneter di bidang perkreditan yang dapat terjadi


dan cara-cara pemanfaatan dapat diberikan ilustrasi sebagai berikut.
 Pemberian kredit ke sektor-sektor ekonomi yang diprioritaskan akan dapat
memberikan manfaat bagi bank komersil.
 Dalam rangka pembentukan modal tetap domestik , akan tampak dalam
pemberian kredit investasi dengan suku bunga rendah. Dalam rangka perbaikan
neraca pembayaran manifestasi dengan mendorong ekspor melalui kredit
produksi barang ekspor atau produksi substitusi batang impor dengan suku
bunga kedit rendah.
 Dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan perbaikan distribusi
pendapatan, pemberian kredit diarahkan kepada perusahaan –perusahaan yang
padat karya.
 Dalam rangka pengembangan usaha golongan ekonomi lemah, arah
pemberian kredit ditujukan kepada pengusaha kecil.

5. Perencanaan Penetapan Suku Bunga Kredit (Base Lending Rate)


a. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan base lending
rate adalah sebagai berikut :

 Biaya yang dikeluarkan dalam menghimpun dana, atau yang dikenal


dengan cost of fund, cost of money, cost of loanable fund atau cost of
borrowing fund.
 Faktor nasabah, dalam era persaingan yang semakin ketat, perlu ada
kesepakatan antara bank dengan nasabah, karena pada dasarnya nasabah dapat
memilih atau menegoisasikan suku bunga pada level tertentu.

Teknik Menetapkan Suku Bunga Kredit

 Cost Plus Pricing


Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dalam menetapkan suku bunga
kredit, yaitu sebagai berikut :
“ Suku Bunga Kredit = biaya dana + laba yang diinginkan “
 Teknik Marginal Pricing
Suku bunga kredit ditetapkan atas dasar marginal cost. Konsep ini sangat cocok
dalam kebijakan penetapan suku bunga kredit untuk jangka pendek, terutama
untuk menghadapi tingkat persaingan yang sangat ketat, sebagai upaya
merebut minat calon nasabah.

c. Cara Perhitungan Bunga Kredit

 Single Interest
Perhitungan bunga kredit dengan cara ini didasarkan pada saldo debet dari
rekening dari satu periode ke periode tertentu dan dikalikan dengan suku bunga
kreditnya.
 Add on Basis
Dalam menghitung bunga kredit dengan cara ini, pada tahap awal bunga
dihitung terlebih dahulu lalu ditambahkan dengan pokok pinjaman dan hasil
perhitungannya dibagi sesuai dengan jangka waktu.
 Component Interest
Perhitungan bunga dengan cara ini prinsipnya sama dengan single interest,
yaitu didasarkan pada saldo debet selama jangka waktu tertentu.
 Single Disconto
Dengan perhitungan cara ini, bunga dibayar dibayar dimuka dan langsung
mengurangi jumlah saldo pinjaman yang seharusnya diterima nasabah.
 Rente
Perhitungan bunga dengan cara ini, jumlah besarnya angsuran dan bunga
yang harus dibayar nasabah pada setiap periode jumlahnya sama
6. Sifat – sifat perencanaan
Perencanaan disusun secara cermat dan baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Bersifat objektif artinya disusun berdasarkan fakta dan dugaan secara
ilmiah , bukan atas khayalan.
 Jelas dan praktis serta mempermudah tercapainya suatu tujuan berarti
bahwa perencanaan harus disusun secara jelas sehingga mudah dimengerti dan
dilaksanakan.
 Bersifat fleksibel dan pragmatis, artinya rencana harus dapat mengalami
penyesuaian – penyesuaian bila keadaan dan pelaksanaan mengkehendaki
demikian.
 Disusun secara lengkap dan rinci berarti bahwa segala aspek yang mungkin
ditimbulkan dalam pelaksanaan harus tercakup di dalamnya. Artinya rencana
harus memudahkan pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai