Anda di halaman 1dari 9

JUDUL

CREDIT RISK MANAGEMENT, DISASTER RECOVERY AND BUSINESS CONTINUITY IN THE


NIGERIA BANKING INDUSTRY: IMPLICATION ON PERFORMANCE.

PENULIS JURNAL

Chukwuani Victoria Nnenna

Departemen Akuntansi, Universitas teknologi Negeri Enugu

ABSTRACT :

Background :

Penelitian ini untuk meninjau pentingnya manajemen risiko kredit yang baik terhadap kinerja bank-
bank Nigeri dan ditemukan bahwa efektivitas fungsi perbankan hanya bergantung pada manajemen risiko
kredit yang baik yang menggabungkan rencana dan strategi yang baik untuk melanjutkan jika rekanan
dalam perjanjian kredit gagal bayar. Persetujuan. Pekerjaan tersebut juga menunjukkan cara bank
memastikan kelanjutan, operasi tanpa gangguan dari aktivitas mereka setelah bencana pasti terjadi. Bank
tidak boleh menunggu bencana melanda sebelum mereka menerapkan langkah-langkah atau strategi
untuk memastikan bahwa tugas-tugas tertentu dapat dilanjutkan atau dipulihkan dengan gaya yang tepat
waktu jika terjadi gangguan kegiatan bisnis karena mereka harus memiliki rencana tertulis dari awal
keberadaan mereka.

Keywords: Manjemen Risiko Kredit, Pemulihan Bencana, Keberlangsungan Bisnis; Performa

DOI: 10.7176/IKM/9-9-05

Publication Date: 31 Oktober 2018

Latar Belakang Penelitian

Fasilitas Kredit yang disediakan oleh bank bertujuan untuk membantu publik dalam perkembangan
ekonomi yang cepat. Inti dari fasilitas kredit adalah pemberian uang atau sumber daya kepada publik
dengan antisipasi pembayaran kembali di kemudian hari. Risiko kredit selama ini menjadi sumber
kekhawatiran banyak orang karena apabila mitra usaha gagal membayar kembali jumlah kredit yang
diberikan maka akan mempengaruhi aktivitas pihak lain. Selain banyaknya risiko yang dihadapi bank,
risiko kredit memainkan peran utama dalam perolehan pendapatan bank karena sebagian besar
pendapatan bank terakumulasi dari pinjaman di mana bunga diperoleh. Dua jenis kredit yang diberikan
oleh bank adalah kredit tanpa pinjaman dan kredit terjamin. Bagi bank, bencana berarti gangguan
mendadak pada semua atau sebagian operasi bisnisnya yang dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan.
Efek bencana berkisar dari gangguan kecil hingga penutupan bisnis total selama berhari-hari atau
berbulan-bulan. Tujuan utama pemulihan bencana adalah untuk menghindari masalah sebelum terjadi.
Pemulihan bencana sangat penting khusus nya bagi bank-bank di daerah atau pemukiman yang
dilanda krisis lebih banyak daripada bisnis lain karena layanan mereka sangat diminati pada saat bencana
oleh masyarakat. Merger dan akusisi, bersama dengan teknologi yang semakin canggih telah memperumit
situasi bank dengan membuat bank mewarisi aplikasi yang lebih beragam. Bank menjalankan 20 hingga 30
aplikasi penting pada saat yang sama dan Ketika organisasi bergabung atau diakuisisi, jumlah ini dapat
berlipat ganda. Selain itu, banyak nya operasi bank yang dialihkan kerena Lembaga keuangan memperluas
jangkauan mereka diluar kantor pusat ke lokasi satelit. Namun bank juga masih sangat bergantung pada
kertas, terutama di tingkat kantor cabang. Ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban dalam perjanjian
pinjaman dari pihaj peminjam bahkan setelah melewati masa tenggang, kebangkrutan dan penolakan juga
merupakan bencana di sector perbankan. Ketika bank menjadi lebih canggih, keretanannya terhadap
bencana juga semakin meningkat sehingga diperlukan rencana untuk solusi pemulihan bencana.

Tujuan Penelitian.

1. Implikasi manajemen risiko kredit terhadap kinerja bank.


2. Penerapan rencana pemulihan bencana untuk menjamin kelangsungan bisnis.

Pembahasan:

- Assessment of credit risk by a Bank


Industri perbankan memiliki prototipe untuk menilai kemungkinan gagal bayar oleh rekanan.
CAMPARI, yang merupakan perspektif terkenal dalam penilaian risiko kredit. Menurut CAMPARI
sebagai berikut;
1. Karakter yang menggambarkan keandalan bisnis dan orang – orang yang memimpin urusan
perusahaan karena diyakini bahwa peminjam yang jujur memiliki kecenderungan rendah untuk
tidak melakukan perjanjian.
2. Kemampuan mengacu pada legalitas dan legitimasi perjanjian antara counterparty dan bank.
Para direktur perusahaan diharapkan untuk bertindak dalam lingkup kewenangan hukum yang
tercantum dalam anggaran dasar mereka.
3. Sarana mengacu pada sarana keuangan, teknis dan manajerial pihak lawan yang akan
memastikan bahwa mereka membayar Kembali pada waktu yang ditentukan.
4. Tujuan mengacu pada alas an peminjam membutuhkan kredit yang diperpanjang, yang harus
jelas dan dapat diterima oleh pemberi pinjaman.
5. Jumlah mengacu pada agregat jumlah pinjaman yang harus cukup untuk menutupi tujuan
peminjaman.
6. Pembayaran Kembali berkaitan dengan kemampuan rekanan untuk membayar Kembali
pinjaman.
7. Asuransi mengacu pada Tindakan yang diambil oleh bank untuk memastikan bahwa mereka
mengambalikan jumlah pinjaman jika terjadi default.

- Credit Risk Management Structure


Ini merupakan tanggung jawab dewan bank untuk menjalankan rencana manajemen risiko kredit
sebagai berikut;
1. Memastikan bahwa strategi, rencana dan kebijakan risiko kredit bank dipublikasi secara efisien
di seluruh organisasi perbankan.
2. Direksi harus menyetujui dan mereview secara berkala strategi risiko kredit bank dan juga
kebijakan risiko kredit yang signifikan meningat strategi (rencana) dan kebijakan tersebut
harus memperhatikan berbagai Tindakan bank yang akan menimbulkan eksposur kredit.
3. Dewan direksi bank harusn menyetujui strategi bank untuk memilih risiko dan memaksimalkan
keuntungan.
4. Dewan direksi harus secara berkala meninjau hasil keuangan bank dan berdasarkan hasil ini
menentukan apakah perubahan strategi perlu dilakukan.
5. Dewan juga harus menentukan apakah tingkat permodalan bank memadai untuk risiko yang
diambil di seluruh organisasi.
6. Dewan harus memastikan bahwa manajemen senior dan orang-orang yang dibebani dengan
tugas manajemen risiko kredit memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi manajemen risiko yang sukses agar tidak gagal.
7. Dewan direksi harus memastikan bahwa kebijakan gaji dan pengupahan bank tidak
bertentangan dengan manajemen risiko kredit bank karena telah terbukti bahwa jika perilaku
yang tidak dapat diterima seperti perolehan keuntungan jangka pendek jika diberikan
penghargaan terhadap kebijakan kredit atau melebihi batas yang ditetapkan, kredit bank
tersebut proses melemah.

- Credit Risk Management Plan


Ini merupakan tindakan yang digunakan oleh bank untuk menghindari atau mengurangi efek risiko
kredit yang tidak menguntungkan. Manajemen risiko kredit yang komprehensif penting bagi bank
untuk meningkatkan profitabilitas dan juga memastikan kelangsungan hidup. Prinsip -prinsip
utama dalam proses manajemen risiko kredit terdiri dari; pembentukan struktur yang jelas, alokasi
tanggung jawab, proses harus diprioritaskan dan didisplikan, tanggung jawab harus
dikomunikasikan dengan jelas dan pertanggungjawaban diberikan.
- Credit Risk Management System: The Nigerian Story

Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an tercatat peningkatan jumlah portofolio kredit macet di
bank dan ini sangat berkontribusi pada kesulitan keuangan di sektor perbankan. Kelemahan
sistemik yang banyak dilakukan oleh bank adalah terus memberikan fasilitas kredit baru kepada
nasabah yang sudah memiliki hutang inti dan belum dibayar dengan bank dan Lembaga keuangan
lain. Kurangnya informasi tentang kredit menjadi hambatan utama di pihak regulator. Kebutuhan
akan database mengenai informasi kredit gabungan tentang peminjam menjadi sangat diperlukan
dan penting meningat semua masalah yang dihadapi sistem manajemen kredit di Nigeria. Undang-
undang yang memungkinkan memberdayakan CBN untuk memperoleh dari semua bank
mengembalikan semua kredit dengan saldo terutang minimum N100.000 dan di atasnya pokok dan
bunga.
Undang – undang tersebut mewajibkan semua Lembaga keuangan untuk memberikan
pengembalian kepada CRMS sehubungan dengan semua pelanggan mereka dengan semua
pelanggan mereka dengan total saldo debit yang belum diselesaikan sebesar N1.000.000 (satu juta
naira) ke atas. CRMS juga mengamanatkan bank untuk memperbarui kredit ini setiap bulan serta
membuat penyelidikan status peminjam yang berniat untuk menentukan kelayakan mereka atau
sebaliknya. Sanksi dijatuhkan kepada Bank atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan terhadap
undang – undangan. Sekarang, kemajuan teknologi telah menyebabkan CRMS menjadi web-
enabled sehingga kemungkinkan bank dan pemangku kepentingan lainnya untuk memasukkan
langsung ke database CRMS untuk tujuan mempengaruhi pengembalian wajib atau menyelesaikan
penyelidikan status pada peminjam. CBN sedang dalam proses mengintegrasikan CRMS dengan
sistem lain yang beroperasi di bank agar lebih efisien.

 Tujuan dari Sistem Manajemen Risiko Kredit yang diatur oleh Bank Sentral Nigeria
Penguatan Prosedur Penyimpanan dan Pemantauan Over-Exposure Memfasilitasi Klasifikasi
Penilaian Kredit Bank penyebaran Data Kredit kepada Peminjam Kredit yang Konsisten

Tujuan menghasilkan akurasi Biro Kredit memiliki data Informasi kredit dari Biro Biro Kredit akan
dan informasi kredit yang kredit mulai nominal 1 juta Kredit akan memungkinkan memfasilitasi klasifikasi
andal tentang peminjam dari (pokok dan bunga ). Data Bank untuk mengidentifikasi kredit yang konsisten dari
database pusat , supaya bank fasilitas pinjaman: nama debitur yang memiliki kontrak regulator yang diberikan
lebih baik untuk menilai debitur, Direktur perusahaan hutang melebihi kemampuan kepada Debitur yang sama
kemampuan pembayaran debitur,batas kredit, jumlah pembayaran , maka bank- oleh bank yang berbeda.
kembali dari Nasabah yang terutang, status kredit, bank diimbau untuk tidak
mencari kredit baru atau sekuritas yang dijaminkan, menyalurkan dananya ke area
tambahan fasilitas, dampak dari CRMS database melalui atau sektor yang sudah
bagi Bank akan mengurangi laporan status kredit. Biro mengalami prospek menurun.
atau menghindari pemberian Kredit memberikan Hal ini akan membantu bank
pinjaman kepada Nasabah tanggapan obyektif terhadap dalam mengevaluasi
yang tidak mampu membayar pertanyaan status debitur. kelayakan atau proposal
kembali dan / atau sudah Nasabah yang memenuhi pinjaman dari Nasabah.
memiliki kredit macet. kewajibannya akan memiliki
akses fasilitas kredit, tapi
nasabah yang menunggak
tidak diberi akses ke fasilitas
baru dari bank lain sampai
mereka melunasi tunggakan
pinjamannya.

 Pemulihan Bencana dan Kelangsungan Bisnis

NO URAIAN PEMULIHAN BENCANA DAN KELANGSUNGAN BISNIS


1. Kelangsungan bisnis jika terjadi bencana, Rencana Pemulihan Bencana yang baik adalah
penting (Chandler & Wallace, 2004), sebagai solusi efisien untuk memulihkan semua
proses bisnis dengan teknik atau metode terbaik yang disimpan di luar lokasi untuk
menangani situasi darurat
2. Kegiatan Disaster Recovery Plan merupakan tindakan preventif terhadap bencana
3. Rencana atau strategi Pemulihan Bencana merupakan kesiapan dari tanggapan staf
yang cepat setelah bencana terjadi dan upaya pemulihan yang efektif dan efisien.

4. Penghindaran risiko merupakan elemen penting dalam proses pemulihan bencana


(Epure dan Lafuente,2012).

5. Sistem Manajemen Pemulihan Bencana meliputi proses mulai dari perencanaan,


pengembangan, pengujian, dan penerapan prosedur dan proses manajemen
Pemulihan Bencana untuk memastikan kelanjutan fungsi bisnis merupakan faktor
penting yang efisien dan efektif jika terjadi gangguan yang tidak terjadwal /
unexpected.

6. Mengurangi tingkat kerugian dalam bisnis setelah aplikasi penting mengalami


gangguan, penilaian kerusakan, pemulihan data dan informasi yang penting dalam
operasi bisnis, manajemen operasi pemulihan yang terorganisir dan respon cepat
personel teknologi dalam suatu peristiwa bencana harus menjadi tujuan utama dari
rencana pemulihan bencana untuk memastikan kelangsungan bisnis (Steinarcher,
2008).
7. Respons terhadap gangguan layanan (baik untuk jangka pendek atau panjang) adalah
tanggung jawab bisnis dengan mengembangkan mendokumentasikan, menguji serta
mengimplementasikan Rencana Pemulihan Bencana dengan dukungan dari
manajemen senior, staf dan pengguna akhir
8. Pada saat terjadi suatu insiden, manajemen teknologi akan diberi tahu tentang
potensi bencana di pusat computer dan Tim Manajemen Pemulihan akan melakukan
penilaian situasi dan menentukan apakah ada kebutuhan untuk mengumumkan
bencana dan mengaktifkan Rencana Pemulihan Bencana. Ketika Rencana diaktifkan,
personel pemulihan yang ditugaskan akan diberi tahu dan diarahkan untuk
mengaktifkan prosedur pemulihan (Botha dan Solms, 2004).
 Pemulihan Bencana dan Keberlangsungan Bisnis di Sektor Perbankan

1. Penyusunan Rencana Pemulihan Bencana meliputi :


 Pada saat terjadi bencana perhatian utama : karyawan,keamanan keluarga, kebutuhan
pokok bagi karyawan seperti makanan, tempat tinggal, dan bantuan medis, serta
konseling dan informasi tentang upaya pemulihan , nasabah serta pelayanan nasabah di
lokasi terpencil yang menggunakan telepon harus menjadi perhatian.
 Rencana pemindahan lokasi karyawan bekerja secara geografis dengan relokasi untuk
setiap kelompok kerja. Lokasi pemulihan harus direncanakan baik untuk lingkungan pusat
data dan lokasi satelit.
 Ketersediaan alternatif komponen lingkungan kerja yang meliputi ruang kantor, komputer
pribadi serta peralatan dan perlengkapan kerja kantor ( back up ).
 Dalam hal terjadi pemadaman listrik, supaya dipertimbangkan pekerjaan dan informasi
antar departemen.
 Pelatihan dan komitmen penyusunan rencana pemulihan bencana dari manajemen
senior.
 Alternatif yang tersedia bagi bank untuk berlangganan pada perusahaan layanan
pemulihan yang menawarkan ruangan , peralatan alternatif ,komputer pribadi dan
peralatan lain terkait ke lokasi pemulihan yang dipilih dalam dua hari setelah bencana
diumumkan.
 Mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua fungsi yang dialihdayakan karena
sebagian besar bank mengeluarkan pemrosesan data atau aplikasi khusus seperti
akuntansi , operasi kartu kredit, dan aplikasi mesin teller otomatis karena fungsi tersebut
seringkali tidak termasuk dalam kontrak dengan konsultan.
 Uji coba pemulihan bencana untuk menunjukkan kesiapan di semua tingkatan jika terjadi
kesulitan. Testing harus lengkap mencakup semua tahapan proses pemulihan terutama
untuk kembali kepada operasi normal harus didokumentasikan dengan baik.
 Pengalaman perbankan telah menunjukkan bahwa sebagian besar masalah muncul saat
bencana terjadi di daerah yang belum teruji. Frekuensi pengujian bergantung pada
ukuran bank Anda dan tingkat organisasi. Bank kecil hanya melakukan pengujian setiap
tahun; bank yang lebih besar akan melakukan latihan dua atau tiga ormalkali setahun
atau tes tahunan selama beberapa hari.
 Bank dituntut untuk memiliki prosedur yang terdokumentasi tentang apa yang akan
dilakukan saat terjadi bencana dengan tahapan yang lengkap sampai proses normal
kembali
2. Keberlangsungan bisnis meliputi :

 Pemulihan bisnis telah berkembang lebih dari sekadar memulihkan sistem komputer
hingga memulihkan dan menciptakan kembali proses bisnis untuk kelangsungan bisnis
 Operasi pemulihan bisnis mencakup perlindungan pusat data dan mencakup semua
komponen bisnis.
 Dua faktor utama solusi pemulihan bagi bank :
a. Periode waktu : jangka waktu pemulihan dari saat terjadi bencana sampai kembali
kepada kondisi normal
b. Kerugian yang akan ditanggung bank mulai dari terjadinya bencana sampai pada
waktu pemulihan bencana
 Electronic vaulting untuk solusi pemulihan tercepat yang diadopsi oleh banyak bank saat
ini pada lingkungan sistem informasi. yang membantu bank mempertahankan data dan
sistem duplikat atau identik di situs pemulihan ( back up ) dengan menggunakan Remote
shadowing and mirroring yang terhubung dengan server utama.
 Senior manajemen harus memastikan bahwa seluruh karyawan mengetahui pihak yang
harus dihubungi ketika terjadi keadaan darurat dan tetap produktif selama periode
pemulihan bencana.

 Implikasi Manajemen Risiko Kredit, Pemulihan bencana dan Kelangsungan bisnis terhadap
Kinerja Bank

Bank yang melakukan usaha penyediaan kredit memiliki beberapa imbalan yang dapat
diperoleh (Taiwo et al, 2017).
Imbalan dikenal sebagai ICE :

1. Interest : Bunga yang akan dibayarkan oleh nasabah atas jumlah pinjaman, dengan 2
elemen:
a. Biaya dana
b. Margin.
Biasanya, semakin tinggi risiko suatu transaksi, semakin besar biaya bunganya. Dalam istilah
bank disebut riks pricing.

2. Commissions :
Biaya lain, seperti biaya komitmen, yang dibayarkan kepada bank karena menyetujui
pemberian fasilitas untuk jangka waktu tertentu

3. Extras :
Biaya tambahan, seperti biaya hukum, terkait dengan pemberian pinjaman.
Implikasi Manajemen Risiko Kredit:
Strategi manajemen risiko kredit yang sehat akan meningkatkan kepercayaan investor dan
penabung terhadap bank sehingga terjadi pertumbuhan dana untuk pinjaman dan
meningkatkan profitabilitas bank. Manajemen risiko kredit yang efektif memungkinkan bank
untuk memperoleh modal secara internal dari keuntungannya.

 Pemulihan bencana dan Kelangsungan bisnis terhadap Kinerja Bank :

Pada saat terjadi bencana yang mempengaruhi database bank, Business Continuity Plan untuk
infrastruktur sistem dan komunikasi akan dialihkan dari sistem produksi utama ke situs
alternatif yang telah dirancang ,sehingga memungkinkan semua aplikasi penting untuk diakses
di situs alternatif dari pemulihan sistem. Apabila dampak bencana sangat parah sehingga
memerlukan waktu yang lama jauh dari lokasi utama (umumnya melebihi dua minggu), aktivitas
bisnis dapat diintensifkan karena periode yang berkepanjangan pada operasi tingkat
kelangsungan hidup dapat memperburuk dampak insiden, mempengaruhi kemampuan bank
untuk mempertahankan aktivitas inti, proses, dan sistem.

Kesimpulan :

Manajemen risiko kredit, pemulihan bencana dan kelangsungan bisnis di industry perbankan di
Nigeria :

1. Pembiayaan Bank berbentuk kredit sangat membantu dalam perkembangan ekonomi suatu
negara, sedangkan bagi Bank pembiayaan kredit merupakan bisnis utama yang menghasilkan
profitabilitas dan mempengaruhi kinerja Bank secara berkelanjutan. Keberhasilan fungsi bank
sangat bergantung pada efektivitas manajemen risiko kredit. Dalam rangka pembiayaan
berbentuk kredit tersebut diperlukan strategi dalam manajemen risiko kredit sebagai langkah
pengendalian adanya risiko gagal bayar dari nasabah yang meliputi :

 Peran aktif Manajemen Senior dan Direksi melakukan pengawasan dari pengendalian risiko
kredit.
 Departemen Kredit melakukan end to end process kredit dengan perspective credit risk
assessment yaitu CAMPARI ( Character, Ability, Means, Amount, Repayment, Insurance
sehingga profitabilitas yang diperoleh Bank dapat pula menambah modal dari laba tersebut.
 Struktur organisasi termasuk penetapan dan pemisahan fungsi bisnis, manajemen risiko dan
sistem pengendalian intern.
 Kebijakan kredit untuk terselenggaranya manajemen risiko kredit yang sehat.
 Otoritas pengawas akan memantau risiko dalam portofolio pinjaman yang diberikan kepada
semua pihak antara lain : swastas, pemerintah dan badan lainnya untuk meminimalkan
risiko kredit di Bank.

2. Bencana dapat terjadi seperti kebakaran, kerusuhan politik atau sosial, terorisme dan lainnya.
Bencana tersebut selain tidak dapat dihindari juga tidak dapat diprediksi serta berbeda jenis
dan intensitasnya. Efek bencana dapat berupa gangguan kecil hingga penutupan bisnis total
selama berhari-hari atau berbulan-bulan, bahkan kerusakan fatal pada bisnis.
Dalam rangka pemulihan bencana guna menjaga kelangsungan bisnis antara lain :

 Pembentukan Komite Pemulihan Bencana memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan,


melaksanakan, dan meningkatkan rencana pemulihan bencana.
 Manajemen senior dan Direktur Bank harus mencurahkan lebih banyak waktu dan sumber
daya untuk rencana pemulihan bencana untuk memastikan kelangsungan bisnis jika terjadi
bencana, termasuk keterlibatan staff untuk memastikan kelangsungan bisnis.
 Dokumentasi mengenai langkah-langkah pemulihan bencana antara lain : relokasi
opersional Bank, teknologi informasi dari system back up yang mirroring dengan system
utama, peran staff dalam semua aktivitas operasional Bank selama bencana, uji coba dalam
menghadapi bencana sampai dengan pemulihan bencana sampai kembali kepada sistem
bisnis yang normal.

Anda mungkin juga menyukai