Disusun oleh :
Virza Ilham Zaini (Retail Banking Advisor)
Benjie Panohon (MSME Finance Advisor)
DSIK Indonesia & The Philippines
“Rural development by strengthening the rural banking sector.”
Bali
2021 - 2023
PENGANTAR
Tim Penulis,
Page | i
DAFTAR ISI
PENGANTAR ..................................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... ii
RISIKO KREDIT PADA PEMBIAYAAN UMKM ................................................................................................ 1
1. Apa itu Risiko Kredit ...................................................................................................................... 1
2. Langkah Mitigasi Kredit melalui Penerapan 5 C + 1 C .............................................................. 1
3. Informasi Asimetris ........................................................................................................................ 3
4. Penyebab Kegagalan Kredit ......................................................................................................... 3
5. Bagaimana Kita Mengelola Risiko Kredit ................................................................................... 4
6. Manajemen Risiko Kredit pada Bank .......................................................................................... 6
7. Pinjaman Berbasis Risiko ............................................................................................................. 7
8. Meningkatkan ‘Kualitas Staf’ ........................................................................................................ 8
9. Pelaksanaan Analisis Kelayakan Kredit ...................................................................................... 9
10. Rangkuman Modul. ...................................................................................................................... 10
Page | ii
RISIKO KREDIT PADA PEMBIAYAAN UMKM
Page 1 of 13
semua penghasilan diperoleh dalam bentuk tunai begitu juga dengan biaya/beban,
maka diperlukan analisis terhadap arus kas untuk melihat kecukupan pemenuhan
kewajiban pembayaran angsuran untuk setiap periodenya. Secara kualitatif penilaian
dilakukan terhadap aspek manajerial dan teknis pemohon. Hal ini dapat tercermin
dari beberapa hal seperti pengalaman pemohon di bidang yang sama, berapa lama
usaha telah berjalan, uraian dan pembagian tugas bagi pekerja maupun efektifias
serta efisiensi kegiatan produksi.
iii. Capital; menilai struktur permodalan yang dimiliki oleh pemohon kredit dapat
dilakukan dengan menganalisis laporan neraca keuangan serta rasio pembiayaan
sendiri (self financing) untuk memenuhi kebutuhan diluar pinjaman bank. Adapun
salah satu rasio yang digunakan dalam menganalisis laporan neraca keuangan adalah
Debt to equity ratio. Rasio ini akan menggambarkan seberapa besar porsi modal yang
dimiliki pemohon dalam membiayai keseluruhan aset, sehingga dapat dilihat sejauh
mana keseriusan pemohon dalam mengelola, menjalankan dan mengembangkan
usahanya. Semakin tinggi porsi modal sendiri, maka akan berkorelasi secara positif
terhadap komitmen pemohon terhadap kewajibannya.
iv. Conditions; analisis kualitatif yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran
kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai kondisi ekonomi secara
umum, industri atau kondisi tertentu yang mempengaruhi kemampuan membayar
pinjaman. Analisis ini diperlukan karena beberapa prospek usaha sangat berkaitan
erat dengan kondisi ekonomi di masa itu.
v. Collateral; meski sering dianggap sebagai second way out namun jaminan ataupun
agunan kadangkala tetap dianggap perlu sebagai pelindung dari risiko keuangan
serta mengikat keseriusan debitur dalam menjalankan usaha serta memenuhi
kewajiban angsurannya. Analisis terhadap collateral tidak hanya sebatas melihat
apakah nilai jaminan dapat mengcover kredit tapi juga melihat status kepemilikan,
legalitas serta bentuk perikatan yang akan digunakan.
vi. Constraints; analisis ini berupaya untuk melihat batasan dan hambatan yang
menyebabkan suatu bisnis tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu (tempat,
iklim, masyarakat dll). Misal ada pompa bensin di sekitar usaha las atau usaha
perternakan dilingkungan pemukiman.
Page 2 of 13
3. Informasi Asimetris
‘Situasi dimana salah satu pihak pada saat suatu transaksi ekonomi memiliki
pengetahuan material lebih dari pihak lain’ dikutip dari Investopedia. Hal seperti ini
harus dihindari oleh pihak BPR sebelum merealisasi pinjaman. Kondisi ketika bank tidak
memiliki sumber informasi yang memadai sebelum merealisasi pinjaman akan
memberikan beberapa risiko bagi bank. Beberapa risiko tersebut antara lain :
i. Prarealisasi, yaitu kesalahan dalam menilai kelayakan calon debitur. Ini adalah risiko
yang muncul diakibatkan pemberian pinjaman yang tidak layak karena kesalahan
informasi atau adanya informasi yang tidak terdeteksi sedari awal.
ii. Pascarealisasi, yaitu moral hazard. Ini adalah risiko yang muncul diakibatkan debitur
terlibat dalam prilaku atau investasi yang berisiko setelah pinjaman direalisasi.
Mengingat betapa seringnya situasi asimetris ini terjadi pada aktivitas bisnis
perkreditan maka untuk menghindarkan bank dari situasi sulit dan potensi kerugian di
masa yang akan datang, penerapan manajemen risiko kredit yang baik menjadi sebuah
solusi yang dapat diambil sebagai langkah awal pencegahan.
Page 3 of 13
5. Bagaimana Kita Mengelola Risiko Kredit
Ada 3 dimensi yang menjadi faktor penting yang harus dikelola dengan baik dalam
menentukan keberhasilan pengelolaan bisnis kredit. Ketiga hal tersebut adalah sebagai
berikut :
i. Informasi; seperti apa yang disampaikan pada sub bab sebelumnya terkait dengan
risiko dari informasi yang asimetris. Maka kita perlu melakukan investigasi terhadap
kuantitas dan kualitas informasi yang dikumpulkan baik itu dari nasabah, sumber
internal bank maupun eksternal terkait background calon nasabah maupun kredit
yang dimohonkan. Informasi ini dapat dikumpulkan dari berbagai sumber seperti
dokumen-dokumen sebagai prasyarat kredit, form aplikasi pinjaman, wawancara
langsung ataupun via telpon, pengalaman calon nasabah, laporan keuangan, catatan
pembukuan, historikal kredit maupun hasil trade checking dan social checking dari
kunjungan langsung ke lokasi usaha dan tempat tinggal.
ii. Kontrol; kontrol ini sangat diperlukan terutama pascarealisasi kredit yang bertujuan
untuk memperkuat monitoring dan/atau mencegah nasabah terlibat dalam prilaku
berisiko. Proses kontrol ini dapat dilakukan dengan memperketat persyaratan
kelayakan kredit, memastikan tujuan penggunaan sesuai dengan yang sebenarnya,
persyaratan administratif prarealisasi, pola monitoring jadwal pembayaran kredit,
prosedur operasional terkait proses pengawasan kredit serta pembagian tugas yang
detail terkait unit fungsi petugas kredit di suatu bank.
iii. Security; sebagai mitigasi moral hazard, faktor ini sangat penting dalam menurunkan
kerugian bank jika terjadi default (wanprestasi dari debitur). Beberapa cara yang
dapat dilakukan antara lain dengan melibatkan pihak ke3 sebagai penjamin,
mempersyaratkan adanya agunan pinjaman, memasang asuransi serta penetapan
suku bunga bank.
Page 4 of 13
Apabila dikaitkan dengan prinsip 5C, maka tinggi rendahnya kualitas maupun kuantitas
informasi yang diperoleh akan memperkuat analisis terhadap penilaian aspek character
dan capacity calon nasabah, sedangkan kualitas kontrol dan security merupakan bagian
dari analisis terhadap penilaian aspek capital, conditions, dan collateral.
Dengan mengelola ketiga dimensi tersebut, diharapkan bank dapat melakukan
berbagai langkah preventif untuk mengcover seluruh risiko kredit yang akan muncul.
Namun yang menjadi poin kritis adalah bank tidak dapat mengelola ketiganya sekaligus
secara maksimal di waktu yang bersamaan, dikarenakan berbagai hal sebagai berikut :
i. Merupakan hal yang sangat sulit bagi bank untuk mengetahui semua hal tentang
nasabah / calon nasabah.
ii. Sangat tidak mungkin untuk memprediksi masa depan dengan akurat.
iii. Semakin kita ingin memaksimalkan pengelolaan atas ketiga faktor tersebut maka
akan semakin banyak membutuhkan biaya, sehingga bisnis bank kemungkinan besar
menjadi tidak efisien.
iv. Mengelola ketiganya secara berlebihan akan dapat merusak reputasi bank. Proses
kredit akan membutuhkan waktu yang sangat panjang.
v. Pada akhirnya akan memberikan citra negatif bagi bank.
Oleh karena itu, setiap lembaga keuangan harus menemukan komposisi yang
seimbang dan tepat di antara ketiganya sesuai dengan tujuan institusional mereka, selera
risiko masing-masing dan realitas pasar sasaran dari setiap produk. Mari kita lihat contoh-
contoh pengelolaan ketiga dimensi tersebut untuk masing-masing kondisi :
1. Untuk kredit KPR (properti), bank tidak akan terlalu fokus pada dimensi informasi.
Pada scheme kredit ini, bank akan memperketat dimensi kontrol seperti ketersediaan
down payment dengan rasio minimal 30% serta proses transaksi pemindahan dana
dari rekening pinjaman ke rekening penjual. Selanjutnya bank juga akan memperkuat
dimensi security dalam bentuk perikatan jaminan yang kuat, asuransi jiwa peminjam
maupun objek pembiayaan serta jika dimungkinkan adanya buy back guarantee dari
developer apabila terjadi tunggakan pinjaman.
Page 5 of 13
2. Jika kita melihat kepada lembaga lain seperti pegadaian, maka pengelolaan tiga
dimensi tersebut akan terlihat lebih ekstrem. Pihak pegadaian biasanya tidak akan
terlalu fokus pada dua dimensi seperti informasi dan kontrol. Pegadaian akan menjual
layanannya secara efektif dengan hanya memperkuat serta memperketat dimensi
security. Pegadaian akan memegang secara penuh objek jaminan, baik fisik maupun
surat kepemilikan serta memberikan tingkat suku bunga yang tinggi sebagai salah
satu mitigasi risiko kerugian.
Namun demikian, meski aspek pelayanan dalam hal kecepatan proses dan
kemudahan akses adalah hal yang utama tapi bank sebagai lembaga keuangan formal
tetap harus mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential banking principle) untuk
meminimalkan risiko usaha operasional bank. Oleh karena itu, agar risk coverage tetap
terjaga maka diperlukan dimensi keempat yaitu kualitas staf. Kualitas staf ini terkait
dengan kompetensi dan keandalan.
Page 7 of 13
‘Dimensi keempat’ ini menjadi jaminan utama bagi bank, bahwa analisis risiko dan
penyaringan calon nasabah dilakukan pada standar yang tinggi. Berikut adalah beberapa
faktor yang dapat meningkatkan kualitas staf :
• Proses rekrutmen yang tepat.
• Pelatihan yang komprehensif.
• Level otorisasi berjenjang.
• Peluang pengembangan staf.
• Motivasi dan insentif.
• Umpan balik dan evaluasi berkala.
• Dukungan kelembagaan.
Page 8 of 13
Tabel di bawah akan menunjukkan hubungan antara masing-masing atribut dengan
mekanisme yang dapat diambil :
Atribut yang dibutuhkan Mekanisme Quality Control
Pemasaran dan Komunikasi No. 1, 2, 3
Logika dan berfikir kritis No. 1, 2, 3
Pemahaman terminologi dan prinsip keuangan No. 2, 3, 4
Disiplin, dapat diandalkan dan bermotivasi No. 2, 3, 4, 5
Kepatuhan akan kebijakan, peraturan dan etik No. 2, 3, 4, 5
i. Informasi dasar; informasi ini akan berisi semua hal terkait dengan keadaan pribadi
dan keluarga dari pemohon. Beberapa informasi terkait antara lain usia, tingkat
pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga yang lain, lama
menetap di tempat tinggal saat ini dsb.
ii. Informasi bisnis (kondisi umum usaha); Informasi ini terkait dengan struktur
organisasi, riwayat usaha dan model bisnis. Beberapa informasi terkait antara lain,
kepemilikan usaha, jumlah unit cabang, jumlah tenaga kerja, lama usaha berdiri,
pengalaman usaha berdiri, kompetitor di sekitar lokasi, legalitas usaha dsb.
iii. Informasi keuangan; Informasi ini bersumber dari laporan keuangan seperti neraca
keuangan, laba/rugi, dan arus kas. Beberapa informasi yang dianggap perlu antara
lain rasio self financing, rasio hutang, rasio kemampuan bayar, Net profit margin, dan
berbagai rasio lain yang mendukung dalam mengambil keputusan, terutama terkait
jumlah kredit dan jangka waktu (besaran angsuran kredit).
iv. Informasi terkait pinjaman; Informasi ini terkait beberapa hal seperti tujuan pinjaman,
riwayat pinjaman serta aspek untuk mengamankan pinjaman.
Mengingat aspek keuangan sebagai salah satu aspek penting sebagai dasar
keputusan terutama dalam menganalisis kredit dengan jumlah yang lebih besar, maka
dapat ditambahkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka memvalidasi
informasi yang diperoleh sebagai berikut :
• Strategi dan metode pengumpulan data yang relevan.
• Penyusunan ulang laporan keuangan.
• Penerapan teknik cross-checking.
Page 9 of 13
• Penilaian dan penyesuaian dengan informasi non-keuangan.
• Pertimbangan spesifik terhadap risiko pada industri dan bisnis.
• Penilaian aset dan surat berharga.
Page 10 of 13