CREDIT
RISK
MANAGEMENT
- Presented by M. Amrullah Reza P.T. -
OBJECTIVE
2
PROSES MANAJEMEN RISIKO
KREDIT/PEMBIAYAAN
Identifkasi Risiko
1. Identifkasi 2. Penilaian
Risiko Risiko
Pengendalian
Penilaian Risiko
Risiko 3. 4.
Pemantauan Pengendalian
Risiko Risiko
Pemantauan Risiko
3
Identifikasi Risiko Kredit/Pembiayaan
4
AKTIFITAS FUNGSIONAL KOPERASI
Aktifitas
Pembiayaan
Koperasi
Simpan
Pinjam
Aktivitas
Aktivitas Treasuri
Lainnya dan
Investasi
5
AKTIFITAS PEMBIAYAAN
Ketika Koperasi memberikan pembiayaan
kepada nasabah, saat ini juga Koperasi
memiliki/terekspose counterparty risk.
Ada potensi nasabah default dan pembiayaan
tidak kembali kepada Koperasi.
Prinsip 5C yang harus diperhatikan saat akan
memberikan pembiayaan kepada nasabah:
1. Character (Karakter)
2. Capacity (Kemampuan)
3. Capital (Modal)
4. Collateral (Jaminan)
5. Condition (Kondisi)
6
PRINSIP 5 C : CHARACTER
Prinsip ini dilihat dari segi kepribadian
nasabah. Hal ini bisa dilihat dari hasil
wawancara antara kepada nasabah yang
hendak mengajukan kredit/pembiayaan
mengenai latar belakang, kebiasaan hidup,
pola hidup nasabah, dan lain-lain.
Character ini ialah menilai calon nasabah
apakah bisa dipercaya dalam menjalani
kerjasama dengan baik.
7
PRINSIP 5 C : CAPACITY
Prinsip ini adalah yang menilai nasabah dari
kemampuan nasabah dalam menjalankan
keungan yang ada pada usaha yang
dimilikinya.
Apakah nasabah tersebut pernah mengalami
sebuah permasalahan keuangan
sebelumnya atau tidak, di mana prinsip ini
menilai akan kemampuan membayar
pembiayaan nasabah terhadap koperasi.
8
PRINSIP 5 C : CAPITAL
Yakni terkait akan kondisi aset dan kekayaan
yang dimiliki, khususnya nasabah yang
mempunyai sebuah usaha.
Capital dinilai dari laporan tahunan
perusahaan yang dikelola oleh nasabah,
sehingga dari penilaian tersebut, pihak
koperasi dapat menentukan layak atau
tidaknya nasabah tersebut mendapat
pinjaman, lalu seberapa besar bantuan
pembiayaan yang akan diberikan.
9
PRINSIP 5 C : COLLATERAL
Prinsip ke-empat yang perlu diperhatikan.
Prinsip ini perlu diperhatikan bagi para
nasabah ketika mereka tidak dapat
memenuhi kewajibannya dalam
mengembalikan pinjaman dari pihak
bank/koperasi.
Jika hal demikian terjadi, maka sesuai
dengan ketentuan yang ada, pihak koperasi
bisa saja menyita aset yang telah dijanjikan
sebelumnya sebagai sebuah jaminan.
10
PRINSIP 5 C : CONDITION
Prinsip ini dipengaruhi oleh faktor di luar
dari pihak koperasi maupun nasabah.
Kondisi perekonomian suatu daerah atau
Negara memang sangat berpengaruh
kepada kedua belah pihak, di mana usaha
yang dijalankan oleh nasabah sangat
tergantung pada kondisi perekonomian baik
mikro maupun makro, sedangkan pihak
bank menghadapi permasalahan yang sama.
Untuk memperlacar kerjasama dari kedua
belah pihak, maka penting adanya untuk
memperlancar komunikasi antara nasabah
dengan koperasi.
11
AKTIFITAS TREASURI & INVESTASI
Tugas dan Risiko Treasuri
Treasuri perbankan terutama dalam ranah syariah adalah bagian pengelolaan dari
Asets & Liabilities (ALMA). Tujuan utama pengelolaan ALMA ini adalah bagaimana
bank (treasury) dapat mengelola risiko dalam neraca bank/koperasi tidak
menggangu produktifitas pendapatan bank sepanjang periode. Tugas Treasury
Management selalu dilengkapi dengan kelompok Dealer dalam suatu ruangan yang
biasa disebut Dealing Room
Treasury juga mempunyai risko dalam melakukan delaing terkait mata uang
ataupun produk investasi lainnya yang timbulnya kerugian atau miss dealing.
Tugas Investasi
Bagi bank syariah yang mengalami kekurangan dana dapat menerbitkan sertifikat
Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) yang merupakan sarana penanaman modal
bagi bank syariah maupun bank konvensional. T
Tugas investasi ini penting terkait pengelolaan asset dan liabilitas dari suatu entitas
tidak terdapat mismatch sehingga likuiditas terjaga. Terdapat risiko kesalahan
dalam penempatan dana dari investasi sehingga likuditas jangka pendek terganggu
karena tidak tersedianya dana yang likuid. 12
TREASURI & INVESTASI
Suasana Kerja Dealing Room Treasury
13
AKTIFITAS FUNGSIONAL LAINNYA
Penjualan Agunan ketika Default
Bank/Koperasi membutuhkan percepatan pelunasan utang melalui
lelang dan tidak akan menunggu waktu normal pemasaran demi
mencapai harga pasaran. Maka, diperbolehkan adanya Nilai Likuidasi,
yaitu harga pasaran yang didiskon karena waktu ekspos/pemasaran
yang relatif singkat. Rujukan kisaran besaran diskon yang dianggap
wajar ada standarnya, yaitu Standar Penilaian Indonesia (SPI).
Pentingnya LTV
Loan to Value Ratio = Nilai Harta Jaminan Harus Lebih Besar daripada
Utang
Pada praktik perbankan, prinsipnya nilai harta yang dijadikan
jaminan harus lebih besar daripada jumlah utang yang diberikan,
yang dikenal dengan istilah Loan to Value Ratio. Untuk
kredit/pembiayaan dengan jaminan berupa Hak Tanggungan pada
umumnya, nilai Hak Tanggungan minimal besarnya 125% dari nilai
pinjaman. Nilai Hak Tanggungan ini yang harusnya tercantum pada
Akte Pemberian Hak Tanggungan. 14
Pengukuran Risiko Kredit/Pembiayaan
15
PENGUKURAN RISIKO KREDIT/PEMBIAYAAN
Bank/Koperasi harus memiliki prosedur
tertulis untuk melakukan pengukuran risiko
yang mencakup hal-hal:
1. Sentralisasi eksposure neraca dan
rekening adminstraif yang terekspose
risiko kredit/pembiayaan.
2. Penilaian perbedaan kategori tingkat
risiko secara kualitatif dan kuantitatif.
3. Distribusi secara lengkap hasil
pengukuran risiko untuk tujuan
pemantauan oleh satuaj kerja terkait.
16
DUA METODE PENGUKURAN RISIKO
KREDIT/PEMBIAYAAN
JUDGEMENTAL STATISTIK / PROBABILITIK
.
17
PENGUKURAN RISIKO KREDIT/PEMBIAYAAN
METODE STATISTIK / PROBABILITIK
Individual • Scoring Technique
(Perorangan)
• Rating Technique
Large Enterprise
18
PENGERTIAN CREDIT SCORING
19
PENGERTIAN CREDIT RATING
21
Pemantauan Risiko Kredit/Pembiayaan
22
PEMANTAUAN RISIKO KREDIT/PEMBIAYAAN
Bank/Koperasi harus mengembangkan dan
menerapkan sistem informasi serta prosedur
pemantauan risiko kredit/pembiayaan.
• Memastikan mengetahui kondisi keuangan
nasabah/counter party
• Memantau kepatuhan nasabah terhadap
persyaratan dalam perjanjian pembiayaan
• Identifikasi permasalahan nasabah sejak
dini
• Klasifikasi pembiayaan bermasalah tepat
waktu
• Menangani pembiayaan bermasalah secara
cepat
23
PEMANTAUAN RISIKO KREDIT/PEMBIAYAAN
Metode Penjelasan Jenis Proses
On Site Melakukan kunjungan ke lokasi • Melihat usaha nasabah secara
usaha nasabah langsung
• Cross check data hasil on desk dengan
kondisi di lapangan
On Desk Analisa kondisi nasabah secara tidak langsung Portfolio • Credit Risk Report
berdasarkan data internal (aktifitas rekening) • Stress Test Analysis
maupun data eksternal (makro ekonomi current • Loan at Risk Analysis
ekonomi, master/value chain limit
issues) Individual • Monitoring aktifitas rekening
• Monitoring obligo
• Monitoring utilisasi ekonomi,
master/value chain limit
• Annual Review
• ALERT tools
• Macro Indicator untuk ALERT sector
• Monitoring pemenuhan covenant
24
ALERT KREDIT / PEMBIAYAAN
Tindakan pemantauan dini terhadap kredit/pembiayaan kolektibilitas 1 dan 2,
dengan tujuan early warning signal atas gejala-gejala yang dapat
mempengaruhi tingkat kolektibilitas nasabah sehingga dapat segera dilakukan
tindakan preventif untuk mencegah terjadinya penurunan kolektibilitas.
Penurunan Kinerja Nasabah
Gejala
• Aktivitas rekening menurun dan cenderung pasif
• Terdapat tunggakan kewajiban
• Informasi negative pihak ketiga
Indikasi
• Menurunnya kegiatan usaha
• Ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka Panjang
• Permasalahain lain dari nasabah
25
Pengendalian Risiko Kredit/Pembiayaan
26
PENGENDALIAN RISIKO KREDIT/PEMBIAYAAN
27
HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN DALAM
PENGENDALIAN RISIKO KREDIT/PEMBIAYAAN
Modal yang cukup
Budaya
Efisiensi
Kredit/Pembiayaa
Manajemen Risiko
n yang sehat
28
Terima Kasih
29