Anda di halaman 1dari 5

RESIKO KREDIT

Tugas ini disusun guna memenuhi mata kuliah manajemen Resiko


Perusahaan

Disusun oleh:
Livia Anggraini 1810112064
Sartika 1810112006
Fauzana Ismalna 1810112077

Dosen Pengampu:
Dr. Qodariah, SE, MM

Program Studi Akuntansi S1


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta
2020
A. Pengertian Risiko Kredit
Definisi risiko dari sudaut pandang proses adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan, sehingga terjadi konsekuensi yang tidak
diinginkan. Sedangkan pengertian Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), risiko kredit adalah risiko akibat
kegagalan pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada lembaga keuangan
yang memberikan kredit sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Risiko
kredit secara umum didefinisikan sebagai potensi kegagalan nasabah kredit
untuk menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan persetujuan.

B. Analisis Resiko dalam Industri Perbankan


Manajemen risiko dalam operasional bank meliputi identifikasi risiko,
pengukuran dan penilaian, dan tujuannya adalah untuk meminimalkan efek
negatif risiko terhadap hasil keuangan dan modal bank. Bank wajib
membentuk unit organisasi khusus untuk tujuan manajemen risiko. Sebagai
lembaga financial intermediary yang menerima dana masyarakat, dan
selanjutnya menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, menyebabkan bank
harus menerapkan prinsip kehatian-hatian dalam melakukan aktivitas
operasionalnya agar bank tetap menjadi lembaga yang dipercaya oleh
masyarakat (prudential banking activity). Tujuan dari manajemen risiko kredit
adalah untuk memaksimalisasi tingkat pengembalian kredit bank dengan
menjaga kredit risk exposure dalam batas ukuran yang acceptable.
Analisis kredit terdiri dari 5C, yaitu:
1. Character
Kriteria yang pertama adalah character, yaitu melihat bagaimana karakter
dan latar belakang calon peminjam atau nasabah yang mengajukan kredit.
Kriteria character ini akan dilihat dari wawancara yang dilakukan oleh
pihak bank, biasanya bagian customer service. Dari karakter ini akan dapat
dilihat juga bagaimana reputasi calon peminjam tersebut, apakah pernah
memiliki catatan tindak kriminal atau kebiasan buruk dalam keuangan
seperti tidak melunasi pinjaman.
2. Capacity
Kriteria kedua adalah capacity atau disebut juga dengan capability, yaitu
bagaimana kemampuan calon peminjam dalam membayar kreditnya.
Kriteria ini dilihat dari bagaimana nasabah tersebut menjalankan usahanya
atau seberapa besar penghasilan yang diterima tiap bulannya. Jika pihak
bank menilai bahwa nasabah tersebut tidak memiliki kemampuan cukup
untuk membayar kredit, maka besar kemungkinan ajuan kreditnya akan
ditolak.
3. Capital
Kriteria selanjutnya adalah capital atau modal yang dimiliki calon
peminjam, yang khususnya diberlakukan pada nasabah yang meminjam
untuk usaha atau bisnisnya. Dengan mengetahui modal atau aset yang
dimiliki usaha nasabah tersebut, pihak bank dapat sumber pembiayaan
yang dimiliki. Selain itu, pihak bank juga dapat melihat bagaimana laporan
keuangan dari usaha yang dijalankan nasabah untuk kemudian dijadikan
acuan apakah memang layak diberikan kredit atau tidak.
4. Collateral
Kriteria keempat adalah collateral atau jaminan yang diberikan pada calon
peminjam saat mengajukan kredit kepada bank. Sesuai dengan namanya,
jaminan ini akan menjadi penjamin atau pelindung bagi pihak bank jika
nantinya nasabah tidak dapat membayar pinjaman yang diambil. Oleh
karena itu, idealnya besaran jaminan yang bersifat fisik ataupun nonfisik
lebih besar jumlahnya lebih besar dari kredit yang diberikan.
5. Condition of Economic
Kriteria dari prinsip 5C yang terakhir adalah condition, yaitu kondisi
perekonomian baik yang bersifat general atau khusus pada bidang usaha
yang dijalankan nasabah. Jika memang kondisi perekonomian sedang
tidak baik atau sektor usaha nasabah tidak menjanjikan, biasanya bank
akan mempertimbangkan kembali dalam memberikan kredit. Hal ini
terkait kembali dengan bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar
pinjamannya nanti yang tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi.

C. Risiko Kredit Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Risiko yang bersifat jangka pendek (short term risk) adalah resiko yang
disebabkan karena ketidakmampuan suatu perusahaan memenuhi dan
menyelesaikan kewajiban yang bersifat jangka pendek. Sedangkan Risiko yang
bersifat jangka panjang (long term risk) adalah ketidakmampuan suatu
perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya

D. Peranan Credit Risk Management (CRM) dan Relationship Management


(RM)
Adapun peranan dari Credit Risk Management (CRM), yaitu:
1. Bertanggung jawab atas bidang mengendalikan risiko kredit.
2. Bertanggung jawab mengelola dan menyelesaikan kredit yang
bermasalah.
3. Bertanggung jawab atas manajemen portofolio kredit.
4. Menetapkan sistem ukuran penilaian serta alat analisis yang bisa dan
layak digunakan
Adapun peranan Relationship Management (RM), yaitu:
1. Pada saat menemukan adanya kredit bermasalah maka memindahkan
pengelolaan kebagian CRM untuk diselesaikan.
2. Pihak RM berfungsi dalam mempertanggungjawabkan kelajutan bisnis
perbankan.
3. Saling berkonsolidasi dengan pihak CRM dalam memutuskan berbagai
persoalan penting.

E. Tugas Komite Audit dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Kredit


Komite audit memiliki peran yang sangat penting dalam menilai risiko kredit,
karena tugas utamanya adalah memberikan suatu pandangan tentang masalah
akuntansi, pelaporan keuangan dan penjelasanya, sistem pengawasan internal
serta auditor independent.
F. Default Risk
Default risk merupakan risiko gagal bayar terhadap sejumlah pinjaman kredit
yang dipinjam. Penyebab debitur tidak mampu mengembalikan pinjaman
secara tepat waktu disebabkan :
1. Kondisi makro ekonomi yang tidak stabil
2. Kerugian perusahaan akibat penurunan penjualan
3. Terjadi Korupsi dalam perusahaan menyebabkan penurunan nilai
perusahaan dimata publik
4. Terjadi miss manajemen.

G. Kebijakan dan Solusi untuk Menghindari Terjadinya Default Risk


Kebijakan yang dapat ditempuh untuk menghindari default risk yaitu :
1. Bagi kreditor akan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang benar-
benar aman.
2. Menghindari jaminan yang memiliki tingkat risiko tinggi.
3. Menghindari jaminan yang memiliki nilai fluktuasi dipasaran

Anda mungkin juga menyukai