Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KREDIT GAGAL BAYAR TERHADAP UMKM


KELOMPOK 1

Disusun Oleh :

An Nisa Dwi Rozzaq Mardiana 152010783005


Gracee Ester Nugroho 152010783006
Afandi Ukik Wahyu Bintang Maulana 152010783032
Winda Putri Rachmayanti 152010783054

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS VOKASI
PERBANKAN DAN KEUANGAN
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang …………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………….2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan kredit UMKM Triwulan III 2018 ……………………………… 3
2.2 Permasalahan dan Risiko dalam Kredit atau Pembiayaan UMKM …………......3
2.3 Cara menghindari adanya kredit macet ………………………………….………5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….. 7

3.2 Saran …………………………………………………………………………… 7

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Suhaimi (2021) Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya
adalah kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit modal kerja merupakan kredit yang
digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Pemberian kredit
kepada nasabah apabila bank merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benarbenar akan
kembali sehingga bank harus melakukan penilaian atau analisis kredit yaitu 5C.

Pengertian UMKM UU No. 9 Tahun 1995 menurut Wisnu Adi (2007) tentang usaha
kecil dapat dikategorikan sebagai usaha kecil sepanjang omsetnya berada dibawah Rp. 1
miliar, memiliki aset kurang dari Rp. 200 juta diluar tanah dan bangunan dan bukan
merupakan anak perusahaan dari usaha besar. Cakupan yang luas dan melebar memang
menyebabkan fokus pengembangan sering tidak efektif, karena karakter dan orientasi bisnis
yang dijalankan oleh para pemilik usaha, jika digunakan basis penyediaan pembiayaan sebagi
tolak ukur, maka usaha kecil dalam pengertian UU No. 9/1995 dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok:

1. Kelompok usaha mikro dengan omset di bawah Rp. 50 juta

2. Kelompok usaha kecil dengan omset antara Rp. 50 juta – Rp. 500 juta.

3. Kelompok usaha menengah yang memiliki omset antara Rp. 500 juta – Rp. 1 miliar

Menurut Ari Mujahidin (2014) Penyaluran kredit merupakan salah satu bentuk usaha
yang dapat dilakukan oleh sebuah bank yang berdampak atau berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi yaitu pelaku UMKM. Usaha Mikro Kecil dan Menengah disebut
UMKM memiliki peranan penting dalam suatu perekonomian. Hal tersebut sesuai dengan
tujuan didirikannya UMKM sebagaimana ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomer 20 tahun
2008 yang dimana memiliki tujuan untuk menumbuhkan dan menggembangkan usahanya
dalam rangka membangun perekonomian. Penjamin kredit pada dasarnya adalah suatu
kegiatan pemberian jaminan kredit atas pembiayaan atau fasilitas lain yang disalurkan kepada
debitor akibatnya tidak terpenuhi syarat agunan sebagaimana yang ditetapkan oleh kreditor.
Apabila terjamin tetap tidak membayar kewajibanya finansial kepada penerima jaminan,
maka dalam kondisi tersebut akan berupaya untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet
yang terjadi sesuai dengan kebijakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana laporan perkembangan kredit UMKM ?

2. Bagaimana permasalahan dan risiko dalam kredit UMKM ?

3. Bagaimana cara menghindari kredit macet pada UMKM ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui laporan perkembangan dalam kredit UMKM

2. Untuk mengetahui permasalahan dan risiko dalam kredit UMKM

3. Untuk mengetahui cara menghindari kredit macet pada UMKM


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan kredit UMKM Triwulan III 2018


Berikut laporan perkembangan UMKM pada tahun 2018, data kredit UMKM yang
kami lampirkan ini merupakan data kredit dari Bank Umum Konvensional, Bank Umum
Konvensional, Bank Umum Syariah, BPR Konvensional, dan BPR Syariah. Pada akhir
Triwulan III 2018 debet kredit UMKM mencapai RP1.037,6 triliun, tumbuh 9,1% (yoy).
Pertumbuhan tersebut turun dibanding dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (9,6%,
yoy). Sementara itu, pertumbuhan total kredit perbankan mencapai 12,9% (yoy), naik
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (11%, yoy).
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit perbankan pada periode laporan
sebesar 19,6% sedikit menurun dibandingkan pangsa triwulan sebelumnya sebesar 20%.
Menurut klasifikasi usaha, Sebagian besar kredit UMKM disalurkan pada kredit usaha
menengah yaitu 43,5% dan selebihnya kepada kredit usaha kecil mikro sebesar 25,9%.
Menurut jenis penggunaan, kredit UMKM terutama terutama disalurkan untuk
membiayai kredit modal kerja sebesar 74,6%, sedangkan untuk kredit investasi tercatat
25,4%

2.2 Permasalahan dan Risiko dalam Kredit atau Pembiayaan UMKM

Dalam pelaksanaan pemberian kredit atau pembiayaan pada sektor UMKM banyak
sekali masalah yang timbul akibat faktor dari pihak bank maupun pihak nasabah itu
sendiri. Dalam hal ini, permasalahan yang biasanya terjadi dalam penyaluran kredit salah
satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM nasabah itu sendiri dikarenakan
mereka belum bisa menyusun program perencanaan usaha atau membuat laporan
keuangan atas usaha yang dijalankan. Hal ini tentu saja mengakibatkan pada perputaran
modal atas usaha yang akan dijalankan dan para pelaku usaha UMKM juga tidak bisa
mengetahui keuntungan yang akan didapatkan pada usahanya sehingga hal tersebut bisa
menurunkan tingkat perputaran modal pada usaha UMKM tersebut. Selain itu, sering
dijumpai pada pihak nasabah yang menyalah gunakan dana tersebut yang seharusnya
digunakan untuk kebutuhan modal usaha akan tetapi dana tersebut digunakan untuk
kebutuhan konsumtif.

Berikut faktor-faktor yang bisa mengakibatkan kredit UMKM bermasalah dari pihak
nasabah diantaranya:

1. Penyalahgunaan dana kredit


Hal ini bermula dari pihak nasabah itu sendiri menyalahgunakan dana yang diberikan
oleh bank untuk kebutuhan diluar usaha mereka seperti kebutuhan konsumtif. Hal
tersebut bisa menurunkan arus perputaran modal yang berdampak pada usaha UMKM
tersebut.
2. Persaingan Usaha
Pada zaman sekarang banyak sekali para pelaku usaha yang memiliki jenis usaha
yang sama sehingga banyaknya para pelaku UMKM tersebut menimbulkan persaingan
yang sangat ketat dan bisa menyebabkan turunnya tingkat pendapatan usaha yang tidak
bisa memenuhi kewajiban untuk membayar kredit atau pembiayaan.
3. Proses Perencanaan dan Pengembangan Usaha kurang maksimal
Dalam hal ini berkaitan dengan sumber daya manusia pelaku UMKM yang belum
bisa melakukan pencatatan laporan keuangan atas operasional usaha yang akan
dijalankan sehingga para pelaku UMKM ini tidak bisa mengetahui modal serta
keuntungan yang akan diperoleh atas pencapaian usaha yang sudah mereka jalankan.

Berikut faktor-faktor yang bisa mengakibatkan kredit UMKM bermasalah dari pihak
bank diantaranya:

1. Analisis dan Survey kurang maksimal


Pada permasalahan ini seharusnya pihak bank tidak boleh lalai dalam melaksanakan
analisis dan survey meskipun pada saat itu banyak sekali kredit yang diajukan para
pelaku UMKM. Dalam proses survey harus dilakukan secara maksimal agar
meminimalisir risiko gagal bayar pada pihak nasabah UMKM
2. Pengawasan dari Bank
Minimnya pengawasan yang dilakukan oleh bank dalam mengawasi pembayaran
maupun aktivitas usaha para pelaku UMKM bisa menyebabkan kredit UMKM ini
bermasalah karena pihak bank terlalu percaya pada nasabah UMKM itu sendiri
3. Jangka waktu yang lama
Jangka waktu kredit yang terlalu lama bisa menimbulkan pemikiran pada pihak
nasabah untuk menganggap pembayaran kredit menjadi mudah karena dengan angsuran
yang rendah. Namun, pada setiap usaha pasti mengalami kenaikan dan penurunan
pendapatan sehingga hal tersebut bisa menyebabkan risiko kredit gagal bayar UMKM.

2.3 Cara menghindari adanya kredit macet

Sebelum bank memberikan kredit kepada nasabah UMKM pastinya nasabah akan
mengajukan formulir permohonan kredit secara tertulis, dan tahap selanjutnya bank bisa
menganalisa apakah calon nasabah tersebut layak untuk diberikan kredit. Selain itu ada
Prinsip 5C yang merupakan sistem yang digunakan bank atau pemberi pinjaman lainnya
untuk mengukur kelayakan kredit dari seorang calon debitur (peminjam).

5C ini adalah

 Character
Sifat atau watak yang akan diberikan kredit harus dapat dipercaya yang tercermin
dari latar belakang nasabah baik yang bersifat pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.
Terdapat beberapa indikasi yang diperhatikan Bank untuk melihat karakter dari calon
debitur yang pertama, apakah calon debitur memiliki reputasi yang tidak baik dalam
hubungannya dengan masyarakat, rekan bisnis dan bank. Kedua, apakah debitur
memiliki hubungan yang tidak baik dengan pihak lain.

 Capacity
Merupakan tolak ukur untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit
yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola keuangan serta kemampuannya
mencari peluang. Sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit
yang disalurkan.

 Capital
Pada prinsip ini bank akan melihat kecukupan modal yang dimiliki calon debitur dalam
menjalankan usahanya, analisa capital dilakukan dengan mempelajari nilai kekayaan
bersih yang dimiliki calon debitur yang dilihat melalui total aktiva dan kewajiban dalam
laporan keuangan.

 Condition
Dalam prinsip ini pihak Bank berusaha melihat kestabilan finansial dari calon debitur.
Tujuannya adalah untuk memprediksi prospek usaha di masa mendatang bersamaan
dengaan informasi financial capacity. Kemudian pihak bank juga akan memprediksi
risiko kemungkinan gagal bayar dari calon debitur.
 Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non
fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus
diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan
akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Selain itu ada beberapa kebijakan dalam penyelamatan kredit, yaitu :


 Rescheduling
Upaya untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang
berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu kredit termasuk masa
tenggang, termasuk perubahan jumlah angsuran.
 Reconditioning
Melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat-syarat perjanjian, tidak terbatas
hanya pada perubahan jadwal angsuran atau jangka waktu kredit
 Restructuring
Upaya berupa melakukan perubahan syarat- syarat perjanjian kredit berupa pemberian
tambahan kredit, atau melakukan koncersi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi
equity perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan atau
reconditioning
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas masih banyak terjadi kredit macet dalam pemberian
kredit kepada UMKM, faktor yang menyebabkan kredit bermasalah itu bisa dari nasabah
sendiri ataupun bank. Permasalahan yang biasanya terjadi dalam penyaluran kredit salah
satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM nasabah itu sendiri dikarenakan mereka
belum bisa menyusun program perencanaan usaha atau membuat laporan keuangan atas
usaha yang dijalankan, Minimnya pengawasan yang dilakukan oleh bank dalam mengawasi
pembayaran maupun aktivitas usaha para pelaku UMKM bisa menyebabkan kredit UMKM
ini bermasalah karena pihak bank terlalu percaya pada nasabah UMKM itu sendiri.

3.2 Saran

Sebelum memutuskan apakah nasabah UMKM tersebut layak untuk diberikan kredit
maka perlu dilakukan analisa 5C yaitu, character, capacity, capital, condition, collateral.
Setelah itu ditawarkan solusi untuk penyelamatan kredit melalui rescheduling,
reconditioning, restructuring. Analisis kredit yang dilakukan pihak bank bertujuan agar kredit
yang diberikan mencapai sasaran yaitu aman dan terarah. Aman berarti kredit tersebut harus
diterima kembali secara tertib, teratur, dan tepat waktu. Sedangkan maksud dari terarah
bahwa kredit yang diberikan tersebut digunakan untuk tujuan seperti yang dimaksud dalam
permohonan.
DAFTAR PUSTAKA
Bpr, R., Mandiri, H., Pekanbaru, D. I., & Mujahidin, A. (2014). Keywords: Small And Medium
Businesses Lending, Bad Debt Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 1. 1(2), 1–15.
Hidayat, W. A. D. I. (2007). Analisis Kredit Macet Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di
Sentra Konveksi Ulujami Pemalang.
Indonesia, D. P. U. B. (20189). Laporan Perkembangan Kredit UMKM Triwulan III 2018.
News.Ge, https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.
Nursyahriana, A., Hadjat, M., & Tricahyadinata, I. (2017). Analisis Faktor Penyebab
Terjadinya Kredit Macet. Forum Ekonomi, 19(1), 1.
https://doi.org/10.29264/jfor.v19i1.2109
Suhaimi, & Wahidahwati. (2021). Implementasi manajemen risiko untuk kredit usaha mikro
(kum) dalam meminimalisir kredit bermasalah di bidang kredit modal kerja. Forum
Ekonomi, 23 (1)(1), 119–126.
Suleman, N. H. (n.d.). Upaya Penyelesaian Kredit Macet. Bisnis Dan Ekonomi.
Syahputra Siregar, A., Agama Islam, F., Muhammadiyah Sumatera Utara Jl Kapten Muchtar
Basri No, U., Darat Ii, G., & Medan Timur, K. (2021). Strategi Manajemen Kontingensi
Pada Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Pada PT. BPRS Puduarta
Insani. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam [JIMPAI], 1(4), 1–14.
http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimpai/article/view/707

Anda mungkin juga menyukai