TESIS
Diajukan kepada
Program Pascasarjana Magister Manajemen
Untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen
I
BAB I
PENDAHULUAN
XV
jumlah input yang ditentukan sebelumnya yang sering tidak sesuai untuk
kondisi lingkungan lokal dan kadang-kadang merusak tanaman padi, di
banyak daerah subsidi kredit diberikan kepada penduduk desa yang lebih
kaya, di beberapa daerah peminjam dipilih untuk program oleh pejabat
pemerintah yang perlu memenuhi target - meskipun lahan peminjam tidak
sesuai untuk input yang disediakan, Dalam beberapa tahun, petani tidak
dapat membayar kembali pinjaman mereka karena kegagalan panen,
Kebijakan pemerintah untuk penjadwalan ulang pinjaman tidak direncanakan
dengan baik dan sering kali dilaksanakan secara korup, Struktur organisasi
BRI tidak memadai untuk pengawasan yang efektif terhadap unit desa, dan
staf unit kurang terlatih, kurang dibayar, tidak termotivasi, dan biasanya
diperlakukan sebagai paria oleh bagian lain BRI. (Robinson 2002)
XVI
Sedangkan kredit program dengan skema penjaminan ditujukan
untuk para calon debitur yang mempunyai karakteristik not-bankable tetapi
sudah feasible. Kredit dengan skema tersebut diperuntukkan bagi calon
debitur yang belum memenuhi persyaratan perkreditan/pembiayaan dari
bank pelaksana dalam hal penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan
perkreditan/pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan bank pelaksana.
Hal tersebut terjadi karena para calon debitur (khususnya petani) tidak
mempunyai dana untuk membiayai usahanya sendiri dan memiliki modal
yang cukup (Ashari 2009) meskipun pada dasarnya calon debitur tersebut
dianggap feasible.
XVII
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk yang merupakan salah
satu bank BUMN memiliki kontribusi dalam penyaluran kredit mencapai
Rp.448,345 triliun sampai akhir tahun 2013. Angka ini naik sebesar, 23,7%
dibandingkan posisi Desember 2012 sebesar Rp.348,23 triliun. Tingkat Non
Performing Loan (NPL) Bank BRI turun dari 1.78% di akhir 2012 kemudian
3,4% di tahun 2013,dan 3,21% per desember 2014 jauh dibawah batasan
maksimum NPL BI yang sebesar 5%. Angka ini menunjukan bahwa kredit
yang disalurkan BRI mempunyai kualitas yang baik. Apabila besarnya NPL
tidak dikendalikan dengan baik maka bank akan mengalami kerugian
khususnya kerugian dari aktivitas perkreditan. Padahal pendapatan dari
aktivitas ini masih memberikan kontribusi terbesar pada pendapatan
oprasional bank (Kristijadi 2006).
Sejak awal didirikan, fokus usaha Bank BRI adalah pada segmen
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), keberhasilan Bank BRI dalam
menyalurkan kredit kredit didukung dari produk –produk pinjamn yang
dihasilkan. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk merupakan penyalur
KUR. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas
dalam mendukung kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Total penyaluran KUR BRI tahun 2007
sampai dengan 2014 sebesar Rp. 178,85 Triliun dengan NPL sebesar 3,3%.
Pengukuran risiko kredit dapat diketahui dengan NPL (Non Performing
Loans) atau rasio kredit bermasalah. (kur.ekon.go.id)
XVIII
relatif kecil. Sementara itu, kemungkinan risiko kerugian yang di derita bank
menyusul terjadinya risiko kredit sangatlah besar. Di Indonesia risiko kredit
merupakan risiko yang paling umum menyerang bank. Risiko kredit di
definisikan sebagai risiko dari kerugian yang berhubungan dengan
kemungkinan counterparty gagal melunasi kewajibannya; artinya ini adalah
risiko debitur tidak membayar utangnya. Dengan kata lain, risiko kredit
merupakan potensi kerugian bank yang disebabkan debitur gagal memenuhi
kewajibannya untuk membayar pokok dang bunga kredit. Risiko kredit perlu
mendapatkan penanganan yang tepat. Hal ini dikarenakan risiko kredit
merupakan risiko yang paling popular dan paling nyata sekaligus berdampak
besar bagi bank.
XIX
Penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap
komponen – komponen : Ketepatan pembayaran pokok dan bunga,
Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur, Kelengkapan
dokumentasi kredit, Kepatuhan terhadap perjanjian kredit, Kesesuaian
penggunaan dana, Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
XX
itu harus membentuk dana yang akan digunakan sebagai cadangan atas kredit
tersebut. Hasil evaluasi kredit debitur didasarkan pada putusan masing
masing bank, maka tiap – tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam
membentuk cadangan dana untuk kreditnya. Walaupun begitu, kebijakan
bank harus sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam PAPI. Ketentuan
pengukuran cadangan menurut CKPN berdasarkan PAPI revisi 2008.
a) Individual
Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN
individual dengan menggunakan metode (1) Dicounted Cash Flow,
estimasi arus kas masa akan datang (pembayaran pokok + bunga)
yang didiskontokan dengan suku bunga (2) Fair Value of Collateral,
memperhitungkan nilai arus kas tas jaminan atau agunan pada masa
yang akan datang. (3) Observable Market Price,ditentukan
berdasarkan harga pasar dari kredit tersebut.
b) Kolektif
Setiap bank dapat memilih beberapa ketentuan dalam menentukan
nilai CKPN pada kelompok kolektif ini. (1) Dlihat dari perhitungan
arus kas kontraktual kreditur di masa yang akan datang, (2) Dilihat
dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah
dikurangi tingkat pegembalian kreditnya.
XXI
tingkat risiko (risk level) portofolio. Seperti yang telah ditulis diatas kualitas
kredit ditetapkan berdasarkan tingkat kolektibilitas. Loss given default
(LGD), besarnya tingkat kerugian yang diakibatkan kegagalan debitur
memenuhi kewajiban yang diukur berdasarkan pendekatan historical
recoveries atau recovery rate formula 𝐿𝐺𝐷 = 1 − 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 .
Exposure at default (ED), upaya untuk menentukan jumlah kredit yang akan
ada pada saat gagal bayar didasarkan pada karakteristik pinjaman, tujuan
pinjaman dan prilaku pinjaman.
PT. Bank Rakyat Indonesisa (Persero) Tbk. atau yang lebih dikenal
dengan BRI merupakan salah satu bank dengan penerapan manajemen risiko
yang baik. BRI mempunyai fungsi dan sistim manajemen risiko yang
XXII
komprehensif serta menerepkan prinsip Basel Committee on Banking
Supervision seperti yang dituangkan dalam regulasi Bank Indonesia. Hal ini
berdampak positif pada tingkat performance BRI karena, dimana secara
agregat profil risiko kredit BRI mengalami trend membaik, walaupun masih
dalam kategori risiko low to moderat.
Oleh karena itu, objek penilitian yang dipilih adalah PT. Bank Rakyat
Indonesisa (Persero) Tbk. khususnya pada PT. Bank Rakyat Indonesisa
(Persero) Tbk. Kantor Unit Tingkir Cabang Salatiga karena memiliki
cakupan pasar kredit yang luas. Pasar kredit BRI Unit Tingkir berupa
kalangan pengusaha sampai dengan kalangan rakyat pedesaan, sehingga BRI
Unit Tingkir membutuhkan penerapan manajemen risiko yang efektif guna
meminimalisir risiko kredit berikut.
Tabel 1: Jumlah Kredit bermasalah PT. BRI Persero Tbk Unit Tingkir Cabang Salatiga.
(dalam rupiah)
XXIII
perlu menerapkan manajemen risiko kredit agar dapat meminimalisir atau
bahkan menghilangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah.
Seperti disebut diatas, unsur dari manajemen risiko kredit dalam
penelitian ini yaitu analisis tingkat risiko kredit, kredit yang disalurkan PT.
Bank Rakyat Indonesisa (Persero) Tbk. Kantor Unit Tingkir Cabang Salatiga
menggunakan Metode Vintage Analysis, salah satu dari Metode/alat analisis
yang populer dan sering digunakan Consumer Banker dalam proses dari
manajemen risiko kredit, bahkan metode ini direkomendasikan oleh
Experian Company, yang merupakan salah satu perusahaan konsultasi
terbesar di dunia yang mempunyai spesialisasi dalam proses manajemen
risiko. Selain kesederhannan dan kejelasan dalam interpretasi hasil analisis,
metode ini di pergunakan sebagai pengamatan secara terus menerus dari satu
tingkat risiko (risk level) portofolio, sehingga metode ini seringkali menjadi
metode wajib dalam melihat prilaku portofolio.
XXIV
kredit bermasalah dengan kategori kolektibilitas dalam perhatian khusus,
kurang lancar, diragukan dan macet. Sumber informasi yang berasal dari data
primer diperoleh dari karyawan Bank BRI. Sedangkan data sekunder
informasi dan data tesis ini diperoleh dari sumber – sumber yang tersedia
pada data posisi pinjman Januari 2014 sampai dengan Juni 2015.
XXV
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Risiko
Dalam setiap kegiatan atau proses yang sedang berlangsung atau
kejadian yang akan datang akan selalu ada akibat, konsekuensi atau
bahaya yang dapat terjadi yang sering disebut dengan risiko. Risiko juga
dapat diarikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, dimana jika terjadi
suatu keadaan yang tidak di kehendaki dan dapat menimbulkan suatu
kerugian.
XXVI
definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
3. Risk is uncertainty (risiko adalah
ketidakpastian).Uncertainty dapat bersifat subjektif dan
objektif. Subjective uncertainty merupakan penilaian
individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada
pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.
4. Risk is the dispersion of actual from expected results
(risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang
diharapkan). Ahli statistic mendefinisikan risiko sebagai
derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar suatu posisi
sentral atau di sekitar titik rata-rata.
5. Risk is the probability of any outcome different from the
one expected (risiko adalah probabilitas sesuatu outcome
berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut
definisi tersebut, risiko bukan probabilitas dari suatu
kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa
outcome yang berbeda dari yang diharapkan.
XXVII
terjadi dimasa mendatang, dimana kondisi yang tidak pasti itu
berbagai sebab: Tenggang waktu antara perencanaan suatu
kegiatan sampai kegiatan itu berakhir/ menghasilkan, dimana
makin panjang tenggang waktunya makin besar pula
ketidakpastiannya. Keterbatasan informasi yang tersedia yang
di perlukan dalam penyusunan rencana. Keterbatasan
pengetahuan / kemampuan / teknik pengambilan keputusan
dari perencanaan.
XXVIII
Risiko Likuiditas, Risiko Oprasional, Risiko hokum, Risiko
Reputasi, Risiko Setrategi, Risiko Kepatuhan, dan Risiko
Investasi. Yang juga dihadapi oleh Bank Konvensional, jenis-
jenis risiko mencangkup ;
1. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur
dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Bank. Pada umumnya risiko kredit terdapat pada kinerja
pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja
peminjam dana (borrower). Penyebab lain dalam risiko
kredit adalah risiko kredit yang diakibatkan oleh
terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah
geografis, produk, jenis pembiayaan, atau laangan usaha
tertentu. Risiko ini sering disebut dengan Risiko
Konsentrasi Kredit.
2. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan
rekening administrative termasuk transaksi derivatif,
akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko
perubahan harga option. Risiko pasar meliputi Risiko
suko bunga, Risiko nilai tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko
komoditas. Risiko suku bunga dapat berasal dari posisi
trading book maupun posisi banking book. Penerapan
Manajemen Risiko untuk risiko ekuitas dan komoditas
wajib diterapkan oleh bank yang melakukan konsolidasi
dengan perusahaan anak. Cakupan posisi trading book dan
baking book mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
XXIX
mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
dengan memperhitungkan Risiko Pasar.
3. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan
bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari asset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko
ini disebut juga Risiko Likuiditas Pendanaan (funding
liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan
oleh ketidak mampuan Bank melikuiditasi asset tanpa
terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar
aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption)
yang parah. Risiko ini disebut Risiko Likuiditas pasar
(market liquidity risk).
4. Risiko Oprasional
Risiko Oprasional adalah risiko akibat ketidakcukupan
dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
eksternalyang mempengaruhi oprasional Bank.
5. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan
hokum dan/atau kelemahan aspek yurudis. Risiko ini juga
dapat timbul karena ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan,
XXX
seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau
agunan yang tidak memadai.
6. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari presepsi
negative terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam mengkategorikan sumber Risiko
Reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan
bersifat langsung (above the line).
7. Risiko Setratejik
Risiko Setratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan
Bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan setratejik seta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber
Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan
dalam proses formulasi setratejik dan ketidaktepatan
dalam perumusan setratejik, ketidaktepatan dalam
implementasi setratejik, dan kegagalan mengantisipasi
perubahan ligkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank
tidak memenuhi dan/atau melaksanakan peraturan
perundangan-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Sumber Risiko Kepatuhan antara lain timbul karena
XXXI
kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap
ketentuan atau standart bisnis yang berlaku.
XXXII
berkesinambungan, memberikaan rasa aman, biaya risk
manajemen yang efisien dan efektif, agar pendapatan
perusahaan stabil dan wajar, memberikan kepuasan bagi
pemilik dan pihak lain.
XXXIII
komponen risiko kredit yang melekat pada suatu kegiatan
atau transaksi yang diarahkan kepada proses pengukuran
serta pengelolaan risiko kredit yang tepat. Sebagai suatu
rangkaian proses, identifikasi risiko kredit didasarkan pada
2 (dua) tolok ukur penting, yaitu;
(a) tujan (objective) yang digunakan unuk menetapkan
batas-batas risiko kredit yang dapat diterima, dan
(b) periode waktu (time horizon) yang digunakan di dalam
mengukur tingkat risiko kredit yang dihadapi. Pemahaman
yang benar atas kedua tolok ukur tersebut akan sangat
menentukan validitas dan efektifitas dari konsep
manajemen risiko kredit yang akan dibentuk
XXXIV
2.3 Pengawasan Risiko Kredit
Pengawasan risiko kredit sangat lah perlu dilakukan oleh
perbankan, sebelum melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap
kredit yang berisiko, seperti yang dituliskan pamesela, husein dan nurdin
(2008) bank diharuskan berpedoman dalam Pedoman Pemberian Kredit
(PPK) demikian juga bagi bank BRI. Segala pemberian kredit yang ada
harus dilandaskan pada pedoman pemberian kredit tersebut, mengingat
PPK merupakan pedoman dan petunjuk untuk pemberian kredit.
Menindaklanjuti SK Dir No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31maret 1995
yang menyebutkan bahwa Bank Umum wajib memiliki kebijakan
perkreditan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris
bank, maka BRI membuat Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) selaku
dasar yang berlaku di BRI, dan PPK adalah pedoman yang lebih rinci
untuk pemberian kredit pada debitur. PPK yang ada pada bank BRI
secara umum mengatur mengenai hal-hal yang lebih terperinci dari apa
yang diatur di KUP, diantaranya adalah mengatur mengenai tugas dan
fungsi organ-organ yang terlibat dalam proses pemberian kredit.
Seperti yang telah diurai diatas, risiko suatu kredit menjadi kredit
bermasalah dalam pemberian kredit perbankan selalu ada dan
merupakan konsekuensi yang logis. Demikian halnya dengan bank BRI.
Dalam memberikan kreditnya, bank BRI juga dihadapkan pada potensi
timbulnya kredit bermasalah. Dan sebagai upaya pencegahan potensi
kredit bermasalah, bank BRI telah menerapkan pengawasan atau
pemantauan kredit dalam kegiatan perkreditan. Tujuan dari pemantauan
kredit pada bank BRI adalah
1. Untuk menjaga kualitas yang diberikan debitur,
XXXV
2. monitoring perkembangan usaha debitur,
3. Menjalankan prinsip kehati-hatian perbankan.
Adapun objek pengawasan yang dilakukan oleh bank BRI antara lain:
1. Usaha Debitur,
2. Pasokan Supplier (usaha) debitur, dan
3. Debitur itu sendiri.
Aspek-aspek pokok pengawasan kredit yang ada pada bank BRI antara
lain
Mekanisme pengawasan kredit yang ada pada bank BRI telah dimulai
sejak permohonan kredit debitur diproses sampai kredit dilunasi. Yakni
sebagai berikut :
XXXVII
Untuk membandingkan antara tahap perencanaan kredit dan tahap
pelaksanaan kredit tentang efektifitas pencapaian hasil.
1. Separation of duties.
Adanya pemisahan fungsi-fungsi yang ada dalam setiap
jabatan yang berhubungan dengan pemberian kredit.
2. Rotasi dan mutasi account officer.
Untuk menjaga objektivitas bank dalam memberikan kredit.
3. Adanya audit regular1 kali dalam setahun.
Untuk melihat apakah proses dan pemberian kredit yang
dilakukan telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada, baik
ketentuan internal maupun eksternal.
4. Adanya special audit.
Apabila telah terjadi kecurigaan / dugaan yang kuat bahwa
tlah terjadi pelanggaran prosedur dalam pemberian kredit
yang ada.
XXXVIII
dapat memepengaruhi kecukupan modala Bank.Dalam menelaah faktor-
faktor yang memepengaruhi resiko kredit pada suatu bank dapat dilihat
yaitu:
XXXIX
telah dijelaskan sebelumnya maka resiko kredit yang
dihadapi bank tersebut akan dapat ditekan.
3. Pengkajian ulang kredit, tujuan dari pengkajian ini adalah
untuk mengetahui kredit-kredit yang bermasalah kemudian
dicari permasalahannya untuk menemukan solusi atas kredit
tersebut. Jika hal ini dilakukan secara berkala maka bank
akan dapat menguragi tingkat kredit macet yang mungkin
akan terjadi.
4. Pengadministrasian file kredit, buruknya pengadministrasian
file kredit pada suatu bank akan menyebabkan bank
kesulitan untuk mengetahui secara dini terhadap kredit-
kredit yang bermasalah, sehingga tingkat resiko kredityang
dihadapi oleh bank tersebut akan semakin tinggi dan begitu
juga sebaliknya.
XL
Bayar.Sebuah indek yang ditetapkan untuk indikator resiko adalah
huruf “j”. Analisis risiko dasar adalah didasarkan pada
pengelompokan jumlah hari keterlambatan (DPD) seperti berikut :
1. Dari 30 sampai 60 hari;
2. Dari 61 sampai 90 hari;
3. Dari 91 sampai 180 hari;
4. Lebih dari 180 hari;
XLI
mengacu pada, contoh pinjaman yang diberikan pada tahun tertentu, kita
mendapat gambaran situasi secara penuh, dimana ada modal yang
dipinjamkan ke peminjam. Mempertimbangkan perhitungan hutang-
hutang yang sudah macet dan menjadi Daftar Hitam dalam analisis
vintage, kita akan mencapai tidak hanya untuk yang disebut “pinjaman
aktif”, tetapi juga untuk pinjaman yang tertinggal di buku bank. Hal ini
juga memungkinkan pengakuan situasi terkini untuk pinjaman yang
diberikan 100% yang dianalisa dengan mempertimbangkan resiko
kredit.
XLII
kinerja keungan atas Vintage individu/ pribadi. Pengelompokan
portofolio ke dalam vintage yang terpisah dapat membantu untuk
mengetahui suatu trendan maksud dari sebuah alasan perubahan prilaku
portofolio yang berhubungan dengan kinerja keuangannya. Analisis
Vintage juga akan menyajikan dalam bentuk grafik, yang
menggambarkan sebagian besar umur tunggakan yang terjadi dalam 18
bulan dari besar baki debet (pokok pinjaman).
XLIII
BAB III
METODE PENELITIAN
XLIV
3.2 Objek Penelitian
Objek dari penelitan ini adalah kredit mikro yang disalurkan oleh PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Unit Tingkir Cabang Salatiga,
sebagai bank dengan fokus bisnis pada segmen Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Umum
Pedesaan (Kupedes), sejak 1 January 2014 sampai dengan 31 Juny 2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah “menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis
sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan” (Azwar,
2013:6). Penelitian deskriptif menganalisa data suatu fenomena secara
berurutan dan menyajikannya untuk memberikan informasi yang berguna.
XLV
disebut invarian, adalah ciri peminjam atau pinjaman, yang nilainya
diketahui pada saat pemberian sebuah pinjaman, dan yang tetap konstan di
sistem bank. Karakteristik kedua ditentukan oleh jumlah hari keterlambatan.
Ciri ini merupakan dasar dari pengelompokan pinjaman, di sekitar
pengaturan kolom dari tabel. Indikator-indikator resiko ditentukan ketika ada
ruang dua dimensi.
Tujuan utama dari analisis Vintage adalah perkembangan resiko
kredit dari portofolio yang diberikan untuk memungkinkan mengikuti jejak
kecenderungan perkembangannya dan antisipasi lebih jauh. Analisis ini tidak
hanya memberikan informasi terkini, namun juga sejarah, yang memberikan
perkiraan membangun berdasarkan contoh dari rangkaian waktu. Analisis
Vintage memungkinkan memperoleh informasi berharga, dengan
pertimbangan khusus untuk:
XLVI
Hari Lewat Bayar
Nilai Awal
Pinjaman
31 - 60 61 - 90 91 – 271 271 – 540 Daftar Hitam
Yang
Diberikan
2014 - 01 K2014 - 01
2014 - 02 K2014 - 02
2014 - 03 K2014 - 03
Bulan -
Pemberian -
Pinjaman -
2015 - 04 K2015 - 04
2015 - 05 K2015 - 05
2015 - 06 K2015 - 06
dimana:
Ki, . – adalah sejumlah total dari modal yang dipinjamkan pada saat
pemberian sekelompok pinjaman dengan nilai ciri i yang diberikan;
Vi,j– indikator resiko pada varian berharga untuk nilai ciri invarian i
yang diberikan dan pada nilai ciri resiko j yang diberikan.
XLVII
Li,j– jumlah pinjaman yang diberikan pada nilai yang ditetapkan dari
ciri invarian i dan ciri penggambaran resiko j.
𝐿𝑖,𝑗
Ni,j=
𝐿𝑖,.
dimana:
XLVIII
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
XLIX
tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu,
Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN)
diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural,
sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor
Impor (Exim).
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih
100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003,
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini,
sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan
saat ini. (merdeka.com)
L
dengan menerapkan prinsip operational dan risk management
excellence.
3. Bekerja optimal dan baik : memberikan keuntungan dan mafaat
yang optimal kepada pihak – pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dengan memperhatikan prisip keuangan berkelanjutan
dan praktik Good Corporate Governance yang baik.
(Bristart.bri.co.id)
LI
Dengan demikian jika anda masih ingin mendapatkan kredit ini maka anda bisa
mengajukannya pada bank yang lain. Tidak perlu takut ataupun khawatir karena
semua bank pastinya mengutamakan kenyamanan untuk nasabahnya.
Kupedes adalah salah satu jenis kredit yang ditawarkan oleh Bank Rakyat
Indonesia (BRI) yang memberikan pelayanan dengan inovasi
terbaru.Sebenarnya layanan yang diberikan hampir mirip dengan KUR yakni
menyediakan layanan untuk bisnis kecil menengah.Jenis kredit ini sebenarnya
sebagai pengganti dari KUR karena pada waktu itu semua KUR telah habis
tersalurkan sehinggga untuk bisa memenuhi permintaan masyarakat maka pihak
bank mengambil kebijakan dengan memberikn KUPEDES ini.
Pengajukan kredit ini dengan nominal pinjaman mulai dari Rp 1.000.000
hingga Rp 100.000.000 yang nantinya bisa anda gunakan untuk pengembangan
usaha yang sudah berjalan kurang lebih 2 tahun.Jenis kredit ini terdapat
keunikan yakni anda bisa mendapatkan pinjaman uang untuk usaha yang belum
memiliki legalitas namun syaratnya anda haru menyertakan surat keterangan
usaha dari kepala desa atau lurah setempat.Jadi produk KUPEDES in adalah
solsui bagi anda apabila mengalami kendala dalam mengajukan KUR Mikro
dan KUR Ritel. (Investasi Indonesia)
LII
4.5 Analisis Vintage Berdasarkan Kolektibilitas
Berdasarkan perhitungan analisis Vintage agregasi nilai tunggakan
ada kumpulan indikator kolektibilitas yang menentukan pembagian
pokok plafon pinjaman yang tersisa pada saat pinjaman masuk
kolektibilitas atau saat penarikan data setiap bulan. Disajikan dalam
perbandingan tiap kolektibilitas dan grafik berikut. Data yang disajikan
di grafik data untuk setiap kolektibilitas disajikan dalam bentuk
persentase dan di komulatif untuk setiap bulan agar dapat dilihat besar
jumlah pinjaman yang masuk dalam umur tunggakan (kolektibiltas) yang
menunjukan peningkatan supaya bank dapat menerapkan menejemn
risiko.
4.5.1 Analisis Vintage Kolektibilitas 2 “ Dalam Perhatian Khusus”
1700%
1500%
1300%
KUR
1100% KUPEDES
900%
700%
500%
300%
100%
-100%
Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
KUR 0% 6% 20% 54% 102% 178% 262% 368% 463% 595% 763% 938% 1133% 1274% 1387% 1493% 1592%
KUPEDES 3% 10% 18% 29% 77% 140% 183% 235% 312% 425% 566% 758% 1007% 1127% 1238% 1308% 1397%
LIII
Berdasarkan Grafik 1 kolektibiltas 2 dapat dilihat bahwa
setelah 17 bulan dari realisasi pinjaman, hingga bulan juni 2015
sebesar 15,92 % pinjaman KUR masuk dalam Kolektibiltas 2
(DPK) Dalam Perhatian Khusus. Dan bila di bandingkan dengan
realisasi pinjaman KUPEDES periode pengamatan 17 bulan
pinjaman yang masuk dalam Kolektibilitas 2 sebesar 13,97 %.
Dari hasil tersebut dapat dilihat besar nilai kolektibilitas yang
ada, melebihi 100 % karena pada setiap periode bulan
pengamatan untuk kolektibitas 2 sangatlah tinggi dan semakin
lama periode pengamatan semakin banyak pinjaman yang masuk
ke kolektibilitas 2 (dalam perhatian khusus) yang disebabkan
kolektibiltas 2 saat tahun 2014 sampai dengan 2015 tidak ada
batasan untuk besaran kolektibilitas 2 Dalam Perhatian Khusus,
sehingga nilai kolektibilitas 2 Dalam Perhatian Khusus sangat
tinggi dan itu digunakan para pekerja untuk menjaga target
Outstanding (target plafon pinjaman).
LIV
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa setelah 17 bulan
dari realisasi pinjaman, hingga bulan juni 2015 sebesar 0,482 %
pinjaman KUR masuk dalam Kolektibiltas 3 (Kurang Lancar).
Dan bila di bandingkan dengan realisasi pinjaman KUPEDES
periode pengamatan 17 bulan pinjaman yang masuk dalam
Kolektibilitas 3 sebesar 0,085 %. Terjadi penurunan yang sangat
tinggi dari kolektibilitas 2 ke kolektibilitas 3 untuk setiap
pinjaman. Dan mengalami penurunan yang sangat drastis untuk
kolektibilitas pinjaman KUPEDES. Karena untuk pekerja
penyalur pinjaman KUPEDES adalah pekerja yang senior, dan
juga di pengaruhi oleh pemikiran masyarakat tentang pinjaman
bersubsidi dari pemerintah serta agunan yang di serahkan
nasabah kepada pihak BANK.
LV
4.5.3 Analisis Vintage Kolektibilas 4“ Diragukan”
45.0%
35.0%
KUR
25.0%
15.0%
5.0%
-5.0%
Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
KUR 0.0% 1.6% 2.6% 4.3% 4.3% 7.8% 16.4% 20.3% 33.8% 40.2% 45.0%
KUPEDES 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 2.1% 4.5% 8.0% 11.3% 11.3% 12.0%
LVI
Dengan nilai kolektibiltas 4 untuk pinjaman KUR yang masih
cukup tinggi. Yang di karenakan pinjaman KUR yang masuk
kedalam Kolektibilitas 4 mendapat percepatan usia tunggakan,
jika pinjaman KUR pada bulan ini masuk ke kolektibiltas 4
BANK wajib membuat KLAIM pinjaman tersebut yang ditujukan
pada lembaga penjamin kredit untuk mendapat penggantian
(cover) dari lembaga penjamin kredit yang berkerja sama dengan
pemerintah yaitu sebesar 70 % dari pokok pinjaman (bakidebet).
Sedangkan untuk pinjaman KUPEDES usia tunggakan nya
berjalan secara normal.
LVII
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa setelah 17 bulan
dari realisasi pinjaman, sampai bukan juni sebesar 0,32 %
pinjaman KUR masuk dalam Kolektibiltas 5 (Macet). Dan bila di
bandingkan dengan realisasi pinjaman KUPEDES periode
pengamatan 17 bulan pinjaman yang masuk dalam Kolektibilitas
5 sebesar 0,11 %.
LIX
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pertama, kualitas kredit berdasarkan hasil analisa data yang tergambar pada
grafik untuk setiap kolektibiltas menunjukan menejemen risiko PT. Bank
Rakyat Indonesisa (Persero) Tbk. Kantor Unit Tingkir Cabang Salatiga
dalam pengelolaan dan penyaluran kredit masih sangat baik. Hal tersebut
memberikan jawaban dan gambaran pada sebuah mekanisme dan proses
pemberian, pembinaan kredit tentang bagaimana menjaga kualitas kredit
yang disalurkan PT. Bank Rakyat Indonesisa (Persero) Tbk. Kantor Unit
Tingkir Cabang Salatiga.
Kedua, hasil analisis data yang tergambar pada grafik untuk setiap
kolektibiltasdapat ditunjukan bahwa kualitas jenis pinjaman merupakan
variable yang mempengaruhi terwujudnya minat masyarakat untuk
mengajukan pinjaman. Semakin mudahnya proses pengajuan dan persyaratan
pinjaman semakin menarik minat masyarakat untuk mengajukan pinjaman.
Kualitas jenis pinjaman yang sangat tinggi peminatnya merupakan sebuah
arahan yang tepat bagi PT. Bank Rakyat Indonesisa (Persero) Tbk. Kantor
Unit Tingkir Cabang Salatiga untuk meningkatkan laba unit tingkir yang di
imbangi dengan menejemen risiko yang baik. Begitu pentingnya menejemen
risiko didefinisikan sebagai elemen penting dalam penyaluran kredit untuk
memperlihatkan kualitas kredit yang baik PT. Bank Rakyat Indonesisa
(Persero) Tbk. Kantor Unit Tingkir Cabang Salatiga.
LX
5.2 Saran
LXI
DAFTAR PUSTAKA
LXII
Pamesela, F. P., Husein, Yunus dan Nurdin, Rusyad. 2014.
Pengawasan Kredit Sebagai Upaya Pencegahan Potensi
Kredit Bermasalah Pada Bank BRI. Fakultas Hukum.
Universitas Indonesia.
Robinson, Marguerite S. 2002. The Micro Finance Revolution,
vol 2
Tampubolon. 2004. Manajemen Oprasional. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
LXIII
_____________. 2012. ‘’Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum’’, diakses pada tanggal 20 Januari 2018 dari
http://www.ojk.go.id/peraturan-bank-indonesia-nomor-11-
25-pbi-2009
_____________. 2005. ‘’Surat Edaran Bank Indonesia No.
7/3/DPND Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum’’,
diakses pada tanggal 20 Januari 2018 dari
http://www.ojk.go.id/peraturan-bank-indonesia-nomor-11-
25-pbi-2009
Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan
Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koprasi.
(2012). Standart operasional dan prosedur pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat(SOP-KUR). Jakarta: Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian RI.
https://www.upacaya.com/berbagai-jenis-atau-penggolongan-
kredit/ diakses pada 25 januari 2018
https://www.investasi-indonesia.com/bank-bri/bank-bri-kupedes/
diakses pada 25 januari 2018
https://m.merdeka.com/bank-rakyat-indonesia/profil/ diakses pada
10 february 2018
https://bristart.bri.co.id/bristart/ diakses 10 february 2018.
LXIV
Kolektibilitas 2 Pinjaman KUR Mikro
Fe Mar Apri Agu Sep
b et l Mei Juni Juli st t Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Januar 0,01 0,04 0,13 0,10 0,12 0,12 0,10 0,10 0,15 0,13 0,14 0,14 0,08 0,07 0,08 0,05
y '14 76 36 11 71 15 53 91 60 50 29 71 32 45 98 22 43
februa 0,04 0,05 0,10 0,14 0,15 0,18 0,27 0,23 0,22 0,20 0,17 0,16 0,10 0,06 0,06 0,06
ry '14 10 74 88 27 68 75 79 97 65 94 51 48 34 17 17 39
Maret 0,04 0,10 0,06 0,19 0,12 0,10 0,13 0,15 0,16 0,19 0,13 0,13 0,12 0,11 0,09
'14 32 18 42 66 30 46 28 37 76 62 75 12 16 39 44
April 0,01 0,05 0,01 0,06 0,04 0,13 0,08 0,06 0,07 0,06 0,06 0,03 0,04
'14 43 00 83 14 65 49 41 73 29 95 53 63 65
Mei 0,14 0,17 0,18 0,21 0,15 0,21 0,25 0,27 0,21 0,17 0,15 0,10 0,13
'14 41 66 21 57 76 48 16 83 66 00 90 92 65
Juni 0,05 0,11 0,12 0,11 0,12 0,15 0,15 0,13 0,11 0,05 0,07 0,08
'14 64 75 58 63 71 86 77 23 95 40 01 10
0,09 0,11 0,08 0,12 0,16 0,15 0,20 0,15 0,13 0,12 0,11
Juli '14 36 87 51 09 48 03 45 01 26 60 93
Agustu 0,04 0,02 0,06 0,14 0,13 0,17 0,10 0,08 0,06 0,10
s '14 77 54 24 94 40 48 17 30 52 67
Septe
mber 0,03 0,01 0,11 0,13 0,20 0,15 0,09 0,10 0,05
'14 68 17 82 85 30 18 88 97 04
Oktob 0,11 0,16 0,16 0,26 0,11 0,13 0,06 0,06
er '14 49 86 48 25 86 79 19 61
Novem 0,07 0,09 0,17 0,14 0,11 0,15 0,12
ber '14 13 50 23 25 06 55 84
Desem 0,05 0,06 0,06 0,02 0,06 0,04
ber '14 26 06 87 68 58 43
LXV
Kolektibilitas 2 Pinjaman Kupedes
Mar Apri Agu Sep
Feb et l Mei Juni Juli st t Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Januar 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1 0,1 0,0 0,1 0,0 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0
y 14 278 706 344 807 049 878 116 207 963 256 994 143 617 891 798 827 526
februa 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0
ry 14 080 805 960 948 628 075 988 867 066 033 233 608 487 178
Maret 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0
'14 453 252 814 837 146 320 109 320 367 716 322 873 686 746 608
April 0,1 0,0 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,1
'14 495 481 104 001 001 456 563 201 838 852 703 300
Mei 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
'14 086 110 000 217 902 044 844 771 990 905 822 140 140
Juni 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,2 0,3 0,1 0,0 0,0 0,0
'14 008 678 712 853 788 306 543 231 074 811 683 636
0,0 0,1 0,1 0,3 0,3 0,1 0,0 0,0 0,0
Juli '14 555 690 777 697 697 488 729 696 651
Agustu 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,0 0,0
s '14 104 635 824 379 069 094 018 660 293
Septe
mber 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,1 0,0 0,1
'14 157 510 254 253 233 907 487 810 679
Oktob 0,0 0,2 0,3 0,1 0,1 0,0 0,0
er '14 958 008 490 502 206 147 690
Nove
mber 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
'14 469 186 595 335 450 809 295
Desem 0,1 0,2 0,0 0,0 0,1
ber '14 928 333 869 634 041
Januar 0,2 0,0 0,0
y '15 082 493 228
februa 0,0 0,0
ry '15 228 228
Maret 0,0
'15 478
April
'15
Mei 0,0
'15 482
Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
January
'14 kol 3 0,0161 0,0102 0,0021 0,0031 0,0081
february
'14 kol 3 0,0068 0,0065 0,0325 0,0116 0,0216 0,0451 0,0094
LXVI
Kolektibilitas 3 Pinjaman KUPEDES
Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
february kol
14 3 0,0062 0,0058
Maret kol
'14 3 0,0090 0,0219
kol
April '14 3 0,0063
kol
Juni '14 3 0,0122
Agustus kol
'14 3 0,0236
Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
January
'14 0,0161 0,0102 0,0031
february
'14 0,0065 0,0385 0,0116 0,0116 0,0243 0,0094
Maret '14 0,0072 0,0285 0,0285
April '14 0,0402 0,0091 0,0237
Mei '14 0,0100 0,0254 0,0454
Juni '14 0,0160
juli '14 0,0189 0,0063
Agustus
'14 0,0022 0,0022
September
'14 0,0070 0,0107
Oktober
'14 0,0286
Desember
'14 0,0090
LXVII
Kolektibilitas 4 Pinjaman KUPEDES
Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
february '14 0,0053 0,0053 0,0037
Maret '14 0,0077
April '14 0,0063 0,0056 0,0056
Juni '14 0,0214 0,0122
Agustus '14 0,0236 0,0236
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
January '14 kol 5 0,0161 0,0102
february '14 kol 5 0,0380 0,0178 0,0116 0,0243
Maret '14 kol 5 0,0072 0,0072 0,0072 0,0285
April '14 kol 5 0,0091
Mei '14 kol 5 0,0100 0,0100 0,0100 0,0437
Juni '14 kol 5 0,0160
Juli '14 kol 5 0,0189
Agustus '14 kol 5 0,0022
September '14 kol 5 0,0070 0,0107
Oktober '14 kol 5 0,0286
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
february 14 kol 5 0,0037 0,0037
April '14 kol 5 0,0056 0,0056
Juni '14 kol 5 0,0122 0,0122 0,0122 0,0122
Agustus '14 kol 5 0,0236 0,0236
LXVIII