Anda di halaman 1dari 15

Dampak Pemberian Kredit Program CSR Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten

Garut, Provinsi Jawa Barat Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, MSi dan Aji Muchamad Huda, SE
ABSTRAK Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan PDB. Sektor ini mempunyai kendala modal, karena rendahnya akses terhadap lembaga keuangan. Penyaluran kredit program CSR yang berasal dari perusaan swasta menjadi sumber modal yang sangat potensial untuk mengatasi masalah permodalan sektor UMKM. Penelitian ini akan mengambil studi kasus penyaluran dana Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang berasal dari Perusahaan Swasta di Kabupaten Garut. Penelitian ini akan membahas dampak yang diberikan kredit dari Perusahaan Swasta terhadap peningkatan pendapatan sektor UMKM di Kabupaten Garut. Dalam penelitian ini digunakan data primer dengan jumlah responden 90 orang yang terdiri dari 50 responden kredit dan 40 responden non kredit. Dengan menggunakan metode regresi linier berganda didapat hasil bahwa permberian kredit program CSR berdampak positif terhadap peningktan pendapatan sektor UMKM. Kata Kunci: Kredit, CSR, dan UMKM. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, 99 persen unit usaha yang ada di Indonesia merupakan usaha mikro. Kedua, potensinya yang sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja. Ketiga, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari 2007-2008 terus meningkat, dan Keempat, total ekspor dari hasil produksi UMKM selama tahun 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 28,49 persen (BPS, 2009). Dibalik besarnya peran dari usaha mikro bagi perekonomian nasional, sektor ini masih dihadapkan dengan beberapa masalah. Menurut Wardoyo (2005) dalam seminar nasional menyebutkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh sektor UMKM untuk mengembangkan usahanya adalah kurangnya modal. Sulitnya akses terhadap bantuan permodalan berupa kredit dari lembaga keuangan menjadi salah satu penyebab masalah permodalan belum bisa teratasi. Sumber permodalan UMKM sebenarnya bisa berasal dari pemerintah dan non-pemerintah seperti yang terlihat pada (Lampiran 1). Menarik untuk dianalisis adalah sumber modal yang berasal dari perusahaan swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan memberikan kredit pada sektor usaha mikro dan kecil, karena selama ini yang kita ketahui bahwa untuk mendapatkan kredit hanya bisa diperoleh di lembaga keuangan. Keberadaan perusahaan swasta yang memberikan kredit melalui program CSR bisa dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan modal yang selama ini menjadi permasalahan utama sektor usaha mikro dalam 1.1

mengembangkan usahanya. Karena bagi usaha mikro sangat sulit untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan formal, hal ini diperkuat bahwa 68,96 persen modal yang digunakan usaha mikro berasal dari pemilik modal dan pelepas uang seperti rentenir (Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2009) 1.2. Rumusan Masalah Sulitnya akses terhadap lembaga keuangan untuk mendapatkan bantuan modal mungkin saja bisa diatasi dengan keberadaan perusahaan swasta yang memberikan bantuan kredit melalui program CSR. Namun bantuan kredit melalui program CSR masih belum banyak dianalisis orang. Padahal program CSR dari perusahaan swasta merupakan sumberdaya potensial yang mungkin saja bisa menjadi solusi untuk mangatasi masalah permodalan yang selama ini dihadapi oleh sektor mikro termasuk yang ada di Kabupaten Garut. Oleh karena itu penelitian ini akan di fokuskan di wilayah Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Garut. Berdasarkan penjelasan di atas maka permasalahan yang akan di bahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keragaan penyaluran kredit program CSR bagi UMKM di Kabupaten Garut ? 2. Bagaimana dampak pemberian kredit program CSR terhadap pendapatan rumah tangga UMKM di Kabupaten Garut ? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui keragaan penyaluran kredit bagi UMKM di Kabupaten Garut 2. Menganalisis dampak pemberian kredit terhadap pendapatan rumah tangga UMKM di Kabupaten Garut 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup Penelitian ini dibatasi mengenai kredit program CSR yang berasal dari Perusahaan Swasta yang berada di Kabupaten Garut. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 kredit adalah: penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2007). 2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Beberapa definisi dan kriteria mengenai usaha mikro kecil dan menengah dapat dilihat pada lampiran 2. Usaha kecil menurut UU RI no 9 Tahun 1995 adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar Rp 1 Milyar atau kurang. Adapun usaha yang dimaksud dengan usaha mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan NO/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 adalah: Usaha produktif milik keluarga atau perorangan penjualan maksimal 100 juta rupiah pertahun dan kredit yang diajukan maksimal Rp 50 juta. 2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab moral suatu orgnisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan (Nursahid, 2006). Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2004) tanggung jawab perusahaan adalah kewajiban perusahaan bisnis yang

dituntut oleh hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat. 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dampak kredit terhadap peningkatan pendapatan di sektor UMKM sudah pernah dilakukan antara lain oleh Kalangi (1993), Rachmina (1994), Pardosi (1998) dan Lubis (2005). Hasil dari ke empat penelitian tersebut menunjukan bahwa dapak pemberian kredit berpengaruh posirif terhadap peningkatan pendapatan. Akan tetapi dampak kredit program CSR terhadap peningkatan pendapatan sektor UMKM di Kabupaten Garut, belum pernah diakukan sebelumnya. 2.5 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian di tnjukan pada lampiran 4. III. METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di dua kecamatan yaitu Kecamatan Pasir Wangi dan Kecamatan Samarang. Wilayah Kecamatan Pasir Wangi diambil dua desa yaitu desa Pasir Wangi dan desa Pada Awas sedangkan untuk wilayah Kecamatan Samarang diambil satu desa yaitu desa Sukalaksana. Penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2010. 3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara responden. Responden adalah kepala rumah tangga yang mendapatkan kredit program CSR perusahaan swasta yang disalurkan melalui BMM dan koperasi yang di prakarsai oleh LSM Pupuk (50 orang) dan responden yang tidak mendapatkan kredit sebagai kontrol (40 orang). Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kantor Kecamatan Pasir Wangi, Kantor Kecamatan Samarang serta literatur-literatur lainnya seperti buku, jurnal, artikel maupun informasi lain. 3.3. Metode Analisis Data Salah satu metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk menjelaskan dampak terhadap peningkatan pendapatan UMKM setelah menerima kredit program CSR. Selain itu metode analisis statistik juga digunakan dalam penelitian ini untuk memastikan signifikansi dampak kredit terhadap peningkatan pendapatan UMKM tersebut. 3.3.1. Dampak Kredit Program CSR Terhadap Peningkatan Pendapata Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang diberikan kredit program CSR terhadap peningkatan pendapatan sektor UMKM, dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier berganda, model analisis peningkatan pendapatan adalah : PPt = 0 + 1 Aget + 2 LPt + 3 Asett + 4 D_perdagangant + 5 D_pertaniant + 6 D_Swasta + t Dimana: PPt : Peningkatan pendapatan (rupiah) Aget : Umur Kepala Rumah Tangga (tahun) LPt : Lama pendidikan (tahun) Asett : Total nilai asset (rupiah) D_perdagangant : Dummy sektor perdagangan D_pertaniant : Dummy sektor petanian D_Kredit : Dummy kredit program CSR 3.1.

IV. Gambaran Umum Penyaluran Kredit Program CSR Dari Perusahaan Swasta Pelaksanaan program CSR yang berasal dari swasta terdiri dari beberapa bidang seperti infrastruktur, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan lingkungan. Total nilai program CSR sendiri diperlihatkan pada Lampiran 3. Peningkatan terbesar dalam penyaluran dana CSR ada di sektor ekonomi. Dimana penyaluran program CSR di sektor ekonomi dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemberian modal usaha, pendampingan dan pengembangan UMKM, memberikan pelatihan keterampilan usaha dan juga pemberian dana bergulir atau kredit pada UMKM. Pemberian kredit program CSR dari perusahaan swsata sendiri dilakukan dengan cara bekerja sama dengan dua lembaga sebagai mediator yaitu LSM pupuk dan Baitul Maal Muamalat (BMM). Tabel 4.1 menunjukan besarnya nilai kredit program CSR dari perusahaan swasta yang disalurkan melalui BMM dan juga LSM pupuk. Tabel 4.1. Nilai Kredit Program CSR Dari SWASTA Tahun Program Nilai (Rp) 2007 Pemberian kredit melalui BMM 200.000.000 2008 Domba bergulir (kredit) 312.000.000 2009 Domba bergulir (kredit) 90.100.000 2009 Pengembangan UKM dan pemberian kredit (LSM pupuk) 507.000.000 Sumber : Perusahaan Swasta, 2010 (diolah) Tabel 4.2. Penyaluran Kredit Melalui BMM Desa Masjid Nilai kredit (Rupiah) Pada Awas At-taqwa 46.000.000 Pasir Wangi Nurul iman 33.000.000 Talaga Al-hidayah 27.000.000 Pada Asih Nurul salam 22.000.000 Sumber : data primer (diolah) Tabel 4.2 menunjukan penyaluran kredit program CSR melalui BMM. Dimana besar nilai kredit terbesar berada di desa pada awas dan juga pasir wangi. Sedangkan untuk program kredit yang bekerja sama dengan LSM pupuk dilaksanakan di tiga desa yaitu Desa Suka Karya, Desa Sukalaksana dan Desa Cisarua. 4.2. Baitul Maal Muamalat (BMM) Baitul Maal Muamalat (BMM) merupakan lembaga sosial yang berpusat di Jakarta. Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid (KUM3) merupakan salah satu program pendayagunaan BMM yang bertujuan memberdayagunakan ekonomi mustahik dengan mengutamakan aktivitas pembangunan iman dan takwa mustahik serta mendorong peningkatan pendapatan mustahik melalui pembinaan usaha dan pemberian modal bergulir A. Latar Belakang Hal yang mendasari kelahiran program KUM3 dari BMM adalah keprihatinan terhadap kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Selain itu juga BMM meyakini bahwa kemiskinan tidak hanya terjadi karena struktur dan budaya masyarakat saja tapi juga disebabkan oleh sulitnya masyarakat miskin mendapatkan akses terhadap sumber permodalan (faktor produksi). B. Bentuk Kegiatan Program KUM3 yang berasal dari BMM mempunyai beberapa kegiatan utama, yaitu: 1. Pembinaan mental spiritual peserta 4.1.

2. 3. C.

Pendampingan usaha dan Pemberian modal bergulir Pembangunan aliansi pemasaran produk peserta Sasaran kegiatan Sasaran dari kegiatan program KUM3 dari BMM ini adalah mustahik (fakir atau miskin) di sekitar wilayah masjid yang menjadi mitra KUM3. Kriteria seseorang fakir dan miskin menurut program KUM3 dari BMM, Tabel 4.3. Tabel 4.3. Kriteria Fakir Miskin Menurut BMM No Fakir Miskin 1 Hanya mampu mencukupi 50 persen atau Hanya mampu mencukupi 60-90 persen kurang dari kebutuhan dasar. dari kebutuhan dasarnya 2 Rata-rata penghasilan Rp. 1.040.000 (kota) Rata-rata penghasilan Rp. 1.040.000 (kota) dan Rp. 602.000 (desa) dan Rp. 602.000 (desa) Sumber : BMM, 2010 Sedangkan kriteria usaha yang dibantu oleh program KUM3 dari BMM adalah: Omset usaha tidak lebih dari Rp. 5.000.000 Kepemilikan usaha sendiri Memiliki rumah sendiri atau tinggal bersama keluarganya Berstatus menikah Berumur antara 17-55 tahun. 4.3. LSM PUPUK LSM pupuk merupakan sebuah organisasi yang ada di Kabupaten Garut yang sangat peduli teradap pembangunan sebuah desa. Cara yang digunakan oleh LSM pupuk dalam menggali potensi sebuah desa yaitu dengan melakukan pendampingan. Metode pendampingan dari anggota LSM pupuk dilakukan untuk menggali potensi yang ada di sebuah desa baik dari sisi ekonomi, sosial maupun budaya yang terdapat di desa tersebut. Salah satu cara pemberdayaan ekonomi yang dilakukan LSM pupuk dilakukan dengan membantu para kepala desa untuk mengembangkan usaha mikro yang ada di desa tersebut. Salah satunya adalah mencari sumber modal bagi para pelaku usaha mikro di desa tersebut. Usaha yang dilakukan oleh LSM pupuk adalah memberikan rekomendasi kepada perusahaan swasta untuk memberikan bantuan berupa dana yang nantinya akan dikelola oleh koperasi desa sehingga dana tersebut bisa dikelola dengan baik dan bisa di manfaatkan bagi para pelaku usaha mikro yang ada di desa tersebut. V. Hasil dan Pembahasan 5.1. Karakteristik Responden dan Usaha Karakteristik responden tingkat pendidikan, tingkat usia, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, jenis kelamin kepala keluarga, dan aset yang dimiliki oleh responden ditunjukan pada lampiran 3. Sedangkan karakteristik usaha jenis pekerjaan, struktur pendapatan rumah tangga ditunjukan pada lampiran 5. 5.2. Akses Rumah Tangga Terhadap Lembaga Simpanan Tabel 5.1. Akses Responden Terhadap Lembaga Simpanan Responden Kredit Responden Non kredit Akses Nilai Rata-rata(Rp) Partisipasi Nilai Rata-rata (Rp ) Partisipasi Formal Bank 24,848,000 n= 5 1,408,333 n=6

Akses

Responden Kredit Nilai Rata-rata(Rp) Partisipasi (9.26%) 448,000 n= 5 (9.26%) n= 7 (12.96%) -

Responden Non kredit Nilai Rata-rata (Rp ) Partisipasi (15%) -

Semi Formal Koperasi Informal BMM Sekolah

125,714 -

70,000

n=1 (2,5%)

Sumber : Data Primer (diolah) Tabel 5.1 menunjukan akses dari para responden terhadap lembaga keuangan. Responden kredit memiliki akses saving ke seluruh kriteria lembaga keuangan, namun akses simpanan terbesar ada di lembaga keuangan informal yaitu BMM. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya program CSR dari perusahaan swasta yang bekerja sama dengan BMM dapat meningkatkan akses terhadap lembaga keuangan. Sedangkan untuk responden non kredit sendiri hanya memiliki akses pada lembaga keuangan formal dan semi formal saja dengan nilai pasrtisipasi yang kecil. Hal ini mmengindikasikan bahwa akses terhadap lembaga simpanan yang dimiliki responden non kredit sangat kecil dan berdasarkan kondisi di lapangan pun asset tabungan yang dimiliki oleh seluruh responden hanya sedikit, lampiran 5. 5.3. Akses Rumah Tangga Pada Lembaga Pinjaman Tabel 5.2. Akses Responden Terhadap Kredit Responden Responden Non Lembaga Keuangan Kredit Kredit Formal - Bank Rp 2,000,000 n=1 ; (2,5 %) Semi Formal - Leasing Rp 4,500,000 n= 1 ;( 1,9%) - Koperasi Rp 1,283,333 Rp 400,000 n= 6 ; (11,11%) n=1 ; (2,5 %) Informal - BMM Rp 2,857,727 n=44 ; (81,48%) - Bank Keliling Rp 600,000 n=2 ; (5%) - Saudara/teman Rp 1,500,000 n=1 ; (2,5 %) - Arisan Rp 1,950,000 n=4 ; (1o%) Sumber : Data Primer (diolah)

Tabel 5.2 menunjukan akses responden untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan. Respoden kredit hanya bisa mengakses pinjaman pada lembaga keuangan semi formal yaitu koperasi (LSM pupuk) dan leasing, untuk lembaga infotmal hanya BMM. Seluruh responden kredit tidak mempunyai akses terhadap lembaga keuangan formal. Sedangkan untuk responden non kredit sendiri memilik akses di ketiga kriteria lembaga keuangan, dimana akses terbesar berada pada lembaga informal yaitu bank keliling, saudara atau teman dan arisan. Hal ini mengindikasikan bahwa dari seluruh responden baik kredit maupun non kredit hanya dapat mengakses pinjaman di lembaga keuangan informal karena kendala agunan dan rumitnya persyaratan administrasi yang ada di lembaga keuangan formal. 5.4. Dampak Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM Penelitian mengenai dampak pemberian kredit program CSR terhadap peningktan pendapatan UMKM dianalisis dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Square). Hasilnya menunjukan nilai R-squared (R2) yang tergolong kecil yaitu sebesar 0,2246. Hal ini berarti variabel endogen (PP=peningkatan pendapatan) yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen adalah sebesar 22.46 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan model estimasi. Nilai probabilitas uji F yang lebih kecil dari taraf nyata satu persen berarti minimal ada satu variabel eksogen yang berpengaruh terhadap variabel endogen pada taraf nyata satu persen. Terdapat tiga peubah penjelas yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan UMKM yaitu usia, nilai aset dan dummy kredit Tabel 5.3. Tabel 5.3. Hasil Regresi Persamaan Peningkatan Pendapatan Variable Koefisien Prob. Usia 109272.0 0.0061* LP 30242.09 0.8753 ASET 0.008468 0.1394*** D_PERDAGANGAN -54692.16 0.9584 D_PERTANIAN -1073975. 0.3156 D_KREDIT 1527652. 0.0848** C -4302192. 0.0850 R-squared (R2) 0.22460 Adjusted R-squared (Adj R2) 0.168397 Prob (F-stat) 0.001435 Keterangan : * = : 1 %, ** = : 10 %, ***= :15 % Varibel usia berpengaruh nyata positif pada taraf nyata satu persen dengan nilai koefisien sebesar 109272 artinya jika usia meningkat satu tahun maka pendapatan akan meningkat sebesar Rp 109.272. Usia memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan pendapatan karena dengan bertambahnya usia maka produktivitas seseoran pun akan meningngkat yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan. Variabel asset berpengaruh nyata positif pada taraf nyata 15 persen dengan nilai koefisien 0.008468 artinya jika nilai aset meningkat satu rupiah maka pendapatan akan meningkat sebesar Rp 0.008468. Kredit yang disalurkan melalui BMM sebagian besar digunakan untuk usaha tani dimana para responden pada umumnya mempunyai nilai asset terbesar adalah lahan. Asset yang dimiliki menjadi input dalam usaha. Hal ini mengakibatkan semakin besar nilai asset maka pendapatan usaha tani pun akan semakin besar. Dummy kredit berpengaruh nyata positif pada taraf nyata sepuluh persen. Hal ini berarti pemberian kredit berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan. Berdasarkan kondisi dilapangan menunjukan, sebagian besar responden tidak memiliki askses terhadap lembaga keuangan formal untuk memperoleh kredit. Oleh karena itu pemberian kredit program CSR dari

perusahaan swasta sangat membantu penguatan modal bagi responden untuk menjalankan usaha. Peningkatan modal yang diperoleh ini akan menyebabkan skala usaha yang meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan pendaptan. VI. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan 1. Penyaluran kredit program CSR dari perusahaan swasta dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu LSM Pupuk dan Baitul Maal Muamalat. Nilai kredit program CSR terus meningkat selama 2007-2009, baik berupa kredit modal maupun domba. 2. Kredit program CSR yang berasal dari perusahaan swasta berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan sebesar Rp. 1.527.652 untuk sektor UMKM yang sebagian besar adalah fakir miskin. Kredit program CSR merupakan sumber modal penting yang didapat oleh sebagian besar pelaku UMKM di Kabupaten Garut. 3. 6.2. Saran Penyaluran kredit program CSR harus bisa lebih dioptimalkan lagi karena peranannya yang begitu besar bagi para pelaku UMKM yang selama ini mengalami kesulitan untuk mendaptakan pinjaman dari lembaga keuangan formal. Karena kredit program CSR bisa menjadi salah satu sumber modal yang potensial untuk mengatasi masalah permodalan Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2007-2008. Badan Pusat Statistik. Jakarta ______.2009. Pola Pembiayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta Kalangi, J.K.J 1993 Peranan Kredit Dalam Pembangunan Pertanian di Provinsi Sulawesi Utara. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. PPS KPK IPBUnsrat Manado. Lubis, Indah Kancana. 2005. Efektivitas Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan analisis Pendapatan Petani Pengguna Kredit (Studi Kasus Pada Petan Nursahid, F. 2006. Praktik Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model kedermawanan PT. Krakatau Steel, PT. pertamina dan PT. Telekomunikasi Indonesia . Jurnal Filontropi dan Masyarakat Madani, 1:5-21. Pardosi, Riris P. Efektifitas Penyaluran Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K)n dan analisis Pendapatan Petani Pengguna Kredit (Studi Kasus di Wilayah Kerja BRI Cabang Sukabumi). [skripsi]. Bogor. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rachmina, D. 1994. Analisis Permintaan kredit Pada Industri Kecil Kasus Jawa Barat dan Jawa Timur. Tesis. Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Robbins, S. P dan M. Coulter. 2004. Manjemen. Hermaya dan Selamet [penerjemah]. Indeks Group Gramedia, Jakarta Wardoyo. 2005. Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Bagi Upaya Penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Wilayah Jabotabek. Seminar nasional. Universitas Gunadarma, Depok.

Lampiran 1. Sumber Modal Usaha Mikro dan Kecil


APBN

Pemerintah

APBD

SUP-005 S U M B E R Kredit Komersial

Bank Kredit Mikro Kecil

Non Pemerintah

Lembaga Keuangan

Non Bank Per. Swasta: CSR

KSP/USP-Kop

Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2009

Lampiran 2 Definisi dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah1 Organisasi Jenis Usaha Keteranagn kriteria Undang-Undang Usaha Kecil a. Aset Rp 200 juta di luar tanah dan No. 9/1995 tentang bangunan usaha kecil b. Omset tahunan Rp 1 milyar c. Dimiliki oleh orang Indonesia d. Independen, tidak terafiliasi dengan usaha menengah-besar e. Boleh berbadan hukum, boleh tidak Badan Pusat Usaha Mikro Pekerja < 5 orang termasuk tenaga keluarga Statistik yang tidak dibayar Usaha Kecil Pekerja 5-9 orang Usaha Menengah Pkerja 20-99 orang Menneg Kop dan Usaha kecil (UU No. a. Asset Rp 200 juta diluar tanah dan PKM 9/1995) bangunan b. Omset tahunan Rp 1 milyar Usaha menengah (Inpres Aset Rp 200 juta sampai Rp 10 milyar no. 10/1999) Bank Indonesia Usaha mikro (SK. Dir Bi Usaha yang dilakukan oleh masyarkat miskin No. 31/24/KEP/DIR) atau mendekati miskin tanggal 5 mei 1998 a. Dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana b. Lapangan usaha mudah keluar dan masuk Usaha Kecil ( UU No. a. Asset Rp 200 juta diluar tanah dan 9/1995) bangunan b. Omset tahunan Rp. 1 milyar c. Dimiliki oleh orang Indonesia d. Independen, tidak terafiliasi denga usaha menengah-besar e. Boleh berbadan hukum boleh tidak Usaha Menengah (SK a. Asset Rp 5 milyar untuk sektor industri Dir. BI no. b. Asset Rp 600 juta diluar tanah dan 34/45/Dir/UK tanggal 5 bangunan untuk sektor non industri januari 1997 manufaktur c. Omset tahunan Rp 3 milyar Bank Dunia Usaha Mikro Kecil dan a. Pekerja < 20 orang Menengah b. Pekerja 20-15 orang c. Asset 500 ribu US dollar diluar tanah dan bangunan Lampiran 3
1

Anonim. 2007. Usaha kecil dan menengah. www.menlh.go.id/usaha_kecil. diakses tanggal 5 maret 2008

Lampiran 3 Penyauran Dana CSR Dari SWASTA 2007 Sektor Infrastruktur Ekonomi Pendidikan Kesehatan Seni budaya Sosial Lingkungan Total (ratus ribu rupiah) 1,613 587 706 935 41 146 37 4,068 (%) 40 14 17 23 1 4 1 100 2008 (ratus ribu rupiah) 1,641 1,059 210 808 124 200 32 4,077 (%) 40 26 5 20 3 5 1 100 2009 (ratus ribu rupiah) 1,395 1,174 447 532 358 302 74 4,285 (%) 33 27 10 12 8 7 2 100

Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Responden Kredit Lama Pendidikan (tahun) Frekuensi Persentase (%) 0-6 35 70.0 7-9 12 24.0 10-12 3 6.0 Sumber : data primer (diolah) Tingkat Usia Kepala Keluarga Responden Kredit Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%) 20-29 1 2 30-39 13 26 40-49 20 40 50-59 9 18 60 7 14 Sumber : data primer (diolah)

Responden Non Kredit Frekuensi Persentase (%) 24 60 13 32.5 3 7.5

Responden Non Kredit Frekuensi Persentase (%) 11 27.5 17 42.5 7 17.5 2 5 3 7.5

Lampiran 4 Pengalaman Usaha responden Responden Kredit penglaman Usaha (tahun) Frekuensi Persentasi (%) 4 8 < 20 21 42 20-29 14 28 30-39 6 12 40-49 5 10 > 50 Sumber : data primer (diolah) Jenis Kelamin Kepala Keluarga Responden Kredit Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria 47 94 Wanita 3 6 Sumber : data primer (diolah) Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
80.0 70 56.0 18.0 25 26.0 Responden Kredit

Responden Non Kredit Frekuensi Persentasi (%) 23 57.5 8 20 6 15 3 7.5 0 0

Responden Non Kredit Frekuensi Persentase (%) 40 100 0 0

60.0
40.0

20.0
0.0

5
1-2 3-4 5-6

Responden Non Kredit

Sumber data primer (diolah) Struktur Pendapatan Rumah Tangga Responden Kredit Income Rata-rata (Rp) Pend. Usaha tani Buruh Tani Industri RT Gaji Pensiunan Buruh Dagang Jasa Hadiah dan 9,737,520.14 364,000 618,000 960,000 228,000 5,407,100 3,050,000 376,000 Persentase (%) 46.9 1.7 2.9 4.6 1.0 26.0 14.7 1.8 Responden Non Kredit Rata-rata (Rp) 4,381,250 1,310,600 2,400,000 2,667,000 315,000 11,195,000 821,250 985,000 Persentase (%) 18.1 5.4 9.9 11.0 1.3 46.5 3.4 4.1

Responden Kredit Income Rata-rata (Rp) Kiriman Total 20,740,620.14 Persentase (%) 100

Responden Non Kredit Rata-rata (Rp) 24,075,100 Persentase (%) 100

Lampiran 5 Lampiran 13. Nilai Rata-rata Asset Responden Kredit Aset Lahan Kendaraan Perhiasan Tabungan Ternak Total Nilai Rata-rata (Rp) 58,271,957.67 5,710,185.185 206,185.1852 1,681,481.481 2,744,537.037 68,614,346.56 Persentase 84.9 8.3 0.3 2.4 3.9 100 Niai Rata-rata (Rp) 53,071,641.83 2,816,250 1,052,500 350,000 97,2250 58,262,641.83 Persentase 91 4.8 1.8 0.6 1.6 100

Sumber : data primer (diolah)

Jenis Mata Pencaharian Responden


100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Responden Kredit Responden Non Kredit peg swasta jasa buruh tani irt pedagang petani

Sumber : data primer (diolah)

Lampiran 4 Kerangka Pemikiran

UMKM

Potensi

Hambatan

Penyerapan TK

PDB

Pemasaran

Kurang Modal

Bahan baku

Non Bank SOLUSI Kredit CSR Geothermal Indonesia

BANK

Akses Yang Rendah

Keterjangkauan

Keberlanjutan Usaha

Dampak

UMKM lebih mudah mendapatkan pinjaman di LK. Informal (kredit CSR)

Peningkatan Pendapatan

Analisis pemberian kredit terhadap peningkatan pendapatan

Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai