Anda di halaman 1dari 56

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

MENGUNAKAN JASA PEMBIAYAAN

BANK BRI CABANG SIULAK

PROPOSAL

Disusun Oleh:
BERIN SARTIKA PUTRI
NIM. 1810401141

Dosen Pengampu :
FEBRIA NINGSIH, M.Pd

MAHASISWA JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2021 M / 1442 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah (UMKM)

mempunyai peranan yang penting sebagai tulang punggung perekonomian

Indonesia. UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas

lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada

masyarakat. UMKM sangat berperan dalam proses pemerataan dan

peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi serta

berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.

Usaha kecil yaitu usaha yang berdiri sendiri, maksudnya bukan anak

perusahaan atau cabang dari perusahaan yang dimiliki, berbentuk usaha

perseorangan baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Selain

itu, perusahaan harus milik warga negara Indonesia dan memiliki kekayaan

bersih atau total aset paling banyak Rp 200.000.000.

Dalam mengembangkan usahanya, UMKM dihadapkan pada

beberapa permasalahan. Selain faktor SDM yang rendah, terbatasnya sarana

dan prasarana, teknologi, faktor utama yang menghambat perkembangan

UMKM adalah kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan.

Modal kerja sangat penting bagi perusahaan, perusahaan yang tidak memiliki

kecukupan modal kerja akan sulit untuk menjalankan kegiatanya. Tanpa

modal kerja yang cukup perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk

1
2

meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan.

Perkembangan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal

kerja. Perusahaan yang sedang tumbuh banyak melakukan kegiatan terutama

kegiatan produksi dan pemasaran, kedua jenis kegiatan ini memerlukan

modal yang cukup. Perusahaan yang tumbuh berkembang tanpa didukung

oleh modal kerja yang kuat, ia akan kembali layu dan akhirnya mati. Oleh

sebab itu, dapat dikatakan bahwa modal kerja adalah ruh atau energi internal

yang menggerakkan seluruh kegiatan perusahaan.

Sumber keuangan yang umumnya digunakan oleh pengusaha mikro

adalah para pelepas uang atau rentenir yang memberikan pinjaman dengan

tingkat suku bunga yang sangat tinggi atau jauh di atas suku bunga pasar

tentunya sangat memberatkan bagi pengusaha mikro tersebut. Pengusaha

cendrung menggunakan jasa para pelepas uang karena beberapa faktor di

antaranya prosedur peminjaman yang mudah dan sederhana, sering kali tidak

menggunakan agunan dan jumlah pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan

pengusaha.

UMKM adalah jenis usaha yang paling banyak jumlahnya di

Indonesia, dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup

besar. Melihat dari cukup banyaknya UMKM di Indonesia yang notabene

mempengaruhi perekonomian Indonesia, maka terlihat bahwa UMKM

merupakan jenis usaha yang patut diperhatikan. Proses pengembangan

UMKM ini otomatis membutuhkan pendanaan yang banyak, sehingga banyak

UMKM yang melakukan financing melalui kredit bank, baik bank


3

pemerintah maupun bank swasta. UMKM berperan secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi maupun penyediaan lapangan kerja.

Data kementerian koperasi dan usaha kecil menengah tahun 2010

menggambarkan bahwa pada tahun 2010 besaran proporsi Produk Domestik

Bruto (PDB) dari sektor UMKM hingga 56 persen serta tingkat penyerapan

tenaga kerja di atas 97 persen menjadikan sektor UMKM sebagai sektor yang

sangat penting bagi perekonomian Indonesia pada umumnya. Sebagian besar

penerimaan pajak masih didominasi oleh usaha besar. Pada APBN 2012

misalnya, Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas sebesar Rp445,7 triliun dan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditargetkan sebesar Rp336,1 triliun yang

sebagian besar diperoleh dari usaha besar. “Dalam kenyataanya, unit usaha

besar pada tahun 2010 saja jumlahnya sekitar 4.800 unit dengan sumbangan

terhadap PDB sekitar 43 persen, sedangkan UMKM sudah mencapai 53 juta

unit dengan sumbangan terhadap PDB sebesar 56 persen” Sekitar 99 persen

dari jumlah unit usaha di Indonesia berskala UMKM, dan tercatat mampu

menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak sekitar 99,4 juta tenaga kerja.

Sementara, usaha besar menyerap sekitar 2,8 juta pekerja. Namun dari jumlah

UMKM yang mencapai 53 Juta tersebut hanya 25% atau 13 juta pelaku

UMKM yang baru mendapat akses ke lembaga keuangan. Hal ini sangat di

sayangkan mengingat kontribusi UMKM yang luar biasa terhadap

kemakmuran rakyat Indonesia dimana berbagai permasalahan kemiskinan

dan pengangguran masih menghantui sebagian kelompok masyarakat

(http://www.depkop.go.id).
4

Adanya lembaga keuangan di Indonesia dipelopori oleh berdirinya

Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI) dapat mengakomodir berbagai aspirasi dan keinginan masyarakat

untuk mendapatkan pembiayaan terutama pengusaha UMKM. Lembaga

keuangan harus bersaing dengan saudara lamanya yakni bank konvensional

yang telah lahir dan berkembang jauh sebelum lembaga keuangan . Lembaga

keuangan memiliki peluang cukup besar mengingat banyaknya keunggulan

dan kelebihan yang dimiliki lembaga keuangan di banding bank

konvensional.

Pada umumnya produk yang ditawarkan oleh suatu lembaga keuangan

adalah produk pembiayaan (financing) dan produk simpanan (funding).

Produk pembiayaan meliputi pembiayaan mudharabah, murabahah,

musyarokah, ba’i bittaman ajil dan qardul hasan. Menurut Muhammad

(1998:170) pada dasarnya calon nasabah akan memilih suatu produk apabila

keinginanya dapat dipenuhi oleh produk produk tersebut, sehingga lembaga

keuangan harus mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat

masyarakat terhadap produk yang ditawarkan.

Dari data tersebut, menunjukkan bahwa masih kecilnya minat UMKM

untuk menggembangkan usahanya dengan mengajukan pembiayaan pada

lembaga lembaga keuangan. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena banyaknya

faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil penelitian terdahulu banyak di

temukan faktor-faktor yang mempengaruhi minat UMKM untuk mengajukan

pembiayaan pada lembaga lembaga keuangan. Penelitian terdahulu


5

diantaranya adalah:

Tabel 1.1 Penelitian terdahulu

Peneliti Faktor-faktor yang Berpengaruh paling


mempengaruhi signifikan
Muhammad Yusuf PRDB Suku bunga pinjaman
(2006)
Suku bunga

Inflasi

Kurs
Yunia Indriyani Prosedur Prosedur
(2007)
Karakteristik nasabah

Atribut bank

Pengaruh lingkungan

Karakteristk usaha

Kebutuhan modal

Pengalaman usaha
Imam Hanafi Fasilitas Fasilitas
(2007)
Kemudahan mendapatkan jasa

Promosi
Rani Widya Lestari Variasi produk Ketenaran bank
(2006)
Ketenaran bank

Persepsi terhadap bunga

Kemudahan mendapatkan
produk
Sholikha Oktavi K Biaya peminjaman Biaya peminjaman
((2009)
Jangka waktu angsuran

Adanya agunan
Dari beberapa penelitian tersebut masih terdapat research gap
6

bahwasanya faktor-faktor yang paling mempengaruhi minat masih terjadi

perbedaan atau masih terjadi perselisihan. Hal ini bisa bisa disebabkan karena

penelitian dilakukan pada objek dan didaerah yang berbeda-beda.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji faktor-

faktor yang mempengaruhi minat UMKM mengajukan pembiayaan pada

lembaga keuangan , judul penelitian ini adalah: ANALISIS FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT USAHA MIKRO

KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MENGUNAKAN JASA

PEMBIAYAAN BANK BRI CABANG SIULAK

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka dapat

dirumuskan permasalahan yang hendak diteliti, yaitu:

1. Apakah faktor pelayanan, reputasi dan prosedur berpengaruh positif

terhadap minat UMKM mengajukan pembiayaan pada lembaga

keuangan?.

2. Apakah faktor pelayanan, reputasi dan prosedur secara bersama-

sama berpengaruh positif terhadap minat UMKM mengajukan

pembiayaan pada lembaga keuangan?.

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh secara parsial faktor pelayanan, reputasi dan

prosedur terhadap minat UMKM mengajukan pembiayaan pada lembaga

keuangan .

2. Menganalisis pengaruh secara simultan faktor pelayanan, reputasi dan


7

prosedur terhadap minat UMKM mengajukan pembiayaan pada lembaga

keuangan .

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan evaluasi kinerja manejemen lembaga keuangan dalam

rangka meningkatkan pembiayaan kepada UMKM.

2. Diharapkan bermanfaat secara teori dan aplikasi terhadap pengembangan

khazanah ilmu ekonomi islam.

3. Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam skripsi ini adalah:

Bagian awal skripsi berisi : Sampul, lembar berlogo, judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan,

motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi dan daftar gambar,

daftar lampiran.

BAB I: Pendahuluan, pada bab ini membahas tentang :

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah.

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian.

E. Sistematika Penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka, pada bab ini membahas tentang :

A. Telaah Pustaka.

B. Kerangka Teori.
8

C. Kerangka Penelitian

D. Hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari

permasalahan.

BAB III : Metode penelitian, pada bab ini memuat tentang:

A. Jenis Penelitian

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Skala Pengukuran

F. Definisi Konsep Dan Operasional

G. Alat Analisis

BAB IV : Analisis data dan pembahasan, pada bab ini menjelaskan:

A. Analisis Data

B. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penelitian

C. Analisis Data Dan Pembahasan

BAB V : Kesimpulan dan saran, pada bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan

dari hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan

berkaitan dengan penelitian.

Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka, riwayat hidup

penulis dan lampiran-lampiran.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Beberapa studi telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, seperti

penelitian Yusuf (2006) dalam tesisnya dengan judul Analisis Faktor Faktor

Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Konsumtif Bank Pemerintah Di

Sumatra Utara menyimpulkan bahwa secara parsial PRDB mempunyai

hubungan positif terhadap permintaan kredit konsumsi bank pemerintah

sumatra utara. Suku bunga pinjaman mempunyai hubungan negatif secara

signifikan terhadap permintaan kredit konsumsi bank pemerintah sumatera

utara. Inflasi mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap

permintaan kredit konsumsi bank pemerintah sumatera utara.

Secara parsial variabel yang paling berpengaruh terhadap

permintaan kredit konsumtif adalah variabel suku bunga pinjaman. Secara

serempak PRDB, suku bunga pinjaman, kurs, dan inflasi berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan kredit konsumtif. Penelitian ini

merekomendasikan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk meneliti

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi atau ada

faktor lain diluar pertumbuhan ekonomi yang bisa mempengaruhi

permintaan kredit konsumtif.

Selanjutnya Indriyani (2007) menyebutkan ada tujuh faktor yang

mempengaruhi pengajuan pembiayaan nasabah yaitu: prosedur, karakteristik

nasabah, atribut bank, pengaruh lingkungan, karakteristik usaha, kebutuhan


10

modal dan pengalaman usaha. Semakin mudah prosedur pengajuan yang

ditetapkan BPRS semakin banyak pengajuan oleh nasabah. Karakteristik

nasabah yang berpengaruh pada pengajuan adalah keberanian dalam

mengambil resiko dan pengetahuan prosedur. Sikap dan penampilan

karyawan, lokasi, jam dan hari buka, kredibilitas bank merupakan atribut

bank yang menurut nasabah berpengaruh pada keputusan pengajuannya.

Pengaruh lingkungan sekitar nasabah seperti keluarga, teman dan

promosi ikut andil dalam keputusan pengajuan pembiayaan oleh nasabah.

Keuntungan usaha yang besar dan prospek usaha yang menjanjikan

memberi pengaruh yang bagus terhadap pengajuan pembiayaan. Semakin

banyak pengalaman usaha nasabah dan kebutuhan akan tambahan modal

semakin besar keinginan dalam mengajukan pembiayaan.

Hanafi (2007) dalam skripsinya dengan judul Faktor Faktor Yang

Mempengaruhi Minat Nasabah Dalam Memanfaatkan Fasilitas Pembiayaan

Pada BMT Amratani Utama Yogyakarta yang mana hasil penelitianya

menunjukkan bahwa faktor fasilitas dan kemudahan mendapatkan jasa

merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang paling besar. Faktor

promosi merupakan faktor yang paling rendah pengaruhnya terhadap

keputusan nasabah dalam menggunakan fasilitas pembiayaan.

Lestari (2006) dalam skripsinya dengan judul Preferensi dan

Permintaan Masyarakat terhadap Produk – Produk Bank ( Studi Kasus :

Bank BTN dan Bank BNI di Yogyakarta ) ’menyimpulkan Dari hasil

analisis secara simultan atau bersama-sama


11

variabel independen popularitas, persepsi masyarakat terhadap bunga bank

dan kemudahan mengakses produk mempengaruhi variabel dependen

(keputusan masyarakat dalam memilih bank ) dan variabel independen

layanan, fasilitas, dan produk mempengaruhi variabel dependen (preferensi

masyarakat terhadap produk bank ). Secara parsial atau individu, hanya

variabel popularitas atau ketenaran bank yang mempengaruhi keputusan

masyarakat untuk memilih bank , sedangkan untuk variabel persepsi

masyarakat terhadap bunga bank dan kemudahan mengakses produk atau

layanan bank tidak mempengaruhi. Untuk preferensi masyarakat terhadap

produk bank dipengaruhi oleh variasi atau pilihan produk bank .

Bardaini (2006) dalam skripsinya dengan judul Hubungan Kredit

Usaha Baitul Maal Wattamwil (BMT) Dengan Pendapatan Usaha Mikro Di

Kabupaten Tegal Yang mana hasil penelitianya menyebutkan Pendapatan

Usaha Mikro di Kabupaten Tegal rata-rata termasuk dalam klasifikasi baik.

Ada hubungan kredit usaha Baitul Maal Wattamwil (BMT) dengan

pendapatan usaha mikro di Kabupaten Tegal. Besarnya hubungan kredit

usaha Baitul Maal Wattamwil (BMT) dengan pendapatan usaha mikro di

Kabupaten Tegal dikategorikan cukup kuat.

Oktavi (2009) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Pengambilan Pembiayaan Dan Efektivitas Pembiayaan Usaha

Kecil Pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus: KJKS BMT Bina

Umat Sejahtera, Lasem, Jawa Tengah) dari hasil penelitiannya


12

menunjukkan bahwa variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap

pengambilan pembiayaan adalah biaya peminjaman, jangka waktu angsuran,

dan adanya agunan. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah biaya

peminjaman yaitu sebesar 1.09 persen. Akan tetapi, pendapatan usaha (SB)

tidak signifikan pengaruhnya terhadap pengambilan pembiayaan. Hal ini

disebabkan oleh kebutuhan anggota yang sangat besar sehingga dampak

pembiayaan terhadap pendapatan usaha anggota tidak terasa pengaruhnya.

Penelitian yang dipublikasikan (Buletin Ekonomika Dan Bisnis Islam-

Edisi: V/VIII - 15 Agustus 2007) dalam penelitianya di berbagai wilayah

mendapatkan hasil penelitian sebagai berikut: studi kasus di wilayah Jawa

Tengah dan Yogyakarta bekerja sama dengan PPKP-LP Undip pada tahun 2000

melakukan penelitian di Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk

mengetahui potensi dan preferensi masyarakat terhadap lembaga keuangan .

Lokasi yang dijadikan sampel adalah 15 kabupaten/kota, yaitu: Kabupaten

Rembang, Kab. Jepara, Kab. Kudus, Kab. Demak, Kota Semarang, Kab.

Kendal, Kota Pekalongan, Kota Tegal, Kab. Brebes, Kab. Boyolali, Kota

Surakarta, Kota Kerinci, Kab. Cilacap, Kota Jogja dan Kab. Bantul.

Pertimbangan yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah: (1) potensi

agama (Islam) dan (2) potensi ekonomi. Indikator yang digunakan dalam

potensi agama (Islam) meliputi: (a) jumlah masjid dan musholla/langgar, (b)

proporsi jamaah haji terhadap penduduk muslim dan (c) proporsi penduduk

muslim terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Sedangkan potensi

ekonomi meliputi: (1) tingkat pertumbuhan


13

ekonomi, (2) PDRB perkapita dan (3) proporsi PAD terhadap APBD.

Jumlah responden yang dikumpulkan adalah minimal sebanyak 100

responden untuk setiap Kabupaten/Kota, yang terdiri atas: 20 responden

rumah tangga produksi dan 80 responden rumah tangga konsumsi.

Hasil dari penelitian tersebut adalah: pertama, preferensi terhadap

keuntungan relatif (pandangan responden tentang lembaga keuangan

mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan bank konvensional)

nampak bahwa Kota Kerinci dan Kota Semarang merupakan daerah yang

mempunyai proporsi terbesar. Kedua, preferensi terhadap tingkat

kompatibilitas (tingkat kecocokan terhadap sistem lembaga keuangan )

terlihat bahwa sebagian besar masyarakat tidak setuju terhadap tingkat

kompatibilitas dari lembaga keuangan (tingkat kompatibilitas terendah di

Kabupaten Kerinci). Ketiga, preferensi terhadap tingkat kompleksitas

lembaga keuangan (menunjukkan nilai dimana lembaga keuangan

mempunyai dimensi yang komplek) nampak bahwa sebagian besar

masyarakat setuju terhadap tingkat kompleksitas lembaga keuangan .

Keempat, preferensi terhadap tingkat triabilitas/observabiltas (derajat

keingintahuan masyarakat terhadap lembaga keuangan ) terlihat bahwa

Kabupaten Brebes dan Kota Semarang merupakan daerah dengan derajat

keingintahuan yang tertinggi.

Kelima, sikap masyarakat terhadap sistem dan produk lembaga

keuangan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak


14

mengetahui sistem maupun produk lembaga keuangan (proporsi terbesar

masyarakat yang mengetahui sistem dan produk lembaga keuangan di

Kabupaten Demak dan Kendal). Keenam, perilaku masyarakat (keinginan

masyarakat untuk menabung dan memperoleh pembiayaan dari lembaga

keuangan ) menunjukkan ada sekitar 59,00 persen yang menginginkan

menabung di lembaga keuangan dan 55,11 persen yang menyatakan

menginginkan untuk memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan .

Ketujuh, pada sisi tabungan nampak bahwa faktor yang paling

menentukan adalah variabel aktifitas sosial, penerimaan terhadap hal baru

serta pemahaman sistem bank yang mempunyai sifat komprehensif.

Kedelapan, pada sisi pembiayaan terlihat faktor-faktor yang banyak

berpengaruh adalah variabel aktifitas sosial, keterbukaan terhadap hal-hal

baru, perbedaan ras, serta pemahaman tentang sistem yang komprehensif.

Kesembilan, hasil perhitungan interaksi antara faktor potensi (potensi

demografi, ekonomi, nilai sosial, dan sistem sosial) dan preferensi

(preferensi terhadap keuntungan relatif, tingkat kompatibilitas, tingkat

kompleksitas, dan tingkat triabilitas/observabiltas) menunjukkan bahwa

penurunan tingkat potensi masyarakat tidak berpengaruh terhadap

probabilitas keinginan untuk menabung maupun memperoleh pembiayaan

dari lembaga keuangan . Hal ini mengisyaratkan bahwa intervensi terhadap

peningkatan preferensi masyarakat merupakan faktor yang


15

dominan bagi pengembangan lembaga keuangan di Kerinci

B. Kerangka Teori

1. Produk Lembaga keuangan

Produk lembaga keuangan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a) Produk Penyaluran Dana, b) Produk Penghimpunan Dana, dan

c) Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan lembaga keuangan

kepada nasabahnya.

a. Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dana, lembaga keuangan syari’ah

menggunakan prinsip-prinsip yang tidak menyalahi tuntunan ajaran

dalam Islam diantaranya prinsip jual beli, prinsip sewa dan prinsip

bagi hasil.

1. Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan

adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of

property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan

menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

Transaksi jual-beli dibedakan berdasarkan bentuk

pembayarannya dan waktu penyerahan barang seperti:


16

a. Pembiayaan Murabahah

Murabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal sebagai

murabahah. Murabahah berasal dari kata ribhu

(keuntungan) adalah transaksi jual-beli di mana bank

menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai

penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual

adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.

Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka

waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad

jual-beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah

selama berlakunya akad. Dalam lembaga keuangan,

murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran

cicilan (bi tsaman ajil). Dalam transaksi ini barang

diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran

dilakukan secara tangguh.

b. Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang

diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang

diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran

dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli,

sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini

mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas,


17

kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus

ditentukan secara pasti.

Dalam praktek lembaga keuangan, ketika barang telah

diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya

kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri

secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan

bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah

keuntungan. Dalam hal bank menjualnya secara tunai

biasanya disebut pembiayaan talangan. Sedangkan dalam

hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus

menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.

Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah

disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.

Umumnya transaksi ini diterapkan dalam pembiayaan

barang yang belum ada seperti pembelian komoditi

pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali secara

tunai atau secara cicilan.

c. Istishna

Produk istishna menyerupai produk salam, namun

dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank

dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna

dalam bank umumnya diaplikasikan pada pembiayaan

manufaktur dan konstruksi.


18

Ketentuan umum dalam produk istisna diantaranya

spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam

ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati

dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah

selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria

pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad

ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditang-

gung nasabah.

2. Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahaan manfaat.

Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual

beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila

pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada

ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang

yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam lembaga

keuangan dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang

diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan

harga jual disepakati pada awal perjanjian.

3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan yang didasarkan prinsip bagi hasil

adalah:
19

a. Musyarakah

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah

musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau

kongsi). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan

para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai

asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Termasuk

dalam golongan musyarakah adalah semua bentuk usaha

yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka

secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber

daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang

bekerjasama dapat berupa dana, barang perdagangan

(trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship),

kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan

(equipment) , atau intangible asset (seperti hak paten atau

goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan

barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.

Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk

kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan

waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.

b. Mudharabah

Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang

popular dalam produk lembaga keuangan yaitu


20

mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara

dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola

(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian

keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan

kontribusi 100% modal dari shahibul maal dan keahlian

dari mudharib.

Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil

shahibulmaal dalam manajemen proyek. Sebagai orang

kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan

bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi

akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal

dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu

untuk menciptakan laba optimal.

Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan

mudharabah terletak pada besarnya kontribusi atas

manajemen dan keuangan atau salah satu diantara itu.

Dalam mudharabah modal hanya berasal dari satu pihak,

sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak

atau lebih. musyarakah dan mudharabah dalam literatur

fiqih berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud al amanah)

yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan

menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak ha-


21

rus menjaga kejujuran untuk kepentingan bersama dan

setiap usaha dari masing-masing pihak untuk melakukan

kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-

betul akan merusak ajaran Islam.

c. Rahn (Gadai)

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan

pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan

pembiayaan.

Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria :

1. Milik nasabah sendiri.

2. Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan

berdasarkan nilai riil pasar.

3. Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh

bank. Atas izin bank, nasabah dapat menggunakan

barang tertentu yang digadaikan dengan tidak

mengurangi nilai dan merusak barang yang

digadaikan. Apabila barang yang digadaikan rusak

atau cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab.

Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan

penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim.

Nasabah mempunyai hak untuk menjual barang tersebut

dengan seizin bank. Apabila hasil penjualan melebihi

kewajibannya, maka kelebihan tersebut menjadi milik


22

nasabah. Dalam hasil penjualan tersebut lebih kecil dari

kewajibannya, nasabah menutupi kekurangannya.

d. Qardh

Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam

lembaga keuangan biasanya dalam empat hal, yaitu :

1. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon

haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat

penyetoran. Biaya perjalanan haji. Nasabah akan

melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji.

2. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk

kartu kredit , dimana nasabah diberi keleluasaan untuk

menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah

akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.

3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana

menurut perhitungan bank akan memberatkan si

pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual

beli, ijarah, atau bagi hasil.

4. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank

menyediakan fasilitas ini untuk memastikan

terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank

akan mengembalikannya secara cicilan melalui

pemotongan gajinya.
23

e. Wakalah (Perwakilan)

Wakalah dalam aplikasi lembaga keuangan terjadi

apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk

mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti

pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.

Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad

pemberian kuasa harus cakap hukum. Khusus untuk

pembukaan L/C, apabila dana nasabah ternyata tidak cukup,

maka penyelesaian L/C (settlement L/C) dapat dilakukan

dengan pembiayaan murabahah, salam, ijarah,

mudharabah, atau musyakarah.

Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi

tanggung jawab bank, kecuali kegagalan karena force

majeure menjadi tanggung jawab nasabah.Apabila bank

yang ditunjuk lebih dari satu, maka masing-masing bank

tidak boleh bertindak sendiri-sendiri tanpa musyawarah

dengan bank yang lain, kecuali dengan seizin nasabah.

Tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus

jelas sesuai kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang

dilakukan harus mengatasnamakan nasabah dan harus

dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya

tersebut, bank mendapat pengganti biaya berdasarkan

kesepakatan bersama.Pemberian kuasa berakhir setelah


24

tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah

dengan bank.

f. Kafalah (Garansi Bank)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk

menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank

dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan

sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat

pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank

mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

b. Produk Penghimpunan Dan

Penghimpunan dana di bank dapat berbentuk giro, tabungan

dan deposito. Prinsip operasional yang diterapkan dalam

penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi ah dan

mudharabah.

1. Prinsip Wadiah

Prinsip Wadi’ah yang diterapkan adalah wadi ah yad

dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro.

Wadi’ahdhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam

wadi’ahamanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh

dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sedangkan dalam hal

wadi’ahdhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab

atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta

titipan tersebut.
25

2. Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan

atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal)

dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut diguna-

kan bank untuk melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah

seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut

digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah.

Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang

disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan

pembiayaan mudharabah, maka bank bertanggung jawab penuh

atas kerugian yang terjadi. Rukun mudharabah terpenuhi

sempurna (ada mudharib – ada pemilik dana, ada usaha yang

akan dibagi hasilkan, ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip mud-

harabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan

deposito berjangka.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan

dana, prinsip mudharabah terbagi tiga yaitu:

a. Mudharabah mutlaqah

Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa

tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis

penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan

deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada


26

pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang

dihimpun.

b. Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus

(restricted investment) dimana pemilik dana dapat

menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh

bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis

tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu,

atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai

berikut :

1) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang

harus diikuti oleh bank wajib membuat akad yang

mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana

mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan

keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara

resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana.

Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut

harus dicantumkan dalam akad.

3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti

simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari

rekening lainnya.
27

4) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan

sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito

kepada deposan.

c. Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana

mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana

bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang

mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana

usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat

tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari

kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya.

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai

berikut :

1) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti

simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari

rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos

tersendiri dalam rekening administratif.

2) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung

kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.

3) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua

pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana

usaha berlaku nisbah bagi hasil.


28

c. Jasa Lembaga keuangan

Bank dapat melakukan berbagai pelayanan jasa lembaga

keuangan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa

atau keuntungan. Jasa lembaga keuangan tersebut antara lain

berupa :

1. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Pada prinsipnya jual-beli valuta asing sejalan dengan

prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini,

penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).

Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

2. ljarah (Sewa)

Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak

simpanan (safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi

dokumen (custodian). Bank dapat imbalan sewa dari jasa

tersebut.

2. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

a. Pengertian UMKM

1. Usaha Mikro

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK. 06/

2003, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau

perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil yang

penjualan mencapai angka Rp. 100.000.000,00 per tahun, dengan

pengajuan kredit ke bank maksimal sebesar Rp 50.000.000.


29

2. Usaha Kecil

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil

adalah usaha produktif yang bersekala kecil dan memenuhi kriteria

kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan

paling banyak Rp 1.000.000.000 per tahun serta dapat menerima

kredit bank maksimal di atas Rp 50.000.000 – 500.000.000.

3. Usaha Menengah

Menurut Inpres No. 10 tahun 1998, usaha menengah adalah

usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha

bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 sampai dengan Rp

10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp 500.000.000

sampai dengan Rp 5.000.000.000.

b. Permasalahan UMKM

Mengutip yang telah di tulis Wawan (2014) menjelaskan

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan

Menengah (UMKM), antara lain meliputi:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang menjadi

permasalahan yang ada dan timbul dari dalam UMKM itu sendiri

diantaranya yaitu:

a. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan


30

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan

untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya

permodalan UMKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil

dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan

yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si

pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal

pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit

diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis

yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang

menjadi hambatan terbesar bagi UMKM adalah adanya

ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UMKM

memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan

agunan.

Terkait dengan hal ini, UMKM juga menjumpai

kesulitan dalam hal akses terhadap sumber pembiayaan.

Selama ini yang cukup familiar dengan mereka adalah

mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana

disyaratkan adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan

lainnya seperti investasi, sebagian besar dari mereka belum

memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri, masih

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang

gerbang investasi hendak dibuka untuk UMKM, antara lain


31

kebijakan, jangka waktu, pajak, peraturan, perlakuan, hak atas

tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.

b. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional

dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun.

Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi

pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya

sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan

usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang

dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas

SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi

perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing

produk yang dihasilkannya.

c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar

Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha

keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan

kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk

yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai

kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar

yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta

didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau

internasional dan promosi yang baik.

d. Mentalitas Pengusaha UMKM


32

Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam

setiap pembahasan mengenai UMKM, yaitu semangat

entrepreneurship para pengusaha UMKM itu sendiri.Semangat

yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi,

ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin

mengambil risiko. Suasana pedesaan yang menjadi latar

belakang dari UMKM seringkali memiliki andil juga dalam

membentuk kinerja. Sebagai contoh, ritme kerja UMKM di

daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga

seringkali menjadi penyebab hilangnya kesempatan-

kesempatan yang ada.

e. Kurangnya Transparansi

Kurangnya transparansi antara generasi awal

pembangun UMKM tersebut terhadap generasi selanjutnya.

Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak

diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan

usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi

generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang menyebabkan

permasalahan UMKM yang mempengaruhi dari luar , diantaranya

yaitu:
33

a. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

(UMKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi

perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap

penciptaan produk domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga

kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta

keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui

pembentukan modal tetap brutto (investasi).

Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu

dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan

UMKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan

kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan

UMKM, meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan,

namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat

antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat

antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan

pengusaha-pengusaha besar.

Kendala lain yang dihadapi oleh UMKM adalah

mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka.

Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya

prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah,

ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit
34

banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah

yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UMKM tetapi

lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.

b. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan

sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat

berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya

sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang UMKM

kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan

usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau

tempat yang ada kurang strategis.

c. Pungutan Liar

Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan

pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UMKM

karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak

hanya terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik,

misalnya setiap minggu atau setiap bulan.

d. Implikasi Otonomi Daerah

Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah

dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah

mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus


35

masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai

implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa

pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada UMKM. Jika

kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya

saing UMKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang

berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik

bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya

di daerah tersebut.

e. Implikasi Perdagangan Bebas

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai

berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas

terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam

perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UMKM

dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif

dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai

dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti

isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu

Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini

sering digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai

hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu, UMKM

perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara

keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.


36

f. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau

karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian

dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-

produk yang dihasilkan UMKM Indonesia mudah rusak dan

tidak tahan lama.

g. Terbatasnya Akses Pasar

Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk

yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik

di pasar nasional maupun internasional.

h. Terbatasnya Akses Informasi

Selain akses pembiayaan, UMKM juga menemui

kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya

informasi yang diketahui oleh UMKM, sedikit banyak

memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun

jasa dari unit usaha UMKM dengan produk lain dalam hal

kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan

jasa sebagai hasil dari UMKM untuk menembus pasar ekspor.

Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang

berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena

tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut,

pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.


37

3. Minat

Minat dalam pandangan Al-Qur’an terdapat dalam surat pertama

turun. Pada ayat pertama dari surat pertama turun perintahnya adalah

agar kita membaca. Membaca yang dimaksud bukan hanya membaca

buku atau dalam artian tekstual, akan tetapi juga semua aspek. Apakah

itu tuntutan untuk membaca cakrawala jagad yang merupakan tanda

kebesaran-Nya, serta membaca potensi diri, sehingga dengan-Nya kita

dapat memahami apa yang sebenarnya hal yang menarik minat kita

dalam kehidupan ini.

Jadi, betapapun bakat dan minat merupakan karunia terbesar yang

dianugerahkan Allah Swt, kepada kita. Namun, itu bukan berarti kita

hanya berpangku tangan dan minat serta bakat tersebut berkembang

dengan sendirinya.

Jadi kesimpulan yang kemukakan oleh Saleh (2002:36) minat

merupakan karunia terbesar yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita

semua. Namun bukan berarti kita hanya berpangku tangan dan minat

tersebut berkembang dengan sendirinya. Tetapi upaya kita adalah

mengembangkan sayap anugerah Allah itu kepada kemampuan maksimal

kita sehingga karunianya dapat berguna dengan baik pada diri kita.

a. Teori Minat

Menurut Poerwadaminta (2006:769) minat merupakan

kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Shaleh dan

Wahab(2004:263) mendefinisikan minat itu dapat diartikan suatu


38

kecenderungan untuk memberikan perhatian kepada orang dan

bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek

dari minat itu tersebut dengan disertai dengan perasaan senang.

Sedangkan menurut Mappiare (1994:62) definisi minat adalah

suatu perangkat mental yang terdiri dari sutu campuran dari perasaan,

harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-

kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan

tertentu.

Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya minat, secara

garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) dari dalam diri

individu yang bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin,

pengalaman, perasaan mampu, kepribadian), dan (2) berasal dari luar

mencakup lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Crow dan

Crow berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat,

yaitu:

1. Dorongan dari dalam individu, misal dorongan untuk makan akan

membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan,

minat terhadap produksi makanan dan lain-lain.

2. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.

3. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan

emosi.
39

b. Teori Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

UMKM mengambil pembiayaan Di Bank

a. Faktor-Faktor yang mempengaruhi timbulnya minat

Crow and Crow (1973:264) berpendapat ada tiga faktor

yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

1) Dorongan dari dalam diri individu, misal dorongan makan, rasa

ingin tahu dan seks.

2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.

3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat

dengan emosi.

b. Macam-macam minat

Menurut Poerwadaminta Minat di bagi menjadi bermacam-

macam di antaranya yaitu:

1). Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat

primitif dan minat kultural. Minat primitif adalah minat yang

timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh,

misalnya kebutuhan akanmakanan. Sedangkan minat kultural

adalah minat yang timbul karena proses belajar.

2). Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat

intrinsik dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung

berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat

yang lebih mendasar atau minat asli. Minat ekstrinsik adalah


40

minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan

tersebut.

3). Berdasarkan cara mengungkapkan, minat dapat di bedakan

menjadi empat yaitu: expressed interest, manifest interest, tested

interest, dan inventoried interest.

C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan pada Theory dan Review Riset sebelumnya, peneliti

mengkategorikan faktor yang menjadikan minat UMKM mengajukan

pembiayaan pada lembaga keuangan syari’ah adalah faktor pelayanan,

reputasi, dan prosedur.

Dari segi pelayanan dimensi yang digunakan penulis adalah

tangible dan responsiveness. Penelitian dengan variabel pelayanan

terdapat pernyataan tentang teknologi peralatan yang mutakhir, sikap

ramah karyawan dalam melayani nasabah, mempunyai kemampuan yang

baik dalam menyampaikan informasi, karyawan memberikan pelayanan

yang cepat dan tepat serta kenyamanan ruang tunggu.

Reputasi adalah persepsi kualitas berkaitan dengan nama dan akan

mempengaruhi konsumen serta menyediakan jaminan bila ada kendala-

kendala kecil di perusahaan. Variabel yang diukur atas dasar indikator:

nama baik bank dan keberadaan bank.

Variabel prosedur diukur dengan indikator pengajuan pembiayaan,

analisis pembiayaan, realisasi pembiayaan dimana pernyataan yang

peneliti sampaikan meliputi formulir pengajuan yang mudah difahami dan


41

diisi, mulai dari pengajuan sampai realisasi pembiayaan tidak

membutuhkan waktu yang lama, realisasi dana yang dibutuhkan sesuai

dengan pengajuan.

Variabel Minat dalam penelitian ini di gambarkan dengan

pernyataan yang di ajukan untuk dipilih responden berdasarka pengalaman

dan pengetahuanya berupa apakah responden dalam hal ini UMKM ingin

mengajukan pembiayaan pada lembaga keuangan (BMT Barokah) dan

memberikan saran kepada orang lain atau teman agar mengajukan

pembiayaan pada lembaga keuangan (BMT Barokah).

Berdasarkan dari uraian pendahuluan dan landasan teori tersebut


diatas maka model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pelayanan
Minat
UMKM
mengajukan
pembi
Reputasi ayaan pada
lembaga
keuangan

Prosedur

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran

Persamaan matematisnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 +b3x3 + e


42

Dimana :

Y = Minat UMKM X 1 = Pelayanan

a = Konstanta Interception X 2 = Reputasi

b = Koefisien Regresi X 3 = Prosedur

e = error

D. Hipotesis Penelitian

H1: Pelayanan berpengaruh positif terhadap minat UMKM untuk

mengajukan pembiayaan pada Lembaga keuangan di Kerinci

H2 : Reputasi berpengaruh positif terhadap minat UMKM untuk

mengajukan pembiayaan pada Lembaga keuangan di Kerinci

H3 : Prosedur berpengaruh positif terhadap minat UMKM untuk

mengajukan pembiayaan pada Lembaga keuangan di Kerinci

H4 : Pelayanan, reputasi, prosedur secara bersama-sama

berpengaruh positif terhadap minat UMKM untuk

mengajukan pembiayaan pada Lembaga keuangan di Kerinci


43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini mengunakan pendekatan kuantitatif.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Menurut Sarwono mendefinisikan data primer Merupakan suatu

data yang didapat dari sumber pertama, yaitu dari individu atau

perseorangan, data ini bisa berwujud hasil wawancara dan pengisian

kuesioner atau angket serta dari data yang dimiliki oleh pihak perusahaan.

Penelitian ini menggunakan data primer atau data empiris yang

diperoleh dari penyebaran kuesioner. Menurut Nawawi kuesioner adalah

alat pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk

memperoleh keterangan dari sejumlah responden. Metode ini digunakan

untuk pengambilan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat

UMKM mengajukan pembiayaan pada lembaga keuangan di Kerinci.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

tertutup karena jawaban telah disediakan dan pengukurannya

menggunakan skala likert, skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-


44

pertanyaan dengan lima alternatif jawaban yang telah disediakan oleh

peneliti.

Responden juga diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan

cara memberi tanda/ symbol . Data ini adalah yang langsung diperoleh dari

sumber data pertama di lokasi penelitian atau obyek penelitian.

2. Data Sekunder

Menurut Bungin data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti

melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini, literatur, dan

artikel yang didapat dari website atau data yang berasal dari orang-orang

kedua atau bukan data yang datang secara langsung. Namun data-data ini

mendukung pembahasan dari penelitian. Untuk itu beberapa sumber buku

atau data yang akan membantu mengkaji secara kritis diantaranya yaitu

berkaitan dengan tema penelitian tersebut.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian untuk penuisan skripsi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi minat UMKM mengajukan pembiayaan pada lembaga

keuangan , dilakukan pada :

Waktu penelitian (penyebaran kuesioner) : 5 juni 2021 sampai dengan 09 Juni

2021

Tempat penelitian : BMT Barokah Kerinci


45

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Menurut Arikunto (1998:130) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Penentuan jenis populasi ini didasarkan atas alasan

bahwa yang akan di uji, yang mempengaruhi pemberian pembiayaan.

Populasi yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah

UMKM yang bekerja sama dengan lembaga keuangan di Kerinci (BMT

Barokah) yang jumlahnya 830 UMKM.

2. Sampel

Menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika

jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan konsep tersebut maka peneliti mengambil sampel sebanyak

100 responden. Dimana 100 responden ini dihitung dari jumlah UMKM

yang menjadi nasabah pembiayaan pada BMT Barokah yang berjumlah

830 nasabah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan

penulis adalah :

1. Metode kuesioner (angket)


46

Menurut Nawawi metode kuesioner (angket) yaitu usaha mengumpulkan

informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk

dijawab dengan tertulis pula oleh responden. Atau teknik pengumpulan

data dengan menyusun daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis yang

diajukan kepada responden sampel yang akan diteliti. Jumlah pertanyaan

yang ada diambil dari masing-masing item variabel, baik variabel

independen maupun variabel dependen.

Kuesioner diberikan langsung kepada responden dengan tujuan

agar lebih efektif dan efisien menjangkau jumlah sampel dan mudah

memberi penjelasan berkenaan dengan pengisian kuesioner tersebut.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

dokumen, peraturan, notulen rapat, dan sebagainya. Metode ini dilakukan

dengan cara pengumpulan beberapa informasi tentang data dan fakta yang

berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian, baik dari sumber

buku-buku, koran, majalah, website dan lain-lain.

E. Skala Pengukuran

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini

dengan menggunakan skala Likert 5 poin. Prasetyo dan Jannah menyebutkan

ada beberapa pilihan dari lima alternatif yang ada, yaitu :

1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. N : Netral
4. TS : Tidak Setuju
47

5. STS : Sangat Tidak Setuju

Masing-masing jawaban memiliki nilai sebagai berikut :

1. SS:5

2. S : 4

3. N : 3

4. TS:2

5. STS:1

F. Definisi Konsep Dan Operasional

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel
Konsep variabel Indikator Item
independen

Pelayanan Pemenuhan kebutuhan 1. Tangible atau  Teknologi peralatan

dan keinginan anggota wujud penampilan yang mutakhir

serta ketepatan dalam  Sikap ramah karyawan

penyampaian yang 2. Responsiveness dalam melayani

mengimbangi harapan atau daya tanggap nasabah

anggota (Lupiyoadi, 2006)  Mempunyai

kemampuan yang baik

dalam menyampaikan

informasi

 Karyawan

memberikan
48

pelayanan yang cepat

dan tepat

Reputasi Persepsi kualitas 1. Nama baik bank  Popularitas



berkaitan dengan  Citra bank

nama dan akan 


mempengaruhi 2.Keberadaannya  Jaringan perusahaan

konsumen serta dapat dipercaya  Adanya fasilitas ATM

menyediakan jaminan (Maryani, 2005)

bila ada kendala-

kendala kecil di

perusahaan

Variabel Urutan-urutan 1.pengajuan  Formulir pengajuan

Prosedur pekerjaan yang pembiayaan yang mudah difahami

disusun untuk 2. analisis pembiayaan dan diisi

menjamin perlakuan 3.realisasi pembiayaan  Mulai dari pengajuan



yang seragam (Baridwan, 1992) sampaiRealisasi

terhadap transaksi- pembiayaan tidak
transaksi yang sering membutuhkan waktu

terjadi yang lama



 Realisasi dana yang

dibutuhkan sesuai

dengan pengajuan

Variabel
Konsep Variabel Indikator Item
Dependen
49

Minat kesukaan 1. Dari dalam individu  Dengan

Nasabah (kecenderungan hati) sendiri memperhatikan

kepada sesuatu. 2. Informasi yang variabel-variabel yang

disampaikan teman/ ada nasabah berminat

saudara menjadi nasabah di

(Shaleh dan Wahab, lembaga keuangan

2004) .

 Saran kepada orang

lain agar menjadi

nasabah di lembaga

keuangan .

G. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1998:134) instrumen penelitian yaitu alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan

data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

kuesioner. Menurut Nawawi (1990:117) kuesioner adalah usaha

mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan

tertulis, untuk dijawab dengan tertulis pula oleh responden. Dalam kuesioner

pertanyaan yang disampaikan adalah untuk memperoleh informasi dari

responden tentang dirinya sendiri.

H. Alat Uji Instrumen

Penelitian a. Uji Validitas


50

Menurut Priyatno (2008:16) validitas adalah ketepatan atau

kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur.

Data dikatakan valid, jika pertanyaan pada angket mampu

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket tersebut. Butir-butir

pertanyaan yang ada dalam angket diuji terhadap faktor terkait. Uji

validitas dimaksud untuk mengetahui seberapa cermat suatu test atau

pengujian melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen pengukur

dikatakan valid apabila instrument tersebut mengukur apa yang

seharusnya diukur atau dapat memberikan hasil sesuai dengan yang

diharapkan peneliti. Untuk menguji kevalidan suatu data maka

dilakukan uji validitas terhadap butir-butir angket. Tinggi rendah

validitas suatu angket atau angket dihitung dengan menggunakan

metode Pearson’s Product Moment Correlation, yaitu dengan

menghitung korelasi antara skor item pertanyaan dengan skor total.

Dalam penelitian ini perhitungan validitas item dianalisis dengan

menggunakan komputer program SPSS for windows 16.

Menurut Priyatno (2008:17) hasil perhitungan ini akan

dibandingkan dengan critical value pada tabel ini nilai r dengan taraf

signifikasi 5% dan jumlah sampel yang ada. Apabila hasil perhitungan

korelasi product moment lebih besar dari critical value, maka instrumen

ini dinyatakan valid. Sebaliknya apabila skor item kurang dari critical

value, maka instrumen ini dinyatakan tidak valid.


51

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Untuk menghitung reabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien

Croanbach Alpha (Umar, 2000:135).

Instrument untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan

reliabel jika memiliki Croanbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005:41).

I. Alat Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola sehingga data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan

bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan

penelitian. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Uji Asumsi Klasik

Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi asumsi-

asumsi yang disyaratkan untuk memenuhi uji asumsi normalitas, bebas

dari multikolinieritas dan heterokedastisitas. a. Uji Normalitas

Menurut Ghazali (2001:76) uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji

Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak.


52

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Priyatno (2008:29) uji multikolinieritas digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik

multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel

independent dalam model regresi.

c. Uji Heterokedastisitas

Menurut Priyatno (2008:37) uji heteroskedastisitas digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik

heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual

untuk semua pengamatan pada model regresi.

2. Uji Analisis Regresi Berganda

Menurut Uyanto (2006:248) analisis regresi linier berganda yaitu

hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,

X3, ..., Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui apakah masing-masing variabel independen berhubungan

positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen

mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan regresi yang digunakan

adalah sebagai berikut

Rumus:

. Y = a + b1x1 + b2x2 +b3x3 + e

Dimana :

Y = Minat UMKM

a = Konstanta Interception
53

b = Koefisien Regresi

X 1 = Pelayanan

X 2 = Reputasi

X 3 = Prosedur

e = error

3. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama (Uji F)

Menurut Uyanto (2006:73) uji ini digunakan untuk mengetahui

apakah variabel independen (X1, X2,...Xn) secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk

mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

variabel dependen atau tidak.

F hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

R2 / k
F 
hitung (1  R2 ) /(n  k 1)
Keterangan:

2
R = Koefisien Determinasi

n = Jumlah data atau kasus

k = Jumlah variabel independen

4. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Menurut Uyanto (2006:75) uji ini digunakan untuk mengetahui

apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


54

Rumus t hitung pada analisis regresi adalah:

t  bi
hitung Sb i

Keterangan:

bi = Koefisien regresi variabel i

Sbi = Standar error variabel i

Atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


r n  k 1
thitung 
2
1r

Keterangan:

r = koefisien korelasi parsial

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah data atau kasus


55

DAFTAR PUSTAKA

Bardaini, Muhammad, 2006. Hubungan Kredit Usaha Baitul Maal Wattamwil


(BMT) Dengan Pendapatan Usaha Mikro Di Kabupaten Tegal . Skripsi
tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi UNNES.
Baridwan, Zaki, 1992. Sukses Akuntansi, Penyusunan Dan Metode. Yogyakarta:
BEPP.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hanafi , Imam , 2007. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Dalam
Memanfaatkan Fasilitas Pembiayaan Pada Bmt Amratani Utama
Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas UIN
Yogyakarta.
Indriyani, 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan
Pembiayaan UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor).
Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Departemen Managemen Institut
Pertanian Bogor.
Jonathan, Sarwono, 2006. Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS,
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Lestari, Rani Widya, 2006. Preferensi dan Permintaan Masyarakat terhadap
Produk – Produk Bank ( Studi Kasus : Bank BTN dan Bank BNI di
Yogyakarta ). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
UII Yogyakarta.
Mappiare, Andi, 1994. Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian Dan
Pendidikan. Surabaya: Usana Offset Printing.
Nawawi, Hadari, Prof, 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Poerwadaminta, W.J.S.,2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III. Jakarta:
Balai Pustaka.
Priyatno, Dwi, 2008. Mandiri Belajar SPSS (Untuk Analisis Data dan Uji
Statistik). Yogyakarta: MediaKom.
Sholikha, Oktavi K. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Pengambilan Pembiayaan Dan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil
Pada Lembaga Keuangan Mikro ” (Studi Kasus: KJKS BMT Bina Umat
Sejahtera, Lasem, Jawa Tengah. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor:
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen IPB.
Shaleh, Abdul Rachman & Muhbib Abdul Wahab, 2004. Psikologi Suatu
Pengantar (Dalam Perspektif Islam). Jakarta: Prenada Media.
Saleh, Rohmat, 2002. Pengaruh Bauran Promosi dan Nilai Pelanggan Terhadap
Minat Nasabah Dalam Menabung di PT. Bank Syari’ah Mandiri. Skripsi
tidak diterbitkan. Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Kudus.

Anda mungkin juga menyukai