Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Liquidity

Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2015, hlm. 64-72

KENDALA USAHA MIKRO DALAM MENGAKSES


KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Siti Maryama
STIE Ahmad Dahlan Jakarta
E-mail: sitimaryama@yahoo.com

Abstract
There are two objectives in this study: (1) to determine how micro businesses in Ciputat in
accessing loan credit program (KUR) for their business development; (2) analyze the factors
that can be an obstacle in accessing it. The research data obtained through questionnaires and
interviews with micro entrepreneurs (traders) who are in the market Ciputat, South Tangerang
Municipality. Research analysis techniques using descriptive analysis techniques and
quantitative analysis. The variables in the study include independent variables/internal factors
and external the dependent variables/constraints. Relationships between variables were
examined by using test correlation coefficient. The study concluded that essentially the factors
or constraints that may affect businesses in accessing credit consists of internal and external
factors. Internal factors consist of background education, their understanding about credit,
collateral owned, and the courage to apply for credit. While external factors consist of
socialization of KUR, lending, collateral requirements, licensing, and credit application
process. This is shown by the average of respondents agree that these factors affect or be an
obstacle in accessing credit.

Kata Kunci: usaha mikro, kendala bisnis

PENDAHULUAN perorangan yang memenuhi kriteria Usaha


Mikro. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai
Secara etimologi usaha mikro berarti usaha berikut: pertama, memiliki kekayaan bersih
dengan skala sangat kecil, yaitu usaha yang paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
dijalankan secara sederhana baik dari segi rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
permodalan maupun dari segi manajemen. tempat usaha. Kedua, memiliki hasil penjualan
Menurut Iman dan Hadi (2009) Usaha Mikro, tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan ratus juta rupiah).
kegiatan usaha yang mampu memperluas
lapangan kerja, memberikan pelayanan Secara umum UKM memiliki karakteristik:
ekonomi secara luas kepada masyarakat, ber- (1) berbasis sumber daya lokal; (2) kegiatan
peran dalam proses pemerataan dan pening- usaha berskala kecil; (3) proses produksi dan
katan pendapatan masyarakat, mendorong per- produk yang dihasilkan menggunakan tek-
tumbuhan ekonomi, dan berperan dalam me- nologi yang relatif sederhana; (4) dalam proses
wujudkan stabilitas nasional. produksi banyak menyerap tenaga kerja (padat
karya) dan tidak selalu mensyaratkan pen-
UU. No. 20/2008 memberikan definisi didikan formal dan keahlian khusus; (5) ada
tentang usaha mikro yaitu usaha produktif kecenderungan tumbuh berkelompok mem-
milik orang perorangan dan/atau badan usaha bentuk sentra menurut jenis dan lokasi tertentu;
dan (6) tumbuh dan berakar dari bakat Kementrian Koperasi dan UKM merilis jumlah
keterampilan yang terbentuk berdasarkan usaha mikro sebanyak lebih dari 55,8 juta unit
pengalaman bersifat turun temurun (Maqin, atau 98,79% dari total unit usaha yang ada.
2011). Naik 2,38% atau setara dengan 1,2 juta
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sedangkan menurut Meier dan Rauch Dilihat dari segi jumlah pelaku usaha mikro
(2000) dalam Yandri (2013) karakteristik usaha yang ada, merupakan sebuah kekuatan yang
mikro adalah (1) mudah keluar masuk pasar; dapat menopang perekonomian nasional baik
(2) tergantung pada sumberdaya lokal; (3) dari segi kontribusinya terhadap Produk
usaha dimiliki oleh keluarga; (4) skala operasi Domestik Bruto (PDB) maupun dari segi
usaha yang kecil; (5) padat karya; (6) penyerapan tenaga kerjanya.
keterampilan yang diperoleh bukan dari sektor
formal; dan (7) pasar yang tidak kompetitif dan Itulah mengapa di banyak negara di dunia,
tidak teratur. pembangunan dan pertumbuhan usaha kecil
dan menengah (UKM) merupakan salah satu
Sementara menurut Sutrisno dan Sri (2006) motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari
usaha mikro memiliki peranan yang penting penelitian Tambunan (2003) disebutkan bahwa
dalam pembangunan ekonomi, karena salah satu karakteristik dari dinamika dan
intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi kinerja ekonomi yang baik dengan laju
dan investasi yang lebih kecil, sehingga usaha pertumbuhan yang tinggi di negar-anegara
mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan Asia Timur dan Tenggara yang dikenal dengan
ber-adaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini Newly Industrializing Countires (NICs) seperti
menyebabkan usaha mikro tidak terlalu ter- Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah
pengaruh oleh tekanan eksternal, karena kinerja UKM mereka yang sangat efisien,
mampu mengurangi impor. Oleh karena itu produktif dan memiliki tingkat daya saing yang
pengembangan usaha mikro dapat memberikan tinggi. UKM di negara-negara tersebut sangat
kontribusi pada perubahan struktur sebagai responsif terhadap kebijakan-kebijakan peme-
prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka rintahannya dalam pembangunan sektor
panjang yang stabil dan berkesinambungan. swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi
Disamping itu tingkat penciptaan lapangan yang berorientasi ekspor.
kerja lebih tinggi pada usaha mikro daripada
yang terjadi di perusahaan besar. Di negara-negara sedang berkembang,
UKM juga sangat penting peranannya. Di India,
Disamping kontribusinya yang besar misalnya, UKM-nya menyumbang 32% dari
terhadap perekonomian nasional, para pelaku nilai total ekspor, dan 40% dari nilai output dari
mempunyai kendala dan tantangan yang sering sektor industri manufaktur dari nengara
dihadapi. Hafsah (2004) membagi dua faktor tersebut. Di beberapa negara di kawasan
yang mejadi kendala UMKM, yaitu faktor Afrika, perkembangan dan pertumbuhan UKM,
internal dan faktor eksternal. Faktor internal termasuk usaha mikro, sekarang diakui sangat
diantaranya dalah permodalan dan sumber penting untuk menaikkan output agregat dan
daya manusia SDM. Sedangkan faktor eksternal kesempatan kerja (Sriyana, 2010)
terdiri dari iklim usaha, kebijakan pemerintah,
sarana dan prasarana, dan implikasi adanya free Meskipun jumlah unit usaha mikro
trade (perdagangan bebas). terbanyak, namun dari segi perkembangan
usaha dari setiap pelaku sangat kecil. Kendala
Fakta empirik, pelaku usaha mikro yang dihadapi usaha mikro sehingga sulit
merupakan pelaku usaha terbanyak di untuk berkembang diantaranya adalah sulitnya
Indonesia dibandingkan dengan pelaku usaha mengakses permodalan dan menguasai pasar.
lainnya, seperti usaha kecil, menengah, Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan
maupun usaha besar. Pada tahun 2012 oleh Edy (2010), Edy membagi hambatan yang

82 Jurnal Liquidity: Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2015: 64-72


dihadapi oleh pelaku usaha mikro menjadi dua usaha dari pihak ektern lebih didominasi dari
faktor, yaitu faktor internal dan faktor nonbank seperti rentenir. Padahal pinjaman
eksternal. Faktor Internal merupakan masalah dari rentenir memilki bunga yang sangat tinggi
klasik dari UMKM yaitu lemah dalam segi meskipun mudah dalam persyaratan. Padahal
permodalan dan segi manajerial (kemampuan pemerintah melalui program Kredit Usaha
manajemen, produksi, pemasaran dan sumber Rakyat (KUR) khusus bagi mereka yang
daya manusia). Sedangkan faktor eksternal me- usahanya tidak bankable. Faktor utama apa
rupakan masalah yang muncul dari pihak sebetulnya yang menjadi minimnya atau
pengembang dan pembina usaha mikro, rendahnya para pelaku usaha mikro dalam
misalnya solusi yang diberikan tidak tepat memanfaatkan fasilitas KUR. Faktor tersebut
sasaran, tidak adanya monitoring dan program bisa terjadi berasal dari pelaku usaha itu sendiri
yang tumpang tindih antar institusi. mapun dari pihak perbankan sebagai lembaga
yang mengelola KUR.
Dari kedua faktor di atas, faktor intern
utamanya masalah financial atau permodalan Padahal jika dilihat dari kepentingan
menjadi kendala utama bagi pelaku usaha perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen
mikro dalam mengembangkan usahanya. pasar yang cukup potensial untuk dilayani
Membaca kondisi masalah yang dihadapi oleh dalam upaya meningkatkan fungsi inter-
pelaku usaha tersebut, pemerintah memberikan mediasinya karena usaha mikro mempunyai
kemudahan kepada pelaku usaha mikro, kecil, karakteristik positif dan unik yang tidak selalu
dan menengah (UMKM) melalui program dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain: (1)
Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR merupakan perputaran usaha (turn over) cukup tinggi,
dana pinjaman dalam bentuk Kredit Modal kemampuannya menyerap dana yang mahal
Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan
dengan plafon kredit dari Rp. 5 Juta sampai usaha masih tetap berjalan bahkan terus ber-
dengan Rp. 500 Juta. kembang; (2) tidak sensitif terhadap suku
bunga; (3) tetap berkembang walau dalam
Program KUR bertujuan untuk mening- situasi krisis ekonomi dan moneter; (4) pada
katkan akses pembiayaan perbankan yang umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan
sebelumnya hanya terbatas pada usaha dapat menerima bimbingan asal dilakukan
berskala besar dan kurang menjangkau pelaku dengan pendekatan yang tepat. Namun
usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih
rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang banyak usaha mikro yang sulit memperoleh
bersifat informal, mempercepat pengem- layanan kredit perbankan karena berbagai
bangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. kendala baik pada sisi usaha mikro maupun
Meskipun pemerintah sudah memberikan pada sisi perbankan sendiri.
fasilitas ter-hadap UMKM berupa KUR, namun
ternyata masih banyak pelaku usaha terutama Berdasarkan masalah-masalah itu, pene-
pelaku usaha informal yang berlum bisa litian ini berupaya untuk mengungkap faktor
mendapatkan KUR dalam rangka pengem- apa saja yang menjadi masalah pelaku usaha
bangan usahannya. Hal ini sesuai dengan hasil mikro dalam mengakses permodalan dalam
Survei Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED) bentuk pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR).
yang dilaksanakan oleh Komite Pemantauan KUR merupakan program yang dicanangkan
Pelaksanaan Ekonomi Daerah (KPPOD) oleh pemerintah namun sumber dananya
bersama dengan The Asia Foundation (TAF) berasal sepenuhnya dari dana bank.
2011. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap
resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya
Modal utama usaha mikro masih sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana.
tergantung kepada modal pribadi yang Penjaminan KUR diberikan dalam rangka
jumlahnya sangat terbatas. Sedangkan modal meningkatkan akses UMKM-K pada sumber

Kendala Usaha Mikro dalam Mengakses KUR (Siti Maryama) 83


pembiayaan dalam rangka mendorong kredit/pembiayaan disesuaikan dengan daftar
pertumbuhan ekonomi nasional. KUR nominatif yang diajukan oleh lembaga linkage.
disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu
Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah
Syariah Mandiri (BSM) dan bank daerah yang melalui Peraturan Menteri Keuangan No.
telah ditetapkan jadi penyalur KUR. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan
Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan
Pengertian KUR sendiri sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2009. Beberapa ketentuan yang
135/PMK.05/2008 adalah kredit atau pem- dipersyaratkan oleh pemerintah dalam
biayaan kepada UMKM dalam bentuk penyaluran KUR adalah sebagai berikut:
pemberian modal kerja dan investasi yang di-
dukung fasilitas penjaminan untuk usaha 1. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas
produktif. KUR ini merupakan kredit tanpa penjaminan adalah usaha produktif yang
jaminan (unsecured loan). Pemerintah mem- feasible namun belum bankable.
berikan penjaminan terhadap risiko KUR
2. KUR disalurkan kepada UMKM-K untuk
sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30%
modal kerja dan investasi.
ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan
KUR diberikan dalam rangka meningkatkan 3. Bank pelaksana memutuskan pemberian
akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam KUR berdasarkan penilaian terhadap
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas
nasional. perkreditan yang sehat, serta dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Jenis KUR yang diberikan oleh bank jika
dilihat dari tujuan penggunaannya terdiri dari:
untuk investasi dan untuk modal kerja.
Sedangkan dilihat dari jumlah kredit/pem- TUJUAN PENELITIAN
biayaan jenis KUR terdiri dari: KUR Mikro,
yaitu KUR yang diberikan dengan plafon Penelitian ini menjadi penting sebagai
maksimal Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta landasan teori dalam menyusun kebijakan atau
rupiah). KUR Ritel, yaitu KUR yang diberikan langkah sebagai upaya memperbaiki per-
dengan plafond diatas Rp 20.000.000,- (dua tumbuhan dan perkembangan usaha mikro
puluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp sehingga jenis usaha tersebut bisa ekspansi
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). KUR yang dapat membawa usahanya ke dalam
Linkage, Pola executing yaitu KUR yang lingkungan jenis usaha di atasnya, seperti
diberikan Bank kepada lembaga linkage dengan usaha kecil dan menengah, atau bahkan
plafon kredit maksimal Rp 2.000.000.000,- (dua menjadi pelaku usaha besar.
miliar rupiah), Sedangkan plafon dari lembaga
Linkage kepada end user dipersyaratkan tidak
Adapun tujuan dilaksananakannya pene-
melebihi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
litian ini adalah pertama, untuk mengetahui
untuk setiap end user.
bagaimana pelaku usaha mikro di Ciputat
dalam mengakses pinjaman program Kredit
KUR Linkage Pola Channeling, yaitu KUR Usaha Rakyat (KUR) untuk perkembangan
yang diberikan bank kepada lembaga linkage usahanya. Dan kedua, menganalisis faktor-
dengan jumlah plafond sesuai daftar nominatif faktor yang dapat menjadi kendala pelaku
yang diajukan dan layak menurut Bank, usaha mikro dalam mengakses Kredit Usaha
sepanjang limit kredit/pem-biayaan kepada Rakyat (KUR).
masing-masing end user (debiturnya lembaga
linkage) tidak melebihi Rp 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) dan jumlah plafond

84 Jurnal Liquidity: Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2015: 64-72


METODE yang berasal dari diri pelaku usaha itu sendiri
seperti latar belakang pendidikan, pengetahuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan meng- tentang perkreditan terutama KUR, penge-
gunakan kombinasi antara pendekatan kuan- tahuan cara mendapatkan KUR, adanya
titatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan jaminan kredit, keberanian dalam meminjam
kuantitatif digunakan untuk mengetahui res- modal, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
ponden yaitu pelaku usaha mikro di Ciputat eksternal (X2) adalah faktor-faktor yang
yang dalam mengakses Kredit Usaha Rakyat bersumber dari luar yang dapat menyebabkan
(KUR) yang disediakan oleh bank penye- sulitnya para pelaku usaha mengakses kredit
lenggara KUR. Sedangkan metode kualitatif seperti tidak adanya sosialisasi tentang kredit,
untuk mengetahui, mengkaji, menganalisis suku bunga yang tinggi, perizinan dari instansi
fakator-faktor apa saja yang menyebabkan tertentu, dan lain sebagainya. Sementara
pelaku usaha mikro di Ciputat tidak dapat variabel Y adalah minat atau keinginan para
mengakses kredit KUR. pelaku usaha untuk mendapatkan modal
untuk mengembangkan usahanya. Variabel
Jenis data yang digunakan adalah data yang telah diidentifikasi dianalisis dengan
primer dengan instrumen kuesioner dengan menggunakan rumus korelasi sebagai berikut.
pilihan jawaban: Sangat Setuju (SS) dengan
bobot 5, Setuju (S) diberi bobot 4, Ragu-Ragu
(RR) diberi bobot 3, Tidak Setuju (TR) diberi
bobot 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi
bobot 1.

Populasi diketahui adalah pelaku usaha


mikro yang berada di sekitar pasar HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciputat,Kota Tangerang Selatan. Metode
pengumpulan data melalui survey. Mengacu Sesuai dengan karakateristiknya dan
pada Roscoe (1982), sampel dalam penelitian ini ketentuan sebagai pelaku usaha mikro, seluruh
ditentukan sebanyak minimal 30 orang.Untuk responden memiliki tenaga kerja kurang dari
menjawab rumusan masalah pada penelitian ini lima. Bahkan tidak memiliki tenaga kerja sama
digunakan teknis analisis deskriptif dan analisis sekali. Hanya dua pelaku usaha saja yang
kuantatif. memiliki tenaga kerja dengan sistem bagi hasil
atau setor dengan sejumlah uang tertentu yang
Analisis deskriptif menggunakan analisis nilainya sama. Jenis usaha yang responden
statistik deskriptif yang mencakup tabel jalankan adalah usaha dagang yang terdiri dari
distribusi frekuensi, grafik, chart, pengukuran pedagang kuliner, pakaian, alas kaki, pulsa,
gejala pusat (mean, modus dan median) dan pedagang sayur, sembako dan lainnya. Juga
pengukuran gejala kelompok (rentang data, demikian dengan omzet para responden.
varians dan standar deviasi). Pengolahan data Omzet responden masih berkisar antara Rp.
untuk distribusi frekuensi, grafik, tabel dan 5.000.000 - Rp. 10.000.000 perbulannya. Hal ini
chart menggunakan perangkat microsoft excel for me-nandakan bahwa para pelaku usaha
windows. merupakan para pelaku usaha mikro.

Terdapat tiga variabel penelitian yang Dari segi usia, mayoritas responden berusia
terdiri dari dua varibel independen (X) dan satu antara 31-40 tahun atau sebanyak 40 persen dari
variabel dependen (Y). Variabel independen total responden. Lainnya adalah berusia antara
terdiri dari faktor internal (X1) dan faktor 41- 50 tahun dan 20-30 tahun. Sedangkan jika
eksternal (X2). Faktor internal adalah faktor- dilihat dari segi pendidikannya rata-rata
faktor yang mempengaruhi atau menghambat responden berpendidikan sekolah menengah
para pelaku usaha dalam mengakses modal (SMP), meskipun ada yang diploma dan

Kendala Usaha Mikro dalam Mengakses KUR (Siti Maryama) 85


sarjana. Melihat pada tingkat pendidikannya, Seperti halnya para pelaku usaha mikro dan
para responden adalah mereka yang tidak kecil pada umumnya, para pelaku usaha di
terserap oleh dunia kerja. Dengan bekal pasar Ciputat masih memiliki kendala yang
pendidikan yang terbatas mereka sulit untuk sering dihadapi, baik kendala internal maupun
berkompetisi dalam dunia usaha. Alternatifnya eksternal. Kendala-kendala para pelaku usaha
adalah mereka lebih memilih untuk berusaha di pasar Ciputat pada umumnya teridentifikasi
atau berjualan yang tidak membutuhkan sebagai berikut
keterampilan khusus. Meskipun demikian,
hasil pengakuan mereka lewat wawancara 1. Masalah Permodalan
bahwa mereka merasa cukup untuk memenuhi
Modal merupakan hal pokok dalam ber-
kebutuhannya termasuk dalam menafkahi
wirausaha. Seperti telah dijelaskan di atas
keluarga meskipun dengan pendapatan
bahwa sebagian besar responden masih
sekedarnya.
mengandalkan modal pribadi untuk
berwirausaha. Karena modal sepenuhnya
Keterbatasan penghasilan terkadang di-
diambil dari kantong pribadi, maka jumlah
tentukan oleh besar kecilnya usaha, bisa juga
sangat terbatas. Begitu juga dalam
dilihat dari modal yang diinvestakikan untuk
mengem-bangkan usaha, mereka masih
usaha. Besar kecilnya modal mempengaruhi
mengandal-kan modal pribadi. Rendahnya
omzet usaha. Modal awal untuk berjualan
pengetahuan dan tidak adanya agunanan
berkisar antara Rp. 1.000.000–Rp. 2.500.000.
masih menjadi kendala bagi pelaku usaha
Modal sebesar itu terutama bagi mereka yang
mendapatkan modal dari perbankan.
berjualan makanan digerobak dan sayuran.
Padahal modal sangat dibutuhkan untuk
Namun modal awal akan lebih besar dari itu
memperluas usaha dengan harapan akan
bagi mereka yang berjualan pakaian, alas kaki,
mendapatkan keutungan yang lebih
atau mereka yang membutuhkan kios sebagai
banyak. Tambahan modal kadang juga
tempat berjualan. Untuk pedagang seperti itu
dibutuhkan dikala bahan baku atau barang
dibutuhkan modal awal Rp. 10.000.000-Rp.
dagangan harus dibeli dengan harga yang
25.000.000.
lebih tinggi dari sebelumnya dikarenakan
harga naik.
Untuk mengawali usahanya para pelaku
usaha rata-rata masih megnandalkan uang 2. Masalah Tenaga Kerja
pribadi untuk dijadikan modal usaha. Dari total Ada sebagian memang yang masih ter-
responden hanya tiga orang atau 10% saja yang kendala dengan tenaga kerja. Pelaku usaha
dapat memanfaatkan bank sebagai sumber ini biasanya adalah orang yang sudah
permodalan. Hal ini dapat dimaklumi, meng-alami kemajuan dalam usahanya
disamping usaha yang dijalankan merupakan sehingga membutuhkan tenaga kerja
usaha perorangan, tidak berbadan hukum, tambahan. Tenaga kerja juga kadang
tidak adanya jaminan untuk meminjam modal dibutuhkan ketika pemilik punya
ke bank menjadi kendala meraka mengapa kesibukan yang lain sehingga tidak bisa
tidak mengandalkan dunia perbankan dalam mengoperasionalkan usahanya secara
me-mulai usaha. Karena modal awal yang langsung. Untuk mendapatkan tenaga kerja
digunakan dari kantong pribadi maka besarnya gampang-gampang susah. Meskipun
modal yang diinvestasikan masih terbatas. kualifikasi tenaga kerja yang di-butuhkan
Disamping itu, bagi yang tidak mengkases rendah, seperti pendidikan dan
modal ke bank, selain modal pribadi, mereka pengalaman tidak diutamakan, namun sulit
juga ada yang melakukan pinjaman ke orang untuk didapatkan.
lain seperti kerabat, keluarga bahkan masih ada
yang memanfaatkan rentenir dalam 3. Masalah Tempat
mengembangkan usahanya. Para pelaku usaha mikro biasanya tidak
memiliki tempat yang representatif.

86 Jurnal Liquidity: Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2015: 64-72


Diketahui bahwa Pasar Ciputat merupakan sumbernya. Yaitu permasalahan internal dan
pasar tradisional yang belum ditata dengan permasalahan eksternal. Permasalahan atau
rapi. Pada umumnya meraka hanya ber- faktor internal merupakan permasalahan yang
jualan dengan menggunakan gerobak atau bersumber dari diri pelaku usaha. Seperti
kios yang sangat sederhana. Adanya juga pengatahuan tentang KUR, cara mengakses
masih mengandalkan trotoar atau tempat KUR, agunan usaha dan lainnya. Sementara
umum untuk berjualan yang kadang harus permasalahan atau faktor eksternal bersumber
berhadapan dengan Satpol PP. Tempat dari luar pelaku usaha, seperti tidak adanya
berjualan yang sederhana selain sulit untuk sosialisasi tentang KUR, bunga KUR masih di-
menampung banyak pembeli juga menjadi anggap tinggi, masih harus ada aguna, dan lain
masalah besar pada musim-musim tertentu sebagainya. Untuk lebih jelasnya kendala/per-
seperti musim hujan. masalahan atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi para pelaku usaha tidak meng-
Mayoritas pelaku usaha mengenal betul akses KUR dapat dijabarkan sebagaimana
tentang perkreditan yang difasilitasi oleh berikut.
perbankan meskipun secara umum. Mereka
paham bahwa setiap bank menyediakan 1. Faktor internal
fasilitas pendanaan untuk usaha. Namun tidak
semua mengerti tentang prosedur dan Seperti dijelaskan di atas bahwa faktor
mekanisme cara mendapatkan kredit dari intenal merupakan faktor yang berasal dari
perbankan. Yang ada dibenak mereka adalah diri pelaku usaha. Pada penelitian ini
pinjaman dari bank sulit diakses, memiliki atribut yang digunakan faktor internal
tingkat bunga yang tinggi, dan harus memiliki adalah latar belakang pendidikan,
agunan untuk mendapatkannya. pengetahuan tentang perkreditan di bank
khsususnya KUR termasuk pengetahuan
Dari sekian banyak responden yang cara mendapatkan kredit dari bank,
ditemui, hanya sebagian kecil saja yang jaminan atau agunan yang dimiliki, dan
mengerti tentang Kredit Usaha Rakyat atau keberanian diri dalam mengajukan kredit
KUR. Dan lebih sedikit lagi yang dapat ke bank. Atribut-atribut tersebut penulis
mengaksesnya. Dari total responden, hanya 30 tanyakan kepada para responden. Apakah
persen saja yang tahu tentang KUR. Dari 30 atribut-atribut yang masuk dalam faktor
persen tersebut hanya 25 persen saja yang internal tersebut merupakan faktor atau
dapat mengakses KUR. Kondisi ini dapat kendala bagi pelaku usaha mikro dalam
dipahami karena selain latar belakang mengakses kredit khususnya KUR dari
pendidikan yang rendah, responden juga jarang bank.
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Karena biasanya dengan adanya sosialisasi Hasil dari penyebaran angket yang
dengan masyarakat baik ketika berkativitas dilakukan menunjukkan bahwa responden
sebagai pedagang maupun di luar aktivitas setuju bahwa faktor internal tersebut
berdagang akan mendapatkan informasi- merupakan faktor atau menjadi kendala
informasi termasuk informasi tentang per- bagi pelaku usaha dalam mengakses kredit
kreditan seperti KUR. ke bank. Hal ini ditunjukan dengan hasil
rata-rata jawaban responden setuju (skor 4).
Itu artinya masih banyak kendala atau
masalah yang dihadapi oleh pelaku usaha 2. Faktor eksternal
mikro di pasar Ciputat. Untuk memudahkan
identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Selain faktor internal, kendala-kendala yang
para pelaku usaha dalam mengakses KUR, sering dihadapi oleh para pelaku usaha
artikel ini membagi permasalahan tersebut mikro juga bersumber dari eksternal.
kedalam dua permasalahan berdasarkan Berbeda dengan faktor internal, kendala

Kendala Usaha Mikro dalam Mengakses KUR (Siti Maryama) 87


yang dihadapi oleh para pelaku usaha dipengaruhi oleh faktor internal, akan tetapi
mikro berasal dari luar para pelaku usaha dipengaruhi oleh faktor eksternal.
mikro. Pada faktor ini indikator atau atribut
yang menjadi pertanyaannya adalah
tentang sosialisasi KUR, tentang suku
bungan bank, tentang jaminan yang KESIMPULAN
disyaratkan oleh bank, tentang perizinan
dari kelurahan atau institusi terkait. Dari
Pada dasarnya faktor-faktor atau kendala
sekian banyak pertanyaan yang diajukan
yang dapat mempengaruhi para pelaku usaha
dan jawaban, maka dapat disimpulkan
dalam mengakses kredit terdiri dari faktor
banwa faktor eksternal dapat
internal dan eksternal. Faktor internal terdiri
mempengaruhi atau men-jadi kendala para
dari latar belakang pendidikan, pengetahuan
pelaku usaha mikro dalam mengakses
tentang kredit, pengetahuan tentang cara
kredit/KUR dari bank. Hal ini dibuktikan
mendapatkan kredit, agunan yang dimiliki, dan
dengan rata-rata skor jawaban atas
keberanian mengajukan kredit. Sedangkan
pertanyaan yang diajukan adalah 4,11 atau
faktor eksternal terdiri dari sosialisasi tentang
mereka setuju bahwa faktor internal ini
KUR, bunga kredit, agunan yang diper-
menjadi kendala dalam menakses kredit
syaratkan, perizinan, dan proses pengajuan
dari bank.
kredit. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata
jawaban responden setuju bahwa faktor-faktor
Paralel dengan uraian itu, hasil pengujian tersebut mempengaruhi atau menjadi kendala
korelasi terhadap faktor internal menujukkan dalam mengakses kredit.
koefesien korelasi sebesar 0,228. Merujuk pada
kriteria kekuatan hubungan antar variabel
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa
Sarwono (2006) maka nilai koefesion korelasi
faktor internal memiliki kekuatan lemah dan
tersebut berada pada rentang antara 0–0,25.
signifikan terhadap pelaku usaha dalam
Artinya besar korelasi antar variabel faktor
mengakses KUR. Artinya faktor internal tidak
internal dengan akses KUR sangat lemah.
merupakan bukan kendala bagi para pelaku
Sedangkan jika dilihat dari signifikasi
usaha dalam mengakses KUR. Sementara hasil
hubungan dari kedua varibel tersebut
uji korelasi terhadap faktor ekternal menunjuk-
menunjukan bahwa kedua variabel tersebut
kan bahwa faktor internal mempengaruhi para
signifikan.
pelaku usaha dalam mengakses KUR.

Pengujian terhadap faktor


eksternalmenunjukkan nilai koefesien korelasi
sebesar 0,639. Artinya kekuatan hubungan
antara faktor eksternal kuat. Karena 0,639
berada pada rentang kriteria 0,5–0,57 (korelasi DAFTAR PUSTAKA
kuat). Jika dilihat dari signifikasi, maka kedua
variabel tersebut signifikan karena angka
sinifikasinya sebesar 0,000 atau lebih kecil dari Maqin, 2011,Meningkatkan Daya Saing UMKM,
0,05. http://bandung.bisnis.com/read/2011
0117/3/17457/meningkatkan-daya-
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saing-ukm-melalui-sistem-kluster,
tidak ada hubungan antara faktor internal diakses tanggal 21 Agustus 2015.
dengan akses KUR, sebaliknya ada hubungan
Herjanto, 2010, Manajemen Operasi. Grasindo:
atau korelasi yang kuat antara faktor eksternal
Jakarta.
dengan akses KUR. Artinya faktor yang
menjadi kendala para pelaku usaha mikro di Hastuti, et al., 2003, Buku II: Upaya Penguatan
pasar ciputat dalam mengakses KUR tidak Usaha Mikro dalam Rangka

88 Jurnal Liquidity: Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2015: 64-72


Peningkatan Ekonomi Perempuan
(Sukabumi, Bantul, Kebumen Padang,
Makassar), Lembaga Penelitian
SEMERU
Sriyana, 2010,Strategi Pengembangan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM): Studi Kasus di
Kabuparen
Bantul,http://dppm.uii.ac.id/dokumen
/dikti/files/DPPM-UII_09._79 03_
STRATEGI_PENGEMBANGAN_USAH
A_KECIL_DAN_
MENENGAH_(UKM).pdf (diakses
pada tanggal 20 Oktober 2013)
Pakkanna, 2013,The Mystery of Underground
Economy: Penulusuran Jejak Kegiatan
Usaka PKL, Masyarakat Squater dan Jasa
Tukang Ojek, Pustaka Dinamika:
Yogyakarta.
Yandri, 2013,Tangerang Selatan di Tengah
Pembangunan Regional dan Nasional. STIE
AD Press: Jakarta.
Sarwono, 2011,Buku Pintar IBM SPSS Statistics
19 Cara Operasi, Prosedur Analisis Data
dan Iterpretasi, Kelompok Gramedia:
Jakarta.
Sugiono, 2010,Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, Alfabeta: Bandung.

Kendala Usaha Mikro dalam Mengakses KUR (Siti Maryama) 89

Anda mungkin juga menyukai