Anda di halaman 1dari 4

Otonomi daerah dan peluang bagi UKM daerah

https://septywahyuni.wordpress.com/2013/04/22/otonomi-daerah-dan-peluang-serta-tantangan-
bisnis-di-daerah/

Dalam makalah Kalla (1999) mengatakan bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah,
secara umum pengusaha di daerah akan melakukan hal sebagai berikut:

1. Bekerja dengan biaya lebih murah dan mudah karena tida perlu berurusan banyak dengan
birokrasi di Jakarta.

2. Tata niaga nasional pasti tidak ada lagi, dengan syarat Pemda tidak membuat aturan-aturan
tata niaga local yang menimbulkan sekat-sekat baru.

3. Mengurangi persaingan dengan perusahaan besar dengan lobi pusat. Ini artinya, pengusaha-
pengusaha di daerah dapat bersaing dipasar secara langsung, dan fair dengan pengusaha-
pengusaha dari luar (misalnya Jakarta).

4. Mencegah adanya proyek yang datang sekaligus dengan kontraktornya.

5. Kebijakan ekonomi yang sesuai dengan kelebihan daerah masing-masing dapat diambil oleh
pemda dan pengusaha-pengusaha setempat untuk pertumbuhan yang lebih baik.

Peluang terbaik dalam otonomi daerah yang juga dapat dikaitkan dengan era perdagangan bebas
adalah wilayah Negara kita yang terletak di kawasan Asia Pasifik dengan ekonominya yang
besar dan dinamis. Kota-kota Indonesia dapat disiapkan untuk menjadi bagian penting dari
jaringan-jaringan bisnis yang berkembang di kawasan ini. Daya tarik Indonesia di kawasan Asia
Pasifik dan bagian dunia lain diperkuat oleh sumber daya alam, angkatan kerja, dan letak
geografikal yang sangat dibutuhkan dalam system produksi global.

Sifat Alami UKM


https://ahmadnegara.wordpress.com/2012/07/09/modul-kelompok-3/
Implikasi dari sifat alami ini berbeda dengan usaha menengah dan usaha besar, usaha kecil
sebenarnya tidak terlalu tergantung pada fasilitas-fasilitas pemerintah.

Permasalahan yang Dihadapi UKM

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
antara lain meliputi:[6]

Faktor Internal
Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit
usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal
dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau
lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis
yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi
UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang
memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)


Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga
yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan
usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu
dengan keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi
perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.

Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar


Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan
usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk
yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.
Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung
dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.
Mentalitas Pengusaha UKM
Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM,
yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri.[17] Semangat yang dimaksud
disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta
semangat ingin mengambil risiko.[18] Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM
seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh, ritme kerja UKM di
daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga seringkali menjadi penyebab hilangnya
kesempatan-kesempatan yang ada.

Kurangnya Transparansi
Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap
generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak
diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini
menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

Faktor Eksternal
Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu
dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk
domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya
serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto
(investasi).[19] Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam
penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan
kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke


tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara
lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan
menengah dengan pengusaha-pengusaha besar.

Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan untuk menjalankan
usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus
diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini
sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak
pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.
Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang
dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang
UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena
mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.

Pungutan Liar
Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah satu
kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya
terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap
bulan.
13.4 Kontribusi UKM Terhadap Kesempatan Kerja dan PDB

Sektor Usaha Kecil dan Menengah telah mampu menunjukkan kinerja yang relatif lebih
tangguh dalam menghadapi masa krisis yang panjang.UKM mendorong pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja yang tidak bisa lagi dilakukan oleh usaha besar.Indikator ekonomi
makro yang yang merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kementrian
Koperasi dan UKM mengumumkan pertumbuhan UKM yang terus mengalami
peningkatan.Apabila melihat data yang dilansir BPS menunjukkan betapa UKM menuju
perkembangan yang sangat menjanjikan.Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang
disumbangkan UKM pada 2003 mencapai Rp1.013 triliun atau 56,7 persen dari total PDB
nasional. Pada 2001 terjadi pertumbuhan 3,8 persen, tahun 2002 naik menjadi 4,1 persen
dan2003 meningkat menjadi 4,6 persen. Bahkan sumbangan pertumbuhan PDB UKMlebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan usaha besar. Tahun 2003 dari 4,1 persen pertumbuhan PDB
nasional ,2,4 persen berasal dari UKM). Kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional juga
cukup signifikan. Pada tahun 2002 jumlah UKM tercatat 41,3 juta unit atau 99,99% dari
keseluruhan unit usaha ekonomi yang ada, dengan tingkat penyerapan tenagakerja sebesar 88,7%
dari jumlah tenaga kerja yang ada, atau mencapai 68,28 juta orang. Dibanding dengan kondisi
tahun 2002, jumlah tersebut meningkat sebesar2,7% menjadi 42,4 juta unit usaha, dengan
penyerapan tenaga kerja menjadi 79juta tenaga kerja atau meningkat 15,7 %.

Anda mungkin juga menyukai