Anda di halaman 1dari 6

1.

Modal Asing
Menurut Riyanto (2001:227), “adalah modal berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara di dalam perusahaan tersebut.” Modal tersebut merupakan “hutang” yang pada
saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau hutang terbagi atas tiga golongan, yaitu:
a. Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt)
Menurut Harnanto (2003:5), “hutang jangka pendek atau lancar adalah suatu kewajiban
atau hutang yang terjadi dalam kaitannya dengan operasi normal perusahaan.” Hutang
jangka pendek terdiri dari:
1) Hutang Dagang
Menurut Brigham dan Houston (2006:207), “hutang dagang adalah hutang yang
muncul akibat penjualan kredit dan dicatat sebagai piutang oleh pihak penjual dan
utang oleh pihak pembeli.” Hutang dagang adalah salah satu kategori hutang jangka
pendek terbesar, yang mencerminkan kurang lebih 40 persen dari kewajiban ancar di
rata-rata perusahaan nonkeuangan. Hutang dagang adalah sumber pendanaan
“spontan”, di dalam artian bahwa ia terjadi dari transaksi bisnis biasa.
2) Hutang Wesel
Hutang wesel merupakan pengakuan hutang atau pernyataan tertulis untuk membayar
sejumlah uang pada tanggal tertentu di kemudian hari. Hutang wesel dicatat dan
disajikan di dalam neraca perusahaan. Hanya hutang wesel yang jatuh tempo dalam
satu tahun atau kurang yang di golongkan sebagai kewajiban jangka pendek.
3) Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Periode Kini
Hutang jangka panjang jatuh tempo dalam periode kini merupakan bagian dari hutang
jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam tahun sekarang, sedangkan sisanya tetap
dilaporkan sebagai hutang jangka panjang.
b. Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt)
Menurut Riyanto (2001:227), “hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka
waktunya antara satu sampai sepuluh tahun.” Hutang jangka menengah terdiri dari:
1) Term Loan
Term loan merupakan kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari
10 tahun. Pada umumnya, term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama
suatu periode tertentu. Term loan biasanya disediakan oleh commercial bank,
insurance, pension funds, lembaga pembiayaan pemerintah, dan supplier perlengkapan.
Menurut Sartono (2001:301), “keuntungan dari term loan adalah tidak segera jatuh
tempo dan peminjam memberikan jaminan pembayaran secara periodik yang
mencakup bunga dan pokok pinjaman.”
2) Leasing
Menurut Sartono (2001:304), “leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang
disebut lessor dengan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut untuk jangka
waktu tertentu.” Sedangkan menurut Financial Accounting Standard Board (FASB-
13), “leasing adalah suatu peranjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan
untuk suatu jangka waktu tertentu.
c. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt)
Menurut Riyanto (2001:238), “Hutang jangka panjang adalah hutang yang ka waktunya
lebih dari sepuluh tahun.” Sedangkan menurut Skousen dan Stice (2004:658), “hutang
jangka panjang adalah obligasi yang tidak diharapkan untuk dibayar tunai dalam jangka
satu tahun.” Hutang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai
perluasan perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut diperlukan jumlah
yang besar. Adapun jenis hutang jangka panjang, yaitu:
1) Pinjaman Berjangka
Pinjaman berjangka (long-term) merupakan suatu perjanjian dimana peminjam setuju
untuk melakukan pembayaran bunga dan pembayaran pokok pinjaman pada tanggal
tertentu sesuai dengan perjanjian kepada pihak yang meminjamkan. Pemberian
pinjaman berjangka antara lain dilakukan oleh bank komersial dan perusahaan
asuransi.
2) Obligasi
Obligasi adalah instrumen (surat) utang yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
obligasi untuk membayar pemegang obligasi sejumlah nilai pinjaman beserta bunga
pada saat jatuh tempo yang telah ditetapkan. Obligasi termasuk salah satu jenis efek.
Namun, berbeda dengan saham, yang kepemilikannya menandakan pemilikan sebagian
dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, obligasi menunjukkan utang dari
penerbitnya. Dengan demikian, pemegang obligasi memiliki hak dan kedudukan
sebagai kreditor dari penerbit obligasi. Obligasi merupakan instrumen utang jangka
panjang. Pada umumnya diterbitkan dengan jangka waktu berkisar antara 5 sampai 10
tahun.
3) Hipotik
Hipotik merupakan pinjaman berjangka, dimana pemberi uang diberi hak hipotik
terhadap suatu barang yang tidak bergerak. Apabila pihak peminjam (debitur) tidak
memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut
dapat digunakan untuk menutupi tagihannya. Menurut Sartono (2001:328), manfaat
yang diperoleh dengan menggunakan hutang jangka panjang adalah:
a. Bunga yang dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan.
b. Melalui financial leverge dimungkinkan laba per lembar saham akan meningkat.

Sedangkan kelemahan penggunaan hutang jangka panjang sebagai sumber dana


adalah:

a. Financial risk perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya leverage.


b. Batasan yang disyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer.
2. Modal Asing di Indonesia
Penanaman modal asing di Indonesia pada umumnya terbagi menjadi beberapa sektor. Secara
garis besar, investasi asing di Indonesia banyak berfokus pada sektor pembangunan,
pariwisata, tambang, transportasi, dan produk.
Sektor tersebut ditentukan sesuai dengan potensi masing-masing daerah di Indonesia.
Misalnya saja, pulau seperti Bali dan Lombok bisa menarik minat investor asing di sektor
pariwisata karena infrastrukturnya yang sudah cukup memadai. Investor asing bisa menanam
modal dengan cara membangun hotel dan tempat wisata.
Ada pula penanaman modal di sektor produk olahan kelapa sawit. Di pulau seperti Sumatra
dan Kalimantan, kelapa sawit bisa tumbuh dengan subur. Para investor asing bisa membangun
pabrik pengolahan kelapa sawit untuk memajukan perekonomian lokal. Selain itu, bidang yang
banyak menjadi sorotan oleh investor asing adalah pertambangan dan sumber daya alam
seperti mineral, gas alam cair, batu bara, dan minyak bumi.
Banyaknya potensi tersebut menjadikan investor asing berlomba untuk menanam modal
dengan cara mendirikan perusahaan dan pabrik di Indonesia. Walaupun begitu, investasi asing
di Indonesia harus dilakukan dengan tertib dan sesuai dengan undang-undang penanaman
modal. Jangan sampai, investasi asing malah merugikan bagi tanah dan bangsa Indonesia di
kemudian hari.
Salah satu alasan utama mengapa Indonesia membutuhkan investor asing adalah daya
konsumsi masyarakat serta tren ekspor yang masih rendah. Infrastruktur kawasan industri dan
sektor penunjang ekonomi tentu saja bisa menghabiskan anggaran yang besar.
Sedangkan, Indonesia belum memiliki tabungan yang cukup untuk mendanai pembangunan
tersebut dari kantong sendiri. Dengan begitu, pembangunan tidak bisa bertumpu pada investasi
dalam negeri saja.
Investor asing yang menanamkan modal dengan cara membangun perusahaan atau pabrik di
Indonesia diharapkan bisa menyerap tenaga kerja lokal dengan maksimal. Dengan
mempekerjakan sumber daya manusia lokal, perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia
bisa mengedukasi pekerja mengenai kualitas produk, teknologi produksi, dan etos kerja yang
baik. Jadi, investasi bukan hanya dilakukan untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga
membangun investasi intelektual bagi tenaga kerja.
Penanaman modal asing secara otomatis akan meningkatkan jumlah ekspor terutama pada
sektor produk. Pada sektor pariwisata, pembangunan tujuan wisata yang pesat akan menarik
minat wisatawan asing untuk datang sehingga akan meningkatkan pendapatan devisa negara.
3. Upaya yang dilakukan Indonesia untuk menarik Investor Asing
Dalam bisnis, lokasi perusahaan yang strategis dan menguntungkan menjadi prioritas utama.
Infrastruktur yang memadai juga menjadi salah satu faktor penunjang. Dengan lokasi dan
infrastruktur yang baik, kegiatan bisnis perusahaan menjadi lebih efektif.
Untuk menarik minat investor asing, pemerintah Indonesia sudah mulai mempersiapkan
lokasi-lokasi dengan infrastruktur yang sesuai. Selain itu, pemerintah juga bersedia
memberikan beberapa fasilitas fiskal dan kemudahan perizinan yang berkaitan dengan
kegiatan perusahaan.
Lokasi penempatan investor asing tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu Kawasan Ekonomi
Khusus, dan Kawasan Industri Terpadu. Dengan fungsi dan tujuan yang berbeda, kedua jenis
lokasi ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
4. Peranan Investasi Asing Terhadap Perekonomian Indonesia
Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan semua upaya positif untuk bisa
mempercepat laju pembangunan. Dapat dipastikan, kematangan perekonomian Indonesia akan
berkembang seiring dengan pesatnya pembangunan.
Secara garis besar, berikut adalah pengaruh investasi asing terhadap perekonomian Indonesia:
1. Menciptakan perusahaan baru, mendukung penelitian teknologi, dan memperluas pasar
2. Meningkatkan industri ekspor, daya saing pasar, dan merangsang pertumbuhan ekonomi
pada sektor keuangan dan jasa
3. Meningkatkan pendapatan negara dari pajak penghasilan perusahaan asing
4. Menambah devisa Negara
5. Besarnya kemungkinan penyerapan bahan baku lokal untuk diolah
6. Meningkatkan taraf ekonomi melalui penyerapan tenaga kerja
7. Memacu pembangunan dengan adanya ketersediaan modal dari investor asing
8. Meningkatkan peran Indonesia di pasar ekonomi dunia
9. Memajukan teknologi yang ada dalam negeri dengan edukasi teknologi maju dari
perusahaan asing

Selain hal-hal di atas, perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia juga diharapkan bisa
memberikan perlindungan politik jika terjadi konflik internasional. Dengan kata lain, para investor
asing akan berusaha untuk melindungi Indonesia sebagai tempat operasional bisnis
perusahaannya.

5. Dampak Negatif Yang Mungkin Terjadi Dari Masuknya Investasi Asing


Sewajarnya setiap hal, dampak negatif dari investasi asing mungkin saja terjadi. Walaupun
begitu, peluang berkembangnya dampak negatif atau kerugian sudah dipertimbangkan dengan
matang oleh pemerintah. Hal ini dilaksanakan melalui peraturan ketat yang diterapkan pada
undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.
Beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi adalah eksploitasi bahan baku atau sumber
daya alam, diskriminasi upah antara tenaga kerja asing dan Indonesia, serta hilangnya industri
kecil dan menengah yang tidak kuat bersaing dengan perusahaan asing.
Untuk menanggulangi hal tersebut, Kementerian Perindustrian perlu bergerak aktif dalam
merangkul industri kecil dan menengah. Tujuannya agar industri lokal bisa bekerja sama
dengan perusahaan asing. Jadi, industri lokal dapat menjadi pemasok bahan baku bagi
perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.

https://bplawyers.co.id/2017/09/08/perkembangan-manfaat-investasi-asing-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai