Pembimbing
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini telah diterima untuk memenuhi
persyaratan dalam menempuh kurikulum pada Fakultas Ekonomi Universitas
Semarang Jurusan Manajemen.
Tanggal,
Ketua Jurusan
1
KATA PENGANTAR
Dalam penulisan Laporan ini tidak lepas dari berbagai kekurangan dan
kelemahan, lantaran keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan
demi perbaikan dan kesempurnaannya.
Harapan dari penulis, semoga Laporan Kerja Lapangan (KKL) ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Widiandika Triwibowo
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................... ........... 2
DAFTAR ISI........................................................................... .......................... 3
DAFTAR TABEL........................................................................... .................. 4
DAFTAR GAMBAR........................................................................... ............. 5
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 6
LATAR BELAKANG........................................................................ 6
TUJUAN PENULISAN LAPORAN................................................. 8
MANFAAT PENULISAN LAPORAN............................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 9
BAB III METODE PENULISAN LAPORAN............................................... 36
LOKASI/OBJEK KKL..................................................................... 36
JENIS DATA.................................................................................... 38
TEKNIK PENGUMPULAN DATA................................................ 39
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 42
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 55
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1………………………………………………………………………… 13
Table 2………………………………………………………………………… 14
Table 3………………………………………………………………………… 17
Table 4………………………………………………………………………… 18
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1………………………………………………………………………… 42
Gambar 2………………………………………………………………………… 44
Gambar 3………………………………………………………………………… 45
Gambar 4………………………………………………………………………… 46
Gambar 5………………………………………………………………………… 47
Gambar 6………………………………………………………………………… 51
Gambar 7………………………………………………………………………… 53
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
6
diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas, yang dewasa ini semakin meningkat.
Peningkatan
kecelakaan di jalan raya tersebut disebabkan karena kemajuan ekonomi dan
teknologi khususnya dibidang tranportasi, oleh sebab itu masyarakat pengguna
sarana jalan raya, harus memperoleh jaminan perlindungan dari pemerintah.
(BUMN) PT. Jasa Raharja ( Persero) sebagai alat untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab sosial untuk memupuk, menghimpun dan
menyalurkan dana santunan jasa raharja sebagai jaminan pertanggungan
kepada korban/ahliwaris korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya, angkutan
umum sesuai dengan Undang Undang No. 33 Tahun 1964 berikut peraturan
pelaksanaannya dan asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak
ketiga sesuai dengan Undang Undang No. 34 Tahun 1964 berikut peraturan
pelaksanaannya.
PT Jasa Raharja (Persero) saat ini telah memiliki pegawai sebanyak
2.024 orang yang berada di Kantor Pusat sebanyak 264 pegawai dan di
Cabang/Perwakilan/ Samsat sebanyak 1.760 pegawai. Penambahan jumlah
pegawai yang dilakukan oleh perusahaan setiap tahun disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan dan proses penerimaannya dilakukan bekerja sama
dengan pihak ketiga.
PT Jasa Raharja (Persero) memiliki 28 kantor cabang, 61 kantor
perwakilan, 50 kantor Pelayanan Jasa Raharja (KPJR) dan 978 Kantor
Bersama Samsat yang tersebar diseluruh Indonesia.
Kegiatan Usaha Utama PT. Jasa Raharja adalah melaksanakan
asuransi kecelakaan penumpang alat angkutan umum sesuai dengan Undang
Undang No. 33 Tahun 1964 berikut peraturan pelaksanaannya dan asuransi
tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga sesuai dengan Undang
Undang No. 34 Tahun 1964 berikut peraturan pelaksanaannya. Kedua,
mengadakan dan menutup perjanjian asuransi kendaraan bermotor dan
asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga dalam hal
kecelakaan alat angkutan. Ketiga, enerima pertanggungan tidak langsung
7
untuk ditahan sendiri oleh Perseroan. Ke-empat, melakukan kegiatan-kegiatan
investasi dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fokus penulisan laporan adalah mengenai manajemen resiko pada
perusahaan Jasa Raharja.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
9
resiko operasional, seperti akuntansi, kegiatan operasional (baik kegiatan
operasional untuk barang dan jasa), sistem informasi manajemen, sistem
teknologi informasi, dan sistem manajemen sumber daya manusia (HRM).
Resiko hazard/ resiko bahaya, yaitu sejumlah faktor yang dapat
mempengaruhi berbagai akibat yang timbul akibat suatu peristiwa.
Kerugian yang dialami oleh sebuah perusahaan merupakan contoh
penyimpangan yang tentunya tidak diinginkan oleh semua perusahaan.
Adapun beberapa faktor yang diklaim sebagai sumber alias kerugian yang
dialami oleh suatu perusahaan, antara lain resiko sosial, resiko ekonomi,
dan resiko fisik. Sangat penting bagi manajer resiko untuk
mengidentifikasi sumber resiko yang ada pada sebuah perusahaan agars
manajer dapat langsung mengambil langkah tepat untuk menanganinya.
Resiko finansial, yaitu suatu resiko yang umumnya dialami oleh investor.
Resiko ini muncul sebaagi akibat saham dan obligasi emiten yang tidak
mampu mampu membayar deviden atau bunga, atau pokok pinjaman
beserta bunganya.
Resiko strategic, yaitu resiko yang biasanya muncul akibat terjadi suatu
rangkaian peristiwa atau kondisi yang tak diduga di mana kejadian atau
peristiwa tersebut dapat menurunkan kemampuan seorang manajer untuk
mengaplikasikan ide atau strateginya.
Pengertian Risiko
Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang
kita umumnya secara intuitif sudah memahami apa yang dimaksudkan. Tetapi
pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu
antara lain :
1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H).
2. Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan
peristiwa kerugian (loss) (A. Abas Salim).
3. Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto).
10
4. Risiko merupakan penyebaran / penyimpangan hasil aktual dari hasil yang
diharapkan (Herman Darmawi).
5. Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil / outcome yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi).
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak
diduga / tidak diinginkan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan
terjadinya sesuatu, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian. Dengan
demikian risiko mempunyai karakteristik :
A. merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa,
B. merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
Ujud dari risiko itu dapat bermacam-macam, antara lain :
1. Berupa kerugian atas harta milik / kekayaan atau penghasilan, misalnya yang
diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran dan sebagainya.
2. Berupa penderitaan seseorang, misalnya sakit / cacat karena kecelakaan.
3. Berupa tanggungjawab hukum, misalnya risiko dari perbuatan atau peristiwa
yang merugikan orang lain.
4. Berupa kerugian karena perubahan keadaan pasar, misalnya karena terjadinya
perubahan harga, perubahan selera konsumen dan sebagainya.
11
pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan
dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan,
pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi
manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.Risiko operasional bukanlah
hal baru walaupun disadari merupakan risiko yang paling akhir terdefinisikan
dalam Basel II.
Definisi risiko operasional dalam Basel II adalah termasuk risiko hukum,
namun tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi.Menurut
(Mamduh:2009) risiko operational merupakan tipe risiko yang paling tua, tetapi
yan paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya. (misalkan
risiko pasar ataupun risiko tingkat bunga). Perusahaan sudah mengenali risiko
operational meskipun dengan nama yang berbeda. Sebagai contoh perusahana
selalu berusaha memperbaiki sistem, prosedur, atau proses bisnis melalui
manajemen kualitas, perusahaan memberikan training kepada karyawannya agar
mereka semakin terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam konteks
manajemen risiko, upaya terseut dipandag sebagai upaya untuk mengelola atau
menurunkan risiko operational.
12
Severity
B Gagal bayar
A Kesalahan pemrosesan
Frequency
Gambar 1
Bagan diatas menunjukkan bagan metriks dengan dimensi frekuensi di
sumbu horizontal dan dimensi severity pada sumbu vertical. Resiko-resiko bisa
diklasifikasi berdasarkan dimensi-dimensi tersebut. Misalnya, resiko gagal bayar
dari debitur perusahaan besar biasanya jarang terjadi. Karena itu resiko itu
diklasifikasi sebagai dengan frekuensi rendah. Tetapi jika terjadi, kerugian yang
timbul bisa sangat besar. Karena itu resiko tersebut diklasifikasi dengan severity
tinggi. Gabungan antara frekuensi rendah dengan severity tinggi terlihat pada titik
B pada bagan diatas. Sebaliknya, kesalahan pemrosesan atau kesalahan pencatatan
transaksi akan sering terjadi (apalagi jika proses pencatatan masih secara manual).
Tetapi tingkat severity dari kesalahan tersebut tidak terlalu tinggi. Karena itu
kesalahan pemrosesan berada pada titik A. dengan proses semacam itu, kita bisa
memperoleh gambaran mengenai frekuensi dan severity dari suatu resiko, yang
selanjutnya mempunyai implikasi pada bagaimana mengelola resiko tersebut.
Sebagai contoh, berikut ini strategi menghadapi resiko berdasarkan metrics
severity/frequency.
13
Risk Map
s
i 10
g 9 Quadrant II Quadrant I
n High 8 (Detect and Monitor) (Prevent at Source)
i 7
f 6
i 5
c 4 Quadrant IV Quadrant III
a Low 3 (Low Control) (Monitor)
n 2
c 1
e 2 3 4 5
Low High
Likelihood
Gambar 2
Perhatikan bahwa matriks likelihood (frekuensi) dan significance
(severity) dikelompokan dalam empat kuadran, yaitu:
1. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah
2. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah
3. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi
4. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi
14
signifikansi dan kemungkinan. Selanjutnya, strategi yang tepat bisa dirumuskan
untuk mengelola resiko tersebut.
15
atau karena botol pecah, resiko semacam ini lebih mudah dikenali, dan
perusahaan bisa menghitung resiko tersebut. Kemudian perusahaan bisa
menganggapnya sebagai biaya dari kegiatan bisnis, dan perusahaan bisa
memasukannya dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan
memasukan biaya seperti itu ke dalam struktur harga mereka. Perusahaan
bisa memonitor resiko-resiko tersebut untuk memastikan bahwa resiko
tersebut masih berada pada wilayah normal. Jika resiko tersebut bergerak
melebihi batas tertentu, maka perusahaan perlu melakukan tindakan untuk
menangani resiko tersebut. Misalnya, jika frekuensi pencurian oleh
pembeli supermarket menunjukkan kecenderungan menin gkat maka
manajer perlu melakukan perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut pada
intinya memperbaiki prosedur dan proses bisnis. Misalnya, pada kasus
pencurian diatas, manajer supermarket bisa meminta pembeli untuk
meninggalkan tas, memasang supermarket di supermarket, memasang
barcode pada setiap produk yang dipajang (sehingga jika tidak di lepas dan
melewati tiang scanner akan berbunyi).
Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: prevent at
source.
Tipe resiko seperti ini tidak releven lagi dibicarakan, karena jika
situasi semacam ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa
mengendalikan resiko, dan bisa berakibat pada kebangkrutan. Misalnya,
jika perusahaan tidak bisa mengendalikan penggelapan uang dengan
jumlah besar oleh karyawannya (tipe resiko ini berada dalam kuadran
frekuensi rendah/signifikansi tinggi), maka ada kemungkinan resiko ini
berubah menuju kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi). Jika hal ini
terjadi, maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam waktu singkat.
Dengan perspektif semacam ini, maka tugas manajemen resiko adalah
mencegahnya migrasi resiko-resiko yang ada ke dalam kuadran frekuensi
tinggi/signifikansi tinggi.
16
S Tinggi
Wilayah 1
E
Wilayah 2
V
Wilayah 3
E
R
I
T
Wilayah 4
Y Rendah
Rendah Tinggi
Frequency
Gambar 3
Strategi untuk menghadapi resiko di wilayah-wilayah tersebut sebagai
berikut:
Wilayah 1. Severity tinggi dan frekuensi tinggi: Immediate Action
Untuk wilayah ini, perusahaan haruas melakukan penanganan yang
agresif dan segera (Immediate Action).
Wilayah 2: Severity tinggi dan frekuensi agak tinggi: Immediate Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan harus mengawasi resiko ini (Immediate
Attention).
Wilayah 3: severity agak tinggi dan frekuensi agak tinggi: Periodic Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan harus bisa melakukan pengawasan secara
berkala (periodic attention).
Wilayah 4: serity rendah dan frekuensi rendah: Annual Evaluation
Untuk wilayah ini, perusahaan ini bisa lebih longgar, yaitu melakukan
pengawasan dengan jangka waktu panjang, misalnya tathunan. (annual
evaluation).
aspek dinamika resiko juga perlu diperhatikan. Resiko bisa
berubah dari wilayah 4 ke wilayah lainya, misal ke wilayah 2. Misalnya,
resiko tuntutan hokum barangkali tidak begitu kelihatan di masa lalu.
17
Tetapi dengan semakin sadarnya masyarakat akan hak dan kewajibanya,
resiko tersebut bisa berubah menjadi resiko yang semakin pentin.
Pengukuran resiko oprasional dapat kita lakukan dengan penempatan
tingkatan dari setiap bentuk resiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi
resiko maka semakin tinggi kem ungkinan untuk memperoleh retrun yang
di harapkan, dengan asumsi resiko dan retrun besifat linier.
Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat dalam gambar di bawah ini:
E(R)
IV I
Gambar 4
Pada gambar diatas dapat kita pahami bahwa terdapat suatu hubungan kuat
antara expected return / E(R) dan Risk (σ). Dimana setiap titik-titik dan wilayah
tersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut:
1. Posisi 1 adalah dimana E(R) berada di posisi tertinggi dan σ juga berada di
posisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka
semakin tinggi kemungkinan terjadinya σ. Atau dengan kata lain disini kondisi
maksimalitas E(R) bersifat searah (linier) dengan resiko yang akan diterima.
Misalnya, pada saat suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitas
atau profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat
pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningfkatkan
jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnyya perusahaan bisa
memproduksi 4.000 unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700 unit.
Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada resiko operasional
perusahaan seperti:
18
a. Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat karena
dipakai dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi.
b. Kebutuhan bahan baku yang di butuhkan akan mengalami peningkatan
yang tinggi dan tidak boleh berhenti karena akan mempengaruhi
kelancaran produksi secara tepat waktu.
2. posisi II adalah dimana E( R) berada pada posisi rendah dan σ berada pada
posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non
melakukan antisipasi dan menetapkan strategi yang maksimal guna menghindari
semakin terjadinya pergerakan terjadinya kenaikan resiko yang lebih tinggi,karena
semakin tingginya resiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal pada
perusahaan, misalnya:
a. Peningkatan kerugin perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauh
dana cadangan akan lebih banyak terkuras
b. Jika resiko kerugian ini di biarkan terus menerus maka akan
menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress
(kesulitan keuangan).
3. posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada
posisi yang rendah, atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah (linier).
4. pisisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi
yang rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier)
pada kondisi yang seperti ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu di
cermati:
a. Resiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan posisi
perusahaan berada pada titik posisi II
b. Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat control resiko (risk control)
menjadi lemah karena perusahaan selama ini terbuai oleh profit yang terus
menerus mengalami kenaikan.
c. Semangat kerja under pressure yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II, dan ini bisa berdampak
pada penurunan kedisiplinan kerja serta target pekerjaan yang harus
dikerjakan.
19
Ketidakpastian
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian
adalah merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, karena
mengakibatkan keragu-raguan seorang mengenai kemampuannya untuk
meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa
mendatang. Dimana kondisi yang tidak pasti itu karena berbagai sebab, antara
lain:
1. Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu
berakhir / menghasilkan, dimana makin panjang tenggang waktunya makin
besar ketidakpastiannya.
2. Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam penyusunan
rencana.
3. Keterbatasan pengetahuan / kemampuan / teknik pengambilan keputusan dari
perencana.
Secara garis besar ketidakpastian dapat diklasifikasikan ke dalam:
1. Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian-kejadian
yang timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari pelaku ekonomi,
misalnya : perubahan sikap konsumen, perubahan selera konsumen, perubahan
harga, perubahan teknologi, penemuan baru dan sebagainya.
2. Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidak pastian yang
disebabkan oleh alam, misalnya : badai, banjir, gempa bumi, kebakaran dan
sebagainya.
3. Ketidakpastian kemanusiaan (human uncertainty), yaitu ketidakpastian
yang disebabkan oleh perilaku manusia, seperti: peperangan, pencurian,
penggelapan, pembunuhan dan sebagainya.
Macam-macam Risiko
Risiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara, antara lain:
1. Menurut sifatnya risiko dapat dibedakan ke dalam :
a. Risiko yang tidak disengaja (Risiko murni), adalah risiko yang
apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa
20
disengaja; misalnya: risiko terjadinya kebakaran, bencana alam,
pencurian, penggelapan, pengacauan dan sebagainya.
b. Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif), adalah risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian
memberikan keuntungan kepadanya, seperti : risiko hutang-piutang,
perjudian, perdagangan berjangka (hedging) dan sebagainya.
c. Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu
atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang, seperti banjir, angin
topan dan sebagainya.
d. Risiko khusus, adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang
mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal
kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil dan sebagainya.
e. Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan
kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan
teknologi, seperti risiko keusangan, risiko penerbangan luar angkasa.
Kebalikannya disebut Risiko statis, seperti risiko hari tua, risiko
kematian dan sebagainya.
2. Dapat tidaknya risiko tersebut dialihkan kepada pihak lain, maka risiko dapat
dibedakan ke dalam :
a. Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain, dengan
mempertanggungkan suatu obyek yang akan terkena risiko kepada
perusahaan asuransi, dengan membayar sejumlah premi asuransi,
sehingga semua kerugian menjadi tanggungan (pindah) pihak
perusahaan asuransi.
b. Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat
diasuransikan); umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif.
3. Menurut sumber / penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan ke dalam :
a. Risiko intern : yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri, seperti kerusakan aktiva karena ulah karyawannya sendiri,
kecelakaan kerja, mismanajemen dan sebagainya.
21
b. Risiko ekstern : yaitu risiko yang berasal luar perusahaan, seperti
risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan
policy pemerintah dan sebagainya.
22
Tugas dari seorang manajer risiko adalah berkaitan erat dengan upaya
memilih dan menentukan cara-cara / metode yang paling efisien dalam
penanggulangan risiko yang dihadapi perusahaan.
23
Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen risiko juga merupakan
suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah
organisasi.
Dorfman, 1998, p. 9 Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses
logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
24
dalam cara yang benar.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan
ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak
informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
- Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
- Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.
25
g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan
masyarakat.
26
d. Terciptanya struktur organisasi manajemen risiko yang sistematis dan
terintegrasi dalam proses bisnis perusahaan.
e. Terciptanya SDM yang berwawasan dan berbudaya risiko dengan pola
pengembangan yang terencana dan berkesinambungan
f. Tercapainya tingkat kematangan penerapan manajemen risiko (risk
maturity level ) =2,5 untuk skala 1-5.
Selanjutnya sasaran tersebut harus dimutahirkan setiap tahun.
27
Sumbangan bagi Perusahaan
Adanya program penanggulangan risiko yang baik dari suatu
perusahaan akan memberikan beberapa sumbangan yang sangat bermanfaat,
antara lain :
1. Evaluasi dari program penanggulangan risiko akan dapat memberikan
gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan.
Meskipun hal ini secara ekonomis tidak menaikkan keuntungan perusahaan,
tetapi hal itu akan merupakan kritik bagi pengelolaan perusahaan, sehingga
akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pengelolaan usaha dimasa datang.
2. Pelaksanaan program penanggulangan risiko juga dapat memberikan
sumbangan langsung kepada upaya peningkatan keuntungan perusahaan.
Karena melalui kegiatan-kegiatan : mengurangi biaya melalui upaya
pencegahan, mengurangi kerugian dengan memindahkan kemungkinan
kerugian kepada pihak lain dengan biaya yang terendah dan sebagainya.
3. Pelaksanaan program penanggulangan risiko yang berhasil juga menyumbang
secara tidak langsung kepada pencapaian keuntungan perusahaan, melalui :
a. Keberhasilan mengelola risiko murni akan menimbulkan keyakinan dan
kedamaian hati kepada pimpinan / pengurus perusahaan, sehingga dapat
membantu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisa dan
menyimpulkan risiko spekulatif yang tidak dapat dihindari (dapat lebih
berkonsentrasi pada pengelolaan risiko spekulatif).
b. Adanya kondisi yang lebih baik dan kesempatan yang memungkinkan
akan mendorong pimpinan / pengurus perusahaan untuk memperbaiki
mutu keputusannya, dengan lebih memperhatikan pekerjaannya, terutama
yang bersifat spekulatif.
c. Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan risiko maka asumsi yang
digunakan dalam menangani pekerjaan yang bersifat spekulatif akan lebih
bijaksana dan lebih efisien.
d. Karena masalah ketidakpastian sudah tertangani dengan baik oleh manajer
risiko, maka akan dapat mengurangi keragu-raguan dalam pengambilan
keputusan yang dapat mendatangkan keuntungan.
28
e. Melalui perencanaan yang matang, terutama yang menyangkut
pengelolaan risiko, akan dapat menangkal timbulnya hal-hal yang dapat
mengganggu kelancaran operasi perusahaan; misalnya risiko akibat
kebangkrutan pelanggan / penyalur, supplier dan sebagainya.
f. Dengan diperhatikannya unsur ketidakpastian, maka perusahaan akan
mampu menyediakan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya,
yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai pertumbuhan.
g. Akan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari pihak-pihak yang
terkait dengan kegiatan perusahaan, meliputi kreditur, penyalur, suplier
dan semua pihak yang berpotensi menyumbang kepada terciptanya
keuntungan. Sebab pihak-pihak tersebut umumnya akan lebih suka
melakukan transaksi dengan perusahaan yang mempunyai cara
perlindungan yang baik terhadap risiko murni.
4. Kedamaian hati yang dihasilkan oleh cara pengelolaan risiko murni yang
baik, menjadi barang ”non ekonomis” yang sangat berharga bagi
perusahaan. Sebab hal itu akan memperbaiki kesehatan mental dan fisik
dari pimpinan, pengurus maupun pemilik perusahaan.
5. Keberhasilan mengelola risiko murni juga dapat membantu kepentingan
pihak lain, antara lain : para karyawan perusahaan, dapat menunjukkan
wujud tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat, sehingga
perusahaan akan mendapatkan simpati dari masyarakat.
Pentingnya Mempelajari Manajemen Risiko
Bagaimana pentingnya bagi orang yang mempelajari manajemen risiko
dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
1. Seseorang sebagai anggota organisasi / perusahaan, terutama seorang manajer
akan dapat mengetahui cara-cara / metode yang tepat untuk menghindari atau
mengurangi besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat
ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa yang merugikan (”peril”).
2. Seseorang sebagai pribadi:
29
a. Dapat menjadi seorang manajer risiko yang profesional dalam jangka
waktu yang relatif lebih cepat daripada yang belum pernah
mempelajarinya.
b. Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi manajer risiko dari
perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi anggota.
c. Dapat menjadi konsultan manajemen risiko, agen asuransi, pedagang
perantara, penasehat penanaman modal, konsultan perusahaan yang tidak
mempunyai manajer risiko dan sebagainya.
d. Dapat menjadi manajer risiko yang profesional dari perusahaan asuransi,
sehingga akan lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
program asuransi yang disusun dengan tepat.
e. Dapat lebih berhati-hati dalam mengatur kehidupan pribadinya sehari-
hari.
30
pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang,
dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu,
activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu
(1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives.
(4) Risk assessment (Penilaian risiko) Komponen ini menilai sejauhmana dampak
dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives.
Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat
dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang)
31
dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian,
besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara
likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative
techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan
beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan
internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk
angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic
models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.
(5) Risk response (Sikap atas risiko) Organisasi harus menentukan sikap atas hasil
penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu
dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (2) reduction,
yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko;
(3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian
dari risiko dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi
(biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti
pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang
optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances,
analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat
timbul dari setiap risk response.
32
menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian
memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan nilai etika;
(2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5)
filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7)
wewenang dan tanggung jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis
dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya
adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas
pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan
kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4)
supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan
manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi
dapat menjadi optimal
(8) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing)
maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin
pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.
33
Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu
(kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi
metodologi, dokumentasi, dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting
deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak
relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi
pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.
34
b. Adanya kondisi yang lebih baik dan kesempatan yang memungkinkan
akan mendorong pimpinan / pengurus perusahaan untuk memperbaiki
mutu keputusannya, dengan lebih memperhatikan pekerjaannya, terutama
yang bersifat spekulatif.
c. Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan risiko maka asumsi yang
digunakan dalam menangani pekerjaan yang bersifat spekulatif akan lebih
bijaksana dan lebih efisien.
d. Karena masalah ketidakpastian sudah tertangani dengan baik oleh manajer
risiko, maka akan dapat mengurangi keragu-raguan dalam pengambilan
keputusan yang dapat mendatangkan keuntungan.
e. Melalui perencanaan yang matang, terutama yang menyangkut
pengelolaan risiko, akan dapat menangkal timbulnya hal-hal yang dapat
mengganggu kelancaran operasi perusahaan; misalnya risiko akibat
kebangkrutan pelanggan / penyalur, supplier dan sebagainya.
f. Dengan diperhatikannya unsur ketidakpastian, maka perusahaan akan
mampu menyediakan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya,
yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai pertumbuhan.
g. Akan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari pihak-pihak yang
terkait dengan kegiatan perusahaan, meliputi kreditur, penyalur, suplier
dan semua pihak yang berpotensi menyumbang kepada terciptanya
keuntungan. Sebab pihak-pihak tersebut umumnya akan lebih suka
melakukan transaksi dengan perusahaan yang mempunyai cara
perlindungan yang baik terhadap risiko murni.
4. Kedamaian hati yang dihasilkan oleh cara pengelolaan risiko murni yang baik,
menjadi barang ”non ekonomis” yang sangat berharga bagi perusahaan. Sebab
hal itu akan memperbaiki kesehatan mental dan fisik dari pimpinan, pengurus
maupun pemilik perusahaan.
5. Keberhasilan mengelola risiko murni juga dapat membantu kepentingan pihak
lain, antara lain : para karyawan perusahaan, dapat menunjukkan wujud
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat, sehingga perusahaan
akan mendapatkan simpati dari masyarakat.
35
BAB III
METODE PENULISAN LAPORAN KKL
A. Lokasi/Objek KKL
Status Perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Bidang Usaha
Asuransi Sosial
Modal Perseroan
36
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah
Modal Disetor
Rp1.800.000.000.000,00
(satu triliun delapan ratus miliar rupiah)
Kepemilikan Saham
Seluruh saham Perseroan (100%) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia
Tanggal Pendirian
1 Januari 1961
Modal Perseroan
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah)
Modal Disetor
Rp1.800.000.000.000,00
(satu triliun delapan ratus miliar rupiah)
Kepemilikan Saham
Seluruh saham Perseroan (100%) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia
Tanggal Pendirian
1 Januari 1961
37
menyelenggarakan program asuransi sosial, dan optimalisasi pemanfaatan
sumber daya Perseroan untuk menghasilkan jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat guna meningkatkan nilai Perseroan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. angkutan umum sesuai
dengan Undang Undang No. 33 Tahun 1964 berikut peraturan
pelaksanaannya dan asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap
pihak ketiga sesuai dengan Undang Undang No. 34 Tahun 1964 berikut
peraturan pelaksanaannya. Mengadakan dan menutup perjanjian
asuransi 2. Conduct and close the motor vehicle insurance
kendaraan bermotor dan asuransi tanggung jawab menurut hukum
terhadap pihak ketiga dalam hal kecelakaan alat angkutan. Menerima
pertanggungan tidak langsung untuk 3. ditahan sendiri oleh Perseroan.
B. Jenis Data
Menurut cara memperolehnya :
Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau
seorang atau suatu organisasi langsung dari obyeknya. Contoh :
Mewawancarai langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti
preferensi konsumen bioskop.
Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik
secara komersial maupun non komersial. Contohnya adalah pada
38
peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar
atau majalah.
Menurut sumbernya :
Data internal adalah data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan
dalam suatu organisasi. Misal : data keuangan, data pegawai, data
produksi, dsb.
Data eksternal yaitu data yang menggambarkan suatu keadaan atau
kegiatan di luar suatu organisasi. Contohnya adalah data jumlah
penggunaan suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi
pelanggan, persebaran penduduk, dan lain sebagainya.
Menurut sifatnya :
Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka
Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka
Menurut waktu pengumpulannya :
Cross section / insidentil adalah dikumpulkan pada suatu waktu
tertentu. Contohnya laporan keuangan per 31 desember 2006, data
pelanggan PT. Angin Ribut bulan mei 2004, dan lain sebagainya.
Data berkala / time series data adalah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau
kecenderungan keadaan/peristiwa/kegiatan. Contoh data time series
adalah data perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro
eropa dari tahun 2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah nurdin m.
top dan doktor azahari dari bulan ke bulan, dll.
39
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket
cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai
wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip
penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris
pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup
maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi,
kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada
responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam
sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai
bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala
sekolah, hubungan antar guru, dsb.
40
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant
merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam
kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti
yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa
yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh
data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa
mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar
cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun
peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan
sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara
pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat
diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya
sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu
kelancaran wawancara.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang
ingin digali dari responden.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
42
belum ditentukan dan Integrasi Early Warning System pada Modul Operasional
dan Keuangan dalam ERP terkait prioritas pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
divis Teknologi Informasi Komunikasi.
Pelaksanaan Manajemen Risiko yang terintegrasi merupakan pilar dari
implementasi tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance
(GCG) secara menyeluruh dilingkungan Perusahaan. Pada tahun 2014
dilaksanakan self-assessment GCG yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan
Intern (SPI) untuk penerapan GCG tahun 2013 berdasarkan Surat Keputusan
Sekretaris Kementrian Badan Usaha Milik Negara No. SK-16/ S-MBU/2012
tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi Atas Penetapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik
Negara. Nilai Akhir Penerapan GCG yang diperoleh PT. Jasa Raharja (persero)
dalam Self Assessment tahun 2013 unuk seluruh aspek telah mencapai 93.48%
dengan klasifikasi “Sangat Baik”, dengan capaian nilai untuk masing-masing
aspek sebagai berikut:
Bagi manajemen Perusahaan, implementasi GCG bukan hanya sekedar
upaya pemenuhan regulasi, akan tetapi merupakan kesadaran internal untuk
membuat Perusahaan hidup dalam suasana bisnis yang sehat, bertanggung jawab,
dan berdaya tahan tinggi dalam menjawab tantangan bisnis. Implementasi GCG
sudah menjadi kebutuhan dalam meningkatkan kinerja Perusahaan sehingga dapat
tercapai tujuan akhir sebagai well governed company. Penerapan praktik GCG
telah ditetapkan sebagai salah satu indikator dalam Key Performance Indicators
(KPI) yang tercantum dalam Kontrak Manajemen Perusahaan. Pada tahun 2014
telah dilakukan tindak lanjut atas area of improvement yaitu antara lain Training
of Trainer (ToT) GCG sebagai langkah awal melakukan sosialisasi pedoman-
pedoman GCG dan penyusunan KPI Direktorat sampai dengan Kantor
Perwakilan.
Dalam rangka menindaklanjuti hasil positif dari pelaksanaan penilaian
BUMN Bersih, serta dalam rangka melakukan langkah perbaikan yang
disampaikan oleh Tim BUMN Bersih pada kegiatan audit BUMN Bersih Level 1,
perlu dilakukan updating terhadap panduan GCG yang berlaku saat ini. Kemudian
43
diambil langkah penyesuaian atas 8 buku pedoman yang telah ada dan disusun 1
buku pedoman tambahan yaitu Pedoman Pengendalian Kecurangan.
Bersih Level 1 Audit Activity, GCG Code updating needs to be done.
Further, adjustment of 8 existign amnual books and preparation of 1 additional
manual book, that is Anti-Fraud Guideline, are needed.
Pada tahun 2014 dilaksanakan pengukuran tingkat maturitas pengelolaan
risiko atau biasa disebut Maturity Level Assessment yaitu metode pendekatan
pengukuran secara terstruktur yang banyak digunakan oleh berbagai industri
saat ini, dimana proses pengukuran menggunakan beberapa atribut dan
parameter sehingga diketahui level penerapan manajemen risiko dalam suatu
korporasi secara konkrit, dan sesuai dengan best practices yang ada. Tingkat
maturitas penerapan manajemen risiko Perusahaan telah mencapai level Initial dan
sementara berproses menuju ke level Repeatable atau Managed, melalui
pemenuhan peluang-peluang perbaikan yang akan disusun ke dalam Road Map
Manajemen Risiko.
Kompetensi dan Aktifitas Pengelolaan
No Capaian Tingkat Maturitas
Resiko
Pendekatan Penerapan Berbasis ISO
1 1.75
31000:2009
2 Pengelolaan Proses Manajement Risko 2.17
3 Pengelolaan Selera Risiko 2.83
Penggalian Akar Penyebab (Root Cause
4 1.79
Discipline)
5 Pengungkapan Risiko 2.04
6 Pengelolaan Kinerja 2.00
7 Busines Resiliency and Sustainability 1.72
Total Skor 2.04
Level Maturitas Initial
Tabel 2
44
KLASIFIKASI LEVEL MATURITAS
Skor Kualitatif
1-1.99 Ad Hock
2-2.99 Intial
3-3.99 Repetable
4-4.99 Managed
≥5 Leadership
Tabel 3
Kajian penyusunan RKAP berbasis risiko
Sesuai dengan ketentuan dari Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
01/MBU/2011 pasal 25 terkait dengan kewajiban penerapan manajemen risiko,
maka Direksi PT Jasa Raharja (Persero) bermaksud untuk mengintegrasikan
proses manajemen risiko ke dalam proses penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun anggaran 2015 dengan menerapkan
anggaran berbasis risiko, kemudian disusun suatu petunjuk pelaksanaan untuk
mengintegrasikan proses manajemen risiko dalam penyusunan RKAP tahun
mendatang, sehingga semua kegiatan penting dari Perusahaan telah didukung
dengan kajian risiko yang memadai dan diikuti pula dengan ketersediaan anggaran
guna melaksanakan mitigasi ataupun tindakan penanganan risiko lainnya yang
diperlukan.
Manajemen Peristiwa Kerugian atau Loss Event
Manajemen peristiwa kerugian adalah sistem pendokumentasian yang
terstruktur atas peristiwa kerugian yang telah terjadi sebagai bagian dari
pengelolaan risiko korporasi. Manajemen peristiwa kerugian dikembangkan guna
meningkatkan akurasi dan memperkaya rencana penanganan risiko.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Menindaklanjuti UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan PP
no 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 maka dipandang perlu untuk
membuat pedoman/manual tentang SMK3 di Perusahaan. Penerapan SMK3
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, prosedur
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
45
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan pengoperasian layanan Perusahaan.
Ditetapkan pula tingkat penilaian penerapan SMK3 yang diharapkan, yaitu
pencapaian penerapan minimal 85% terpenuhinya prosedur yang telah ditetapkan
(tingkat penerapan “Memuaskan”).
Penyusunan Laporan Implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul
(KPKU) PT Jasa Raharja (Persero) Tahun 2014 dalam prosesnya, telah
memberikan banyak masukan dan pembelajaran bagi Perusahaan untuk
mengembangkan dan mengintegrasikan bisnis Perusahaan serta menselaraskan
fungsi-fungsi yang ada sebagaibentuk konsistensi Perusahaan dalam
mengimplementasikan rencana, proses-proses, informasi, keputusan-keputusan
sumberdaya, tindakan, hasil-hasil, analisis dan pengendalian risiko untuk
mendukung pencapaian tujuan Perusahaan. Berikut adalah hasil dari self-
assessment Laporan Implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) PT
Jasa Raharja (Persero) Tahun 2014 :
No Katagori Point % Skor
1 Kepemimpinan 120 50 60.00
2 Perencanaan Strategis 85 50 42.50
3 Fokus Pelanggan 85 37 31.75
Pengukuran Analisis &
4 Manajemen 90 48 42.75
5 Fokus Tenaga Kerja 85 50 42.50
6 Fokus Operasi 85 47 40.50
7 Hasil 350 33 146.75
Total Skor 406.75
Early
Level Improvement
Tabel 4
46
Level
876-1000 World Leader
776-875 Benchmark Leader
676-775 Industry Leader
576-675 Emerging Industry Leader
476-575 Good Performance
376-475 Early Improvement
276-375 Early Result
0-275 Early Development
Tabel 5
Diharapkan hasil assessment dan feed back atas hasil assessment menjadi
alat evaluasi kinerja Perusahaan secara menyeluruh dalam kerangka pencapaian
kinerja ekselen. Adapun pelaksanaan assessment yang dilakukan oleh Tim KPKU
dari Kementerian BUMN, pelaksanaannya telah dilakukan dari tanggal 29
November 2014 sampai dengan tanggal 5 Desember 2014 , namun hingga akhir
Desember tahun 2014 skor akhir KPKU dari Kementerian BUMN dimaksud
belum diterbitkan, diharapkan pada awal tahun 2015 nanti penilaian yang
dimaksud sudah dapat diterima oleh Perusahaan.
Pada tahun 2014 juga dilakukan penyempurnaan and terhadap aplikasi
software manajemen risiko dan pengintegrasian database GCG dan risiko dengan
formulir permintaan pembayaran transaksi (FPPT) 288 yang terdapat dalam ERP
Perusahaan telahdiakomodir dalam pembuatan desain web service integrasi GCG
dan MR dengan FPPT, sehingga upaya untuk menamankan budaya GCG dan MR
ke dalam praktik sehari-hari insan Jasa Raharja akan dapat ditingkatkan.
Berikut adalah gambaran desain FPPT berbasis GCG dan Risiko Telah
diselenggarakan Training of Trainers (ToT)
Good Corporate Governance, Training of Trainers Good Corporate
Governance (GCG), Workshop (ToT), Risk Management Workshop and
Exvellent Manajemen Risiko, dan Sharing Kriteria Penilaian Performance
Assessment Criteria (KPKU) Sharing Kinerja Unggul (KPKU) sebanyak 3
angkatan yang had been organized for 3 batches participated by diikuti oleh
47
Seluruh Kepala Cabang dan Kepala all Branch Head and Representative Office
Head as Perwakilan sebagai upaya melakukan sosialisasi efforts to
disseminate 9 GCG Code and increase 9 buku panduan GCG dan
meningkatkan nilai maturitas pengelolaan risiko di Perusahaan.
Selain itu disampaikan pula sharing Kriteria Performance Assessment
Criteria (KPKU) was also Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) BUMN untuk
kepada peserta agar nantinya dapat berkontribusi KPI. dalam mendukung
pencapaian nilai KPKU yang telah menjadi KPI Manajemen.
Berdasarkan KPI Korporat tahun 2014 sesuai dengan Shareholder
Aspiration S-08/S.MBU/2013 tanggal 16 Januari 2013 maka Pengendalian Risiko
menjadi salah satu indikator KPI Korporat sebagai target tahun 2014 adalah nilai
akumulasi dari 10 risiko korporasi teratas PT Jasa Raharja (Persero) sebesar
75,00, sedangkan nilai akumulasi dari 10 risiko korporasi teratas tahun 2013
adalah 94,30. Sepanjang tahun 2014 telah dilakukan upaya pengendalian atau
penanganan risiko baik dengan meningkatkan kualitas atau kuantitas dari
pengendalian yang sudah ada maupun melakukan mitigasi atau pengendalian
tambahan, sehingga pencapaian nilai risiko pada akhir tahun 2014 dengan
mempertimbangkan keefektivitasan pengendalian risiko adalah 74,10 (penurunan
sebesar 22%) dengan rincian sebagai berikut :
48
49
50
Tabel 5
Sehingga KPI Korporat tahun 2014 Aspek Kepemimpinan, Tata Kelola,
Tanggung Jawab Kemasyarakatan dengan indikator Pengendalian Risiko dapat
terpenuhi.
51
Penetapan UU No 40/2014 sebagai pengganti UU No. 2/1992 tentang
Perasuransian Rancangan Peraturan OJK (RPOJK) yang mengatur perubahan
besaran santunan kecelakaan yang diberikan PT Jasa Raharja (Persero) dan juga
pengaturan kebijakan ex-gratia. Kajian atas pengembangan produk asuransi
derivatif ditindaklanjuti melalui pelaksanaan kajian Brand Audit berbasis
Pelanggan tahun 2014. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pengenalan masyarakat terhadap Jasa Raharja masih terbatas dan belum ada
pembedaan dengan asuransi lain. Setelah melalui proses pelaporan profil risiko
dari seluruh Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan serta Unit kerja di Kantor
Pusat dan dilanjutkan dengan proses validasi yang melibatkan Manajemen
Perusahaan maka dapat kami laporkan profil risiko korporasi tahun 2014 adalah
sebagai berikut: Pelaksanaan Manajemen Risiko akan dapat membantu
Perusahaan dalam upaya mempertahankan eksistensinya melalui
konsistensi unit kerja teknis/Risk taking unit (RTU) dalam melakukan
pengendalian risiko yang ada di masing - masing unit. Dengan melakukan
pengendalian risiko secara konsisten maka Perusahaan akan memiliki ketahanan
dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan ketidakpastian yang mungkin terjadi
di masa mendatang.
52
Tabel 7
53
BAB V
KESIMPULAN
54
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Carol and Sheedy, Elizabeth (2004). The Professional Risk Managers'
Handbook: A Comprehensive Guide to Current Theory and Best
Practices (1st ed.). Wilmington, DE: PRMIA Publications. ISBN 0-
9766097-0-3.
Crockford, Neil (1986). An Introduction to Risk Management (2nd ed.).
Woodhead-Faulkner. 0-85941-332-2.
Dorfman, Mark S. (1997). Introduction to Risk Management and Insurance (6th
ed.). Prentice Hall. ISBN 0-13-752106-5.
Gorrod, Martin (2003). Risk Management Systems: Technology Trends (Finance
& Capital Markets). Palgrave Macmillan. ISBN 1-4039-1617-9.
Lam, James (2003). Enterprise Risk Management: From Incentives to Controls.
John Wiley. ISBN-13 978-0471430001.
Stulz, René M. (2003). Risk Management & Derivatives (1st ed.). Mason, Ohio:
Thomson South-Western. ISBN 0-538-86101-0.
Thomsett, Rob (2002). Radical project management. Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall PTR. ISBN 0-13-009486-2.
van Deventer, Donald R., Kenji Imai and Mark Mesler (2004). Advanced
Financial Risk Management: Tools & Techniques for Integrated Credit
Risk and Interest Rate Risk Management. John Wiley. ISBN13 978-
0470821268.
55
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
Oleh :
Widiandika Triwibowo
(B.131.13.0525)
UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
2016
56