Anda di halaman 1dari 56

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)


MANAJEMEN RESIKO PADA PT. JASA RAHARJA DI SURABAYA

Dipersiapkan dan disusun oleh


Widiandika Triwibowo
NIM : B.131.13.0525

Telah diujikan pada tanggal

Pembimbing

C. Tri Widiastuti, SE, MM

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini telah diterima untuk memenuhi
persyaratan dalam menempuh kurikulum pada Fakultas Ekonomi Universitas
Semarang Jurusan Manajemen.

Tanggal,
Ketua Jurusan

Adijati Utaminingsih, SE, MM

1
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan laporan yang berjudul “MANAJEMEN RESIKO PADA PT. JASA
RAHARJA DI SURABAYA”.
Terselesainya Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini tidak lepas berkat
bantuan berbagai pihak yang telah membantu penulis maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Ir. Kesi Widjajanti,SE.MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Semarang.
2. Adijati Utaminingsih, SE, MM selaku Kajur Manajemen Universitas
Semarang
3. C. Tri Widiastuti, SE, MM selaku Dosen Pembimbing
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan ini.

Dalam penulisan Laporan ini tidak lepas dari berbagai kekurangan dan
kelemahan, lantaran keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan
demi perbaikan dan kesempurnaannya.

Harapan dari penulis, semoga Laporan Kerja Lapangan (KKL) ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 28 Mei 2016


Penulis

Widiandika Triwibowo

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................... ........... 2
DAFTAR ISI........................................................................... .......................... 3
DAFTAR TABEL........................................................................... .................. 4
DAFTAR GAMBAR........................................................................... ............. 5
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 6
LATAR BELAKANG........................................................................ 6
TUJUAN PENULISAN LAPORAN................................................. 8
MANFAAT PENULISAN LAPORAN............................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 9
BAB III METODE PENULISAN LAPORAN............................................... 36
LOKASI/OBJEK KKL..................................................................... 36
JENIS DATA.................................................................................... 38
TEKNIK PENGUMPULAN DATA................................................ 39
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 42
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 55

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1………………………………………………………………………… 13
Table 2………………………………………………………………………… 14
Table 3………………………………………………………………………… 17
Table 4………………………………………………………………………… 18

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1………………………………………………………………………… 42
Gambar 2………………………………………………………………………… 44
Gambar 3………………………………………………………………………… 45
Gambar 4………………………………………………………………………… 46
Gambar 5………………………………………………………………………… 47
Gambar 6………………………………………………………………………… 51
Gambar 7………………………………………………………………………… 53

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan era global dewasa ini, sarana transportasi merupakan


kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam melakukan
kegiatan-kegiatannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dibidang lalu lintas dan transportasi, ternyata tidak hanya
memberikan manfaat dan pengaruh positif terhadap perilaku kehidupan
masyarakat, namun juga membawa dampak negatif antara lain timbulnya
masalah-masalah di bidang lalu lintas seperti kecelakaan lalu lintas. Korban
kecelakaan lalu lintas baik luka ringan maupun luka berat dan ahli waris
korban meninggal dunia sangat membutuhkan biaya untuk keperluan
pengobatan maupun biaya pemakaman.
Maksud dan tujuan perusahaan Jasa Raharja adalah turut
melaksanakan dan menunjang kebijakan program Pemerintah di bidang
ekonomi, jaminan sosial dan pembangunan nasional pada umumnya,
khususnya di bidang asuransi kerugian dengan menyelenggarakan program
asuransi sosial, dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk
menghasilkan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat guna
meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas.
Pola dasar Pembangunan Nasional meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional. Dalam pola
dasar juga ditandaskan bahwa pembangunan nasional pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat
Indonesia.
Pada dasarnya, setiap warga negara harus mendapat perlindungan
terhadap kerugian yang diderita karena risiko-risiko tersebut oleh Negara.
Khususnya risiko yang

6
diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas, yang dewasa ini semakin meningkat.
Peningkatan
kecelakaan di jalan raya tersebut disebabkan karena kemajuan ekonomi dan
teknologi khususnya dibidang tranportasi, oleh sebab itu masyarakat pengguna
sarana jalan raya, harus memperoleh jaminan perlindungan dari pemerintah.
(BUMN) PT. Jasa Raharja ( Persero) sebagai alat untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab sosial untuk memupuk, menghimpun dan
menyalurkan dana santunan jasa raharja sebagai jaminan pertanggungan
kepada korban/ahliwaris korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya, angkutan
umum sesuai dengan Undang Undang No. 33 Tahun 1964 berikut peraturan
pelaksanaannya dan asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak
ketiga sesuai dengan Undang Undang No. 34 Tahun 1964 berikut peraturan
pelaksanaannya.
PT Jasa Raharja (Persero) saat ini telah memiliki pegawai sebanyak
2.024 orang yang berada di Kantor Pusat sebanyak 264 pegawai dan di
Cabang/Perwakilan/ Samsat sebanyak 1.760 pegawai. Penambahan jumlah
pegawai yang dilakukan oleh perusahaan setiap tahun disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan dan proses penerimaannya dilakukan bekerja sama
dengan pihak ketiga.
PT Jasa Raharja (Persero) memiliki 28 kantor cabang, 61 kantor
perwakilan, 50 kantor Pelayanan Jasa Raharja (KPJR) dan 978 Kantor
Bersama Samsat yang tersebar diseluruh Indonesia.
Kegiatan Usaha Utama PT. Jasa Raharja adalah melaksanakan
asuransi kecelakaan penumpang alat angkutan umum sesuai dengan Undang
Undang No. 33 Tahun 1964 berikut peraturan pelaksanaannya dan asuransi
tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga sesuai dengan Undang
Undang No. 34 Tahun 1964 berikut peraturan pelaksanaannya. Kedua,
mengadakan dan menutup perjanjian asuransi kendaraan bermotor dan
asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga dalam hal
kecelakaan alat angkutan. Ketiga, enerima pertanggungan tidak langsung

7
untuk ditahan sendiri oleh Perseroan. Ke-empat, melakukan kegiatan-kegiatan
investasi dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fokus penulisan laporan adalah mengenai manajemen resiko pada
perusahaan Jasa Raharja.

B. Tujuan Penulisan Laporan

Tujuan yang ini dicapai dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja


Lapangan (KKL) ini adalah :
 Untuk mengetahu aspek apa saja dalam manajemen risiko PT. Jasa
Raharja
 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam dunia kerja
 Untuk memnuihi persyaratan dalam menempuh kurikulum pada Fakultas
Ekonomi Universitas Semarang.

C. Manfaat Penulisan Laporan

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penyususn Laporan Kuliah Kerja


Lapangan ini adalah penulis telah mengikuti salah tau mta kuliah wajib bagi
setiap mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Semarang dan sebagai
penghantar bagi penelitian yang akan dilakukan mahasiswa dalam rangka
penyusunan skripsi.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

Pengertian Manajemen Resiko adalah sebuah sistem pengawasan


resiko serta sistem perlindungan inventaris, harta benda, keuntungan, dan hak
milik sebuah badan usaha atau perusahaan atau pun perorangan dari kemungkinan
kerugian yang dialami sebagai akibat adanya suatu resiko. Proses manajemen
resiko meliputi beberapa kegiatan, yaitu identifikasi, evaluasi, dan kontrol atau
pengendalian resiko yang bersifat mengancam dan dapat menimbulkan kerugian
bagi suatu perusahaan yang tengah aktif menjalankan usaha. Dalam bidang
manajemen resiko, definisi resiko sendiri yaitu suatu kemungkinan peristiwa atau
keadaan yang bersifat mengancam terhadap target atau pencapaian tujuan suatu
perusahaan.
Resiko, dalam manajemen resiko, memiliki beberapa tingkatan (derajat
resiko/ risk degree), yaitu resiko besar dan resiko kecil. Setiap perusahaan
pastinya memiliki dua tingkatan resiko tersebut dan masing-masing tingkatan
resiko dapat memberi imbas yang berbeda bagi perusahaan. Kemudian jenis-jenis
resiko terbagi menjadi 5, yaitu:
 resiko yang tidak dapat diukur dan resiko yang dapat diukur
 resiko nonfinansial dan resiko finansial
 resiko dinamis dan resiko statis
 resiko khusus dan resiko fundamental
 resiko spekulatif dan resiko murni
Sementara itu, sumber lain mengklasifikasikan resiko menjadi beberapa
jenis, yaitu:
 Resiko operasional, yaitu jenis resiko yang muncul akibat tidak
berfungsinya bagian internal perusahaan dan beberapa penyebab lainnya
seperti human error dan sistem yang gagal. Penyebab timbulnya resiko
operasional ini diklaim sebagai penyebab yang paling luas bila
dibandingkan dengan jenis resiko lainnya. Selain disebabkan oleh
beberapa hal yang telah disebutkan di atas, ada penyebab lain timbulnya

9
resiko operasional, seperti akuntansi, kegiatan operasional (baik kegiatan
operasional untuk barang dan jasa), sistem informasi manajemen, sistem
teknologi informasi, dan sistem manajemen sumber daya manusia (HRM).
 Resiko hazard/ resiko bahaya, yaitu sejumlah faktor yang dapat
mempengaruhi berbagai akibat yang timbul akibat suatu peristiwa.
Kerugian yang dialami oleh sebuah perusahaan merupakan contoh
penyimpangan yang tentunya tidak diinginkan oleh semua perusahaan.
Adapun beberapa faktor yang diklaim sebagai sumber alias kerugian yang
dialami oleh suatu perusahaan, antara lain resiko sosial, resiko ekonomi,
dan resiko fisik. Sangat penting bagi manajer resiko untuk
mengidentifikasi sumber resiko yang ada pada sebuah perusahaan agars
manajer dapat langsung mengambil langkah tepat untuk menanganinya.
 Resiko finansial, yaitu suatu resiko yang umumnya dialami oleh investor.
Resiko ini muncul sebaagi akibat saham dan obligasi emiten yang tidak
mampu mampu membayar deviden atau bunga, atau pokok pinjaman
beserta bunganya.
 Resiko strategic, yaitu resiko yang biasanya muncul akibat terjadi suatu
rangkaian peristiwa atau kondisi yang tak diduga di mana kejadian atau
peristiwa tersebut dapat menurunkan kemampuan seorang manajer untuk
mengaplikasikan ide atau strateginya.

Pengertian Risiko
Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang
kita umumnya secara intuitif sudah memahami apa yang dimaksudkan. Tetapi
pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu
antara lain :
1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H).
2. Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan
peristiwa kerugian (loss) (A. Abas Salim).
3. Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto).

10
4. Risiko merupakan penyebaran / penyimpangan hasil aktual dari hasil yang
diharapkan (Herman Darmawi).
5. Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil / outcome yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi).
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak
diduga / tidak diinginkan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan
terjadinya sesuatu, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian. Dengan
demikian risiko mempunyai karakteristik :
A. merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa,
B. merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
Ujud dari risiko itu dapat bermacam-macam, antara lain :
1. Berupa kerugian atas harta milik / kekayaan atau penghasilan, misalnya yang
diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran dan sebagainya.
2. Berupa penderitaan seseorang, misalnya sakit / cacat karena kecelakaan.
3. Berupa tanggungjawab hukum, misalnya risiko dari perbuatan atau peristiwa
yang merugikan orang lain.
4. Berupa kerugian karena perubahan keadaan pasar, misalnya karena terjadinya
perubahan harga, perubahan selera konsumen dan sebagainya.

Pengertian Risiko Operational.


Risiko operational merupakan risiko yang umumnya bersumber dari
masalah internal perusahaan, dimana risiko tersebut terjadi disebabkan oleh
lamanya sistem kontrol manajemen (management controlsystem). Yang dilakukan
oleh pihak internal perusahaan. Misalnya risiko operational adalah risiko pada
komputer karena telah terserang virus, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan
kerja, kesalahan dalam pencatatan pembelian barang dan tidak adanya
kesepakatan bahwa barang yan dibeli dapat ditukar kembali dan sebagainya.

Risiko operasonal dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung


maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan
memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang melekat (inherent)

11
pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan
dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan,
pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi
manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.Risiko operasional bukanlah
hal baru walaupun disadari merupakan risiko yang paling akhir terdefinisikan
dalam Basel II.
Definisi risiko operasional dalam Basel II adalah termasuk risiko hukum,
namun tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi.Menurut
(Mamduh:2009) risiko operational merupakan tipe risiko yang paling tua, tetapi
yan paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya. (misalkan
risiko pasar ataupun risiko tingkat bunga). Perusahaan sudah mengenali risiko
operational meskipun dengan nama yang berbeda. Sebagai contoh perusahana
selalu berusaha memperbaiki sistem, prosedur, atau proses bisnis melalui
manajemen kualitas, perusahaan memberikan training kepada karyawannya agar
mereka semakin terlatih dan semakin sedikit membuat kesalahan. Dalam konteks
manajemen risiko, upaya terseut dipandag sebagai upaya untuk mengelola atau
menurunkan risiko operational.

Pengukuran risiko operational


Salah satu teknik untuk mengukur resiko operasional adalah dengan
menggunakan dua klasifikasi, yaitu:

1. Frekuensi atau probabilitas terjadinya resiko.


2. Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari resiko tersebut.

Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat matriks


frekuensi/tingkat untuk resiko-resiko yang ada, termasuk resiko operasional.
Berikut contoh aplikasi matriks termasuk untuk gagal bayar dan kesalahan
pemrosesan transaksi.

12
Severity
B Gagal bayar

A Kesalahan pemrosesan

Frequency

Gambar 1
Bagan diatas menunjukkan bagan metriks dengan dimensi frekuensi di
sumbu horizontal dan dimensi severity pada sumbu vertical. Resiko-resiko bisa
diklasifikasi berdasarkan dimensi-dimensi tersebut. Misalnya, resiko gagal bayar
dari debitur perusahaan besar biasanya jarang terjadi. Karena itu resiko itu
diklasifikasi sebagai dengan frekuensi rendah. Tetapi jika terjadi, kerugian yang
timbul bisa sangat besar. Karena itu resiko tersebut diklasifikasi dengan severity
tinggi. Gabungan antara frekuensi rendah dengan severity tinggi terlihat pada titik
B pada bagan diatas. Sebaliknya, kesalahan pemrosesan atau kesalahan pencatatan
transaksi akan sering terjadi (apalagi jika proses pencatatan masih secara manual).
Tetapi tingkat severity dari kesalahan tersebut tidak terlalu tinggi. Karena itu
kesalahan pemrosesan berada pada titik A. dengan proses semacam itu, kita bisa
memperoleh gambaran mengenai frekuensi dan severity dari suatu resiko, yang
selanjutnya mempunyai implikasi pada bagaimana mengelola resiko tersebut.
Sebagai contoh, berikut ini strategi menghadapi resiko berdasarkan metrics
severity/frequency.

13
Risk Map
s
i 10
g 9 Quadrant II Quadrant I
n High 8 (Detect and Monitor) (Prevent at Source)
i 7
f 6
i 5
c 4 Quadrant IV Quadrant III
a Low 3 (Low Control) (Monitor)
n 2
c 1
e 2 3 4 5
Low High
Likelihood
Gambar 2
Perhatikan bahwa matriks likelihood (frekuensi) dan significance
(severity) dikelompokan dalam empat kuadran, yaitu:
1. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah
2. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah
3. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi
4. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi

Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan melalui


beberapa cara. Misalnya severity atau frekuensi yang lebih besar dibandingkan
dengan median atau rata-rata dari resiko yang ada (dalam daftar) dikelompokkan
kedalam severity atau frekuensi tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendah
tersebut dapat dilakukan melalui perhitungan angka absolute atau bias melalui
survey terhadap menajer-manajer perusahaan. Melalui pertanyaan-pertanyaan
seperti itu teridentifikasi letak masing-masing resiko berdasarkan dimensi

14
signifikansi dan kemungkinan. Selanjutnya, strategi yang tepat bisa dirumuskan
untuk mengelola resiko tersebut.

 Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah: low


control.
Perusahaan dapat menerapkan pengawasan yang rendah terhadap
resiko pada kategori ini. Pengawasan yang terlalu berlebihan pada jenis
resiko ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan
manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika perusahaan tidak melakukan
pengawasan yang berlebihan.
 Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah: detect and
monitor.
Tipe resiko seperti ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika
resiko seperti ini muncul, perusahaan bisa mengalami kerugian yang
cukup besar, dan barang kali dapat mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi
frekuensi resiko tersebut relative jarang, sehingga tidak mudah ditemui
atau dikenali oleh perusahaan. Karena itu resiko tipe ini paling sulit
dipahami karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapan datangnya. Misalnya,
Baring gagal melakukan pengawasan terhadap trading yang diluar batas
oleh salah seorang tradernya, kemudian terjadi kerugian yang
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan tersbut. Frekuensi resiko
semacam ini relative jarang ditemui.

 Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi: Monitor.

Tipe resiko semacam ini seringkali muncul tapi besarnya kerugian


relative kecil. Biasanya resiko semacam ini muncul sebagai akibat
perusahaan menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, resiko semacam ini
merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan bisnisnya. Misalnya,
untuk perusahaan supermarket, ada resiko shoplifting (pencurian oleh
pembeli), pencurian oleh karyawan, barang dagangan rusak karena busuk

15
atau karena botol pecah, resiko semacam ini lebih mudah dikenali, dan
perusahaan bisa menghitung resiko tersebut. Kemudian perusahaan bisa
menganggapnya sebagai biaya dari kegiatan bisnis, dan perusahaan bisa
memasukannya dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan
memasukan biaya seperti itu ke dalam struktur harga mereka. Perusahaan
bisa memonitor resiko-resiko tersebut untuk memastikan bahwa resiko
tersebut masih berada pada wilayah normal. Jika resiko tersebut bergerak
melebihi batas tertentu, maka perusahaan perlu melakukan tindakan untuk
menangani resiko tersebut. Misalnya, jika frekuensi pencurian oleh
pembeli supermarket menunjukkan kecenderungan menin gkat maka
manajer perlu melakukan perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut pada
intinya memperbaiki prosedur dan proses bisnis. Misalnya, pada kasus
pencurian diatas, manajer supermarket bisa meminta pembeli untuk
meninggalkan tas, memasang supermarket di supermarket, memasang
barcode pada setiap produk yang dipajang (sehingga jika tidak di lepas dan
melewati tiang scanner akan berbunyi).
 Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: prevent at
source.
Tipe resiko seperti ini tidak releven lagi dibicarakan, karena jika
situasi semacam ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa
mengendalikan resiko, dan bisa berakibat pada kebangkrutan. Misalnya,
jika perusahaan tidak bisa mengendalikan penggelapan uang dengan
jumlah besar oleh karyawannya (tipe resiko ini berada dalam kuadran
frekuensi rendah/signifikansi tinggi), maka ada kemungkinan resiko ini
berubah menuju kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi). Jika hal ini
terjadi, maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam waktu singkat.
Dengan perspektif semacam ini, maka tugas manajemen resiko adalah
mencegahnya migrasi resiko-resiko yang ada ke dalam kuadran frekuensi
tinggi/signifikansi tinggi.

16
S Tinggi
Wilayah 1
E
Wilayah 2
V
Wilayah 3
E
R
I
T
Wilayah 4
Y Rendah

Rendah Tinggi
Frequency
Gambar 3
Strategi untuk menghadapi resiko di wilayah-wilayah tersebut sebagai
berikut:
Wilayah 1. Severity tinggi dan frekuensi tinggi: Immediate Action
Untuk wilayah ini, perusahaan haruas melakukan penanganan yang
agresif dan segera (Immediate Action).
Wilayah 2: Severity tinggi dan frekuensi agak tinggi: Immediate Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan harus mengawasi resiko ini (Immediate
Attention).
Wilayah 3: severity agak tinggi dan frekuensi agak tinggi: Periodic Attention
Untuk wilayah ini, perusahaan harus bisa melakukan pengawasan secara
berkala (periodic attention).
Wilayah 4: serity rendah dan frekuensi rendah: Annual Evaluation
Untuk wilayah ini, perusahaan ini bisa lebih longgar, yaitu melakukan
pengawasan dengan jangka waktu panjang, misalnya tathunan. (annual
evaluation).
aspek dinamika resiko juga perlu diperhatikan. Resiko bisa
berubah dari wilayah 4 ke wilayah lainya, misal ke wilayah 2. Misalnya,
resiko tuntutan hokum barangkali tidak begitu kelihatan di masa lalu.

17
Tetapi dengan semakin sadarnya masyarakat akan hak dan kewajibanya,
resiko tersebut bisa berubah menjadi resiko yang semakin pentin.
Pengukuran resiko oprasional dapat kita lakukan dengan penempatan
tingkatan dari setiap bentuk resiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi
resiko maka semakin tinggi kem ungkinan untuk memperoleh retrun yang
di harapkan, dengan asumsi resiko dan retrun besifat linier.

Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat dalam gambar di bawah ini:

E(R)
IV I

III II Risk (σ)

Gambar 4
Pada gambar diatas dapat kita pahami bahwa terdapat suatu hubungan kuat
antara expected return / E(R) dan Risk (σ). Dimana setiap titik-titik dan wilayah
tersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut:
1. Posisi 1 adalah dimana E(R) berada di posisi tertinggi dan σ juga berada di
posisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka
semakin tinggi kemungkinan terjadinya σ. Atau dengan kata lain disini kondisi
maksimalitas E(R) bersifat searah (linier) dengan resiko yang akan diterima.
Misalnya, pada saat suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitas
atau profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat
pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningfkatkan
jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnyya perusahaan bisa
memproduksi 4.000 unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700 unit.
Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada resiko operasional
perusahaan seperti:

18
a. Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat karena
dipakai dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi.
b. Kebutuhan bahan baku yang di butuhkan akan mengalami peningkatan
yang tinggi dan tidak boleh berhenti karena akan mempengaruhi
kelancaran produksi secara tepat waktu.
2. posisi II adalah dimana E( R) berada pada posisi rendah dan σ berada pada
posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non
melakukan antisipasi dan menetapkan strategi yang maksimal guna menghindari
semakin terjadinya pergerakan terjadinya kenaikan resiko yang lebih tinggi,karena
semakin tingginya resiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal pada
perusahaan, misalnya:
a. Peningkatan kerugin perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauh
dana cadangan akan lebih banyak terkuras
b. Jika resiko kerugian ini di biarkan terus menerus maka akan
menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress
(kesulitan keuangan).
3. posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada
posisi yang rendah, atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah (linier).
4. pisisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi
yang rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier)
pada kondisi yang seperti ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu di
cermati:
a. Resiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan posisi
perusahaan berada pada titik posisi II
b. Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat control resiko (risk control)
menjadi lemah karena perusahaan selama ini terbuai oleh profit yang terus
menerus mengalami kenaikan.
c. Semangat kerja under pressure yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II, dan ini bisa berdampak
pada penurunan kedisiplinan kerja serta target pekerjaan yang harus
dikerjakan.

19
Ketidakpastian
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian
adalah merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, karena
mengakibatkan keragu-raguan seorang mengenai kemampuannya untuk
meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa
mendatang. Dimana kondisi yang tidak pasti itu karena berbagai sebab, antara
lain:
1. Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu
berakhir / menghasilkan, dimana makin panjang tenggang waktunya makin
besar ketidakpastiannya.
2. Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam penyusunan
rencana.
3. Keterbatasan pengetahuan / kemampuan / teknik pengambilan keputusan dari
perencana.
Secara garis besar ketidakpastian dapat diklasifikasikan ke dalam:
1. Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian-kejadian
yang timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari pelaku ekonomi,
misalnya : perubahan sikap konsumen, perubahan selera konsumen, perubahan
harga, perubahan teknologi, penemuan baru dan sebagainya.
2. Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidak pastian yang
disebabkan oleh alam, misalnya : badai, banjir, gempa bumi, kebakaran dan
sebagainya.
3. Ketidakpastian kemanusiaan (human uncertainty), yaitu ketidakpastian
yang disebabkan oleh perilaku manusia, seperti: peperangan, pencurian,
penggelapan, pembunuhan dan sebagainya.

Macam-macam Risiko
Risiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara, antara lain:
1. Menurut sifatnya risiko dapat dibedakan ke dalam :
a. Risiko yang tidak disengaja (Risiko murni), adalah risiko yang
apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa

20
disengaja; misalnya: risiko terjadinya kebakaran, bencana alam,
pencurian, penggelapan, pengacauan dan sebagainya.
b. Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif), adalah risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian
memberikan keuntungan kepadanya, seperti : risiko hutang-piutang,
perjudian, perdagangan berjangka (hedging) dan sebagainya.
c. Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu
atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang, seperti banjir, angin
topan dan sebagainya.
d. Risiko khusus, adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang
mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal
kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil dan sebagainya.
e. Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan
kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan
teknologi, seperti risiko keusangan, risiko penerbangan luar angkasa.
Kebalikannya disebut Risiko statis, seperti risiko hari tua, risiko
kematian dan sebagainya.
2. Dapat tidaknya risiko tersebut dialihkan kepada pihak lain, maka risiko dapat
dibedakan ke dalam :
a. Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain, dengan
mempertanggungkan suatu obyek yang akan terkena risiko kepada
perusahaan asuransi, dengan membayar sejumlah premi asuransi,
sehingga semua kerugian menjadi tanggungan (pindah) pihak
perusahaan asuransi.
b. Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat
diasuransikan); umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif.
3. Menurut sumber / penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan ke dalam :
a. Risiko intern : yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri, seperti kerusakan aktiva karena ulah karyawannya sendiri,
kecelakaan kerja, mismanajemen dan sebagainya.

21
b. Risiko ekstern : yaitu risiko yang berasal luar perusahaan, seperti
risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan
policy pemerintah dan sebagainya.

Upaya Penanggulangan Risiko


Agar risiko yang dihadapi bila terjadi tidak akan menyulitkan bagi yang terkena,
maka risiko-risiko tersebut harus selalu diupayakan untuk diatasi / ditanggulangi,
sehingga ia tidak menderita kerugian atau kerugian yang diderita dapat
diminimumkan.
Sesuai dengan sifat dan obyek yang terkena risiko, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan (perusahaan) untuk meminimumkan risiko kerugian, antara lain :
1. Mengadakan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya : membangun gedung dengan
bahan-bahan yang anti terbakar untuk mencegah bahaya kebakaran, memagari
mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja, melakukan pemeliharaan
dan penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil produksi untuk
menghindari risiko kecurian dan kerusakan, mengadakan pendekatan
kemanusiaan untuk mencegah terjadinya pemogokan, sabotase dan
pengacauan.
2. Melakukan retensi, artinya mentolerir terjadinya kerugian, membiarkan
terjadinya kerugian dan untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan
akibat kerugian tersebut disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya
(contoh: pos biaya lain-lain atau tak terduga dalam anggaran perusahaan).
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contoh : melakukan hedging
(perdagangan berjangka) untuk menanggulangi risiko kelangkaan dan
fluktuasi harga bahan baku / pembantu yang diperlukan.
4. Mengalihkan / memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara
mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi
terhadap risiko tertentu, dengan membayar sejumlah premi asuransi yang telah
ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul-
betul terjadi kerugian yang sesuai dengan penjanjian.

22
Tugas dari seorang manajer risiko adalah berkaitan erat dengan upaya
memilih dan menentukan cara-cara / metode yang paling efisien dalam
penanggulangan risiko yang dihadapi perusahaan.

Pengertian Manajemen Resiko


Adapun proses aplikasi manajemen resiko terbagi menjadi beberapa step,
yaitu proses manajemen di lingkungan internal perusahaan, penentuan tujuan
perusahaan, identifikasi resiko, proses penilaian resiko, sikap atau respon terhadap
resiko yang tengah dihadapi, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi,
dan monitoring. Jenis manajemen resiko yang dapat Anda temui dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya adalah resiko bank dan pasar. Resiko pasar yaitu resiko atau
kemungkinan kerugian yang dijumpai pada posisi neraca dan pencatatan tagihan
serta kewajiban non-neraca yang muncul akibat adanya pergerakan harga pasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga pasar, terkait dengan resiko
pasar, antara lain:
 permintaan dan penawaran
 likuiditas
 intervensi pemerintah
 arbitrase
 faktor kondisi ekonomi dan politik
 faktor-faktor indikator perekonomian

Definisi Manajemen Resiko


Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses
identifikasi, pengukuran,
dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan
dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau
kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan
sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian
yang menimbulkan kerugian.

23
Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen risiko juga merupakan
suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah
organisasi.
Dorfman, 1998, p. 9 Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses
logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Tindakan manajemen resiko diambil oleh para praktisi untuk merespon


bermacam-macam resiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen
resiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk
mengurangi, menghindari, atau mentransfer resiko pada tahap awal proyek
konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek
ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil (Shen, 1997).
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang
sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini
merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan
ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan
mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
(Uher,1996).
Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3
stage utama, yaitu (Soeharto, 1999):
1. Identifikasi resiko
2. Analisa dan evaluasi resiko
3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi resiko tersebut

Manfaat Manajemen Risiko


Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain (Mok
et al., 1996) Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-
masalah yang rumit.
- Memudahkan estimasi biaya.
- Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan

24
dalam cara yang benar.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan
ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak
informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
- Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
- Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
- Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang


diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :
a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
b. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
c. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya
perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi
perusahaan itu.
e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur
pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara
tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara


implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai
manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005, p. 13).
a. Survival
b. Kedamaian pikiran
c. Memperkecil biaya
d. Menstabilkan pendapatan perusahaan
e. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
f. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan

25
g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan
masyarakat.

Tujuan Manajemen Risiko


a. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat
pencapaian tujuan perusahaan.
b. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang
ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.
c. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian,
menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing, dan
keunggulan kinerja perusahaan.
d. Mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
e. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko dan
pentingnya pengelolaan risiko.
f. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat
risiko yang dituangkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi
manajemen dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen
risiko secara terus menerus dan berkesinambungan.

Sasaran Manajemen Risiko


Sasaran standar manajemen risiko PTPN XII (Persero) adalah :
a. Mendukung tercapainya sasaran kinerja dan sasaran mutu PTPN XII
(Persero) secara keseluruhan dan unit kerja lain sesuai jenjang tanggung jawab
masing-masing.
b. Semua risiko signifikan yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran
kinerja dapat dikelola dengan baik.
c. Mendorong tercapainya tingkat kesehatan PTPN XII (Persero) pada
predikat AA.

26
d. Terciptanya struktur organisasi manajemen risiko yang sistematis dan
terintegrasi dalam proses bisnis perusahaan.
e. Terciptanya SDM yang berwawasan dan berbudaya risiko dengan pola
pengembangan yang terencana dan berkesinambungan
f. Tercapainya tingkat kematangan penerapan manajemen risiko (risk
maturity level ) =2,5 untuk skala 1-5.
Selanjutnya sasaran tersebut harus dimutahirkan setiap tahun.

Pentingnya Mempelajari Manajemen Risiko


Bagaimana pentingnya bagi orang yang mempelajari manajemen risiko
dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
1. Seseorang sebagai anggota organisasi / perusahaan, terutama seorang manajer
akan dapat mengetahui cara-cara / metode yang tepat untuk menghindari atau
mengurangi besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat
ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa yang merugikan (”peril”).
2. Seseorang sebagai pribadi:
a. Dapat menjadi seorang manajer risiko yang profesional dalam jangka
waktu yang relatif lebih cepat daripada yang belum pernah
mempelajarinya.
b. Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi manajer risiko dari
perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi anggota.
c. Dapat menjadi konsultan manajemen risiko, agen asuransi, pedagang
perantara, penasehat penanaman modal, konsultan perusahaan yang tidak
mempunyai manajer risiko dan sebagainya.
d. Dapat menjadi manajer risiko yang profesional dari perusahaan asuransi,
sehingga akan lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
program asuransi yang disusun dengan tepat.
e. Dapat lebih berhati-hati dalam mengatur kehidupan pribadinya sehari-hari.

27
Sumbangan bagi Perusahaan
Adanya program penanggulangan risiko yang baik dari suatu
perusahaan akan memberikan beberapa sumbangan yang sangat bermanfaat,
antara lain :
1. Evaluasi dari program penanggulangan risiko akan dapat memberikan
gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan.
Meskipun hal ini secara ekonomis tidak menaikkan keuntungan perusahaan,
tetapi hal itu akan merupakan kritik bagi pengelolaan perusahaan, sehingga
akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pengelolaan usaha dimasa datang.
2. Pelaksanaan program penanggulangan risiko juga dapat memberikan
sumbangan langsung kepada upaya peningkatan keuntungan perusahaan.
Karena melalui kegiatan-kegiatan : mengurangi biaya melalui upaya
pencegahan, mengurangi kerugian dengan memindahkan kemungkinan
kerugian kepada pihak lain dengan biaya yang terendah dan sebagainya.
3. Pelaksanaan program penanggulangan risiko yang berhasil juga menyumbang
secara tidak langsung kepada pencapaian keuntungan perusahaan, melalui :
a. Keberhasilan mengelola risiko murni akan menimbulkan keyakinan dan
kedamaian hati kepada pimpinan / pengurus perusahaan, sehingga dapat
membantu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisa dan
menyimpulkan risiko spekulatif yang tidak dapat dihindari (dapat lebih
berkonsentrasi pada pengelolaan risiko spekulatif).
b. Adanya kondisi yang lebih baik dan kesempatan yang memungkinkan
akan mendorong pimpinan / pengurus perusahaan untuk memperbaiki
mutu keputusannya, dengan lebih memperhatikan pekerjaannya, terutama
yang bersifat spekulatif.
c. Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan risiko maka asumsi yang
digunakan dalam menangani pekerjaan yang bersifat spekulatif akan lebih
bijaksana dan lebih efisien.
d. Karena masalah ketidakpastian sudah tertangani dengan baik oleh manajer
risiko, maka akan dapat mengurangi keragu-raguan dalam pengambilan
keputusan yang dapat mendatangkan keuntungan.

28
e. Melalui perencanaan yang matang, terutama yang menyangkut
pengelolaan risiko, akan dapat menangkal timbulnya hal-hal yang dapat
mengganggu kelancaran operasi perusahaan; misalnya risiko akibat
kebangkrutan pelanggan / penyalur, supplier dan sebagainya.
f. Dengan diperhatikannya unsur ketidakpastian, maka perusahaan akan
mampu menyediakan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya,
yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai pertumbuhan.
g. Akan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari pihak-pihak yang
terkait dengan kegiatan perusahaan, meliputi kreditur, penyalur, suplier
dan semua pihak yang berpotensi menyumbang kepada terciptanya
keuntungan. Sebab pihak-pihak tersebut umumnya akan lebih suka
melakukan transaksi dengan perusahaan yang mempunyai cara
perlindungan yang baik terhadap risiko murni.
4. Kedamaian hati yang dihasilkan oleh cara pengelolaan risiko murni yang
baik, menjadi barang ”non ekonomis” yang sangat berharga bagi
perusahaan. Sebab hal itu akan memperbaiki kesehatan mental dan fisik
dari pimpinan, pengurus maupun pemilik perusahaan.
5. Keberhasilan mengelola risiko murni juga dapat membantu kepentingan
pihak lain, antara lain : para karyawan perusahaan, dapat menunjukkan
wujud tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat, sehingga
perusahaan akan mendapatkan simpati dari masyarakat.
Pentingnya Mempelajari Manajemen Risiko
Bagaimana pentingnya bagi orang yang mempelajari manajemen risiko
dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
1. Seseorang sebagai anggota organisasi / perusahaan, terutama seorang manajer
akan dapat mengetahui cara-cara / metode yang tepat untuk menghindari atau
mengurangi besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat
ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa yang merugikan (”peril”).
2. Seseorang sebagai pribadi:

29
a. Dapat menjadi seorang manajer risiko yang profesional dalam jangka
waktu yang relatif lebih cepat daripada yang belum pernah
mempelajarinya.
b. Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi manajer risiko dari
perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi anggota.
c. Dapat menjadi konsultan manajemen risiko, agen asuransi, pedagang
perantara, penasehat penanaman modal, konsultan perusahaan yang tidak
mempunyai manajer risiko dan sebagainya.
d. Dapat menjadi manajer risiko yang profesional dari perusahaan asuransi,
sehingga akan lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
program asuransi yang disusun dengan tepat.
e. Dapat lebih berhati-hati dalam mengatur kehidupan pribadinya sehari-
hari.

PROSES MANAJEMEN RESIKO

Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara


efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang
berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai
tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8
komponen (tahap)
(1) Internal environment (Lingkungan internal) Komponen ini berkaitan dengan
lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya
adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity
(integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau
penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan
pendelegasian wewenang.
(2) Objective setting (Penentuan tujuan) Manajemen harus menetapkan objectives
(tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan
mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan
activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan

30
pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang,
dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu,
activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu
(1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives.

Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian


objective yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak
modern seperti pengiriman SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib
Pajak (WP) Besar akan mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance
sebesar 10%, dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan
penyediaan fasilitas tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula
aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan risk tolerance
adalah 0%.
(3) Event identification (Identifikasi risiko) Komponen ini mengidentifikasi
kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun
eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari
organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat
pula sebaliknya atau negative (risks).
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu
(1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4)
Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba
mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial
assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan
informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian
risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank,

(4) Risk assessment (Penilaian risiko) Komponen ini menilai sejauhmana dampak
dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives.
Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat
dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang)

31
dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian,
besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara
likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative
techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan
beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan
internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk
angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic
models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.

Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar


kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun,
bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang
mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan dalam common event
categories, dan dinilai secara aggregate.

(5) Risk response (Sikap atas risiko) Organisasi harus menentukan sikap atas hasil
penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu
dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (2) reduction,
yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko;
(3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian
dari risiko dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi
(biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti
pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang
optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances,
analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat
timbul dari setiap risk response.

(6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian) Komponen ini berperanan


dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk

32
menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian
memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan nilai etika;
(2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5)
filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7)
wewenang dan tanggung jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis
dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya
adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas
pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan
kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4)
supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan
manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi
dapat menjadi optimal

(7) Information and communication (Informasi dan komunikasi)


Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada
pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas
informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi.
Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin
disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2)
timely; (3) current; (4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat
bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya
manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronis.

(8) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing)
maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin
pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.

33
Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu
(kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi
metodologi, dokumentasi, dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting
deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak
relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi
pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.

1.2.3.1. Sumbangan bagi Perusahaan


Adanya program penanggulangan risiko yang baik dari suatu
perusahaan akan memberikan beberapa sumbangan yang sangat bermanfaat,
antara lain :
1. Evaluasi dari program penanggulangan risiko akan dapat memberikan
gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan.
Meskipun hal ini secara ekonomis tidak menaikkan keuntungan perusahaan,
tetapi hal itu akan merupakan kritik bagi pengelolaan perusahaan, sehingga
akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pengelolaan usaha dimasa datang.
2. Pelaksanaan program penanggulangan risiko juga dapat memberikan
sumbangan langsung kepada upaya peningkatan keuntungan perusahaan.
Karena melalui kegiatan-kegiatan : mengurangi biaya melalui upaya
pencegahan, mengurangi kerugian dengan memindahkan kemungkinan
kerugian kepada pihak lain dengan biaya yang terendah dan sebagainya.
3. Pelaksanaan program penanggulangan risiko yang berhasil juga menyumbang
secara tidak langsung kepada pencapaian keuntungan perusahaan, melalui :
a. Keberhasilan mengelola risiko murni akan menimbulkan keyakinan dan
kedamaian hati kepada pimpinan / pengurus perusahaan, sehingga dapat
membantu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisa dan
menyimpulkan risiko spekulatif yang tidak dapat dihindari (dapat lebih
berkonsentrasi pada pengelolaan risiko spekulatif).

34
b. Adanya kondisi yang lebih baik dan kesempatan yang memungkinkan
akan mendorong pimpinan / pengurus perusahaan untuk memperbaiki
mutu keputusannya, dengan lebih memperhatikan pekerjaannya, terutama
yang bersifat spekulatif.
c. Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan risiko maka asumsi yang
digunakan dalam menangani pekerjaan yang bersifat spekulatif akan lebih
bijaksana dan lebih efisien.
d. Karena masalah ketidakpastian sudah tertangani dengan baik oleh manajer
risiko, maka akan dapat mengurangi keragu-raguan dalam pengambilan
keputusan yang dapat mendatangkan keuntungan.
e. Melalui perencanaan yang matang, terutama yang menyangkut
pengelolaan risiko, akan dapat menangkal timbulnya hal-hal yang dapat
mengganggu kelancaran operasi perusahaan; misalnya risiko akibat
kebangkrutan pelanggan / penyalur, supplier dan sebagainya.
f. Dengan diperhatikannya unsur ketidakpastian, maka perusahaan akan
mampu menyediakan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya,
yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai pertumbuhan.
g. Akan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari pihak-pihak yang
terkait dengan kegiatan perusahaan, meliputi kreditur, penyalur, suplier
dan semua pihak yang berpotensi menyumbang kepada terciptanya
keuntungan. Sebab pihak-pihak tersebut umumnya akan lebih suka
melakukan transaksi dengan perusahaan yang mempunyai cara
perlindungan yang baik terhadap risiko murni.
4. Kedamaian hati yang dihasilkan oleh cara pengelolaan risiko murni yang baik,
menjadi barang ”non ekonomis” yang sangat berharga bagi perusahaan. Sebab
hal itu akan memperbaiki kesehatan mental dan fisik dari pimpinan, pengurus
maupun pemilik perusahaan.
5. Keberhasilan mengelola risiko murni juga dapat membantu kepentingan pihak
lain, antara lain : para karyawan perusahaan, dapat menunjukkan wujud
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat, sehingga perusahaan
akan mendapatkan simpati dari masyarakat.

35
BAB III
METODE PENULISAN LAPORAN KKL

A. Lokasi/Objek KKL

Nama Perusahaan : PT Jasa Raharja (Persero)

Alamat Kantor Pusat


Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-2 Kuningan
Jakarta Selatan 12920
Telepon : (021) 5203435
Fax : (021) 5220284
Website : www.jasaraharja.co.id
Email : pusat@jasaraharja.com
SMS Center : 0812 10 500 500

Cabang Jawa Timur


Jl. P. Diponegoro No. 96-98, Surabaya
T. 031-567 5102, 567 9218, 567 8186
F. 031-568 1693
E. surabaya@jasaraharja.co.id

Status Perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Bidang Usaha
Asuransi Sosial

Modal Perseroan

36
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah

Modal Disetor
Rp1.800.000.000.000,00
(satu triliun delapan ratus miliar rupiah)

Kepemilikan Saham
Seluruh saham Perseroan (100%) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia

Tanggal Pendirian
1 Januari 1961

Modal Perseroan
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah)

Modal Disetor
Rp1.800.000.000.000,00
(satu triliun delapan ratus miliar rupiah)

Kepemilikan Saham
Seluruh saham Perseroan (100%) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia

Tanggal Pendirian
1 Januari 1961

Maksud dan Tujuan Perusahaan


Turut melaksanakan dan menunjang kebijakan program Pemerintah di
bidang ekonomi, jaminan sosial dan pmbangunan nasional pada
umumnya, khususnya di bidang asuransi kerugian dengan

37
menyelenggarakan program asuransi sosial, dan optimalisasi pemanfaatan
sumber daya Perseroan untuk menghasilkan jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat guna meningkatkan nilai Perseroan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. angkutan umum sesuai
dengan Undang Undang No. 33 Tahun 1964 berikut peraturan
pelaksanaannya dan asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap
pihak ketiga sesuai dengan Undang Undang No. 34 Tahun 1964 berikut
peraturan pelaksanaannya. Mengadakan dan menutup perjanjian
asuransi 2. Conduct and close the motor vehicle insurance
kendaraan bermotor dan asuransi tanggung jawab menurut hukum
terhadap pihak ketiga dalam hal kecelakaan alat angkutan. Menerima
pertanggungan tidak langsung untuk 3. ditahan sendiri oleh Perseroan.

Melakukan kegiatan-kegiatan investasi dengan 4. memperhatikan


ketentuan peraturan perundang-undangan.Selain kegiatan usaha utama di
atas, Perseroan dapat melakukan kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Jenis Data
Menurut cara memperolehnya :
 Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau
seorang atau suatu organisasi langsung dari obyeknya. Contoh :
Mewawancarai langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti
preferensi konsumen bioskop.
 Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik
secara komersial maupun non komersial. Contohnya adalah pada

38
peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar
atau majalah.
Menurut sumbernya :
 Data internal adalah data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan
dalam suatu organisasi. Misal : data keuangan, data pegawai, data
produksi, dsb.
 Data eksternal yaitu data yang menggambarkan suatu keadaan atau
kegiatan di luar suatu organisasi. Contohnya adalah data jumlah
penggunaan suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi
pelanggan, persebaran penduduk, dan lain sebagainya.
Menurut sifatnya :
 Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka
 Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka
Menurut waktu pengumpulannya :
 Cross section / insidentil adalah dikumpulkan pada suatu waktu
tertentu. Contohnya laporan keuangan per 31 desember 2006, data
pelanggan PT. Angin Ribut bulan mei 2004, dan lain sebagainya.
 Data berkala / time series data adalah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau
kecenderungan keadaan/peristiwa/kegiatan. Contoh data time series
adalah data perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro
eropa dari tahun 2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah nurdin m.
top dan doktor azahari dari bulan ke bulan, dll.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengambilan Data


1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada
orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.

39
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket
cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai
wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip
penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris
pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup
maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi,
kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada
responden yang tidak terlalu besar.
 Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam
sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai
bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala
sekolah, hubungan antar guru, dsb.

40
 Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant
merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam
kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti
yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa
yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh
data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa
mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar
cek list, buku catatan, kamera photo, dll.

3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun
peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan
sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara
pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat
diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya
sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu
kelancaran wawancara.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang
ingin digali dari responden.

41
BAB IV
PEMBAHASAN

Divisi Manajemen Risiko, Penelitian dan Pengembangan merupakan unit


kerja Kantor Pusat yang secara organisatoris bertanggung jawab kepada Direktur
Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi dengan Tugas meliputi pekerjaan
dengan lingkup kegiatan penelitian yang memfasilitasi unit-unit kerja di Kantor
Pusat dalam mewujudkan tata kelola usaha perusahaan yang terkait dengan
perkembangan regulasi serta hal-hal yang terkait dengan pengelolaan manajemen
risiko perusahaan. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab tersebut,
Devisi Manajemen Risiko, Penelitian dan Pengembangan telah menjabarkannya
dalam bentuk:
REALISASI ANGGARAN BIDANG MANAJEMEN
Angaran Biaya MR & Litbang
Rp. 13.700.000.000,-
tahun 2014
Realisasi tahun s.d Desember 2014
Rp. 10.819.632.855.-
sebesar
Tingkat penyerapan anggaran
78.98%
tahun 2014
Tabel 1
Program kerja yang terealisir s.d Desember 2014 sebanyak 52 program
kerja yang telah ditindak lanjuti dari total 50 program kerja, sehingga total
realisasi Program Kerja mencapai 98.07%, sedangkan penyebaran anggaran
adalah sebesar 78.98%, sedangkan penyerapan anggaran adalah sebesar 78.98%
Tidak tercapainya anggaran 2014 disebabkan oleh beberapa hal yaitu
beberapa program kerja karena sesuatu dan lain hal tidak dapat dilaksanakan pada
tahun 2014 tersebut serta adanya program efesiensi sesuai dengan amanah
Kementrian BUMN (dari sisi biaya rapat). Beberapa program yang dimaksud
adalah Kajian Basis Keterjaminan UU Nomor 34 tahun 1964 (Fault System or No
Fault System) yang ditunda pelaksanaannya sampai dengan batas waktu yang

42
belum ditentukan dan Integrasi Early Warning System pada Modul Operasional
dan Keuangan dalam ERP terkait prioritas pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
divis Teknologi Informasi Komunikasi.
Pelaksanaan Manajemen Risiko yang terintegrasi merupakan pilar dari
implementasi tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance
(GCG) secara menyeluruh dilingkungan Perusahaan. Pada tahun 2014
dilaksanakan self-assessment GCG yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan
Intern (SPI) untuk penerapan GCG tahun 2013 berdasarkan Surat Keputusan
Sekretaris Kementrian Badan Usaha Milik Negara No. SK-16/ S-MBU/2012
tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi Atas Penetapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik
Negara. Nilai Akhir Penerapan GCG yang diperoleh PT. Jasa Raharja (persero)
dalam Self Assessment tahun 2013 unuk seluruh aspek telah mencapai 93.48%
dengan klasifikasi “Sangat Baik”, dengan capaian nilai untuk masing-masing
aspek sebagai berikut:
Bagi manajemen Perusahaan, implementasi GCG bukan hanya sekedar
upaya pemenuhan regulasi, akan tetapi merupakan kesadaran internal untuk
membuat Perusahaan hidup dalam suasana bisnis yang sehat, bertanggung jawab,
dan berdaya tahan tinggi dalam menjawab tantangan bisnis. Implementasi GCG
sudah menjadi kebutuhan dalam meningkatkan kinerja Perusahaan sehingga dapat
tercapai tujuan akhir sebagai well governed company. Penerapan praktik GCG
telah ditetapkan sebagai salah satu indikator dalam Key Performance Indicators
(KPI) yang tercantum dalam Kontrak Manajemen Perusahaan. Pada tahun 2014
telah dilakukan tindak lanjut atas area of improvement yaitu antara lain Training
of Trainer (ToT) GCG sebagai langkah awal melakukan sosialisasi pedoman-
pedoman GCG dan penyusunan KPI Direktorat sampai dengan Kantor
Perwakilan.
Dalam rangka menindaklanjuti hasil positif dari pelaksanaan penilaian
BUMN Bersih, serta dalam rangka melakukan langkah perbaikan yang
disampaikan oleh Tim BUMN Bersih pada kegiatan audit BUMN Bersih Level 1,
perlu dilakukan updating terhadap panduan GCG yang berlaku saat ini. Kemudian

43
diambil langkah penyesuaian atas 8 buku pedoman yang telah ada dan disusun 1
buku pedoman tambahan yaitu Pedoman Pengendalian Kecurangan.
Bersih Level 1 Audit Activity, GCG Code updating needs to be done.
Further, adjustment of 8 existign amnual books and preparation of 1 additional
manual book, that is Anti-Fraud Guideline, are needed.
Pada tahun 2014 dilaksanakan pengukuran tingkat maturitas pengelolaan
risiko atau biasa disebut Maturity Level Assessment yaitu metode pendekatan
pengukuran secara terstruktur yang banyak digunakan oleh berbagai industri
saat ini, dimana proses pengukuran menggunakan beberapa atribut dan
parameter sehingga diketahui level penerapan manajemen risiko dalam suatu
korporasi secara konkrit, dan sesuai dengan best practices yang ada. Tingkat
maturitas penerapan manajemen risiko Perusahaan telah mencapai level Initial dan
sementara berproses menuju ke level Repeatable atau Managed, melalui
pemenuhan peluang-peluang perbaikan yang akan disusun ke dalam Road Map
Manajemen Risiko.
Kompetensi dan Aktifitas Pengelolaan
No Capaian Tingkat Maturitas
Resiko
Pendekatan Penerapan Berbasis ISO
1 1.75
31000:2009
2 Pengelolaan Proses Manajement Risko 2.17
3 Pengelolaan Selera Risiko 2.83
Penggalian Akar Penyebab (Root Cause
4 1.79
Discipline)
5 Pengungkapan Risiko 2.04
6 Pengelolaan Kinerja 2.00
7 Busines Resiliency and Sustainability 1.72
Total Skor 2.04
Level Maturitas Initial

Tabel 2

44
KLASIFIKASI LEVEL MATURITAS
Skor Kualitatif
1-1.99 Ad Hock
2-2.99 Intial
3-3.99 Repetable
4-4.99 Managed
≥5 Leadership
Tabel 3
Kajian penyusunan RKAP berbasis risiko
Sesuai dengan ketentuan dari Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
01/MBU/2011 pasal 25 terkait dengan kewajiban penerapan manajemen risiko,
maka Direksi PT Jasa Raharja (Persero) bermaksud untuk mengintegrasikan
proses manajemen risiko ke dalam proses penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun anggaran 2015 dengan menerapkan
anggaran berbasis risiko, kemudian disusun suatu petunjuk pelaksanaan untuk
mengintegrasikan proses manajemen risiko dalam penyusunan RKAP tahun
mendatang, sehingga semua kegiatan penting dari Perusahaan telah didukung
dengan kajian risiko yang memadai dan diikuti pula dengan ketersediaan anggaran
guna melaksanakan mitigasi ataupun tindakan penanganan risiko lainnya yang
diperlukan.
Manajemen Peristiwa Kerugian atau Loss Event
Manajemen peristiwa kerugian adalah sistem pendokumentasian yang
terstruktur atas peristiwa kerugian yang telah terjadi sebagai bagian dari
pengelolaan risiko korporasi. Manajemen peristiwa kerugian dikembangkan guna
meningkatkan akurasi dan memperkaya rencana penanganan risiko.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Menindaklanjuti UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan PP
no 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 maka dipandang perlu untuk
membuat pedoman/manual tentang SMK3 di Perusahaan. Penerapan SMK3
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, prosedur
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,

45
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan pengoperasian layanan Perusahaan.
Ditetapkan pula tingkat penilaian penerapan SMK3 yang diharapkan, yaitu
pencapaian penerapan minimal 85% terpenuhinya prosedur yang telah ditetapkan
(tingkat penerapan “Memuaskan”).
Penyusunan Laporan Implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul
(KPKU) PT Jasa Raharja (Persero) Tahun 2014 dalam prosesnya, telah
memberikan banyak masukan dan pembelajaran bagi Perusahaan untuk
mengembangkan dan mengintegrasikan bisnis Perusahaan serta menselaraskan
fungsi-fungsi yang ada sebagaibentuk konsistensi Perusahaan dalam
mengimplementasikan rencana, proses-proses, informasi, keputusan-keputusan
sumberdaya, tindakan, hasil-hasil, analisis dan pengendalian risiko untuk
mendukung pencapaian tujuan Perusahaan. Berikut adalah hasil dari self-
assessment Laporan Implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) PT
Jasa Raharja (Persero) Tahun 2014 :
No Katagori Point % Skor
1 Kepemimpinan 120 50 60.00
2 Perencanaan Strategis 85 50 42.50
3 Fokus Pelanggan 85 37 31.75
Pengukuran Analisis &
4 Manajemen 90 48 42.75
5 Fokus Tenaga Kerja 85 50 42.50
6 Fokus Operasi 85 47 40.50
7 Hasil 350 33 146.75
Total Skor 406.75
Early
Level Improvement
Tabel 4

46
Level
876-1000 World Leader
776-875 Benchmark Leader
676-775 Industry Leader
576-675 Emerging Industry Leader
476-575 Good Performance
376-475 Early Improvement
276-375 Early Result
0-275 Early Development
Tabel 5
Diharapkan hasil assessment dan feed back atas hasil assessment menjadi
alat evaluasi kinerja Perusahaan secara menyeluruh dalam kerangka pencapaian
kinerja ekselen. Adapun pelaksanaan assessment yang dilakukan oleh Tim KPKU
dari Kementerian BUMN, pelaksanaannya telah dilakukan dari tanggal 29
November 2014 sampai dengan tanggal 5 Desember 2014 , namun hingga akhir
Desember tahun 2014 skor akhir KPKU dari Kementerian BUMN dimaksud
belum diterbitkan, diharapkan pada awal tahun 2015 nanti penilaian yang
dimaksud sudah dapat diterima oleh Perusahaan.
Pada tahun 2014 juga dilakukan penyempurnaan and terhadap aplikasi
software manajemen risiko dan pengintegrasian database GCG dan risiko dengan
formulir permintaan pembayaran transaksi (FPPT) 288 yang terdapat dalam ERP
Perusahaan telahdiakomodir dalam pembuatan desain web service integrasi GCG
dan MR dengan FPPT, sehingga upaya untuk menamankan budaya GCG dan MR
ke dalam praktik sehari-hari insan Jasa Raharja akan dapat ditingkatkan.
Berikut adalah gambaran desain FPPT berbasis GCG dan Risiko Telah
diselenggarakan Training of Trainers (ToT)
Good Corporate Governance, Training of Trainers Good Corporate
Governance (GCG), Workshop (ToT), Risk Management Workshop and
Exvellent Manajemen Risiko, dan Sharing Kriteria Penilaian Performance
Assessment Criteria (KPKU) Sharing Kinerja Unggul (KPKU) sebanyak 3
angkatan yang had been organized for 3 batches participated by diikuti oleh

47
Seluruh Kepala Cabang dan Kepala all Branch Head and Representative Office
Head as Perwakilan sebagai upaya melakukan sosialisasi efforts to
disseminate 9 GCG Code and increase 9 buku panduan GCG dan
meningkatkan nilai maturitas pengelolaan risiko di Perusahaan.
Selain itu disampaikan pula sharing Kriteria Performance Assessment
Criteria (KPKU) was also Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) BUMN untuk
kepada peserta agar nantinya dapat berkontribusi KPI. dalam mendukung
pencapaian nilai KPKU yang telah menjadi KPI Manajemen.
Berdasarkan KPI Korporat tahun 2014 sesuai dengan Shareholder
Aspiration S-08/S.MBU/2013 tanggal 16 Januari 2013 maka Pengendalian Risiko
menjadi salah satu indikator KPI Korporat sebagai target tahun 2014 adalah nilai
akumulasi dari 10 risiko korporasi teratas PT Jasa Raharja (Persero) sebesar
75,00, sedangkan nilai akumulasi dari 10 risiko korporasi teratas tahun 2013
adalah 94,30. Sepanjang tahun 2014 telah dilakukan upaya pengendalian atau
penanganan risiko baik dengan meningkatkan kualitas atau kuantitas dari
pengendalian yang sudah ada maupun melakukan mitigasi atau pengendalian
tambahan, sehingga pencapaian nilai risiko pada akhir tahun 2014 dengan
mempertimbangkan keefektivitasan pengendalian risiko adalah 74,10 (penurunan
sebesar 22%) dengan rincian sebagai berikut :

48
49
50
Tabel 5
Sehingga KPI Korporat tahun 2014 Aspek Kepemimpinan, Tata Kelola,
Tanggung Jawab Kemasyarakatan dengan indikator Pengendalian Risiko dapat
terpenuhi.

Profil Risiko tahun 2014


Dampak dari adanya perubahan regulasi dan akan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah meningkatkan eksposur risiko yang
dihadapi Perusahaan, terutama dari dimensi kemungkinan akan munculnya
kejadian mempengaruhi efektivitas tindak lanjut risiko pada tahun 2014:

51
Penetapan UU No 40/2014 sebagai pengganti UU No. 2/1992 tentang
Perasuransian Rancangan Peraturan OJK (RPOJK) yang mengatur perubahan
besaran santunan kecelakaan yang diberikan PT Jasa Raharja (Persero) dan juga
pengaturan kebijakan ex-gratia. Kajian atas pengembangan produk asuransi
derivatif ditindaklanjuti melalui pelaksanaan kajian Brand Audit berbasis
Pelanggan tahun 2014. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pengenalan masyarakat terhadap Jasa Raharja masih terbatas dan belum ada
pembedaan dengan asuransi lain. Setelah melalui proses pelaporan profil risiko
dari seluruh Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan serta Unit kerja di Kantor
Pusat dan dilanjutkan dengan proses validasi yang melibatkan Manajemen
Perusahaan maka dapat kami laporkan profil risiko korporasi tahun 2014 adalah
sebagai berikut: Pelaksanaan Manajemen Risiko akan dapat membantu
Perusahaan dalam upaya mempertahankan eksistensinya melalui
konsistensi unit kerja teknis/Risk taking unit (RTU) dalam melakukan
pengendalian risiko yang ada di masing - masing unit. Dengan melakukan
pengendalian risiko secara konsisten maka Perusahaan akan memiliki ketahanan
dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan ketidakpastian yang mungkin terjadi
di masa mendatang.

52
Tabel 7

53
BAB V
KESIMPULAN

Pemerintah mewajibkan perusahaan BUMN untuk menerapkan


manajemen resiko. Kebijakan PT. Jasa Raharja sudah sesuai dengan pemerintah.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak
lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional
terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko
keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan
menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi
risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff,
dan organisasi).

54
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Carol and Sheedy, Elizabeth (2004). The Professional Risk Managers'
Handbook: A Comprehensive Guide to Current Theory and Best
Practices (1st ed.). Wilmington, DE: PRMIA Publications. ISBN 0-
9766097-0-3.
Crockford, Neil (1986). An Introduction to Risk Management (2nd ed.).
Woodhead-Faulkner. 0-85941-332-2.
Dorfman, Mark S. (1997). Introduction to Risk Management and Insurance (6th
ed.). Prentice Hall. ISBN 0-13-752106-5.
Gorrod, Martin (2003). Risk Management Systems: Technology Trends (Finance
& Capital Markets). Palgrave Macmillan. ISBN 1-4039-1617-9.
Lam, James (2003). Enterprise Risk Management: From Incentives to Controls.
John Wiley. ISBN-13 978-0471430001.
Stulz, René M. (2003). Risk Management & Derivatives (1st ed.). Mason, Ohio:
Thomson South-Western. ISBN 0-538-86101-0.
Thomsett, Rob (2002). Radical project management. Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall PTR. ISBN 0-13-009486-2.
van Deventer, Donald R., Kenji Imai and Mark Mesler (2004). Advanced
Financial Risk Management: Tools & Techniques for Integrated Credit
Risk and Interest Rate Risk Management. John Wiley. ISBN13 978-
0470821268.

55
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

MANAJEMEN RESIKO PADA PT. JASA RAHARJA DI


SURABAYA

Oleh :
Widiandika Triwibowo
(B.131.13.0525)

UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
2016

56

Anda mungkin juga menyukai