Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pengendalian manajemen merupakan alat untuk
mengimplementasikan strategi yang telah dibuat oleh top manajemen perusahaan.
Suatu strategi dapat berbeda sesuai dengan tripe organisasi. Dengan demikian
pengendalian disesuaikan dengan kebutuhan strategi yang telah diterapkan.
Strategi yang berbeda pula, sehingga diperlukan perhatian yang kontinu dalam
mendesain system pengendalian. Strategi merupakan rencana untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Bab ini akan membahas berbagai tujuan sebuah
organisasi. Pembahasan lebih lanjut meliputi cara menerapkan strategi
pertumbuhan, strategi perkembangan produk, penerapan strategi inovasi,
implementasi cost cutting dan restructuring.
Strategi korporat didefinisikan sebagai cara perusahaan membangun nilai
melalui konfigurasi dan koordinasi dari aktifitas multi pasarnya. Definisi tersebut
mempunyai 3 aspek. Pertama, menenkakan pada penciptaan nilai sebagai tujuan
utama strategi korporat. Kedua, fokus pada cakupan multi pasar perusahaan
(konfigurasi) termasuk produk geografis dan batas perusahaan. Ketiga,
menekankan pada bagaiamana perusahaan mengelola aktivitas dan bisnis yang
berada pada hierarki korporat (koordinasi) seperti perusahaan induk dengan anak
perusahaan yang memasok bahan baku atau mendistribusikan produknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian strategi korporat?
2. Apa saja macam strategi korporat?
3. Bagaimana Mengimplementasikan cost cutting dan restructuring?
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi korporat
Strategi pada tingkat korporat ini merupakan landasan dan acuan untuk
menyusun strategi-strategi di tingkat yang lebih rendah (strategi unit bisnis dan
strategi fungsional). Dengan demikian, strategi yang telah disusun di tiga
tingkatan strategi (korporat, unit bisnis, dan fungsional) merupakan satu kesatuan
strategi yang saling mendukung dan terkait untuk menciptakan sinergi bagi
kinerja perusahaan.
Beberapa tipe strategi alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan
pada tingkatan korporat dalam mengembangkan dan mempertahankan
kemampuan bersaingnya diuraikan sebagai berikut.
1) Strategi Integrasi Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Integrasi ke Depan (Forward Integration) Integrasi ke depan adalah
strategi perusahaan dalam mencari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol atas distributor atau pengecer. Strategi ini digunakan ketika
jalur distribusi yang ada sangat mahal, mutunya terbatas, dan tidak
dapat mendistribusikan produk dengan cepat. Untuk mengelola bisnis
baru, penerapan strategi ini perlu mempertimbangkan kemampuan
modal dan sumber daya manusia yang tersedia dalam organisasi. Dari
sisi laba, perusahaan perlu melihat apakah bisnis distribusi atau eceran
mempunyai margin keuntungan yang tinggi bila dikelola sendiri.
c. Integrasi Horizontal
2) Strategi Intensif Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Penetrasi pasar (Market Penetration)
3) Strategi Diversifikasi
Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
b. Diversifikasi Konglomerat
c. Diversifikasi Horizontal
4) Strategi Defensif
Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Joint Venture
Joint venture adalah strategi populer yang terjadi ketika dua
perusahaan atau lebih membentuk kerja sama sementara atau
konsorsium guna memanfaatkan beberapa peluang. Dalam joint
venture kedua perusahaan akan membentuk perusahaan baru yang
terpisah dari kedua perusahaan induknya. Strategi ini digunakan ketika
dua atau lebih perusahaan tidak mampu bersaing dengan market leader
yang ada. Keunggulan yang berbeda dari kedua perusahaan dapat
saling melengkapi. Strategi ini juga diterapkan ketika perusahaan akan
memasuki pasar internasional dan kerja sama joint venture
diperkirakan akan dapat memberikan kemudahan-kemudahan dari
pemerintah setempat.
Toyota ketika masuk ke Indonesia melakukan joint venture
dengan Astra dan membentuk perusahaan Toyota Astra Motor. Hal ini
dilakukan karena pemerintah Indonesia waktu itu memang
mensyaratkan kepada perusahaan otomotif asing untuk melakukan
joint venture dengan perusahaan dalam negeri agar alih teknologi
dapat terjadi. Sony melakukan joint venture dengan Ericson
membentuk Sony Ericson. Semula keduanya sama-sama memproduksi
handphone dan tingkat penjualan masing-masing di pasar internasional
tidak cukup menggembirakan. Kemudian, dengan kelebihan masing-
masing, mereka melakukan joint venture untuk meningkatkan
posisinya di pasar internasional sehingga mampu bersaing dengan
lebih baik.
b. Pengurangan (Retrenrhment)
Pengurangan merupakan strategi defensif yang dilakukan perusahaan
dengan mengelompokkan ulang bisnis melalui pengurangan biaya dan
aset perusahaan untuk menanggulangi turunnya penjualan dan
keuntungan. Strategi ini dapat digunakan ketika perusahaan memiliki
kemampuan tertentu, tetapi selalu gagal memenuhi tujuan dan sasaran.
Perusahaan perlu melakukan strategi ini karena mereka mengalami
ketidakefisienan, moral karyawannya buruk, dan keuntungannya
rendah sehingga posisinya menjadi paling lemah dalam industri.
Banyak perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan
strategi ini, seperti SUCOFINDO yang telah melakukan Golden Shake
Hand kepada ribuan karyawannya karena perusahaan harus
mengurangi biaya operasional akibat utang perusahaan yang cukup
besar. Ketika deregulasi terjadi pada sektor penerbangan di Indonesia,
Garuda menghadapi situasi persaingan yang semakin tinggi.
Perusahaan perlu melakukan efisiensi dalam berbagai hal untuk dapat
bersaing dengan berbagai penerbangan berbiaya murah. Efisiensi yang
dilakukan Garuda di antaranya melakukan strategi pengurangan
jumlah karyawan. Pada tahun 1990 DAEWOO, perusahaan otomotif
Korea, mengalami krisis yang sangat buruk hingga memerlukan
reorganisasi internal.
c. Divestasi
d. Likuidasi
Likuidasi adalah menjual seluruh aset perusahaan atau menutup sebuah
perusahaan. Strategi dapat dilakukan setelah strategi pengurangan dan
divestasi tidak berhasil dilakukan. Likuidasi adalah upaya pemegang
saham untuk meminimalisir kerugiannya dengan menutup dan menjual
semua harta perusahaan. Pada saat krisis ekonomi terjadi tahun 1998,
banyak bank yang terpaksa harus dilikuidasi karena tidak mampu
membiayai kegiatan operasionalnya sementara jumlah utang
perusahaan cukup besar. Likuidasi dilakukan untuk membayar utang-
utang perusahaan, yang misalnya terjadi pada Bank Suma, Bank
Pembangunan Indonesia, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA