Penetapan visi Visi merupakan mimpi atau keinginan masa depan yang ingin
diwujudkan organisasi. Gambaran mengenai masa depan seperti apa yang diinginkan oleh
organisasi haruslah dapat dilukiskan dengan jelas. Sesungguhnya, segala sesuatu di dunia
tercipta melalui dua proses penciptaan, yaitu intellectual creation dan physical creation.
Intellectual creation atau penciptaan secara intelektual merupakan proses penciptaan sebuah
bentuk di alam pikiran sementara physical creation merupakan proses perwujudan sebuah
bentuk yang telah tergambar di alam pikiran ke alam nyata. Seperti pembangunan sebuah
rumah, sebelum dibangun dalam wujud fisik, sesungguhnya rumah tersebut telah diciptakan
sebelumnya, yaitu di alam pikiran. Kemudian arsitek menggambarkannya dan selanjutnya
para kontraktor pembuat rumah mengeksekusi pembentukannya. Visi merupakan penciptaan
secara intelektual bangunan perusahaan yang diinginkan.
Sangatlah penting bagi manajer atau eksekutif di semua organisasi untuk sepakat
atas visi dasar yang ingin dicapai organisasi dalam jangka panjang. Visi yang jelas akan
memberikan dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif. Pernyataan
visi seharusnya dibuat terlebih dulu dan harus lebih diutamakan. Penyataan visi sebaiknya
singkat, lebih disukai satu kalimat, dan sedapat mungkin mengakomodasi aspirasi anggota
organisasi dalam mengembangkan visi sehingga visi organisasi akan menjadi visi bersama.
Saat ini visi merupakan konsep yang umum dalam kepemimpinan perusahaan.
Sebanyak 9000 perusahaan dari seluruh perusahaan di dunia telah memiliki pernyataan visi.
Namun, bila diamati lebih dekat, akan ditemukan bahwa kebanyakan visi adalah visi
seseorang (atau satu kelompok) yang dikenakan pada organisasi. Visi seperti ini, paling baik,
hanya menghasilkan ketaatan mengikuti aturan, bukannya komitmen. Padahal yang
diperlukan perusahaan yang ingin tumbuh menjadi besar adalah komitmen dari anggotanya
terhadap pencapaian visi. Oleh karena itu, untuk menjadikan visi organisasi sebagai visi
bersama adalah sangat penting. Visi bersama adalah visi yang benar-benar mengikat banyak
orang, yang menciptakan perasaan kebersamaan yang menembus organisasi dan memberikan
koherensi pada berbagai aktivitas yang berbeda.
Penetapan misi
Setiap organisasi, bisnis, atau perusahaan yang didirikan akan selalu dihadapkan
pada pertanyaan: apa bisnisnya? Siapa pelanggannya? Nilai tambah apa yang akan diberikan
kepada pelanggan? Pertanyaanpertanyaan tersebut identik dengan pertanyaan apa misi kita?
Tujuan pertanyaan di atas adalah untuk membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan-
perusahaan lain yang sejenis. John Naisbith, dalam Megatremif, telah mengingatkan bahwa
pada masa datang perusahaan yang gagal mendefinisikan bisnisnya akan terlempar dari
persaingan bisnis yang semakin ketat.
Pernyataan misi dapat berbeda dalam panjang, isi, bentuk, dan kespesifikan
masing-masing organisasi. Beberapa komponen yang perlu dipertimbangkan untuk
dimasukkan dalam pernyataan misi adalah:
6. Filosofi: apa dasar kepercayaan, nilai, aspirasi, dan prioritas etika perusahaan?
8. Perhatian akan citra publik: apakah perusahaan responsif terhadap pemikiran sosial,
masyarakat, dan lingkungan?
9. Perhatian akan karyawan: apakah karyawan merupakan aset berharga bagi perusahaan?
Tingkatan strategi
Perusahaan yang mengelola lebih dari lini bisnis umumnya memiliki tiga tingkatan
dalam pengembangan strateginya, yaitu strategi pada tingkat koporat, strategi pada unit
bisnis, dan Strategi pada tingkat fungsional. Strategi korporat digunakan untuk
mengidentifikasi portofolio bisnis yang secara total akan mengubah perusahaan dan cara-cara
bisnis ini berhubungan dengan bisnis lain. Strategi pada tingkat bisnis yang disebut juga
strategi bersaing (competitive strategy) berusaha mengidentifikasi bagaimana membangun
dan memperkuat posisi bersaing bisnis jangka panjang di ruang pasar yang tersedia. Strategi
fungsional adalah rangkaian dasar dari tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan
bersaing perusahaan. Dengan kata lain, strategi fungsional adalah operasionalisasi strategi
bersaing yang dikembangkan pada masing-masing fungsi yang ada dalam perusahaan, seperti
produksi, keuangan, dan pemasaran yang mendukung pencapaian tujuan-tujuan Strategik
yang telah ditetapkan.
Strategi korporat
Strategi korporat adalah strategi yang disusun dalam suatu bisnis sehingga
perusahaan akan bersaing dengan cara mengubah distinctive competence menjadi
competitive advantage. Pada tingkat korporat ini, strategi korporat berusaha menjawab
pertanyaan: kegiatan bisnis apakah yang diunggulkan untuk dapat bersaing? Bagaimana
masingmasing kegiatan bisnis tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi? Masalah yang
cukup kritis dari strategi korporat adalah menentukan bisnis apa yang akan dikembangkan,
bisnis apa yang ingin dipertahankan, dan bisnis apa yang ingin dilepaskan. Keputusan untuk
memasuki pasar baru dengan produk baru (diversifikasi), cara memasuki bisnis tersebut
(melalui akusisi, joint venture, atau greenfield), dan cara keluar dari bisnis (seperti divestasi
atau likuidasi) merupakan caracara untuk dapat bersaing dan memperkuat keunggulan
komparatif. Menurut Kenichi Ohmae, penetapan strategi korporat harus didasarkan pada
keinginan konsumen, baru setelah itu perusahaan menciptakan produk atau jasa yang sesuai
dengan keinginan dan harapan konsumen. Sementara itu, Michael Porter menyarankan bahwa
dalam penyusunan strategi korporat, perlu diketahui terlebih dulu keunggulan bersaing yang
dimiliki atau yang akan diciptakan, dan menempatkannya pada masing-masing unit bisnis.
Strategi pada tingkat korporat ini merupakan landasan dan acuan untuk menyusun
strategi-strategi di tingkat yang lebih rendah (strategi unit bisnis dan strategi fungsional).
Dengan demikian, strategi yang telah disusun di tiga tingkatan strategi (korporat, unit bisnis,
dan fungsional) merupakan satu kesatuan strategi yang saling mendukung dan terkait untuk
menciptakan sinergi bagi kinerja perusahaan.
Beberapa tipe strategi alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan pada
tingkatan korporat dalam mengembangkan dan mempertahankan kemampuan bersaingnya
diuraikan sebagai berikut.
1) Strategi Integrasi Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Integrasi ke Depan (Forward Integration) Integrasi ke depan adalah strategi
perusahaan dalam mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor
atau pengecer. Strategi ini digunakan ketika jalur distribusi yang ada sangat
mahal, mutunya terbatas, dan tidak dapat mendistribusikan produk dengan cepat.
Untuk mengelola bisnis baru, penerapan strategi ini perlu mempertimbangkan
kemampuan modal dan sumber daya manusia yang tersedia dalam organisasi. Dari
sisi laba, perusahaan perlu melihat apakah bisnis distribusi atau eceran
mempunyai margin keuntungan yang tinggi bila dikelola sendiri.
c. Integrasi Horizontal
Integrasi tipe ini dapat didefinisikan sebagai strategi perusahaan yang mencari
kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing. Strategi ini dapat digunakan
ketika perusahaan bersaing di industri yang sedang berkembang. Dengan
demikian, integrasi horizontal dapat meningkatkan skala ekonomi untuk
mendukung keunggulan bersaing. Penerapan strategi ini perlu memerhatikan
apakah perusahaan dapat menjadi kekuatan monopoli tanpa melanggar peraturan
pemerintah. Selain itu, perusahaan juga perlu memerhatikan apakah memiliki
sumber daya yang cukup untuk melakukan ekspansi.
Di Indonesia, contoh penerapan strategi ini telah ditunjukkan oleh
Indofood ketika mengakuisisi Supermie dan Sarimie yang menjadi pesaing produk
Indomie. Dengan integrasi horizontal ini, Indofood menguasai sekitar 85% pangsa
pasar mi instan di Indonesia. Jepang pun saat ini banyak diwarnai praktik-praktik
integrasi horizontal, seperti Toyota yang mengakuisisi Daihatsu.
2) Strategi Intensif Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Penetrasi pasar (Market Penetration)
Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
b. Diversifikasi Konglomerat
c. Diversifikasi Horizontal
Penerapan strategi ini dapat dilihat misalnya pada rumah sakit, yang
tidak hanya menyediakan jasa dokter melainkan juga mengembangkannya dengan
menyediakan apotek. Barber shop kini tidak hanya menawarkan jasa potong
rambut tetapi juga mengembangkan jasa pijat seperti pijat refleksi. Toko buku
seperti Gramedia telah melakukan diversifikasi horizontal dengan menyediakan
toko mainan untuk anak-anak yang berkunjung. Rumah makan siap saji seperti
KFC dan McDonald kini menambahkan produk mainan dan CD musik bagi
pengunjungnya yang jelas tidak ada kaitannya dengan produk inti yang
ditawarkan, yaitu makanan.
4) Strategi Defensif
Dalam kategori ini, tipe-tipe strategi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Joint Venture
Joint venture adalah strategi populer yang terjadi ketika dua perusahaan atau lebih
membentuk kerja sama sementara atau konsorsium guna memanfaatkan beberapa
peluang. Dalam joint venture kedua perusahaan akan membentuk perusahaan baru
yang terpisah dari kedua perusahaan induknya. Strategi ini digunakan ketika dua
atau lebih perusahaan tidak mampu bersaing dengan market leader yang ada.
Keunggulan yang berbeda dari kedua perusahaan dapat saling melengkapi.
Strategi ini juga diterapkan ketika perusahaan akan memasuki pasar internasional
dan kerja sama joint venture diperkirakan akan dapat memberikan kemudahan-
kemudahan dari pemerintah setempat.
b. Pengurangan (Retrenrhment)
Pengurangan merupakan strategi defensif yang dilakukan perusahaan dengan
mengelompokkan ulang bisnis melalui pengurangan biaya dan aset perusahaan
untuk menanggulangi turunnya penjualan dan keuntungan. Strategi ini dapat
digunakan ketika perusahaan memiliki kemampuan tertentu, tetapi selalu gagal
memenuhi tujuan dan sasaran. Perusahaan perlu melakukan strategi ini karena
mereka mengalami ketidakefisienan, moral karyawannya buruk, dan
keuntungannya rendah sehingga posisinya menjadi paling lemah dalam industri.
Banyak perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan strategi ini,
seperti SUCOFINDO yang telah melakukan Golden Shake Hand kepada ribuan
karyawannya karena perusahaan harus mengurangi biaya operasional akibat utang
perusahaan yang cukup besar. Ketika deregulasi terjadi pada sektor penerbangan
di Indonesia, Garuda menghadapi situasi persaingan yang semakin tinggi.
Perusahaan perlu melakukan efisiensi dalam berbagai hal untuk dapat bersaing
dengan berbagai penerbangan berbiaya murah. Efisiensi yang dilakukan Garuda di
antaranya melakukan strategi pengurangan jumlah karyawan. Pada tahun 1990
DAEWOO, perusahaan otomotif Korea, mengalami krisis yang sangat buruk
hingga memerlukan reorganisasi internal.
c. Divestasi
Divestasi adalah menjual sebuah unit bisnis atau sebagian perusahaan kepada
pihak lain. Strategi ini bisa dilakukan jika perusahaan telah menerapkan strategi
pengurangan namun tidak menunjukkan hasil perbaikan yang memuaskan
sementara sebuah unit bisnis atau divisi membutuhkan lebih banyak sumber daya
untuk tetap bersaing. Strategi ini biasanya dilakukan ketika perusahaan
memerlukan sejumlah uang secara mendesak sementara dana tidak dapat
diperoleh dari sumber-sumber lain atau perusahaan merasa tidak mampu lagi
mengelola bisnis tersebut secara menguntungkan. Namun, dalam beberapa kasus
strategi ini dapat diterapkan karena pemilik perusahaan ingin beralih ke bisnis lain
yang dianggap lebih menarik.
d. Likuidasi
Strategi bisnis
Strategi pada tingkatan ini harus konsisten dengan strategi bisnis keseluruhan yang
dikhususkan untuk line of business tersebut. Salah satu pendekatan yang berguna untuk
merumuskan strategi pada tingkat bisnis adalah analisis kompetitif dari Michael Potter.
Analisis tersebut didasarkan pada analisis terhadap lima kekuatan kompetitif, yaitu ancaman
pesaing baru, kekuatan tawar-menawar dari pemasok, kekuatan tawar-menawar dari pembeli,
ancaman produk pengganti, dan persaingan antarperusahaan yang telah ada dalam industri.
Gabungan dari kelima kekuatan inilah yang sesungguhnya menentukan posisi laba akhir
dalam suatu industri.
Strategi fokus sendiri memiliki dua varian, yaitu fokus biaya dan fokus
diferensiasi. Strategi tersebut merupakan kombinasi antara tujuan yang diperjuangkan
perusahaan/ organisasi dan alat (kebijakan) yang digunakan untuk mencapai tujuan
keunggulan bersaing. Strategi ini berguna untuk menentukan posisi yang menguntungkan
dalam suatu industri sebagai tempat terjadinya persaingan.
Pada konsep strategi ini, perusahaan bersiap menjadi produsen berbiaya terendah
dalam industri dengan memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga yang
diberikan pesaingnya dengan nilai atau mutu produk yang sama. Dalam hal ini,
sumber keunggulan biaya bervariasi bergantung pada struktur industri. Sumber-
sumber tersebut dapat mencakup pengejaran skala ekonomis, teknologi milik sendiri,
akses preferensial ke bahan mentah, dan faktor-faktor lainnya. Status produsen
berbiaya rendah melibatkan lebih dari sekadar menuruni kurva belajar, namun harus
menemukan dan mengeksploitasi seluruh sumber keunggulan biaya.
2) Diferensiasi (Differentiation)
Dengan strategi ini perusahaan berusaha menjadi unik dalam industrinya untuk
berbagai dimensi yang secara umum dihargai pembeli. Caranya adalah dengan
menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu bagi konsumennya. Perusahaan
menyeleksi satu atau lebih atribut yang dipandang penting oleh banyak pembeli dalam
suatu industri dan secara unik menempatkan diri untuk memenuhi kebutuhan itu,
misalnya keunggulan kinerja produk, inovasi produk, pelayanan yang lebih baik, dan
brand image yang lebih unggul.
3) Fokus (Focus)
Strategi ini berbeda dengan strategi lainnya karena menekankan pilihan akan cakupan
bersaing yang sempit dalam suatu industri. Penganut strategi fokus memilih suatu
segmen dalam industri bersangkutan dan menyesuaikan strateginya untuk melayani
dengan cara mengesampingkan yang lain. Dengan mengoptimalkan strateginya untuk
segmen sasaran, penganut strategi fokus berusaha mencapai keunggulan bersaing
dalam segmen sasaran walaupun tidak memiliki keunggulan bersaing secara
keseluruhan.
Strategi fokus memiliki dua varian, yaitu fokus biaya dan fokus
diferensiasi. Untuk fokus biaya, perusahaan mengusahakan keunggulan bersaing
dalam segmen sasarannya. Sebaliknya, untuk fokus diferensiasi, perusahaan
mengusahakan diferensiasi dalam segmen sasaran.
Strategi fungsional adalah aktivitas jangka pendek dalam perusahaan yang harus
dikembangkan oleh setiap bidang fungsi perusahaan untuk mengimplementasikan strategi
korporat dan strategi bisnis pada masing-masing departemen atau bagian. Strategi fungsional
harus dapat menerjemahkan pemikiran pada strategi korporat dan strategi bisnis menjadi
suatu tindakan guna mencapai tujuan tahunan.
Kata produksi dan operasi mengacu pada jenis industri yang ditekuni. Untuk industri
manufaktur fungsi ini biasanya disebut fungsi produksi dan pada industri jasa
biasanya disebut fungsi operasi. Inti proses produksi dan operasi adalah bagaimana
meningkatkan nilai tambah suatu produk baik barang maupun jasa secara efektif dan
efisien.
a. Segmentation
Strategi ini secara langsung berhubungan dengan penggunaan sumber daya keuangan
guna mendukung strategi bisnis dan strategi korporat. Strategi keuangan dirancang
khusus untuk meramu modal kerja dan aktiva jangka pendek (aktiva lancar) yang
mempunyai titik fokus jangka pendek. Analisis modal biasanya diarahkan oleh
strategi jangka panjang sebab prioritas dalam akuisisi modal biasanya jarang sekali
mengalami perubahan.
Secara garis besar sumber keuangan perusahaan dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
Siklus operasi perusahaan terdiri atas tiga kegiatan pokok, yaitu pengadaan
bahan, proses produksi, dan distribusi (penjualan). Aliran kas pada kegiatan ini sering
tidak sinkron. Pengeluaran kas sering dilakukan jauh-jauh hari sebelum penerimaan
kas. Di samping itu, penjualan dan biaya yang harus dikeluarkan sering tidak pasti.
Oleh karena itu, perusahaan perlu menjaga agar modal kerja tetap tersedia. Investasi
untuk modal kerja seperti ini pada umumnya merupakan investasi jangka pendek-
menengah.
4) Strategi di Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Akhir-akhir ini strategi fungsional
di bidang SDM menjadi isu yang sangat penting mengingat kunci dalam kesuksesan
persaingan bisnis saat ini sangat ditentukan oleh kondisi SDM di perusahaan. Paling
tidak ada dua hal yang menjadi fokus perusahaan terhadap SDM, yaitu pertama
persoalan produktivitas yang banyak dipengaruhi oleh faktor motivasi, fasilitas kerja,
dan kompetensi yang dimiliki. Dan fokus kedua adalah persoalan loyalitas yang
dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pekerja terhadap perusahaannya. Kedua isu ini
menjadi hal krusial karena saat ini mempertahankan loyalitas SDM yang bermutu
semakin sulit. Tawaran-tawaran yang lebih menarik dari perusahaan lain dalam hal
gaji dan fasilitas kerja sering kali menyebabkan SDM produktif dalam perusahaan
menjadi kurang loyal. Sebaliknya, SDM yang tertinggal dalam perusahaan sering kali
SDM yang kurang memiliki kesempatan untuk berpindah ke perusahaan lain karena
alasan kompetensi yang kurang memadai.
Strategi fungsional di bidang SDM diarahkan pada bagaimana mengelola
produktivitas SDM secara efektif dan efisien dengan mengembangkan kompetensi
dan kepuasan kerjanya secara berkelanjutan. Proses ini dimulai dari rekrutmen,
seleksi, dan orientasi sampai pada pengembangan karier dan kompetensi hingga akhir
purnabakti. Dalam kaitan ini isu mengenai outsourcing SDM menjadi semacam tren
yang banyak dilakukan perusahaan-perusahaan besar. Outsourcing ini dilakukan
karena SDM tidak lagi dianggap sebagai bagian inti bisnis perusahaan, seperti petugas
kebersihan atau satpam. Bahkan beberapa bank menerapkan sistem ini untuk bagian
teller dan custromer service. Sebagian orang berpendapat bahwa penggunaan sistem
ini dalam strategi SDM membuat perusahaan menjadi lebih efisien. Namun,
pertanyaan mengenai loyalitas dan kepuasan kerja belum terjawab dengan tuntas.
Analisis Strategi
Sebuah strategi tidak akan berharga jika tidak dapat diimplementasikan. Oleh
karena itu, perumusan strategi harus disesuaikan dengan implementasi. Dengan kata lain,
strategi dirumuskan melalui implementasinya. Pada kenyataannya perumusan strategi
bukanlah proses yang sederhana karena membutuhkan seperangkat alat analisis yang akurat
sehingga dapat dikembangkan strategi yang tepat.
Manajemen Strategik berbeda dengan ilmu matematika, fisika, kimia, atau bahkan
ekonomi yang dalam analisisnya relatif lebih statis dan kaku karena telah dipenuhi oleh teori
bahkan hukum-hukum yang bersifat baku. Sementara itu, analisis dalam manajemen strategi
dituntut untuk lebih luwes, dinamis, dan bersifat inovatif sebagaimana halnya kondisi
pelanggan, pemasok, dan pesaing yang juga bersifat dinamis. Pendekatan analisis dalam
manajemen strategik harus mengakui pentingnya intuisi yang sering kali merupakan
pengetahuan yang tidak mudah diungkapkan.
Ciri utama teknik analisis yang didasarkan pada teori ilmiah adalah
kemampuannya untuk mendapatkan pemecahan atas masalah yang kompleks setelah
memasukkan data yang diketahui dan memilih alternatif yang telah diseleksi terlebih dahulu.
Misalnya, sebuah program linear dapat menentukan penjadwalan produksi secara optimal
setelah ke dalamnya dimasukkan input data yang dibutuhkan, atau dalam manajemen
keuangan, analisis arus kas yang didiskontokan dapat memilih di antara beberapa alternatif
proyek investasi. Namun, analisis strategi tidak selamanya memberikan pemecahan masalah
yang pasti seperti halnya keputusan strategik yang harus diambil dalam hidup yang sulit yang
umumnya tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan teknik pengambilan keputusan
kuantitatif, seperti dengan siapa harus menikah, di mana harus bekerja, dan sebagainya. Hal
ini juga berlaku dalam bisnis. Terlalu banyaknya peubah pada analisis strategi membuatnya
tidak dapat disederhanakan dalam sebuah program matematik.
Analisis dan pilihan strategi dipakai untuk menentukan alternatif tindakan yang
memungkinkan perusahaan mencapai misi dan tujuannya dengan cara terbaik. Analisis dan
pilihan strategi digunakan untuk mengambil keputusan yang subjektif dari informasi-
informasi yang telah didapat. Analisis strategi tidak datang dari antah-berantah, tetapi
diturunkan dari visi, misi, tujuan, audit eksternal, dan internal perusahaan.
Proses identifikasi dan evaluasi alternatif strategi harus melibatkan banyak manajer
dan karyawan yang sebelumnya mengembangkan pernyataan visi dan misi perusahaan,
menjalankan audit eksternal, dan menjalankan audit internal. Semua yang berpartisipasi
dalam aktivitas analisis dan pilihan strategi harus memiliki audit internal dan eksternal.
Informasi yang digabungkan dengan pernyataan misi perusahaan akan membantu dalam
membentuk pikiran tentang strategi yang dipercaya dapat menguntungkan perusahaan
sebesar-besarnya.
Teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan dalam kerangka kerja
pengambilan keputusan tiga tahap. Alat yang disajikan dalam kerangka kerja ini dapat
digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, serta dapat membantu penyusun strategi
mengidentifikasi dan memilih strategi. Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap input; untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan
strategi. Pada tahap ini kita dapat menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI),
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), dan matriks Profil Persaingan (Competitive Profile
Matrix atau CPM)
2. Tahap pencocokan; berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang layak dengan
mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Tahap ini mencakup penggunaan
matriks KekuatanKelemahan-Peluang-Ancaman (StrengthWaknest-Opportunitiestheats
atau SW07), matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategi (Strategic Position ana'
Action Evaluation atau SPACE), matriks Boston Consulting Group (BCG), dan Grand
Strategy Matrix.
3. Tahap keputusan; melibatkan strategi tunggal, yaitu matriks Perencanaan Strategik
Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix atau QSPM).
Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan faktor-faktor penting yang akan
membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (kekuatan-peluang atau
strengths-opportunities), WO (kelemahan-peluang atau weakness-opportunities), ST
(kekuatanancaman atau strengths-threats), dan WT (kclemahan-ancaman atau weaknesses-
threats). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang paling
sulit dalam mengembangkan matriks SWOT untuk menentukan tema-tema Strategik dan
membutuhkan penilaian yang baik dan tidak pada tahap pencocokan terbaik
Matriks SWOT juga menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat
dilakukan oleh perusahaan, yaitu:
Pengertian Evaluasi
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat
perlumengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi berarti
usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan
karena faktor-faktor eksteral dan internal selalu berubah.
Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah
1. Meninjau factor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang,
2. Mengukur prestasi,
3. Mengambil tindakan korektif.Aktivitas perumusan startegi, implementasi dan evaluasi
terjadi di tiga tingkat hirarki dalam organisasi yang besar, korporasi, divisi atau unit bisnis
strategis, dan fungsional.
Perusahaan bisnis multidivisional yang biasanya besar, memiliki tiga level strategi :
1. Strategi korporasi mengambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap
perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan
lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa.
2. Strategi bisnis atau strategi bersaing, biasanya dikembangkan pada level divisi dan
menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan dalam
industri khusus atau segmen pasar yang dialyani oleh divisi tersebut.
3. Strategi fungsional menekankan terutama pada pemaksimalan sumber daya produktivitas.
Dalam batasan perusahaan dan strategi bisnis yang berada di sekitar mereka, departemen
fungsional mengembangkan strategi untuk mengumpulkan bersama-sama berbagai
aktivitas dan kompetensi mereka guna memperbaiki kinerja.
Kesesuaian :
Perlunya mencermati serangkaian trend, termasuk trend individu
Kebanyakan tren merupakan hasil interaksi antar tren
Keunggulan :
Keunggulan kompetitif biasanya merupakan hasil dari keunggulan sumber daya,
keterampilan dan posisi
Konsistensi :
Tiga pedoman yang mendasari konsistensi strategi, yaitu persoalan manajerial, keberhasilan
departemen dan isu kebijakan organisasi
Kriteria Kualitatif :
• Perputaran karyawan (turnover)
• Tingkat kualitas produk
• Kepuasan karyawan
• Pemasaran
• Penelitian dan Pengembangan
• Sistem Informasi Manajemen
Perencanaan Kontinjensi
Rencana – rencana alternatif yang dapat dijalankan jika peristiwa – peristiwa penting tertentu
tidak terjadi seperti yang diharapkan
Contoh rencana kontinjensi yang lazim dalam perusahaan :
1. Jika pesaing utama menarik diri dari pasar tertentu ?
2. Jika sasaran penjualan kita tidak tercapai ?
3. Jika permintaan produk baru kita melampau rencana ?
4. Jika bencana tertentu terjadi ?
5. Jika dengan perkembangan teknologi baru membuat produk baru kita jadi usang ?
Auditing
Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait
dengan penilaian mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan derajat
kesesuaian antara penilaian tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada para pengguna.
Audit lingkungan harus dijalankan dengan praktek – praktek yang sehat dan aman.