Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN RESIKO

(Kasus Manajemen Risiko Pada PT. Lapindo Brantas Inc.)

Disusun Oleh :
SHELLA HERDIANTI
1434020166

Dosen Pengampu :
ETI ARINI, S.E.,MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat,taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
mengenai MANAJEMEN RESIKO Pada PT. Lapindo Brantas Inc.. dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya diperadaban saat ini dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, Sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, Agustus 2018

Penulis,

2i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Manajemen Resiko ...................................................... 3
2.2. Manfaat Manajemen Resiko.......................................................... 4
2.3. Derajat Resiko ............................................................................... 5
2.4. Klasifikasi Manajemen .................................................................. 6
2.5. Identifikasi Resiko......................................................................... 8
2.6. Proses Manajemen Resiko ............................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN
Kasus Manajemen Risiko Pada PT. Lapindo Brantas Inc. .............. 15
A. Mengidentifikasi resiko .................................................................... 16
B. Menganalisis Resiko ......................................................................... 16
C. Mengevaluasi Resiko ........................................................................ 17
D. Menangani Resiko ............................................................................ 17
E. Memantau Resiko ............................................................................. 17
F. Mengkomunikasikan Resiko ............................................................ 17
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ...................................................................................... 19
4.2. Saran ................................................................................................ 19

3ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan industri semakin dinamis mendorong perusahaan jasa
untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat mempertahankan sustainbilitas
perusahaan dan berkembang. Agar dapat menghadapi persaingan pasar yang
semakin tinggi, perusahaan dituntut melakukan berbagai perubahan dan
perbaikan pada seluruh komponen perusahaan. Perbaikan dilakukan dengan
terlebih dahulu mengukur dan mengevaluasi sistem atau manajemen yang
ada.
Perusahaan dapat menjaga sustainbilitasnya dalam menjalankan usaha
adalah perusahaan yang dapat menerapkan manajemen risiko dengan baik
yang melibatkan pihak-pihak internal seperti manajemer risiko, manajer dan
internal audit (SPI). Pengelolaan risiko usaha jasa menjadi mutlak untuk
mengendalikan risiko dalam penutupan usaha suatu obyek usaha jasa.
Analisis underwriting yang menjalankan prinsip kehati-hatian (prudential
priciples) dapat mengurangi kejadian default yang menyebabkan klaim dan
risiko lainnya.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan
terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan
atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan
kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut
dengan istilah risiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen
resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen
resiko dalam bisnis pada masa kini.
Oleh sebab itu resiko sangat perlu diolah karena resiko mengandung
biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu

1
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari
peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar
(misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap
untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak
bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan
arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada
supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan
menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis
tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi
terjadinya resiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan
gulung tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah,
salah satunya dengan mengukur dimensi resiko yang akan terjadi pada diri
sendiri pada khususnya dan pada perusahaan pada umunya

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Manajemen Resiko?
2. Apa Manfaat Manajemen Resiko?
3. Bagaimana Derajat Resiko?
4. Apa Saja Klasifikasi Manajemen?
5. Bagaimana Identifikasi Resiko?
6. Bagaimana Proses Manajemen Resiko?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Resiko.
2. Untuk Mengetahui Manfaat Manajemen Resiko.
3. Untuk Mengetahui Derajat Resiko.
4. Untuk Mengetahui Klasifikasi Manajemen.
5. Untuk Mengetahui Identifikasi Resiko.
6. Untuk Mengetahui Proses Manajemen Resiko.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Manajemen Resiko


Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen
semua wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya
dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju
keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus
dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi
resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan
(sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan
downside dari semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi
organisasi. Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses,
mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin
keseluruhan sasaran organisasi. Manajemen resiko seharusnya bersifat
berkelanjutan dan mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan
strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen
resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan
sesuai dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam
suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi
dengan kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa
manajemen senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu
strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian tugas dan
tanggung jawab serta kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu
organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja memandang manajemen
resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.Manajemen resiko mendukung
akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward,
mempromosikan efisiensi operasional dari semua tingkatan.
Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau

3
perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu
risiko. Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan
pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau
aktivitas perusahaan. Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan /
pengelolaan sumberdaya.

2.2. Manfaat Manajemen Resiko


1. Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara
lain
a. Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-
masalah yang rumit.
b. Memudahkan estimasi biaya.
c. Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang
dihasilkan dalam cara yang benar.
d. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi
resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
e. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan
berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah.
f. Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat
keputusan.
g. Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
h. Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.
2. Menurut Darmawi, Manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap
perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :
a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari
kegagalan.
b. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

4
c. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh
adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non
material bagi perusahaan itu.
e. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan
karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan
yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong
meningkatkan public image.
3. Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara
implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan
dicapai manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini :
a. Survival
b. Kedamaian pikiran
c. Memperkecil biaya
d. Menstabilkan pendapatan perusahaan
e. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
f. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
g. Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan
dan masyarakat.

2.3. Derajat Resiko


Derajat risiko – degree of risk adalah ukuran risiko lebih besar atau
risiko lebih kecil. Jika suatu risiko diartikan sebagai ketidakpastian, maka
risiko terbesar akan terjadi bila terdapat dua kemungkinan hasil yang
masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi.
Klasifikasi Risiko sebagai berikut :
1. Risiko yang dapat diukur dan risiko yang tidak dapat diukur
2. Risiko financial dan risiko non financial
3. Risiko statis dan risiko dinamis
4. Risiko fundamental dan risiko khusus
5. Risiko murni dan risiko spekulatif

5
2.4. Klasifikasi Manajemen
1. Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya
sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem.
Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko
lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari
kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi,
sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya
manusia.
2. Risiko eksternal factor –faktor yang mempengaruhi akibat akibat yang
ditimbulkan dari suatu peristiwa. Lingkungan eksternal menimbulkan
kondisi yang kondusif terhadp bencana yang menimbulkan kerugian.
Dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Walaupun
ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori
ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan
sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan
sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara
penanganannya.
3. Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat
dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban
pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.
4. Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak
terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk
mengimplementasikan strateginya secara signifikan.

2.5. Identifikasi Resiko


Identifikasi Risiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui
risiko–risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan atau perorangan.
1. Hal – hal yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk
perusahaannya:

6
a. Mengetahui kemungkinan – kemungkinan terjadinya suatu
kerugian dan harus berhati – hati atas kemungkinan timbulnya
setiap kerugian dan hal ini merupakan tugas utama seorang manajer
risiko.
b. Memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya risiko sehingga dapat
diperkirakan kemungkinan kerugian maksimum dari risiko yang
berasal dari berbagai sumber.
c. Memutuskan pemakaian metode pengolahan risiko yang terbaik
dan paling ekonomis,apakah dengan jalan menghapuskan,
mengurangi, membatasi, menanggung sendiri, memindahkan atau
mengkombinasikan metode – metode tersebut.
d. Mengadministrasikan program –program manajemen risiko
termasuk mengadakan penilaian kembali atas program – program,
pencatatan – pencatatan dan lain sebagainya.
2. Metode Identifikasi Risiko
a. Analisis data historis
b. Pengamatan dan Survey (menggunakan questionnaire, inspeksi
langsung, dan interaksi dengan unit kerja)
c. Pengacuan (Benchmarking)
d. Pendapat ahli.
3. Sumber Informasi Risiko
a. Dokumen Internal
1) Laporan keuangan, strategi dan rencana, standar dan prosedur
operasi, dokumen SDM, surat perintah, dll.
2) Merupakan target pencarian yang pertama dalam identifikasi
risiko tetapi seringkali tidak semua dokumen tertata dengan baik.
b. Dokumen Eksternal
1) Misalnya: koran, majalah, data publikasi, statistic keuangan dan
ekonomi, dan sumber lainnya.
2) Harus bisa memilah dan memilih informasi yang penting bagi
perusahaan.

7
c. Pihak Internal Perusahaan
1) Contoh: karyawan yang mengoperasikan mesin selama bertahun-
tahun dapat menjadi narasumber yang kompeten.
2) Masalahnya karyawan seringkali tertutup dan berpersepsi
semakin banyak risiko di unit kerjanya, semakin buruklah cara
kerja mereka. Ini tentu saja salah. Tidak ada hubungan antara
jumlah risiko dan kualitas kerja.
d. Pihak Eksternal Perusahaan (konsumen, pemasok, pengamat, tenaga
ahli, pesaing, dll)
1) Melalui Focus Group Discussion yang melibatkan mereka yang
dianggap ahli.
2) Kriteria ahli: (a) secara rutin menangani obyek yang sedang
diidentifikasi risikonya; (b) orang di sekitarnya yang
berpengaruh atau bisa mempengaruhi, misalnya atasannya atau
rekan kerjanya; dan (c) ahli dalam bidang akademik mengenai
obyek ybs.
4. Proses Identifikasi Risiko
a. Menentukan unit risiko
Misalnya yang mau diidentifikasi adalah Unit Penjualan, maka risk
ownernya adalah unit penjualan.
b. Memahami proses bisnis.
Setiap unit memberikan layanan (atau menghasilkan produk) kepada
unit yang lain atau kepada pelanggan. Dalam menghasilkan
produk/jasa ini, setiap unit melakukan berbagai aktivitas. Dengan
memahami proses bisnis, kita bisa mengetahui aktivitas-aktivitas
yang ada pada suatu unit risiko. Pada umumnya, proses bisnis terdiri
dari 2 kelompok aktivitas, yakni aktivitas utama dan aktivitas
pendukung.
c. Menentukan aktivitas yang krusial.
Yang dikatakan “krusial” atau “kritis” adalah apabila unit risiko
tidak dapat menghasilkan produk atau jasa oleh karena aktivitas

8
yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalannya aktivitas dengan
semestinya. Aktivitas yang tidak krusial dapat ‘diabaikan’ karena
pengaruhnya tidak signifikan pada produk atau jasa yang dihasilkan.
d. Menentukan barang dan orang yang ada pada aktivitas krusial
tersebut.
Siapa orang-orangnya ?? apa barang-barangnya??
e. Menentukan bentuk kerugian yang dapat terjadi pada barang dan
orang dari aktivitas krusial tersebut.
1) Bentuk kerugian pada orang à cedera, sakit, meninggal, hilang,
demonstrasi, mogok kerja, berhenti bekerja, berhalangan, dll.
2) Bentuk kerugian pada barang à rusak, hilang, tidak sesuai, usang,
terbakar, tidak berkualitas, dicuri, diselewengkan, tak tertagih,
dll.
f. Menentukan penyebab terjadinya kerugian atau risiko
1) Risiko Keuangan à perubahan harga, nilai tukar, dan tingkat
bunga.
2) Risiko Operasional
a) Manusia à kompetensi, moral, selera.
b) Teknologi à keusangan, kualitas, kesesuaian.
c) Alam à bencana alam, kondisi alam, makhluk selain manusia.
Mengetahui penyebab risiko sangat penting karena penanganan
risiko yang sama akan berbeda jika penyebabnya berbeda.
Misalnya, penanganan risiko kebakaran karena listrik berbeda
dengan karena tabung gas yang meledak.
g. Membuat daftar risiko.
Berisi dua hal penting, yakni Pernyataan Risiko dan Penyebab
Risiko. Untuk mengetahui apakah itu sebuah risiko ingat kembali 3
karakteristik risiko:
1) merupakan suatu kejadian;
2) kejadian tsb mengandung kemungkinan; dan
3) jika terjadi akan mengakibatkan kerugian.

9
2.6. Proses Manajemen Resiko
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk
terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan
peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk
memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat
dibagi ke dalam 8 komponen (tahap)
1. Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi
Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management
philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-
perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau
penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur
organisasi, dan pendelegasian wewenang.
2. Objective setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari
organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola
risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan
activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah
berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam
jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi
dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah
menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives; (2) reporting
objectives; dan (3) compliance objectives.
Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian
objective yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan
pelayanan pajak modern seperti pengiriman SPT WP secara elektronik,
diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar akan
mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%,
dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan
penyediaan fasilitas tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat

10
pula aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan
risk tolerance adalah 0%.
3. Event identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik
yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang
mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian
tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula
sebaliknya atau negative (risks). Terdapat 4 model dalam identifikasi
risiko, yaitu
(1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat
scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure
analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi
yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan,
human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible
assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber
daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan
risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank,
4. Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian
atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya
dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat
dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau
peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko).
Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi
merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1)
qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative
techniques menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low,
medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara
itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari

11
tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan
hanya asumsi consequence), dan benchmarking.
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan
antar kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko
kecil. Namun, bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula,
risiko yang mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan
dalam common event categories, dan dinilai secara aggregate.
5. Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk
response dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu
dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (2)
reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau
impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung
bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4)
acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang
kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-
faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan
impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan
risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan
kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk
response.
6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan
(policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response
terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan
lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan nilai etika; (2)
kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya
organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur
organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung jawab.

12
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan
jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian,
diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive.
Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan
prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang
dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian
hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga
pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi
optimal.
7. Information and communication (Informasi dan komunikasi)
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang
relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi
dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat
komunikasi. Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi
yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi:
(1) appropriate; (2) timely; (3) current; (4) accurate; dan (5) accessible.
Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat
komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan
melalui media elektronis.
8. Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus
(ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring
ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas
rutin lainnya. Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan
tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas,
frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti
reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan
berlebihan (tidak relevan).

13
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus Manajemen Resiko PT. Lapindo Brantas Inc.
Salah satu hal penting yang harus di perhatikan oleh sebuah perusahaaan
adalah kerusakan lingkungan. Dalam menjalakan aktivitas produkdinya bukan
tidak mungkin perusahaan akan memberikan efek samping yang berpotensi
menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan yang
disebabkan perusahaan bisa saja akan berbalik pada perusahaan itu sendiri, seperti
adanya tuntutan dari berbagai pihak seperti: masyarakat sekitar, organisasi aktivis
lingkungan dan pemerintah. Perusahaan yang tidak ramah terhadap lingkungan,
bisa saja izin usahanya akan dicabut oleh pemerintah, pengajuan kredit tidak bisa
direalisasikan oleh bank, atau produksi ditolak oleh pasar/khususnya eksporke
negara-negara tertentu seperti Amerika Serikat atau negara-negara Eropa.
Bencana ekologis nasional lumpur panas yang terjadi di Kabupaten
Sidoarjo Propinsi Jawa Timur dimulai pada tanggal 28 Mei 2006, gaat gas
beracun dan lumpur panas menyembur di dekat sumur pengeboran Banjar Panji-1
milik PT Lapindo Brantas, Inc. yang hingga penelitian ini dilaksanakan masih
belum dapat dihentikan. Kegiatan eksplorasi minyak dan gas sebagaimana
dilakukan oleh PT Lapindo Brantas, Inc. merupakan kegiatan survey seismic dan
eksplorasi. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
karena sifat cadangan minyak dan gas bumi yang berada di perut bumi tidak dapat
ditentukan lokasinya secara pasti. Karena besarnya volume semburan
menyebabkan air Lumpur tersebut dialirkan ke badan air Sungai Porong dan
Sungai Aloo demi menjamin keselamatan jiwa masyarakat dan infrastruktur di
sekitar lokasi semburan dan ini juga berdampak pada kerusakan ekosistem di
sungai tersebut.
Akibat dari masalah ini semua pihak sangat dirugikan terutama
masyarakat yang terkena dampak dari lumpur serta polusi udara yang dihasilkan
dari lumpur tersebut. Bukan hanya masyarakat, PT. Lapindo Brantas juga
mengalami banyak kerugian sehingga berdampak pada semua investor serta
karyawan PT. Lapindo Brantas, Inc.

14
A. Mengidentifikasi Resiko
Semburan lumpur yang keluar dari pengeboran PT. Lapindo Brantas Inc.
akan merusak ekosistem sekitar. Dikarenakan luapan lumpur yang bervolume
terlalu besar sehingga direncanakan akan dibuang atau dialirkan ke laut
melewati sungai porong dan sungai aloo, dalam hal ini akan mencemari
ekosistem sekitar baik itu didaratan maupun laut yang akan tercemari oleh
logam kadmium ( Cd ) dan timbal ( Pb ) lumpur tersebut dan juga sangat
berbahaya bagi manusia apabila kadarnya jauh diambang batas sesuai hasil
penelitian oleh pihak Wahana Lingkungan Hidup / WALHI. Selain itu, lumpur
yang akan dialirkan keperairan sungai porong dan sungai aloo akan merusak
dan berbahaya terhadap biota air terutama jenis Crustaceae karena kandungan
senyawa phenol “menurut Niniek Herawati dalam tesisnya tentang analisis
risiko lingkungan aliran air lumpur lapindo ke badan air (studi kasus sungai
porong dan sungai aloo – kabupaten Sidoarjo)“
Dalam kasus ini PT Lapindo Brantas Inc. akan dikenakan hukumanatas
pelanggaran yang telah dilakukan perusahaan tersebut karena telah
mengeluarkanpolusi melebihi batas yang diizinkan dengan hukuman denda
sampai pada hukumanyang paling berat (penjara).
Kesalahan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas Inc. beserta
perusahankontraktornya yaitu PT Medici Citra Nusantara ini akan berdampak
buruk bagi kredibilitas perusahan yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie tersebut.
Tak hanya PT Lapindo Brantas Inc. saja yang akan memiliki kredibilitas
buruk atas keselahan ini,namun elektabilitas Aburizal Bakrie yang akan
mencalonkan diri sebagai capres jugaakan terganggu. “ Ketua Dewan
Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjungmenyadari elektabilitas Aburizal
Bakrie sebagai capres tak kunjung menaik. Akbarmenyebut salah satu
faktornya karena kasus Lapindo yang belum selesai “. Selain itupara investor
tidak lagi bekerjasama dengan PT Lapindo Brantas, investor akan lebitertarik
untuk meminjamkan/menginvestasikan dananya kepada perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap masalah polusi seperti ini.

15
B. Menganalisis Resiko
Atas kejadian ini bukan hanya negara yang dirugikan oleh
PT.Lapindo Brantas melainkan warga sekitar lumpur juga mengalami
kerugian atasbegitu besarnya lumpur yang keluar dari sumur pengeboran
Banjar Panji-1 ini kepemukiman mereka dan persawahan mereka pun tak
luput oleh luapan lumpurtersebut. Para karyawan juga merasa dirugikan,
karena mereka harus diberhentikanoleh perusahaan tersebut walaupun mereka
juga menerima gaji dan pesangon daripihak perusahaan. PT. Lapindo Brantas
Inc. sudah pasti terkena dampak resikokeuangan atas kejadian ini karena harus
membayar ganti rugi terhadap warga sekitaryang terkena dampak ini dan juga
untuk membayar gaji dan pesangon para pekerjanyayang akan diberhentikan.
Akibat dari permasalahan ini legalitas serta perizinan usaha PT Lapindo
Brantas terancam akan dicabut oleh pemerintah karena perusahaantersebut
dianggap bermasalah dan merugikan banyak pihak.
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat
kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah
mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko
dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi
kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian
peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.

C. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam
resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi
prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan
prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.

16
D. Menangani Resiko
Dari resiko-resiko yang terjadi diatas kami mengambil beberapa
kesimpulan dan cara untuk mengantisipasi atau meminimalkan resiko kejadian
tersebut dikemudian hari:
1. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), sebagai salah satu
perusahaan yang mengeksplorasi lingkungan, PT Lapindo Brantas
dianjurkan untuk melakukan kegiatas tersebut sebelum kegiatan usaha
tersebut dimulai untuk mengantisipasi resiko terhadapat lingkungan yang
akan dan atau telah dieksplorasi sehingga tidak menggannggu ekosistem
dan lingkungan yang ada disekitar perusahaan.
2. Teknologi, gunakanlah teknologi yang sesuai dengan usaha yang akan
dimulai untuk dapat memudahkan resiko-resiko yang akan terjadi
dikemudian hari. Buatlah pula keputusan dengan beberapa para ahli dalam
mengatasi resiko yang telah terjadi.
3. Lokasi yang Strategis, penentuan lokasi usaha sangat mempengaruhi pada
dampak resiko usaha yang terjadi. Usahakan lokasi usaha jauh dari
lingkungan masyarakatagar dapat mengantisipasi limbah yang ada dan
tidak mengganggu masyarakat sekitar.

E. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko
baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya
resiko, dan cara penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang
teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau
perubahannya.

F. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan
resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan
terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa
tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang

17
berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari internal perusahaan
(manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah
daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan konsumen.
Agar manajemen resiko dapat diterapkan dengan baik, maka perlu
disiapkan segala infrastruktur manajemen resiko antara lain: pedoman
manajemen resiko (kebijakan, pedoman umum, prosedur, dan formulir),
struktur organisasi manajemen resiko (tugas, wewenang, tanggung jawab
personil untuk melaksanakan manajemen resiko), dan sistem informasi
pelaporan/ pemantauan pelaksanaan manajemen resiko.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Manajemen berbasis resiko lebih menekankan pada proses
mengelola asset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko
yang melekat pada proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses
manajemen resiko terhadap asset utama perusahaan untuk mengidentifikasi
dan mengelola penyebab utama kegagalan pencapaian sasaran
perusahaan.NPenerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada
seluruh aktivitas bisnis perusahaan rokok atau secara khusus lebih
menekankan pada aktivitas manajemen asset perusahaan .
Manajemen resiko memiliki peran penting karena sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan suatu perusahaan. Tidak hanya itu
manajemen resiko juga bisa mengukur suatu resiko yang terjadi pada
perusahaan serta memudahkan seorang Menejer perusahaan membuat dan
mengambil keputusan-keputusan yang baru yang berguna bagi perusahaan.
Manajemen resiko juga memberi efek yang positif terhadap bumi terutama
pada perusahaan yang peduli akan lingkungan hidup.

4.2. Saran
Penulis Menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai pedoman
penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, Herman. 1994, Manajemen Risiko, Jakarta : Bumi Aksara,

Slide “Pengantar Pengelolaan Asset (Infrastruktur)”, Gary Mc Lay, Website, 2


Juni 2006.

Darmawi, Herman. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, 2005.

Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003

Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur.

http://94genia.blogspot.com/2016/02/studi-kasus-manajemen-risiko-berserta.html

20

Anda mungkin juga menyukai