Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN MATA KULIAH

MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

OLEH :

NAMA : NI KOMANG SUMARNI

NPM : 1732121363

KELAS : C10 MANAJEMEN

SEMESTER : VII

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

2020

1
RMK

BAB XV

A. Regulasi Pemerintah Tentang UMKM


Pemerintah memang menerapkan beberapa regulasi yang dibutuhkan untuk melindungi
dan membuat sektor UMKM ini lebih tertata.
Di antaranya :
1. Perizinan Usaha
UMKM wajib mengurus perizinan agar usaha mereka menjadi legal. Izin
usaha juga diperlukan agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik ke depan.
Apabila berniat terjun ke dunia usaha maka yang harus diperhatikan adalah
memiliki jenis izin SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan). SIUP ini diterbitkan
berdasarkan domisili usaha dan penting dimiliki agar pemilik usaha memiliki bukti
pengesahan dari pemerintah. Sebab, SIUP juga memiliki peran penting dalam
memajukan usaha terutama saat mengajukan ke perbankan maupun instansi
keuangan lainnya. Bagi UMKM juga ada dasar hukum Izin Usaha Mikro Kecil
(IUMK) yang diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014. Secara lebih
detail aturannya dicantumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 222. Selain Perpres di atas, ada juga Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 83 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil.
Secara detailnya aturan tersebut dijelaskan pada Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1814. Proses pengurusan dokumen ini sangat penting untuk
dilakukan karena berkaitan dengan keamanan dan perlindungan secara hukum. Para
anggota pemilik kartu IUMK harus secara jelas mencantumkan lokasi usahanya
sesuai kependudukan di KTP. Hal ini berkaitan juga dengan tanggung jawab aparat
pemerintah lantaran yang memiliki kewenangan adalah camat. Ketika tidak sesuai
dengan daerah antara tempat tinggal dan tempat usaha serta dokumen KTP serta
KK maka bisa rancu.

2
2. Regulasi Perpajakan
` Pemerintah memberikan kelonggaran perpajakan untuk kalangan UMKM.
Bagi mereka yang baru merintis usaha dengan modal terbatas dan omzet tak lebih
dari Rp 4,8 milyar setahun, tarif pajak yang diterapkan sebelumnya terasa
memberatkan. Untunglah, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 23 tahun 2018 agar bisa memberikan ruang lebih bagi kalangan UMKM
untuk berkembang. Lewat regulasi terbaru UMKM yang mengatur tentang Pajak
Penghasilan (PPh) atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib
pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, atau tarif PPh Final yang dikenakan
UMKM diturunkan menjadi 0,5% dari sebelumnya 1%. Penurunan tersebut diharap
bisa mendorong pengusaha UKM berperan serta dalam kegiatan ekonomi formal
dan bisa mempermudah dalam melakukan kewajiban perpajakan. Kemudahan yang
diberikan akan berimbas pada peningkatan kepatuhan kewajiban perpajakan. Nah,
beleid ini diharapkan bisa mendorong kepatuhan perpajakan di kalangan UMKM.
Karena salah satu permasalahan pajak di Indonesia adalah masih rendahnya tingkat
kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajak yang bermuara pada rendahnya rasio
pajak di Indonesia.
3. Regulasi Pendanaan
Meskipun tidak besar, namun Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
membantu mengurangi pengangguran serta perekonomian nasional sehingga
mendapat perhatian pemerintah dan beberapa lembaga keuangan. Salah satunya
melalui program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah kredit atau
pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM yang feasible tetapi
belum bankable. KUR bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas pelayanan
bank kepada UMKM produktif, meningkatkan kapasitas daya saing UMKM,
mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, serta
menanggulangi kemiskinan. Jenis pinjaman ini berbeda dengan pinjaman lainnya
karena memiliki suku bunga yang lebih rendah.

3
Beberapa perbankan milik pemerintah yang tergabung dalam himbara
menyediakan Qfasilitas ini. Seperti BRI, BNI, BTN maupun Bank Mandiri. Selain
itu, perbankan daerah seperti BPD juga turut menyediakan pinjaman ini.
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan
kebijakan KUR baru sesuai dengan Peraturan Menko Perekonomian Nomor 11
Tahun 2017 berlaku sejak 1 Januari 2018.Dalam kebijakan ini, suku bunga KUR
ditetapkan sebesar 7 persen per tahun dan skema subsidi yang bervariasi untuk
setiap kategori KUR di kisaran 5,5 persen hingga 14 persen. Kemudahan
penyaluran dan bunga terjangkau membuat banyak UMKM meminati jenis
pinjaman ini. Sepanjang 2018, total plafon penyaluran KUR pun mencapai Rp
123,631 triliun yang disalurkan ke berbagai sektor produktif. Seperti pertanian,
perburuan dan kehutanan, perikanan, industri pengolahan, perdagangan, konstriksi
dan jasa.

4. Kemitraan
Salah satu kunci agar UKM bisa maju adalah dengan mengadopsi pola
kemitraan terutama dengan pelaku usaha besar yang telah memiliki nama.
Pemerintah pun telah mengatur hal tersebut dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Dalam pasal 30 dijelaskan
jika pemerintah dan pemerintah daerah mengatur Usaha Besar untuk membangun
Kemitraan dengan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah atau Usaha
Menengah untuk membangun Kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha Kecil.
Pemerintah juga diwajibkan untuk menyediakan data dan informasi pelaku Usaha
Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah yang siap bermitra; mengembangkan
proyek percontohan Kemitraan; memfasilitasi dukungan kebijakan; dan melakukan
koordinasi penyusunan kebijakan dan program pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan kemitraan.

4
B. Ketentuan Umum Pembinaan UMKM

Upaya penumbuhan kemampuan dan ketangguhan usaha kecil yang memiliki


jumlah besar dan terbesar luas di seluruh tanah air, merupakan kegiatan yang tak dapat
dipisahkan dari upaya menumbuhkan kemampuan, ketangguhan dan ketahanan ekonomi
nasional secara keseluruhan. Kenyataannya menunjukkan, bahwa usaha kecil yang terdiri
dari antara lain usaha kecil pemula, usaha kecil yang belum layak usaha, usaha kerajinan
rumah tangga, nelayan, dan petani tersebut, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air,
belum mampu memupuk modal sendiri atau memanfaatkan sumber permodalan yang ada,
memanfaatkan peluang pasar, menata organisasi dan manajemen, apalagi menguasai
teknologi. Didasari bersama bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari usaha
nasional sehingga perkembangan usaha kecil mempunyai pengaruh yang sangat penting
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional, oleh karena itu peranan
usaha kecil dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi bangsa harus terus ditingkatkan.
Di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, telah ditentukan
bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memiliki
kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000, - (dua ratus juta rupiah) atau hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) serta
kepemilikannyapun telah ditetapkan pula dalam pasal 5 Undang-undang Usaha Kecil,
adalah harus dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.

Kegiatan dan kebijaksanaan pemerintah yang telah dilaksanakan dalam upaya


meningkatkan peran usaha kecil sesuai dengan kegiatan usahanya yang terdapat diberbagai
sektor, misalnya sektor pertanian, peternakan, pertambangan, perindustrian, belum
terlaksana secara optimal dan terpadu. Dalam pelaksanaan program pembinaan usaha kecil
seakan-akan masing-masing pembina sesuai sektornya berjalan sendiri-sendiri, kurang
terkoordinasi sehingga efektivitas pembinaan masih perlu ditingkatkan. Tidak adanya
perlakuan tambahan di bidang perpajakan atau dalam rangka perolehan perizinan, atau
permodalan yang tidak mendukung, merupakan kendala bagi usaha kecil, sehingga sulit
berkembang. Apabila dilihat dari peningkatan produk, pemasaran, sumber daya manusia
atau teknologi usaha kecil, kemampuan dan peran serta usaha kecil pada kenyataannya
masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan peningkatan kegiatan usaha menengah

5
atau usaha besar. Oleh karena itu, diperlukan satu petunjuk yang disusun secara lengkap
dan teratur dalam satu peraturan pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha kecil.
Sasaran umum pembinaan dan pengembangan tersebut adalah terwujudnya usaha kecil
menjadi usaha dan gerakan ekonomi rakyat yang lebih tangguh dan mandiri serta memiliki
daya saing tinggi serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka materi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini
ditekankan pada tata cara pembinaannya dan diatur pula mengenai koordinasi dalam
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan yaitu antara instansi terkait serta pengawasan
dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembinaan dimaksud.

Dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil, perlu memperhatikan klasifikasi


dan tingkat perkembangan usaha kecil, tetapi dengan tetap menerapkan keluwesan dalam
pembinaan sehingga tidak justru menghambat upaya pembinaan dan pengembangan
dimaksud. Bobot, intensitas, prioritas dan jangka waktu pembinaan dan pengembangan
usaha kecil dimaksud merupakan satu kesatuan rangkaian tindak yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk mewujudkan usaha kecil yang tangguh dan mandiri serta agar
dapat berkembang menjadi usaha menengah. Pemberian peluang pasar kepada usaha kecil
perlu terus ditingkatkan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, sehingga usaha
kecil dapat memanfaatkan pasar dan akses pasar.

Tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan


pengetahuan, profesional, keterampilan serta jiwa wirausaha yang mempunyai tanggung
jawab tinggi dalam mewujudkan usaha yang mandiri, produktif, kreatif dan inovatif. Di
samping itu, manajemen usaha kecil dapat dijadikan pedoman dalam pendidikan dan
latihan usaha kecil serta pemasyarakatan dan pembudayaan kewirausahaan.
Pengembangan teknologi usaha kecil oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
dikembangkan di sentra-sentra usaha termasuk didalamnya pengembangan desa cerdas
teknologi, pusat desain nasional dan pemasyarakatan hak atas kekayaan intelektual seperti
hak cipta, paten dan merek.

Penyediaan dana dilakukan oleh Departemen teknis, Kantor Menteri Negara,


Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, melalui
anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah,

6
anggaran perusahaan sesuai dengan program pembinaan dan pengembangan usaha kecil di
masing-masing sektor, sub sektor, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah yang bersangkutan. Dalam rangka menyiapkan usaha kecil
dalam menghadapi persaingan sehat diperlukan langkah-langkah dan kebijakan
pencadangan usaha bagi usaha kecil secara terpadu, sehingga usaha kecil dapat menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri.

Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun
1994 menentukan bahwa pengeluaran berupa biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau
kerugian yang untuk memelihara penghasilan atau untuk pengembangan perusahaan, dapat
diperhitungkan sebagai pengurangan terhadap penghasilan bruto dalam rangka penetapan
Penghasilan Kena Pajak. Pengeluaran tersebut meliputi antara lain biaya pengembangan
sumber daya manusia dan pendidikan dan latihan usaha kecil, pemberian modal usaha
kecil, biaya survey pasar, seminar dan pameran usaha kecil, biaya pengembangan teknologi
usaha kecil, depresiasi atas aktiva tetap yang digunakan untuk pembinaan dan
pengembangan usaha kecil dan biaya untuk magang dan studi banding, konsultasi,
penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta pembiayaan lainnya

Pembinaan dan pengembangan terhadap usaha kecil yang telah berhasil


berkembang menjadi usaha menengah, masih dapat dilanjutkan dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun lagi untuk lebih memantapkan usahanya setelah menjadi usaha menengah, dan
selama kurun waktu 3 (tiga) tahun itu usaha menengah tersebut masih dapat memanfaatkan
bantuan pembinaan dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Yang dimaksud dengan
lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan adalah lembaga yang sudah ada atau yang
akan dibentuk, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang
dimiliki oleh pemerintah maupun oleh dunia usaha. Sedangkan lembaga pendukung
lainnya antara lain dapat berupa lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga pengkajian,
lembaga pemasaran dan informasi, klinik konsultasi bisnis, inkubator, lembaga bantuan
hukum dan pembelaan. Lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal untuk
pembinaan dan pengembangan usaha kecil antara lain meliputi skim modal awal, modal
bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan kredit modal kerja usaha kecil, kredit

7
kemitraan, modal ventura, dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara, anjak piutang
dan kredit lainnya untuk peningkatan ekspor dan pengembangan teknologi usaha kecil.
Dalam pelaksanaan penjaminan usaha kecil, baik lembaga penjaminan yang dimiliki
pemerintah maupun swasta memberikan bantuan kemudahan berupa penyederhanaan tata
cara atau persyaratan yang ringan serta pendirian lembaga penjaminan usaha kecil di
daerah, baik di Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dan dilakukan secara
terarah dan terpadu serta berkesinambungan untuk mewujudkan usaha kecil yang tangguh
dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Usaha kecil yang telah
dibina dan berkembang menjadi usaha menengah masih dapat diberikan pembinaan dan
pengembangan untuk jangka waktu paling lama tiga tahun.

C. Etika dan Bisnis UMKM

Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi
dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perus-
ahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada
umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi
pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya dis-
kriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang
berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
harus semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya.
Pengertian Etika Bisnis Bertens (2013) menyatakan bahwa etika bisnis adalah pemikiran
atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Hal ini seperti
yang dikatakan oleh DeGeorge (1986) bahwa bisnis seperti kebanyakan kegiatan sosial
lainnya, mengandaikan suatu latar belakang moral, dan mustahil bisa dijalankan tanpa ada
latar belakang moral seperti itu. Etika berasal dari kata Yunani ethos yang menurut Keraf
(1998) adalah adat istiadat atau kebiasaan. Pengertian moral menurut Velasquez (2005)

8
bahwa moral memang mampu mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Se-
hingga etika dan moralitas berbeda, etika perlu dipahami sebagai sebuah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya.
 Peranan Etika Bisnis
Diperlukan pembanding antara etika bisnis dalam perusahan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. Perbandingan tersebut dimaksudkan agar dapat membuktikan
apakah hukum di Indonesia telah memenuhi etika yang berlaku di masyarakat dan etika
pada hakikatnya lebih tinggi daripada hukum. Hal ini terbukti dengan pendapat dari
Amran (2011) bahwa, hukum akan mengkodifikasi harapan dari etika dalam
melaksanakan kegiatan bisnis. Norma etika memang bersifat dinamis, tetapi begitu etika
dituangkan dalam ketentuan hukumsifat dinamisnya menjadi berkurang atau bahkan
mungkin menjadi statis. Menurut Amran (2011) bahwa etika bisnis memiliki peranan
yang lebih dibandingkan hukum, sebagai berikut:
1. Hukum sebagai salah satu sarana/alat pengawasan (social control) yang efektif un-
tuk mengendalikan praktik bisnis yang tidak sehat.
2. Bisnis tidak bisa lepas dari faktor hukum, tetapi hukum saja belum cukup untuk
mengatur bisnis, dalam hal ini pula didukung faktor lain seperti etika.
3. Etika bisnis mendasari terbentuknya hukum (substantif) bukan sebaliknya hukum
yang membentuk etika bisnis.
 Manfaat Etika Bisnis
Perubahan yang cepat pada era globalisasi saat ini, menimbulkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan etika dalam berbisnis dan mengundang pro dan kontra dengan
berbagai alasan. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa manfaat etika bisnis menurut
Sutrisna (2010) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai moralitas, etika bisnis membimbing tingkah laku manusia agar dapat
mengelola kehidupan dan bisnis menjadi lebih baik.
2. Dapat mendorong dan mengajak orang untuk bersikap kritis dan rasional dalam
mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri, yang dapat dipertanggung-
jawabkannya.

9
3. Dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi masyarakat yang ter-
tib, teratur, damai, dan sejahtera dengan menaati norma-norma yang berlaku demi
mencapai ketertiban dan kesejahteraan sosial.
4. Sebagai ilmu pengetahuan, etika bisnis memberikan pemenuhan terhadap keingint-
ahuan dan menuntut manusia untuk dapat berperilaku moral secara kritis dan ra-
sional.
 Prinsip - prinsip Umum Etika Bisnis
Prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Namun, prin-
sip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari prin-
sip etika pada umumnya. Tanpa mengabaikan kekhasan sistem nilai dari setiap
masyarakat bisnis, Keraf (1998) menyebutkan secara umum terdapat lima prinsip etika
bisnis, yaitu:
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil kepu-
tusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang diang-
gapnya baik untuk dilakukannya. Pelaku bisnis yang otonom berarti orang yang
tahu dan sadar sepenuhnya mengenai keputusan dan tindakan yang diambilnya
akan sesuai atau bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu. Pelaku
bisnis hanya mungkin bertindak etis kalau ia diberi kebebasan penuh untuk
mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran sangat relevan dan mutlak diperlukan dalam dunia bisnis.
Kejujuran merupakan kunci keberhasilan para pelaku bisnis untuk memper-
tahankan bisnisnya dalam jangka panjang di dalam dunia bisnis yang penuh per-
saingan ketat. Keraf menyatakan setidaknya ada tiga alasan mengapa prinsip ke-
jujuran sangat relevan dalam dunia bisnis. Alasan yang pertama adalah kejujuran
relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak bisnis. Alasan
kedua adalah kejujuran relevan dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu
dan harga sebanding. Di dalam bisnis modern yang penuh persaingan, ke-
percayaan konsumen adalah hal paling pokok bagi pengusaha. Alasan ketiga

10
adalah kejujuran juga relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perus-
ahaan. Suatu perusahaan tidak akan bisa bertahan jika hubungan kerja di dalam
perusahaan tidak dilandasi oleh prinsip kejujuran.
3. Prinsip Keadilan
Keraf (1998) mengutip Adam Smith menyatakan bahwa prinsip paling
pokok dari keadilan adalah prinsip tidak merugikan orang lain (prinsip no harm),
khususnya tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain. Menurut Smith
prinsip no harm adalah prinsip paling minim dan paling pokok yang harus ada
yang memungkinkan kehidupan dan interaksi sosial manusia bisa bertahan. Hal
ini berarti, dalam kegiatan bisnis tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya, baiksebagai karyawan, pemasok, penyalur, konsumen, inves-
tor, maupun masyarakat luas.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual BenefitPrinciple)
Prinsip keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya, maka prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut
hal yang sama, yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan
satu sama lain. Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis-
yaituuntuk memperoleh keuntungan. Prinsip saling menguntungkan menuntut
agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak
yang terlibat di dalam kegiatan bisnis tersebut.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis agar ia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya dan nama
baik perusahaannya. Prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam
diri pelaku bisnis dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan.
Hal tersebut tercermin dalam seluruh perilaku pelaku bisnis dengan semua
pihak, baik pihak di dalam perusahaan maupun pihak di luar perusahaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.modalrakyat.id/blog/4-regulasi-ukm-ini-perlu-kamu-ketahui-sebelum-
memulai-usaha
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998
TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA.
http://benyseptiadi.blogspot.com/2012/06/etika-bisnis-pada-usaha-kecil-menengah.html
Yanda Bara Kusuma, Rini FatmawatiUniversitas Hang Tuah, Surabaya. “ANALISIS PEN-
ERAPAN ETIKA BISNIS PADA UKM PENGOLAH HASIL LAUT DI KELURAHAN
SUKOLILO BARU KECAMATAN BULAK KOTA SURABAYA”. http://jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/adbis/article/download/3033/2433

12

Anda mungkin juga menyukai