OLEH :
NPM : 1832121709
KELAS : C9 MANAJEMEN
SEMESTER :5
2020
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar namun
masih minim investasi. Banyak faktor yang menghambat kemudahan berusaha sehingga
mengurangi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Indonesia perlu menerapkan
omnibus law sebagai jawaban atas permasalahan - permasalahan yang menghambat
investasi di Indonesia. Omnibus Law secara sederhana dapat dimaknai sebagai salah
satu Undang – Undang yang bisa mengubah beberapa Undang - Undang sekaligus.
Terdapat tiga keadaan untuk mempraktekkan omnibus law, yakni Undang - Undang
yang akan diubah berkaitan secara langsung, Undang - Undang yang akan diubah tidak
berkaitan secara langsung, dan undang - undang yang akan diubah tidak berkaitan tetapi
dalam praktek bersinggungan. Penerapan omnibus law di Filipina, Amerika Serikat dan
Turki dapat menjadi perbandingan untuk diterapkan omnibus law yang berbudaya
3
hukum Indonesia. Omnibus law sejatinya adalah teknik dalam penyusunan Undang -
Undang yang bertujuan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas sehingga sangat
mungkin diterapkan di Indonesia. Untuk mewujudkannya diperlukan pemahaman
tentang omnibus law dan komitmen politik yang kuat dari DPR maupun Pemerintah
Indonesia.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Omnibus Law diambil dari kata Omnibus dan Law. Omnibus itu sendiri berasal
dari kata “Omnis” dalam bahasa latin yang bermakna “semua” atau “banyak”.
Sedangkan makna Law adalah “hukum”, sehingga dapat disimpulkan bahwa Omnibus
Law adalah hukum yang mengatur semua hal dalam satu bidang. Dalam konteks ini para
ahli hukum sering membuat istilah Omnibus Law sebagai undang-undang payung.
Pakar Hukum Tata Negara Fachri Bachmid berpendapat bahwa Omnibus Law
adalah sebuah konsep produk hukum yang berfungsi untuk mengkonsolidir
berbagai tema, materi, subjek, dan peraturan perundang-undangan pada setiap sektor
yang berbeda untuk menjadi produk hukum besar dan holistik.
Menurut Sofyan Djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang) konsep omnibus law
adalah langkah menerbitkan satu UU yang bisa memperbaiki sekian banyak UU
yang selama ini dianggap tumpang tindih dan menghambat proses kemudahan
berusaha. Dengan diterbitkannya satu undang-undang untuk memperbaiki sekian
banyak undang-undang diharapkan menjadi jalan keluar permasalahan di sektor
ekonomi, sebab dengan banyaknya undang-undang tidak bisa dilakukan
percepatan-percepatan karena banyaknya undang-undang masih mengatur dan bisa
saling bertentangan.
Dari penjelasan pakar hukum diatas maka dapat di simpulkan bahwa konsep
Omnibus Law ini merupakan sebuah aturan yang dibuat untuk memangkas
beberapa aturan yang dianggap tumpang tindih dan menghambat pertumbuhan
negara yang juga sekaligus untuk menyinkronkan beberapa aspek menjadi produk
hukum yang besar.
5
terhadap peracangan undang-undang sapu jagat umumnya dibatasi. Dalam sejarahnya,
undang-undang sapu jagat adakalanya digunakan untuk melahirkan amendemen yang
kontroversial. Oleh sebab itu, beberapa kalangan menilai undang-undang sapu jagat
bertentangan dengan demokrasi.
Omnibus Law yang diusulkan pemerintah kepada DPR RI yakni, RUU Cipta
Kerja, Omnibus Law Perpajakan, Omnibus Law Kota Baru, dan Omnibus Law
Kefarmasian. Omnibus Law Cipta Kerja mencakup 11 klaster yang diantaranya adalah :
6
Dari 11 klaster yang telah disebutkan, maka dalam makalah ini akan dijelaskan
secara spesifik mengenai klaster persyaratan investasi, pentingnya menciptakan iklim
investasi yang kondusif dan memberikan fasilitas yang menunjang akan meningkatkan
investasi di Indonesia. Instrumen untuk menciptakan iklim yang kondusif tersebut adalah
hukum. Diperlukan hukum (dalam hal ini undang-undang/peraturan) yang dapat
mengakomodir keinginan para investor namun tidak mengabaikan kepentingan nasional.
Pemerintah telah berusaha dengan menerbitkan berbagai PP, Peraturan Presiden (Perpres)
maupun Peraturan Menteri (Permen) untuk mengakselerasi pertumbuhan investasi di
Indonesia. Namun hal itu saja tidak cukup, perlu adanya suatu pengaturan yang
terintegrasi sehingga memberikan kepastian hukum dan menghindari adanya disharmoni
peraturan di kemudian hari. Indonesia dapat mengadopsi omnibus law untuk menciptakan
instrumen hukum investasi yang dapat meningkatkan minat investasi di Indonesia.
Hal ini dikarenakan masalah yang diatur dalam hukum investasi sangatlah
kompleks. Tidak hanya persoalan investor datang dan menanamkan modalnya, namun
terkait erat dengan berbagai aspek seperti ketenagakerjaan, infrastruktur, insentif
fiskal maupun non-fiskal dan lain sebagainya. Kompleksitas permasalahan ini lah yang
belum diatur di UU Penanaman Modal. Belakangan baru terpikirkan dan diterbitkan
pengaturannya dalam bentuk PP, Perpres atau Permen. Namun hal itu saja tidak cukup,
perlu adanya suatu pengaturan yang terintegrasi sehingga memberikan kepastian hukum
dan menghindari adanya disharmoni peraturan di kemudian hari.
Adanya RUU ini memberikan sebuah keadilan antara kaum pekerja dengan
pelaku usaha. Ini dikarenakan penghapusan huruf g dan h ayat 3 pasal 156 Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 dan dihapusnya ketentuan uang penggantian yang
seharusnya diterima tidak serta merta merugikan kaum buruh secara signifikan namun
pemerintah mencoba memberikan sebuah stimulus agar investor mau menanamkan
modalnya dengan sedikit memberikan kelonggaran terhadap perusahaan untuk
meniadakan beberapa kewajiban yang telah tertulis di dalam pasal 89 RUU Cipta Kerja.
7
Sebenarnya langkah tersebut merupakan bentuk upaya pemerintah dalam
membangun perekonomian di Indonesia, sehingga mewujudkan kesejahteraan sosial.
Namun yang menjadi penghalang adalah sering kali buruh selalu menuntut hak-haknya
secara berlebih sehingga terkadang membuat beberapa investor atau pelaku usaha enggan
membuka peluang usaha di Indonesia. Disatu sisi Pemerintah memberikan garansi lain
untuk memberikan kesejahteraan para pekerja ketika di PHK oleh perusahaan yakni
dengan adanya jaminan kehilangan pekerjaan pada pasal 90 RUU Cipta Kerja yang
merubah ketentuan pasal 18 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem
jaminan sosial nasional dan ketentuan pasal 6 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011
tentang badan penyelenggara jaminan sosial.
Ini merupakan upaya tanggung jawab dengan menghilangkan hak-hak dari para
pekerja sehingga jelas bahwa seharusnya adanya RUU Cipta Kerja pada Klaster
Ketenagakerjaan ini mampu memberikan dampak positif kepada negara dengan tidak
menghilangkan nilai keadilan dari pada adanya hukum tersebut yang diperuntukkan bagi
masyarakat. Melihat dari pada realita kasus yang dialami buruh saat ini, seharusnya RUU
Cipta Kerja memperhatikan beberapa aspek yang menjadi jalan bagi para pengusaha
untuk tidak menunaikan kewajibannya baik sebelum atau setelah adanya pemutusan
hubungan kerja. Karena mengingat dengan dihapuskannya beberapa ketentuan pesangon
pada RUU Cipta Kerja, maka semakin mendeskriditkan posisi buruh yang saat ini banyak
menerima kenyataan yang tidak adil oleh para pengusaha.
8
BAB III
PEMBAHASAN
1. UU Cipta Kerja akan membuka lapangan kerja domestik dalam jumlah besar.
Mengingat lapangan kerja yang tersedia saat ini tidak mampu menyerap tingginya
angka pencari kerja baru, termasuk kelompok pengangguran yang terus bertambah di
tengah pandemi Covid-19.
Mengapa kita membutuhkan undang-undang Cipta kerja. Pertama, setiap
tahun ada sekitar 2,9 juta penduduk usia kerja baru anak muda yang masuk ke pasar
kerja sehingga kebutuhan atas lapangan kerja baru sangat sangat mendesak. Apalagi
di tengah pandemi. Terdapat kurang lebih 6,9 juta pengangguran dan 3,5 juta pekerja
terdampak pandemi Covid-19, Dan sebanyak 87 persen dari total penduduk bekerja
memiliki tingkat pendidikan setingkat SMA ke bawah di mana 39 persen
berpendidikan sekolah dasar. Sehingga perlu mendorong penciptaan lapangan kerja
baru khususnya di sektor padat karya. Jadi undang-undang Cipta kerja bertujuan
untuk menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya bagi para pencari kerja serta
para pengangguran.
2. Banjir Investasi dan Lapangan Kerja
3. Dukungan UMKM
UU Cipta Kerja juga diklaim akan memudahkan pelaku usaha Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual
(HAKI) dan mendirikan Perseroan Terbuka (PT) perseorangan. Selain itu, UU ini
9
memberikan kemudahan dengan persyaratan dan biaya terjangkau sehingga terdapat
kepastian legalisasi bagi pelaku UMKM untuk pendirian PT tersebut. Undang-
undang Cipta Kerja berdampak positif terhadap perkembangan UMKM. UMKM ini
menjadi tombak pertumbuhan ekonomi Indonesia karena pelaku usaha di Tanah Air
merupakan UMKM dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen. Dengan UU
Cipta Kerja, maka kemampuan UMKM menyerap lapangan kerja akan semakin besar.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Ini lah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah dalam membuat RUU Cipta
Kerja pada klaster ketenagakerjaan. Karena jika semakin melemahkan posisi buruh dimata
perusahaan maka sudah pasti eksploitasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap buruh
akan semakin nyata adanya. Adanya RUU Cipta Kerja ini seharusnya menjadi jalan
penengah antara kepentingan para buruh dan pengusaha. Ketika sudah terjadi relasi yang
harmonis antara buruh dan pengusaha, maka situasi dan kondisi disuatu perusahaan akan
stabil dan secara otomatis akan berdampak pada produktifnya sebuah perusahaan yang
berimplikasi kepada naiknya harga saham, kemudian menarik minat investor untuk
menanamkan sahamnya di Indonesia. Oleh sebab itu agar RUU Cipta Kerja ini bisa
berjalan dengan optimal maka langkah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah
dalam perancangan RUU tersebut agar lebih efektif yakni Pertama, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) bersama pemerintah harus melibatkan publik dalam setiap tahapan
penyusunannya, sebab omnibus law memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan menuntut
pihak yang membuat menjangkau dan melibatkan banyak pemangku kepetingan
terkait.Kedua, DPR dan pemerintah harus transparan dalam memberikan setiap informasi
perkembangan proses perumusan UU sapu jagat ini. Ketiga, Penyusun harus memetakan
regulasi yang berkaitan secara rinci.Keempat, Penyusun harus ketat melakukan
harmonisasi baik secara vertikal dengan peraturan yang lebih tinggi maupun horizontal
dengan peraturan yang sederajat. Kelima, Penyusun harus melakukan preview sebelum
disahkan, terutama dalam melakukan penilaian dampak yang akan timbul dari UU yang
akan disahkan.
4.2 SARAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12