Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN MATA KULIAH

MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

OLEH :

NAMA : NI KOMANG SUMARNI

NPM : 1732121363

KELAS : C10 MANAJEMEN

SEMESTER : VII

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

2020

1
RMK

BAB XII – XIII

A. Pengadaan dan Pengelolaan persediaan UMKM

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) harus mempunyai persediaan karena untuk
mengantisipasi ketidakpastian pasar. Sebab tidak semua bahan baku yang dibutuhkan
untuk proses produksi langsung tersedia. Kenyataannya bahan baku bisa datang terlambat
dan butuh proses pemesanan. Persediaan bahan baku yang terlalu sedikit mengakibatkan
tidak terpenuhinya proses produksi, sehingga proses produksi akan terhambat. Selain itu
kondisi kekurangan bahan baku menjadikan UKM lebih sering melakukan pemesanan
bahan baku, padahal frekuensi order yang terlalu sering mengakibatkan bertambahnya
biaya pemesanan. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak mengakibatkan
bertambahnya biaya penyimpanan dan ketidakseimbangan pengalokasian modal yang
berakibat kekurangan modal pada kebutuhan di luar produksi. Selain itu, kelebihan bahan
baku dapat berakibat pada kerusakan bahan baku.

Pengadaan persediaan menimbulkan biaya-biaya lain yaitu berupa biaya


pemesanan, biaya pembelihan, biaya pemeliharaan, biaya sewa gudang dan biaya
kerusakan. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen persediaan yang tepat untuk
menghindari bertambahnya biaya-biaya persediaan dan memaksimalkan pengelolaan
keuangan UKM secara tepat. Kesalahan pengambilan keputusan dalam pengadaan
persediaan bahan baku dapat berakibat pada jumlah barang jadi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar. Hal ini dapat mempengaruhi laba UKM.

Pengertian Persediaan menurut (Assauri, 2004: 169) adalah sebagai bagian dari
suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam periode usaha yang normal atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan
atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam proses produksi. Perusahaan bisa memiliki persediaan dalam empat jenis, yaitu:
persediaan bahan mentah, persediaan barang setengah jadi, persediaan maintenance,
repair, and operating materials (MRO) dan barang jadi.
Bahan mentah adalah bahan yang dibeli namun belum melalui proses produksi.
Barang setengah jadi adalah barang yang sudah diproses namun belum selesai. MRO
merupakan persediaan yang diperlukan untuk pemeliharaan mesin dan peralatan agar
proses dapat terus berjalan. Barang jadi adalah bahan yang sudah selesai diproses dan
siap untuk dikirim.
Menurut (Hanafi, 2016: 571) terdapat beberapa manfaat investasi pada
persediaan, diantaranya:
- Memanfaatkan diskon kuantitas.
Diskon kuantitas diperoleh ketika membeli barang dalam jumlah yang besar.
Perusahaan akan menyimpan persediaan karena mungkin perusahaan membeli
melebihi kebutuhan yang sekarang.
- Menghindari kekurangan bahan.
Bahan mentah dibutuhkan pada saat proses produksi. Apabila perusahaan
tidak memiliki bahan mentah maka akan mengakibatkan kekurangan bahan
baku dan mengganggu proses produksi. Akibatknya stock barang jadi dalam
keadaan kurang sehingga kesempatan memperoleh laba akan tertunda.
- Manfaat pemasaran.
Jumlah persediaan barang dagangan yang lengkap akan menarik perhatian
konsumen dan meningkatkan citra perusahaan.
- Spekulasi.
Untuk mengantisipasi kenaikan harga, perusahaan bisa menambah stock
persediaan sehingga nilai persediaan akan semakin meningkat.

Biaya – biaya yang berkaitan dengan persediaan dalam manajemen persediaan


terdapat beberapa biaya yang sering digunakan, yaitu:

a. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang berkaitan dengan


penyimpanan persediaan sepanjang waktu tertentu seperti biaya asuransi, biaya
penambahan staf dan biaya bunga.
b. Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya yang meliputi biaya pasokan,
formulir, proses pemesanan, tenaga untuk pemesanan.
c. Dan biaya pemasangan (setup cost) meliputi biaya untuk menyiapkan mesin untuk
memproses pemesanan seperti biaya waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan
dan mengganti peralatan.
Dalam praktek sering terjadi pelaku usaha menimbun persediaan terlalu besar,
dengan alasan karena khawatir pesanan meningkat sementara persediaan telah menipis.
Alasan lain karena hubungan yang baik dengan pemasok, mendorong pelaku usaha untuk
membeli lebih banyak. Alasan lainnya, seringkali pemasok juga membuat perusahaan
meerasa khawatir terhadap kenaikan harga dengan mengatakan beli sekarang, karena
harga akan naik.
Model yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pembelian bahan
baku adalah model Economic Order Quantity (EOQ). Model EOQ menghitung
persediaan dengan cara memasukkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Selain
menggunakan model EOQ, UKM juga harus menentukan Reorder Point (ROP) yaitu
langkah UKM untuk menentukan kapan UKM harus melakukan pemesanan kembali
dengan memperhatikan jumlah safety stock (persediaan pengaman) dan jumlah
penggunaan bahan selama lead time (waktu yang dibutuhkan dari pesanan dikirimkan
sampai pesanan datang)

B. Mengelola Proses Produksi UMKM


Proses produksi memang tidak berhubungan langsung dengan konsumen namun
hambatan di bagian produksi dapat mengakibatkan terhambatnya produk/jasa Anda
sampai di tangan konsumen yang akhirnya menimbulkan kekecewaan atau citra yang
buruk. Proses produksi dalam suatu kegiatan usaha meliputi proses perubahan dari bahan
mentah menjadi barang jadi; proses peningkatan sumber daya manusia
dalam menyediakan jasa. Elemen-elemen yang terlibat dalam proses produksi
adalah bahan mentah, bahan setengah jadi, barang jadi, mesin, peralatan, metode
dan lain-lain. Proses produksi yang umumnya banyak dilakukan oleh UKM (Usaha
Kecil Menengah) adalah merubah bentuk bahan mentah menjadi bentuk baru dengan
cara menenun, menyamak, memintal, memotong dan lain-lain. Contohnya industri tekstil,
kerajinan tangan, kulit, furnitur dan lain-lain. Proses produksi lainnya adalah
menggabungkan beberapa bahan mentah menjadi barang baru, seperti industri jasa boga,
obat-obatan tradisional, kosmetik dan lain-lain.

Agar proses produksi tidak terhambat atau berhenti di tengah jalan, bagian dari
manajemen produksi berikut ini harus benar-benar diperhatikan;

1. Pembelian bahan baku


Sebelum melakukan produksi, bagi UKM yang tidak bisa menyediakan bahan baku
sendiri maka harus membeli.
2. Menjaga kualitas
Kualitas produksi merupakan hal sangat penting untuk benar-benar diperhatikan
oleh produsen, dalam hal ini adalah UKM. Bagaimanapun juga kualitas produk
merupakan pertimbangan utama bagi setiap konsumen, karena tanpa kualitas,
konsumen akan enggan untuk membeli produk kita. Lakukan pengecekan pada
setiap produk yang telah selesai diproduksi, dan pastikan tidak ada satupun yang
cacat.
3. Penyimpanan barang yang telah jadi
Stok barang yang cukup memang harus diperhatikan. Dalam manajemen produksi
untuk UKM ini penyimpanan barang juga merupakan bagian penting yang harus
terus terpenuhi. Hanya saja kita harus benar-benar mengetahui rata-rata kebutuhan
barang yang diperlukan oleh konsumen. Jangan sampai kita menimbun barang
terlalu banyak karena bisa mengganggu sirkulasi modal usaha.
4. Melakukan pemeliharaan barang
Barang yang sudah jadi tapi masih disimpan sebagai stok untuk jangka beberapa
waktu, maka barang tersebut membutuhkan perawatan. Perawatan di sini
difungsikan untuk mengantisipasi adanya barang yang rusak atau kotor.
5. Melakukan pengiriman barang
Tahap ini merupakan tahap akhir yang nantinya akan menentukan eksistensi bisnis
kita. Barang yang dikirim dan mendapatkan respon bagus dari konsumen maka
pastinya UKM kita akan melakukan pemesanan lagi. Ini artinya bisnis kita sudah
mulai mendapatkan peluang untuk maju.
Mengelola proses produksi UKM memang merupakan bagian yang tidak kalah penting
dengan mengelola SDM untuk UKM. Semakin baik pengelolaan keduanya, maka akan
sangat membantu UKM untuk mencapai keberhasilan.

C. Manajemen Mutu UMKM


Salah satu jalan untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil Dan
Menengah adalah dengan meningkatkan mutu produk dan efisiensi produksi dengan
penerapan Manajemen Mutu. Kenyataan tersebut menjadi sebuah ancaman sekaligus
tantangan bagi usaha kecil dan menengah. Satu - satunya jalan untuk meningkatkan
daya saing produk-produk UKM adalah dengan meningkatkan kualitas dan mutu produk
UKM.
Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 mendefinisikan bagaimana organisasi
menerapkan praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dan pasar. SMM ISO 9001 merupakan standar mutu yang sudah
diakui secara international, namun saat ini implementasi SMM masih didominasi oleh
perusahaan-perusahaan besar. Masih sedikit usaha kecil yang menerapkan SMM, padahal
perusahaan besar memerlukan keterlibatan pemasok untuk mendukung implementasi
SMM mereka. Kajian SMM di industri alas kaki menunjukkan bahwa ekspor alas kaki
bukanlah hal baru bagi pelaku tetapi rataan tingkat pengembalian masih cukup besar
yaitu 15,9% (Susviarto et al. 2012). Sebagian besar pemasok merupakan usaha kecil dan
menengah (UKM). Sehingga UKM harus proaktif dalam menghadapi persaingan global
dan harus lebih efisien dan efektif untuk dapat bertahan dalam lingkungan bisnis
(Benjamin et al. 2012).
Manajemen mutu bagi perusahaan yang telah berkembang di negara maju
dan negara-negara berkembang adalah ISO 9001:2000. Standard ini merupakan sarana
untuk mencapai tujuan mutu dalam menerapkan Total Quality Control, yang tujuan
akhirnya adalah mencapai efektifitas dan efisiensi suatu organisasi. Standard tersebut
meliputi serangkaian prosedur yang mencakup semua proses penting dalam bisnis
diantaranya:
a) Adanya pengawasan dalam proses pembuatan untuk memastikan
bahwa sistem menghasilkan produk-produkberkualitas.
Tersimpannya data dan arsip penting dengan baik.
b) Adanya pemeriksaan barang-barang yang telah diproduksi untuk
mencari unit-unit yang rusak, dengan disertai tindakan perbaikan yang
benar apabila dibutuhkan. Kegiatan dalam Menjamin Mutu pada UKM
Sehubungan dengan tingkat penerapan manajemen mutu yang masih
pada tahap awal pada usaha kecil menengah, maka kegiatan untuk
menjamin mutu juga masih sangat sederhana. Pemeriksaan lebih
ditekankan pada pengamatan visual secara kualitatif.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan menjamin mutu produk pada tiap aspek manajemen
mutu (Suviarto et.al, 2012):

1. Perencanaan mutu
a) Mengetahui kebutuhan dan persyaratan konsumen: melakukan wawancara
langsung dengan konsumen , melihat contoh model produkdi “mall” dan
melihat model produkdari buku/majalah.
b) Merancang proses dan peralatan pembuatan produk: melakukan kunjungan dan
observasi ke industri produk ke yang lebih besar (benchmarking), tetapi belum
membuat prosedur tertulis.
2. Pengendalian mutu
a) Menyusun standar dan spesifikasi: menggunakan acuan model dari
pemesan (pembeli dari dalam maupun luar negeri) dan membuat cetakan dan
pola sesuai ukuran produk
b) Melakukan pemeriksaan dan sortasi secara visual: memeriksa bahan baku
ketika membeli, memeriksa dan sortasi oleh karyawan.
3. Perbaikan mutu
a) Melakukan benchmarking untuk melihat peralatan dan proses pada industri
produk yang lebih besar.
b) Melihat model-modeldi mall, buku dan majalah Standar Nasional Indonesiadan
ISO 9000-2001 Maksud dan tujuan sosialisasi ini sebagai penerapan
standarisasi kepada pelaku usaha di samping untuk melindungi konsumen
juga bertujuan untuk mendukung persaingan perdagangan yang sehat di
dalam negeri sehingga dapat meningkatkan daya saing produk khususnya
produk Usaha Kecil dan Menengah, untuk menghadapi persaingan inilah
diperlukan adanya perbaikan daya saing UKM melalui SNI yang diyakini
dapat meningkatkan daya saing untuk home industri.

Sistem Manajemen Mutu (SMM) International Organization for Standardization (ISO


9000) menjadi SMM SNI 19-9000-2001 memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Kepemimpinan,
b) Rencana Strategis,
c) Fokus Pada Pelanggan,
d) Manajemen Pengetahuan, Analisis,Dan Pengukuran,
e) Fokus Pada Sumber Daya Manusia (Sdm),
f) Manajemen Proses, Dan Hasil Bisnis (Pranata, 2008). Di Indonesia, ISO 9000 Series
diadopsi secara identik oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjadi Kelompok
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-9000 yaitu dengan cara menerjemahkan seluruh
materi dalam dokumen standar ISO 9000 Series ke dalam bahasa Indonesia.
Penerjemahan ini diupayakan mempertahankan substansi panduan sebagaimana
aslinya dalam Bahasa Inggris. Tujuan dari adopsi ini adalah untuk memenuhi
keinginan masyarakat standardisasi di Indonesia dalam menyediakan dokumen SNI
yang selalu selaras dengan standar Intenasional yang berkaitan.

Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2000ISO 9001:2000 adalah sebuah standar


internasional yang dibuat oleh The International Organization for Standarization (ISO) untuk
memberikan panduan, arahan. Dan acuan sistem manajemen mutu di dalam organisasi.
Menurut ISO (2008), ISO 9001:2000 memiliki delapan prinsip dalam memberikan standar
sistem manajemen mutu, yaitu :

a) Fokus kepada pelanggan;


b) Kepemimpinan;
c) Pelibatan semua pihak;
d) Pendekatan proses;
e) Pendekatan sistem ke manajemen;
f) Perbaikan berkelanjutan;
g) Pendekatan faktual untuk pengambilan keputusan;
h) Hubungan saling menggantung kepada semua pemasokKeuntungan yang didapat
dengan menjalankan ISO 9001: 2000 bagi sebuah organisasi adalah terpenuhinya
kebutuhan sesuai dengan harapan organisasi dan regulasi yang berlaku.

D. Pengelolaan Modal dan Anggaran Modal UMKM


Pengelolaan Modal Kerja
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering kali dihubungkan dengan
modal yang terbatas, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang dalam
melakukan sebuah usaha. Umumnya, jenis usaha ini erat berkaitan dengan
kategori masyarakat kelas menengah ke bawah. Walaupun demikian, jenis usaha ini
tidak bisa dipandang dengan sebelah mata. Kehadirannya telah membuka mata
masyarakat banyak, khususnya mereka yang ingin bergelut dalam dunia bisnis.
Karena itu, tidak mengherankan kalau ditemukan fakta bahwa tidak sedikit
pengusaha yang memulai usaha mereka dengan jenis usaha ini kemudian
berkembang menjadi pengusaha yang sukses. manajemen dalam sebuah UMKM juga
membutuhkan modal kerja seperti halnya manajemen perusahaan lainnya.
Pengelolaan modal kerja dari suatu UMKM juga sangat diperlukan untuk
menjamin kontinyuitas atau menunjang kelancaran usaha. Manajemen modal kerja
pada UMKM digunakan untuk membeli persediaan barang yang diperlukan oleh para
pelanggan, membayar gaji pegawai, membayar hutang dagang, membayar bunga
pinjaman serta untuk mendanai kegiatan lain yang menjadi kegiatan rutin usaha
tersebut. Manajemen UMKM ini atau sebuah Usaha Dagang harus dapat
merencanakan dengan tepat jumlah kebutuhan modal kerjanya, agar berbagai
kegiatan dari usaha dagang dapat dilakukan dengan lancar.
Pengelolaan modal kerja melibatkan kas, piutang usaha, hutang usaha, persediaan
dan pinjaman jangka pendek. Guna memberikan pemahaan kepada para pelaku usaha
yang ingin memperdalam pengetahuan tentang pengelolaan modal kerja, pada
pembahasan selanjutnya lebih dititik beratkan pada usaha manufaktur. Yang dimaksud
dengan usaha yang sifatnya manufaktur disini adalah usaha yang didalam proses kegiatan
operasionalnya terjadi transformasi sejumlah sumber daya seperti bahan baku, bahan
pembantu, tenaga kerja, informasi dan unsur lainnya menjadi barang jadi. Sebagai
contoh, untuk membuat sebuah baju lakik-laki dewasa pada usaha garment, terjadi
transformasi proses pemotongan, ide tentang model penggunaan sejumlah bahan baku
seperti kain, kancing, benang, tenaga yang mengerjakan, penggunaan mesin, listrik,
waktu dan unsur lainnya. Untuk jenis usaha yang memproduksi produk jasa, perlu
dilakukan penyesuaian dan pemahaman seperlunya namun secara prinsip sama.
Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas
atau uang tunai di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan
pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha
dan pinjaman jangka pendek. Dengan demikia maka manajemen modal kerja merupakan
semua kegiatan dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.

Anggaran Modal UMKM


Perkembangan UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan
keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan baku, pengetahuan
yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM
(pendidikan formal) yang rendah,manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya
pembagian tugas yang jelas,serta sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja
tidak dibayar (Tambunan, 2002:169). Dari berbagai persoalan diatas, persoalan yang
paling mendasar yang dihadapi UMKM adalah kurangnya pengetahuan para pelaku usaha
terhadap perencanaan modal dan tidak ada pemisahan antara modal usaha dengan
kebutuhan pribadi.
Keputusan penganggaran modal adalah yang paling penting untuk kinerja
perusahaan dan prospek masa depan (Rigopoulos, 2015: 1). Beberapa studi telah
menunjukkan pentingnya praktek penganggaran modal sebagai alat untuk mengevaluasi
kelayakan kemungkinan investasi di dunia usaha (Maroyi & Poll, 2012: 2980). Maroyi &
Poll (2012: 2980) menggambarkan penganggaran modal sebagai suatu formulasi dan
pembiayaan rencana jangka panjang untukinvestasi.Penganggaran modal (capital
budgeting) pada dasarnya adalah proses perencanaan anggaran untuk pembelian aset atau
proyek yang sifatnya jangka panjang. Keputusan penganggaran modal akan menentukkan
arah strategis bagi pelaku UMKM dalam memutuskan investasi yang bergerak ke arah
penciptaan produk baru, pembeliaan peralatan maupun ekspansi pasar baru.
Analisis perencanaan belanja modal membantu pelaku usaha dalam keputusan
tentang investasi jangka panjang. Jangka panjang dalam pengertian ini biasanya lebih dari
ima tahun, atau antara 15 sampai dengan 20 tahun. Sebagai contoh investasi jangka
panjang, pelaku usaha merencanakan perluasan pabrik, agar mampu memenuhi
perminaan pasar yang semakin luas. Contoh-contoh lainnya, yang dapat dikategorikan
dalam investasi jangka panjang adalah:
1. Mengembangkan produk yang telah ada dengan peningkatan fitur yang lebih luas,
2. Meremajakan armada kendaraan transportasi pada usaha transportasi (truck, bus,
kapal) yang sudah mulai menurun kinerjanya,
3. Memperluas daerah pemasaran untuk produk lama atau untuk produk baru,
4. Membangun gedung baru berikut instalasinya.
Seringkali pelaku usaha terutama terutama usaha kecil atau menengah melakukan
investasi tanpa meniapkan perencanaan anggaran belanja modal. Bagaimanapun
menyiapkan perencanaan belanja modal untuk tujuan-tujuan sebagaimana di contohkan
diatas sangat penting. Perencanaan yang tepat, mampu meningkatkan nilai tambah
perusahaan, sebaliknya perencanaan yang tidak tepat kemungkinan bisa menyulitkan
perusahaan bahkan bisa membuat perusahaan menjadi bangkrut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Ahmad & Badrus Sholeh. 2018. “ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN


BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DODIK BAKERY”.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRAT/article/download/5245/3913

https://menjadiwirausaha.com/manajemen-produksi-untuk-ukm-pada-sektor-kerajinan/

http://portalukm.com/siklus-usaha/mengelola-usaha/produksi-operasi/

Susilawati, Christine Dwi Karya and Agustina, Lidya and Carolina, Verani (2012) Kajian
Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan
Globalisasi. In: Seminar Nasional dan Call for Paper Forum Manajemen Indonesia (FMI) ke 4:
"Indonesia Family Business Sustainibility", 13-14 November 2012, Yogyakarta.
http://repository.maranatha.edu/3570/

http://etheses.uin-malang.ac.id/1140/5/11510015%20Bab%201.pdf

Ananda Setiawan & Achmad Mustofa. ANALISIS KEPUTUSAN PENGANGGARAN


MODAL PERUSAHAAN: STUDI KASUS.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/E3J/article/download/19919/14106

Anda mungkin juga menyukai