Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS LABA MAKSIMUM PADA MONOPOLI DAN

MONOPOLISTIC COMPETITION

OLEH:

KELOMPOK 11

1. Robiatun Adawiyah Hasibuan (7203141002)

2. Silvi Aulia Sitorus (7202141002)

Kelas: PENDIDIKAN EKONOMI C


Mata Kuliah: TEORI EKONOMI MIKRO
Dosen Pengampu: Ibu Fitrawatty

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN, 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG MASALAH


Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan social dan
infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang
dengan imbalan uang. Pasar terbagi menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna dan
pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan tidak sempurna terbagi lagi menjadi
tiga yaitu pasar monopoli, pasar oligopoli dan pasar monopolistik.
Pasar sebagai kumpulan jumlah pembeli dan penjual individual mempunyai
karakteristik- karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut muncul karena masing-
masing pembeli dan penjual individual mempunyai perilaku individual yang berbeda pula.
Di dalam bab biaya produksi dijelaskan bahwa ada karakteristik pasar tertentu dimana
dalam pasar tersebut hanya terdapat satu penjual dari satu produk (barang atau jasa)
yang tidak mempunyai alternative produk pengganti (substitusi). Pasar dengan
karakteristik tersebut disebut dengan pasar monopoli. Mengingat dalam pasar monopoli
hanya terdapat satu penjual dari satu produk (barang atau jasa) yang tidak mempunyai
alternatif produk pengganti (subtitusi) maka dalam pasar monopoli tidak ada persaingan
dari penjual lain.
Pasar di Indonesia didukung oleh sumber daya alam yang melimpah yang
memungkinkan untuk seseorang memproduksi barang dengan jumlah yang banyak
sehingga dengan mudah setiap produsen mendapat bahan untuk berproduksi. Ketika
banyak produsen memproduksi barang yang sama, walaupun dengan kemasan, merk dan
kualiatas yang berbeda. Maka disnilah terjadi pasar persaingan monopolistik.

1.2              RUMUSAN MASALAH


Pembahasan kami akan merujuk pada masalah masalah sebagai berikut:
1.      Apa faktor-faktor yang menimbulkan monopoli?
2.      Bagaimana mengetahui pemaksimuman keuntungan dalam
pasar monopoli?
3.      Bagaimana terbentuknya pasar monopolistik?
4.      Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik dari pasar persaingan monopolistik?

1.3  TUJUAN PENULISAN


Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori
Ekonomi Mikro dan sebagai bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan dan
memahami Pasar Monopoli dan Pasar Persaingan Monopolistik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PASAR MONOPOLI


Suatu industri dikatakan berstruktur monopoli (monopoly) bila hanya ada satu
produsen atau penjual (single firm) tanpa pesaing langsung atau tidak langsung, baik
nyata maupun potensial. Output yang dihasilkan tidak mempunyai substitusi (closed
substitution).
2.1.1 Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli
Perusahaan tidak memiliki pesaing karena adanya hambatan (barriers to entry) bagi
perusahaan lain untuk memasuki industri yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya,
hambatan masuk dikelompokkan menjadi hambatan teknis (technical barriers to entry)
dan hambatan legalitas (legal barriers to entry).
a.      Hambatan Teknis (Technical Barries to Entry)
Ketidakmampuan bersaing secara teknis menyebabkan perusahaan lain sulit bersaing
dengan perusahaan yang sudah ada (existing firm). Keunggulan secara teknis ini
disebabkan oleh beberapa hal.
1)      Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus (special knowledge)
yang memungkinkan berproduksi sangat efisien.
2)      Tingginya tingkat efisien memungkinkan perusahaan monopolis mempunyai kurva
biaya (MC dan AC) yang menurun. Makin besar skala produksi, biaya marjinal makin
menurun, sehingga biaya produksi perunit (AC) makin rendah (decreasing MC and AC).
3)      Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik berupa sumber
daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi produksi. Kelompok konglomerat di
Indonesia mempunyai kemampuan monopoli secara teknis, karena mampu mengontrol
faktor produksi berupa bahan baku (misalnya batu kapur untuk pabrik semen). Selain
bahan baku, di mana tamatan-tamatan universitas top di Indonesia kebanyakan bekerja di
perusahaan konglomerat, dibanding perusahaan kecil. Lokasi produksi yang khusus juga
menyebabkan perusahaan memiliki kemampuan teknis (biaya transpormasi sangat
rendah) yang menyebabkan daya monopoli.
Perusahaan-perusahaan yang mempunyai daya monopoli karena kemampuan teknis
disebut perusahaan monopolis alamiah (natural monopolist).
b.      Hambatan Legalitas (Legal Barriers to Entry)
1)   Undang-undang dan Hak Khusus
Tidak semua perusahaan mempunyai daya monopoli karena kemampuan teknis.
Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien
tetapi memiliki daya monopoli. Hal itu dimungkinkan karena secara hukum mereka diberi
hak monopoli (legal monopoly). Di Indonesia, Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN-
BUMN) banyak yang memiliki daya monopoli karena undang-undang . berdasarkan
undang-undang tersebut mereka memiliki hak khusus (special franchise) untuk mengelola
industri tertentu.
Hak khusus tidak hanya diberikan oleh pemerintah, tetapi juga oleh satu
perusahaan kepada perusahaan lainnya. Di Indonesia beberapa bentuk konkritnya adalah
agenda tunggal, importir tunggal, lisensi dan bisnis warna laba (franchise).
2)        Hak Paten (Patent Right) atau Hak Cipta
Tidak semua monopoli berdasarkan hukum (undang-undang) mengakibatkan
inefisiensi. Hak paten (patent right) atau hak cipta adalah monopoli berdasarkan hukum
karena pengetahuan-kemampuan khusus (special knowledge) yang menciptakan daya
monopoli secara teknik. Seorang yang mempunyai kemampuan menulis yang baik,
memiliki hak monopoli atau bukunya bila mengurus hak cipta. Seseorang yang
menemukan resep masakan atau ramuan obat, memiliki hak monopoli atas penemuannya
bila mengurus hak paten.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, industri penyediaan tenaga listrik (industri listrik)
di Indonesia dikatakan berstruktur pasar monopoli, karena :
1.    Hanya ada satu prosedurnya, yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN).
2.    Listrik yang dihasilkan PLN tidak mempunyai substitusi, walaupun sumber tenaga
listriknya memiliki beberapa alternatif (disel, tenaga air, tenaga uap, dan nuklir).
3.    Perusahaan-perusahaan lain tidak dapat memasuki industri listrik karena ada hambatan
(barrier to entry), yaitu hak monopoli PLN berdasarkan Undang-Undang.
Dengan cara yang sama kita memahamai mengapa tidak semua rumah makan boleh
menjual ayam goreng Kentucky Fried Chicken. Mengapa tidak semua pabrik garmen boleh
memproduksi baju bermerek dagang Choya. Juga, mengapa tidak semua perusahaan
penerbit boleh mencetak ulang dan mengedarkan buku-buku terbitan perusahaan lain
tanpa izin perusahaan yang bersangkutan.
2.1.2 Permintaan dan Penerimaan Perusahaan Monopoli
a. Permintaan
Dalam pasar monopoli, permintaan terhadap ouput perusahan (firm’s demand)
merupakan permintaan industri. Karena itu perusahaan mempunyai kemampuan untuk
memengaruhi harga pasar dengan mengatur jumlah ouput. Posisi perusahaan monopolis
adalah penentu harga (price setter atau price maker). Dengan demikian, kurva permintaan
yang dihadapi monopolis adalah juga kurva permintaan pasar/industri.
b. Penerimaan Total dan Penerimaan Marjinal
Pada pasar persaingan sempurna penerimaan marjinal perusahaan sama dengan
harga jual (MR = AR = D = P). Tidak demikian halnya dengan perusahaan yang berada
dalam pasr monopoli. Penerimaan marjinal perusahaan monopoli lebih kecil dari harga
jual (MR < P). Untuk meningkatkan output yang dijual (Q1 ke Q2) perusahaan harus
menurunkan harga jual (P1 ke P2). Penurunan harga jual menyebabkan penerimaan total
(TR) berkurang sebanyak luas daerah segi empat A. Penambahan jumlah output
menambah TR dari daerah segi empat B. Dengan demikian MR = -A + B yang nilainya
lebih kecil dari harga. Penjelasan yang sama dapat diterapkan bila perusahaan bergerak
ke P3, P4, dan seterusnya. Karena itu kurva MR berada di bawah kurva harga
(permintaan.
Dalam pasar persaingan sempurna kurva TR berbentuk garis lurus dimulai dari
titik (0,0). Dalam pasar monopoli besarnya TR sangat tergantung pada besarnya elastisitas
harga.
a.    Jika elastisitas harga lebih besar dari suatu (elastis), untuk menambah output 1%, harga
diturunkan lebih kecil dari 1%. Akibatnya TR naik yang berarti MR positif
b.    Jika elastisitas harga sama dengan satu, untuk menambah output 1%, harga harus
diturunkan 1% juga. TR tidak bertambah, yang artinya MR = 0. Pada saat itu nilai TR
maksimum.
c.    Jika elastisitas harga lebih kecil dari satu (inelastis), untuk menaikkan output 1% , harga
harus diturunkan lebih dari 1%. Akibatnya TR turun, yang artinya MR < 0 (negatif).
2.1.3 Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Pendek
Sebagaimana halnya perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna,
perusahaan monopoli juga harus menyempurnakan MR dengan MC agar mencapai laba
maksimum.
Laba maksimum tercapai pada output Q*, dimana MR = MC. Besar laba seluas bidang
AP*BC. Jika output lebih kecil dari Q*, misalnya Q1, laba perusahaan belum maksimum
sebab MR>MC. Sebaliknya jika output lebih besar dari Q*, misalnya Q2, laba akan
berkurang karena MR<MC.
Monopolis juga bisa menderita rugi. Namun, apabila rugi akan diusahakan agar
kerugiaannya adalah minimum (juga pada tingkat output dimana MR = MC).
Tingkat outputnya adalah Q*, harga P*, TR = OP*CQ*, sedangkan TC = OABQ*,
sehingga daerah kerugian adalah bidang P*ABC (kerugian yang minimum).

2.1.4 Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Panjang


Perusahaan monopoli tidak mempunyai masalah besar dengan keseimbangan
jangka panjang, selama dalam jangka pendek memperoleh laba maksimum. Dalam pasar
persaingan sempurna, laba super normal akan menarik perusahaan lain untuk masuk
kedalam industri sehingga dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba
normal saja. Hal tersebut tidak berlaku dalam pasar monopoli. Hambatan untuk masuk
menyebabkan perusahaan monopoli mampu untuk menikmati laba super normal, baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Perusahaan monopoli hanya akan
kehilangan laba super normal jangka panjang, bila tidak mampu mempertahankan daya
monopolinya. Hal tersebut dapat saja terjadi, terutama perusahaan lalai melakukan riset
dan pengembangan untuk memperoleh teknologi yang meningkatkan efisiensi produksi.
Akibatnya posisi perusahaan tergantikan oleh perusahaan lain yang mampu menghasilkan
atau memangfaatkan teknologi produksi yang lebih efisien. Hal tersebut terjadi pada
perusahaan-perusahaan jam tangan di Negara Swiss. Karena menolak memangfaatkan
teknologi digital, mereka kehilangan kemampuan monopolinya. Saat ini, daya monopoli
pembuatan jam tangan dikuasai perusaan-perusaan jam di Jepang, yang mau
memanfaatkan teknologi digital.
Keseimbangan dalam jangka panjang akan jadi masalah bila dalam jangka pendek
perusahaan mengalami kerugian. Perusahaan monopolis yang mengalami kerugian dalam
jangka pendek.namun karena biaya rata-rata variabel masih lebih besar dari harga
(AVC>P) untuk sementara perusahaan masih dapat beroprasi. Bila ingin
mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, perusahaan harus berupaya
mencapai laba.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melakukan efisiensi agar biaya
produksi menjadi lebih murah. Dengan menurunnya kurva AC (AC0 – AC1). Karena
sekarang biaya rata-rata lebih kecil daripada harga (AC<P), perusahaan sudah dapat
menikmati laba.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan atau memperbesar
permintaan. Misalnya dengan menggiatkan produksi dan memasang iklan. Peningkatan
permintaan (D1 – D2) menyebabkan P > AC, yang artinya perusahaan memperoleh laba
(diagram 9.5.c). tentu saja cara yang terbaik adalah melakukan peningkatan efisiensi
sekaligus meningkatkan permintaan.

2.1.5 Daya Monopoli (Monopoly Power)


Dalam keyataan jarang sekali truktur pasar tanpa persaingan.umumnya yang ada
adalah satu atau beberapa perusahaan lebih dominan dibanding perusahaan lainnya
(oligopoli). Karenanya pengertian monopoli dalam teori ekonomi berbeda dengan
pengertian awam (masyarakat umum) dalam kehidupan sehari-hari. Kaum awam
membayangkan monopoli sebagai kemampuan melakukan apa saja untuk memperoleh
laba sebesar-besarnya; perusahaan monopoli yang mempunyai kekuatan tanpa batas,
sehingga dapat mengeruk laba tanpa batas pula.
Pengertian diatas adalah keliru. Daya monopoli (monopoly power) yaitu
kemampuan perusahaan untuk melakukan ekploitasi pasar dalam rangka mencapai laba
maksimum hanyalah sebatas kemampuan mengatur jumlah output dan harga. Daya
monopoli dikatakan makin besar bila keputusan harga dan output perusahaan makin sulit
dilawan oleh pasar. Lerner mengukur kemampuan perusahaan berlandaskan permintaan
yang dihadapi perusahaan dengan menghitung angka indeks, yang dikenal sebagai indeks
Lerner (Lerner Index).
Dari persamaan (9.1) daya monopoli makin besar bila nilai L makin besar. Indeks
Lerner mempunyai nilai antara 0 dan 1. Dalam pasar persaingan sempurna daya monopoli
adalah nol (L = 0), karena dalam keseimbangan harga sama dengan biaya marjinal (P =
MC). Besar nilai indeks Lerner dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a.        Elastisitas Harga Permintaan (Elastisitas Harga)
Dalam pasar persaingan sempurna, elastisitas harga permintaan tak terhingga. Laba
maksimum tercapai bila P = MC. Karena itu dalam pasar persaingan sempurna nilai L
sama dengan nol. Perusahaan tidak memiliki daya monopoli (price taker). Makin inelastis
permintaan, makin besar nilai L atau daya monopoli.
b.        Jumlah Perusahaan dalam Pasar
Makin sedikit jumlah perusahaan, daya monopoli makin besar. Dalam pasar
persaingan sempurna, jumlah perusahaan banyak sekali, sehingga konsumen leluasa
memilih produsen; permintaan elastis sempurna, sehingga nilai L sama dengan nol.
c.         Interaksi Antarperusahaan
Makin solid interaksi antarperusahaan, makin besar daya monopoli. Dalam pasar
persaingan sempurna, karena jumlah perusahaan sangat banyak, amat sulit melakukan
konsolidasi untuk mencapai kekuatan monopoli. Makin sedikit jumlah perusahaan, makin
mudah melakukan konsolidasi (interaksi). Karena itu struktur pasar yang berpotensi
besar untuk memiliki daya monopoli besar adalah oligopoli.
Indeks Lerner bukanlah indeks laba (profit index). Sebab laba berkaitan dengan biaya
rata-rata. Walaupun memiliki daya monopoli yang besar ( nilai L besar), tanpa efisiensi
perusahaan bahkan akan mengalami kerugian.
2.1.6 Monopoli Alamiah ( Natural Monopoly)
Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural monopoly) disebut
monopolis alamiah. Perusahaan ini memiliki kurva biaya rata-rata (AC) jangka panjang
yang menurun (negative slove). Makin besar output yang dihasilkan makin rendah biaya
rata-rata. Ini dimungkinkan karena perusahaan memilikikurva biaya marjinal (MC) yang
juga menurun dan juga berada dibawah kurva AC. Perusahaan memiliki tingkat efisiensi
yang makin tinggi, bila skala produksi diperbesar. Perusahaan seperti ini mampu
mengeksploitasi pasar, dilihat dari makin besarnya selisih harga jual dengan biaya
marjinal. Diagram 9.6 menunjukan hal tersebut, dimana titik perpotongan kurva MC
dengan MR (titik A) jauh dibawah harga jual (titik B).

2.1.7 Biaya social monopoli (social cost of monopoly)


Kekhawatiran akan dampak negatif dari monopoli ada benarnya. Sebab ada
beberapa kerugian yang dia;ami masyarakat (biaya social), antara lain:
·         Hilang atau berkurangnya kesejahteraan konsumen (dead weight loss).
·         Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pekerja.
·         Memburuknya kondisi makroekonomi nasional.
·         Memburuknya kondisi ekonomi internasional.

a.         Hilang atau berkurangnya kesejahteraan konsumen (dead weight loss)

Dalam pasar monopoli keseimbangan keseimbangan perusahaan tercapai pada titik A.


perusahaan hanya memproduksi sejumlah Qm dengan harga Pm. Padahal jika
perusahaan jika perusahaan bergerak dalam pasar persaingan sempurna, keseimbangan
perusahaan tercapai di titik B (D=MR=AR=P=MC). Jumlah output adalah Qk yang lebih
banyak dari Qm. Sedangkan harga jual adalah Pk yang lebih murah dari Pm.
Sikap yang di ambil perusahaan menyebabkan konsumen kehilangan kesejahteraan
sebesar luas segitiga ACB. Sebab bila perusahaan bergerak dalam pasar persaingan
sempurna, surplus konsumen besarnya seluas segitiga PkEB. Tetapi karena monopoli,
surplus konsumen tinggal sebesar segitiga PmEA. Surplus konsumen sebesar luas segi
empat PkPmAC di eksploitasi menjadi tambahan laba perusahaan.
Keputusan perusahaan juga menyebabkan perusahaan kehilangan surplus produsen
sebesar luas segitiga FCB, sehingga total kesejahteraan yang hilang adalah sebesar segitiga
FAB yang sama dengan luas segitida CAB+FCB. Namun kehilangan surflus produsen
lebih kecil daripada tambahan laba. Tambahan laba kecil yang dinikmati perusahaan
monopolis adalah sebesar luas segi empat PkPmAC di kurang luas segitiga FCB.
Sikap eksploitasi surplus konsumen yang menyebabkan daya monopoli disebut sikap
eksploitasi keuntungan.
b.        Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pekerja

Monopoli menimbulkan eksploitasi, baik di konsumen maupun pekerja. Eksploitasi ini


muncul karena monopolis selalu berproduksi (baik dalam keadaan dapat laba ataupun
kerugian) pada harga yang lebih tinggi dari biaya marjinalnya atau P > MC. Bagi
konsumen, eksploitasi timbul karena mereka harus membayar (harga yang lebih tinggi
dari biaya produksi unit terakhir outputnya. Sedangkan di anggap juga eksploitasi bagi
tenaga kerja karena mereka (sebagai bagian dari faktor produksinya di bayar lebih murah
dari jumlah yang diterima monopolis( yaitu harga jualnya). Dalam hal ini pemilik faktor
produksi tenaga kerja (buruh) di bayar upah yang lebih rendah dari pada kontribusinya
(dalam bentuk output) dari tenaga kerja tersebut, bila dinilai dengan harga pasar yang
berlaku bagi output.
c.         Memburuknya makro kondisi makroekonomi nasional

Jika setiap industry muncul gejala monopoli, maka secara makro jumlah output (riel
output) akan lebih sedikit dibandigkan kemampuan sebenarnya (potential output). Volume
produksi dalam perusahaan monopoli memang lebih sedikit dengan volume output yang
optimum, yaitu yaitu yang dihasilkan pada AC yang minimum ( sebagai mana yang terjadi
pada perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan sempurna pada jangka yang
panjang); monopolis selalu berproduksi pada tingkat output dimana AC nya tidak
minimum (selama kurva permintaanya berbentuk menurun, maka perusahaan akan
memilih tingkat output pada tingkat AC nya yang selalu menurun). Keseimbangan makro
terjadi di baah keseimbangan ekonomi (under full employment equilibrium) karena tidak
seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas produksi, sehingga
menimbulkan pengangguran tenaga kerja (unemployment) maupun faktor-faktor
produksi yang lain. Selanjutnya keadaan ini akan melemahkan daya beli, menciutkan
pasar, yang memaksa perusahaan memproduksi lebih sedikit lagi. Begitu seterusnya
hingga perekonomian secara makro dapat mengalami keadaan stagflasi (stagnasi dan
inflasi), dimana pertumbuhan ekonomi mandek, pengaguran tinggi, tingkat inflasi juga
tinggi.
d.        Memburuknya kondisi perekonomian internasional

Tuntutan perdagangan bebas diakui dapat meningkatkan efisiensi. Tetapi optimisme


terhadap perdagangan bebas harus ditinjau ulang, karena karena fakta menunjukan
bahwa perusahaan-perusahaan yang besar (terutama MNC) telah menjadi perusahaan
monopoli alamiah. Karena sahamnya dimiliki oleh pihak swasta, tujuan perusahaan ini
adalah maksimalisasi laba. Karena jika dibiarkan bersaing bebas, MNC akan menggilas
perusahaan-perusahaan yang ada di NSB.
PT Telkom, yang karena mempunya daya monopoli berdasarkan undang-undang
memproduksi sebesar Qn dengan harga Pn per unit. PT Telkom memperoleh laba
supernormal karena biaya rata-rata (OA) lebih kecil dariharga jual per unit. Struktur
biaya perusahaan telekomunikasi yang berasal dariJepang di mana output-nya sejenis
(homogen) dengan output PT Tellkom.dari kurva AC dan MC kita melihat perusahaan
jepang begitu besa, keseimbangan perusahaan tersebut terjadi pada saat output Qj,harga
jual Pj dan biaya produksi rata-rata Acj.walaupun haraga output perusahaan Jepang
lebih murah dari PT Telkom, namun karena belum adanya perdagangan bebas, PT
Telkom terlindungi dan menikmati laba super normal sebesar luas segi empat ApnBC.

2.1.8 Pengaturan Perusahaan Monopoli (Monopoly Regulation) dan Masalahnya


Uraian tentang biaya sosial monopoli, menuntut upaya pengaturan atau
pembatasan perusahaan monopolis (monopoly regulation). Tujuan pengaturan tersebut
bukan saja menekan biaya sosial monopoli, melainkan juga mengubah biaya sosial
tersebut menjadi manfaat sosial (social benefits). Lewat pengaturan, monopoli dapat
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ada banyak cara yang dapat ditempuh pemerintah dalam pengaturan monopoli.
Misalnya dengan membuat undang-undang anti monopoli (antitrust law), yang membatasi
dan mengatur kemampuan perusahaan untuk memiliki daya monopoli yang besar.
Kadang-kadang karena alasan ideologis, monopolis tidak terhindarkan. Untuk itu
perusahaan-perusahaan yang diberi hak monopoli harus berada di bawah kontrol
pemerintah, dengan cara menempatkan saham pemerintah sebagai bagian terbesar dari
saham perusahaan. Di indonesia hal tersebut dilakukan leawat penyertaan saham
pemerintah untuk beberapa industri srategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak
(pasal 33 Undang-undang Dasar 1945) Pertamina, PT. Telkom, PLN, Perusahaan Air
Minu dan perusahaan trasportasi kereta api, adalah contoh dari beratus-ratus badan
usaha milik pemerintah (pusat dan daerah) yang memiliki daya monoppli karena legalitas
(legal monopolies).
Dua cara lain yang akan dibahas agak rinci adalah pengaturan harga (price
regulation) dan pengenaan pajak (taxation).
a.        Pengaturan Harga (Price Regulation
Yang dimaksud dengan kebijakan pengaturan harga adalah kebijakan menetapkan
tingkat harga maksimum/teringgi (ceiling price) bagi perusahaan monpoli, yaitu pada P =
MC nya. Jika perusahaan monopoli menjual harga dibawah maksimum, tidak dikenakan
sanksi. Tetapi jika menjual melebihi harga tertinggi, perusahaan dikenakan sanksi. Tujan
yang ingin dicapai dari pengaturan harga adalah membatasi perilaku eksploitasi
keuntungan yang cenderung memproduksi dengan jumlah lebih sedikit dan menjual denga
harga yang lebih tinggi dibandingkan jika perusahaan beroperasi dalam pasar persaingan
sempurna. Dengan pengaturan harga ini, pemerintah memaksa perusahaan untuk
berperilaku seolah-olah beroperasi dalam pasar persaingan sempurna (P=MC).
Ada dua alternatif mengatasi hal di atas. Pertama penetapan harga tertinggi diubah
menjadi Pc dimana biaya rata-rata sama dengan harga jual (AC = P). Perusahaan
menikmati laba normal. Namun laba ini tidak cukup besar untuk membuat perusahaan
mampu melakukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan efisiensinya.
Cara kedua adalah meneapkan dua tingkat harga (two tier pricing). Pada diagram
9.10, sampai batas Qm, harga dietapkan sebesar Pm, perusahaan menimati laba super
normal, sebesar (Pm-Pp) x (Qp-Qm) atau seluas daerah segi empat GFAB. Sebagian laba
super normal digunakan untuk menyubsidi kerugian, sebagian lagi dapat digunakan
sebagai dana riset dan pengembangan guna meningkatkan efisiensi perusahaan.
b.        Pajak (Taxation)
Dalam pembahasan ini, kita mengasumsikan pajak yang diberlakukan adalah
pajak nominal per unit output yang dijual dikenakan pajak sebesar T. Diagram 9.11
menunjukan pajak menggeser kurva AC dan MC perusahaan monopolis ke atas (AC1ke
AC2 dan MC1 ke MC2). Pergeseran ini menurunkan output dari Q1 ke Q2, sedangkan
harga jual meningkat dari P1 ke P2
Walaupun kenaikan harga tidak sebesar pajak (P2-P1 < T), pajak telah mengurangi
kemampuan masyarakat untuk membeli output. Apakah berarti kebijaksanaan pajak
tidak perlu diterapkan? Kita harus ingat salah satu fungsi pajak adalah unuk
mengarahkan alokasi sumber daya agar makin efisien. Jika barang yang dikenakan pajak
adalah barang mewah (mobil pribadi), maka pengenaan pajak mendesak masyarakat
mengurangi pembelian mobil pribadi dan menggunakan uangnya untuk membeli barang
atau jasa yang lebih penting bagi dirinya.
Sama halnya dengan pengaturan harga, pengenaan pajak terhadap monopolis
alamiah juga menimbulkan dilema, sebab kenaikan harga barang lebih besar dari pajak
per unit. Artinya perusahaan masih mampu menarik laba dari pengenaan pajak.
Sama halnya dengan pengaturan harga, pengenaan pajak terhadap monopolis alamiah
juga menimbulkan dilema, sebab kenaikan harga barang lebih besar dari pajaik per unit.
Artinya perusahaan masih mampu menarik laba dri pengenaan pajak. Diagram 9.12
menunjukna pengenaan pajak T per unit menggeser kurva MC ke atas (MC1 ke MC2),
output berkurang dari Q1 ke Q2, karenanya harga barang naik dari P1 ke P2, di mana
kenaikanya lebih besar dari pajak per unit (P2-P1>T).
2.1.9 Aspek Positif Monopoli (Monopoli Benefits)
Monopoli memang daoat menimbulkan kerugian (biaya sosial) namun tidaklah selalu
merugikan. Setidak-tidaknya ada beberapa manfaat monopoli yang perlu
dipertimbangkan.
a.        Monopoli, Esisiensi, dan Pertumbuhan Ekonomi
Dibandingkan perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna,
perusahaan monopolis mempunyai kelebihan, yaitu mampu mengakumulasi laba super
normal dalam jangka panjang kemampuan ini sangat dibutuhkan agar mampu membiayai
riset dan pengembangan dalam rangka mendapatkan teknologi baru atau penyempurnaan
teknologi yang sudah ada, guna meningkatkan efisiensi. dengan peningkatan efisiensi, dari
sejumlah faktor produksi yang sama dihasilkan output yang lebih besar, dengan kata lain,
jika monopoli dikelola dengan baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut
Joseph “Justru industri-industeri yang bersifat monopolistiklah yang ternyata
menunjukan suatu dinamika untuk berkembang lebih besar”.
b.        Monopoli dan Efisiensi Penagdaan Barang Publik
Tidak sumua barang dapat disediakan secara efisien lewat pasar. Barang itu
umumnya dikenal sebagai barang publik (publik goods) yang sepintas telah dibahas dalam
bab II harus diakui bahwa barang publik dapat menimbulkan ketidakefesienan pasar
(market failure) Namun harus diakui juga bahwa barang publik dapat menimbulkan
eksternalitas menguntungkan yang memacu kegiatan ekonomi terutama investasi. Adanya
investasi memungkinkan pertumbuhan ekonomi. Sayangnya pengadaan barang publik
hanya efisien dalam skala sangat besar. Contohnya pengadaan jalan raya, pelabuhan laut,
transportasi, telekomunikasi dan air minum. Karena efisien jika dilakukuan dalam skala
besar, perusahaan harus mendapatkan monopoli (legal monopoly). Dalam jangka panjang
diharapkan mampu menjadi monopolis alamiah yang memperoduksi barang pabrik
dengan harga mahla.
c.         Monopoli dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Perusahaan monopolis jika dibiarkan memang dapat merugikan karena memproduksi
barang lebih sedikit dan menjual lebih mahal. Namun, dalam pembahasan tentang
diskriminasi harga maupun kebijakan pengaturan harga dua tingkat (two tier pricing),
mnopoli dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakna
diskriminasi harga memungkinkan masyarakat kelas bawah menganggap rekreasi
merupakan barang mewah, menikmati rekreasi pada saat-saat tertentu dengan harga lebih
murah, kebijakan dua harga tingkat memungkinkan dilakukannya peningkatan output
melalui subsidi silang.
Yang menarik adalah dengan menggunakan dua kebijakan tersebut di atas,
peningkayan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan tanpa merugkan perusahaan.
Sebab perusahaan masih dapat menikmati laba super normal.
UU No. 5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Sejak 5 maret 1995 indonesia sudah memiliki Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (sering disebut sebagai UU
anti monopoli).
Guna mengawasi terjadinya praktik minopoli pemerintah juga telah membentuk
komisi pengawas persaingan usaha melalui keputusan presiden Nomor 75 tahun 1999.
Perjanjian yang dilarang oleh UU No. 5 tahun 1999
A.      Oligopoli
1.         Perjanjian yang Oligolpolistik
Suatu usaha dilarang membuat suatu perjanjian dengan pelaku usaha lain secara
bersama-sama untuk menguasai produk atau pemasaran barang atau jasa tentu yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
(pasal 4 ayat 1)
2.         Dugaan Perjanjian yang Oligopolistik
Untuk mengetahui apakah melalui suatu perjanjian yang dibuat oleh para pelaku usaha
akan menguasai prodduk atau pemasaran barang atau jasa tertentu atau tidak, maka
ditentukan apa yang disebut dugaan melakukan oligopolistik, yakni apabila dua atau tiga
pelaku usaha mengetahui lebih dari 75% pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa
teertentu (pasal 4 ayat 2)
B.       Penetapan Harga
1.         Menetapkan harga yang telah dibuat bersama-sama oleh pelaku usaha dengan pelaku
usaha pesaingnya, alasan pelarangan dapat mengakibatkan konsumen atau pelanggan
harus membayar harga yang ditetapkan untuk barang atau jasa tertentu (pasal 5 ayat 1).
2.         Diskriminasai harga
Maksudnya penetapan harga yang berbeda-beda yang harus dibayar oleh para pembeli
atas barang yang sama atau jasa yang sama (pasal 6)
3.         Penetapan harga dibawah harga pasar
Penetapan harga dibawah harga pasar dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
yang tidak sehat (pasal 7)
4.         Penjualan kembli barang atau jasa dibawah harga yang telah ditetapkan
Maksudnya penerima barang atau jasa tidak akan menjual atau memasak kembali barang
atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga yang
diperjanjikan. Ini berarti penerima barang harus menjual atau memasak kembali barang
atau jasa sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha tersebut (pasal 8)
C.      Pembagian Wilayah Pemasaran
Misalnya perusahaan A hanya boleh memproduksi dan memasarkan barang di daerah
X, dan perusahaan B hanya boleh memproduksi dan memasarkan di daerah Y (pasal 9).
D.      Pembaikotan
1.    Menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar (pasal 10 ayat 1)
2.    Menolak menjual barang atau jasa pelaku usaha lain (pasal 10 ayat 2)
E.       Kartel
Perjanjian antara pelaku usah dengan pelaku usaha pesaingnya dengan maaksud
untuk mengatur produksi dan pemasarannya atau untuk mengatur pelayanan jasa
tertentu (pasal 11)
F.       Trust
Pembentukan suatu gabungan perusahaan baru, pelaku-pelaku usaha yang
membentuk suatu gabungan perusahaan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan
hidup masing-masing perusahaan atau perseruannya dengan maksud agar dapat
mengontrol produksi dan pemasaran suatu barang atau jasa tertentu yang dapat
mengakibatkan munculnya peraktik monopoli.
G.      Oligopsoni
1.    Penguasaan pembelian atas barang atu jasa tertentu
2.    Dugaan menguasai pembelian atas barang atau jasa tertentu
H.      Integrasi Vertikal
Yang dimaksud disini adalah perjanjian integrasi vertikal yang dibuat oleh pelaku
usaha dengan maksud untu menguasai proses pengusaha/proses produksi dari hulu sampai
ke hilir.
I.         Perjanjian Tertentu
1.    Pembatasan-pembatasan barang atu jasa tertentu
2.    Pembatasan pembelian barang atau jasa
3.    Pembatasan pembelian barang atau jasa Karena adanya potongan harga atas barang
atau jasa tertentu
J.        Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri apabila isi
perjanjian tersebut akan mengakibatkan terjadinya prakti monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat misalnya dapat memunculkan praktik moopoli.

Namun Janagan Sampai Terjadi :


o    Pembatasan penguasaan pasar menghambat pelaku usaha dalam mencapai target optimum
dari persaingan di pasar global.
o    Penguasaan pasar yang relatif terbatas tidak aktraktif lagi bagi para investor, utamanya
investor asing.
o    Pemerintah kusulitan mengukur persentase pasar karena pasar yang sangat fluktuatif.
Apalagi indonesia merupakan negara kepulauan.
o    Secara potensial konsumen dirugikan karena produk berkualitas dengan harga murah
kesediaannya di pasar relatif terbatas.

Sanksi Buat Pelanggar :


1.        Sanksi Administratif :
·         Penetapan pembatsan perjanjian
·         Perintah penghentian integrasi vrtikal
·         Perintah penghentian praktik monopoli
·         Penetapan pembatsan penggabungan usaha
·         Penetapan pembayaran ganti rugi serendah-rendahnya Rp.1 miliar dan setinggi-
tibgginya Rp.25 miliar.
2.        Pidana Pokok :
·         Pelanggaran terhadap pelanggaran pasal 4, pasal 9 sampai dengan pasal 14, pasal 16
sampai dengan pasal 19, pasal 25, 27 dan pasal 28 diancam pidana serendah-rendahnya
Rp.25 miliar dan setingginya-tingginya Rp.1000 miliar, atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 6 bulan.
·         Pelanggran terhadap ketentuan pasal 5 sampai dengan pasal 8, pasal 15, pasal 20
sampai dengan pasal 24 dan pasal 26 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp.5
miliar dan setinggi-tingginya Rp.25 miliar atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 5 bulan.
·         Pelanggar terhadap ketentuan pasal 42 diancam pidana denda serendah-rendahnya
Rp.1 miliar dan setinggi-tingginya Rp.5 miliar atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 3 bulan.
3.        Pidana Tambahan
·         Pencabutan izin usaha
·         Larangan pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap UU ini
untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 3 tahun dan
selama-lamanya 5 tahun, atau
·         Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian
pada pihak lain.

Perusahaan yang Pangsa Pasarnya Lebih dari 50% (1999) :


No Nama Perusahaan Jenis Poduksi Pemilik Pangsa
. pasar
1. PT. Indonesia Mie Instan Group Salim 80%
Sukses Makmur Nissin First
2. PT. Intiboga Minyak Goreng Pasific 55%
3. Sejahtera Air Mineral Group Salim 80%
PT. Aqua Golden M Group Tirta
4. Tepung Terigu Investama 70%
PT. Bogasari Flour Group Salim
5. Mills Sabunmandi/ditergen, 58%
PT. Unilever Sampo Group Unilever
6. Indonesia Kaca Lembaran 65%
PT. Asahimas Flat Group Rodamas
Glass
Sumber KAPITAL, Voll II, No. 12, 8 Maret 2000

3.1 PASAR PERSAINGAN MONOPILISTIK


Teori pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition) dikembangkan
karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model Ekonom yang pertama kali
mengajukan ketidakpuasan terhadap dua model diatas adalah Peirro Sraffa (Universitas
Cambridge), kemudian diikuti oleh Hotelling dan Zeothen. Pada akhir dasawarsa 1930-an,
model persaingan monopolistik dikembangkan secara intensif terutama oleh Joan
Robinson (ekonom Inggris) dan Edward Chamberlain (ekonom Amerika Serikat).
Struktur pasar persaingan monopolistik hampir sama dengan persaingan
sempurna. Di dalam industri terdapat banyak perusahaan yang bebas keluar-masuk.
Namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan terdiferesiensi (differentiated
product). Namun perbedaan barang antara satu produk (merek) dengan produk (merek)
yang lain tidak terlalu besar. Diferensiasi ini mendorong perusahaan untuk melakukan
persaingan nonharga. Walaupun demikian output yang dihasilkan sangat mungkin saling
menjadi subsidi. Perusahaan memiliki kemampuan monopoli yang relatif terbatas atau
kecil.
3.1.1        Karakteristik Pasar Persaingan Monopolistik
Tiga asumsi dasar persaingan monopolistik adalah :
·         Produk yang terdiferensiasi (differentiated product)
·    Jumlah perusahaan banyak dalam industri (large number of firms)
·    Beban masuk dan keluar pasar (free entry and exit)

a.        Produk Yang Terdiferensiasi (Differential Product)


Yang dimaksud dengan produk terdiferensiasi adalah produk dapat dibedakan oleh
konsumen dengan melihat siapa produsennya. Jika dalam pasar persaingan sempurna
konsumen membeli barang tanpa perlu membedakan siapa produsen, dalam persaingan
monopolistik, yang menjadi pertimbangan adalah siapa produsennya. Barang-barang
tersebut dapat diperbedakan oleh kualitas barangnya, model, bentuk, warna, bahkan oleh
kemasan, merek, dan pelayanannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu memiliki pilihan yang tetap untuk produk-
produk sabun mandi, pakaian jadi, sepatu, dan lain-lain. Seorang gadis yang biasa
menggunakan sabun mandi beremerek “Sutera” sulit pindah ke merek lain. Dia dapat
membedakan produk kesukaannya dari produk peruusahaan lain. Hal ini menyebkan
memiliki daya monopoli, walau terbatas.
Namun demikiandi antara produk-produk tersebut sebenarnya dapat saling menjadi
substitusi. Misalnya, dalam keadaan tertentu (sedang berada di desa), sabun mandi merek
kesayangan tidak ada ,maka merek lain dapat menggantikan tanpa menimbulkan dampak
negatif secara teknis (kesehatan terganggu). Karena itu, persaingan monopolistik berada
di antara pasar persaingan sempurna dan monopoli.

b.        Jumlah Produsen Banyak Dalam Industri (Large Number of Firms)


Jumlah perusahaan (produsen) dalam pasar persaingan monopolistik banyak. Di
Indonesia dapat dilihat dai begitu banyaknya merek pakaian, dan sepatu. Banyaknya
perusahaan menyebabkan keputusan perusahaan tentang harga dan output tidak perlu
harus memperhitungkan reaksi perusahaan lain dalam industri (independence decision of
price and output), karena setiap perusahaan menghadapi kurva permintaannya masing-
masing.
c.    Bebas Masuk dan Keluar (Free Entry and Exit)
Laba super normal yang dinikmati perusahaan (existing firm) mengundang perusahaan
pendatang untuk memasuki industri. Jika mereka mampu bertahan, dalam jangka
panjang dapat mengalahkan perusahaan yang lain. Tetapi halnya dalam pasar persaingan
sempurna, dalam pasar persaingan monopolistik proses masuk-keluar akan terhenti bila
semua perusahaan hanya memperoleh laba normal.
3.1.2        Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Pendek
Perusahaan mencapai keseimbangan dalam jangka pendek dan panjang. Dalam
jangka pendek dan panjang. Dalam jangka pendek perusahaan dapat menikmati laba
super normal. Dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal.
Keseimbangan jangka pendek perusahaan tercapai bila MR=MC. Karena memiliki
daya monopoli, walau terbatatas, kondisi keseimbangan perusahaan yang bergerak dalam
persaingan monopolistik sama dengan perusahaan yang bergerak dalam pasar
monopolistik
3.1.3        Pasar Persaingan Monopolistik dan Efisiensi Ekonomi
Laba super normal yang dinikmati perusahaan mengundang perusahaan pendatang
memasuki industri. Masuknya pendatang memberikan dua kemungkinan terhadap
permintaan perusahaan lama. Yang pertama, pelanggan makin setia, secara grafis terlihat
dari kurva permintaan jangka panjang lebih curam daripada jangka pendek. (Diagram
10.3.a). Atau pelanggan makin bersifat memilih, dimana permintaan jangka panjang
menjadi lebih landai dibanding jangka pendek (10.3.b). Bagaimana pun pengaruhnya,
perusahaan hanya akan dapat bertahan dalam jangka panjang, jika mampu menikmati
laba normal, pada saat harga jual sama dengan biaya rata-rata (P=AC).

3.1.4        Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Panjang


Dibandingkan dengan pasar monopoli, persaingan monopolistik masih lebih baik
dilihat dari lebih kecilnya total kesejahteraan yang hilang (dead weight loss). Namun tetap
kurang efisiensi dibanding pasar persaingan sempurna. Ada dua penyebab mengapa pasar
persaingan monopolistik tidak dapat lebih efisiensi dibanding pasar persaingan sempurna.

a.        Harga Jual Masih Lebih Besar Dari Biaya Marjinal (P>MC)
Karena memiliki daya monopoli, perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik
mampu membebankan harga jual yang lebih tinggi dari biaya marjinal (P>MC). Namun
demikian karena kurva permintaan yang dihadapi sangat elastis, maka selisih harga dan
biaya marjinal tidak sebesar dalam perusahaan monopolis.

b.        Kapasitas Berlebih (Excess Capity)


Telah dinyatakan, karena sanngat mudahnya perusahaan untuk keluar dan masuk,
dalam jangka panjang perusahaan yang beroperasi dalam pasarpersaingan monopolistik
hanya menikmati laba normal.
Pada saat berada dalam keseimbangan jangka panjang (titik A), perusahaan
sebenarnya tidak berproduksi pada tingkat efisiens, sebab titik A buka titik terendah pada
kurva biaya rata-rata (AC). Jika perusahaan ingin memproduksi pada AC yang paling
rendah, output harus ditambah sampai sejumlah Qb. Tetapi jika output melebihi Qa
(output keseimbangan), penambaan output hanya menurunkan laba (bahkan merugi)
karena penerimaan marjinal lebih kecil dari biaya marjinal (MR<MC). Dapat
disimpulkan, dalam jangka panjang perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan
monopolistik akan mengalami kelebihan produksi (excess capity)

3.1.5        Pengaturan Pasar Persaingan Monopolistik


Ketidakefesienan yang dihasilkan perusahaan yang beroperasi dalam pasar
persaingan monopolistik menimbulkan pertanyaan, apakah perlu pengaturan ?
Jawabannya adalah tidak ! Hal ini berlandaskan tiga argumen :
a.         Daya monopoli yang relatif kecil menyebabkan kesejahteraan yang hilang (dead weight
loss) relatif kecil.
b.        Permintaan yang sangat elastis menyebabkan kelebihan kapasitas produksi relatif kecil.
c.         Ketidakefisienan yang dihasilkan perusahaan yang beroperasi dalam pasar persaingan
monopolistik diimbangi dengan kenimati konsumen karena beragamnya produk,
peningkatan kualitas, dan meningkatnya kebebasasn konsumen dalam memilih output.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan
saja. Dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti
yang sangat dekat. Atau bisa disebut suatu pelaku usaha atau penjual yang menjadi pusat
kekuatan ekonomi yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Dan juga telah ada larangan monopoli pada Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan dan persaingan usaha yang tidak sehat serta merugikan orang banyak.
Selepas dari larangan dari monopoli ada juga monopoli yang tidak dilarang yaitu,
Monopoli by Law & Monopoli by License, meskipun begitu nyatanya ini juga kurang
efektif dan bertentangan dengan teori ekonomi klasik dan hukum syariat islam.
Pasar monopolistik adalah pasar yang memiliki banyak penjual (produsen) dengan
barang yang diperjualbelikan bersifat homogen. Meskipun homogen, namun dengan merk
dan keunggulan masing-masing yang berbeda.
Pasar monopolistik timbul karena ketidakpuasan akan pasar persaingan sempurna
dan monopoli, sumber daya alam yang tersedia melimpah dan differensiasi produk yang
tidak terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008 . Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi dan Makroekonomi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai