EKONOMI KOPERASI
RANGKUMAN
BAB 3
EFISIENSI KOPERASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas individu Pada Mata Kuliah Ekonomi Koperasi
Disusun Oleh:
Rizka Maulinda
NIM: 19111052
PERIODE 2020/2021
BAB III
EFESIENSI KOPERASI
1. Pendahuluan
Pada tahun 1992 Thoby Mutis mensinyalir bahwa kontribusi koperasi terhadap
Produk Domestik Bruto berkisar antara 3% sampai 5% dan hal ini diperkirakan masih
tetap berlangsung untuk beberapa tahun yang akan datang. Bahkan menurut Ropke
(1992) kontribusi tersebut masih lebih rendah daripada itu yaitu kurang dari 3% per
tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa daya minat masyarakat terhadap koperasi
rendah dibanding dengan perusahaan non koperasi. Banyak orang yang beranggapan
bahwa usaha sendiri atau non koperasi lebih baik dibanding dengan koperasi.
Sampai saat ini banyak yang menganggap koperasi adalah usaha yang tidak efisien
sehingga kalah bersaing dengan organisasi non koperasi tetapi tidak sedikit juga yang
menganggap bahwa koperasi dapat diusahakan secara efisien seperti halnya organisasi
usaha lain perbedaan anggapan ini disebabkan koperasi konsepsi dasar teori yang
berbeda dalam pendudukan koperasi sebagai badan usaha.
Ada tiga pengertian dasar yang digunakan untuk mengartikan koperasi yaitu
pengertian normatif legalitas dan positifis. Secara normatif koperasi dipandang sebagai
suatu semangat dalam memberikan petunjuk-petunjuk keputusan secara kooperatif
yang sebenarnya dapat dilakukan oleh badan usaha manapun. Secara legalitas,
koperasi adalah suatu Badan usaha yang Memiliki status Hukum sesuai dengan yang
diatur dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992 (Undang-undang Perkoperasian).
Sedangkan dari sudut positifis, koperasi merupakan suatu peluang dalam
menginterpretasikan pemikiran-pemikiran normatif ke dalam kriteria-kriteria positif
sehingga dapat diuji secara empiris tanpa memandang badan hukumnya terlebih
dahulu. Pemikiran positifis ini sangat diperlukan untuk mengetahui kebijakan apa yang
tepat dalam mengembangkan koperasi artinya setiap kebijakan koperasi harus
didasarkan pada konsep pemikiran teoritis dan bukan dilakukan secara coba-coba.
Koperasi sebagai badan usaha tidak terlepas dari kaidah-kaidah perusahaan, termasuk
prinsip-prinsip ekonomi yang dikembangkan dalam teori ekonomi mikro.
Koperasi adalah organisasi yang dibentuk untuk menjalankan usaha hanya metode
organisasional nya berbeda dengan badan usaha nonkoperasi perbedaan yang
disepakati adalah pada koperasi dikembangkan prinsip identitas di mana anggota
sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan sedangkan pada badan usaha
nonkoperasi anggota dapat saja sebagai pemilih tapi ia bukan sebagai pelanggan
perbedaan lain yang sering digunakan adalah prinsip One Man One vote dan
Patronage refunds. One Man One vote dapat diartikan sebagai hak suara yang
diberikan tidak memandang besarnya modal yang diinvestasikan kepada koperasi,
Sedangkan patronage refunds diartikan sebagai pembagian sisa hasil usaha didasarkan
atas jasa-jasa yang diberikan anggota kepada koperasi.
Mengingat koperasi adalah badan usaha yang berbeda dengan badan usaha milik
kapitalis maka pengukuran efisiensi koperasi harus dibedakan dengan perusahaan
kapitalis perusahaan kapitalis yang berorientasi kepada perolehan keuntungan yang
besar sangat tepat apabila mengukur efisiensi berdasarkan keuntungan yang
diperbandingkan dengan besarnya uang yang dikeluarkan untuk menghasilkan
keuntungan tersebut.
Koperasi yang berorientasi pada upaya memaksimalkan pelayanan kepada
anggotanya sudah barang tentu tidaklah tepat jika hanya menggunakan kriteria
keuntungan untuk mengukur efisiensi koperasi, tetapi lebih tepat bila memadukan
keuntungan yang diperoleh koperasi dengan efek koperasi tersebut kepada
anggotanya.
Pada teori ekonomi mikro dikenal konsepsi ekonomi pasar yang menyatakan
bahwa kelangsungan hidup perusahaan dalam persaingan pasar akan tergantung pada
kemampuan perusahaan dalam menggunakan prinsip-prinsip efisiensi. pada pasar
persaingan monopolistik Oligopoli dan Monopoli keuntungan maksimum dapat
dicapai dengan menentukan harga pada saat Marginal revenue sama dengan Marginal
cost (MR=MC). Pada pasar monopoli tentu saja akan menghasilkan output
keseimbangan yang lebih baik dibanding dengan pasar yang bersaing secara
sempurna bila masyarakat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan alokasi
output perbedaan Ini menghasilkan tingkat efisiensi sosial atau pencapaian kepuasan
sosial yang berbeda diantara masing-masing jenis pasar. Pada pasar persaingan
sempurna akan dicapai output berupa kepuasan sosial yang lebih tinggi dibanding
dengan jenis pasar lainnya Hal ini berarti kesejahteraan masyarakat lebih besar dalam
keadaan pasar persaingan dibandingkan dengan jenis pasar lainnya.
Pada dasarnya koperasi sebagai perusahaan tidak berbeda dengan bentuk badan
usaha lain artinya boleh dikatakan koperasi boleh bekerja secara tidak efisien untuk
mencapai tujuan organisasi sebagai kumpulan orang pada koperasi tingkat efisiensi
juga harus dilihat secara berimbang dengan tingkat efektivitasnya sebab biaya
pelayanan yang tinggi bagi anggota diimbangi dengan keuntungan untuk memperoleh
pelayanan setempat yang lebih baik dalam hal ini harus melihat koperasi sebagai satu
kesatuan organisasi dan perusahaan.
Secara umum efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau
dalam rumus efisiensi sama dengan output dibagi input. Kunci utama efisiensi
koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya koperasi yang dapat menekan
biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh pelayanan yang baik dapat
dikatakan usahanya tidak efisien di samping tidak memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi sebab dampak kooperatif nya tidak dirasakan anggota.
Efisiensi koperasi juga bisa dilihat dari konsep peranan koperasi dalam pemerataan
koperasi pemerataan yang dilaksanakan lewat koperasi adalah proses pemerataan yang
mengandung unsur pertumbuhan dalam arti bahwa melalui koperasi para anggota
mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk tumbuh dan meningkatkan kemampuan
ekonominya.
Menurut Hanel (1988), efisiensi ekonomi usaha koperasi dapat diukur dengan
mempergunakan ukuran :
a. Efisiensi dalam operasional usaha yang terlihat dari validitas keuangan atau
financial feasibility dan keragaan wirakoperasi enterpreneurship performance.
b. Efisiensi yang dihubungkan dengan pengembangan
c. Efisiensi yang dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan anggota.
Thoby mutis 1992 menunjukkan 5 lingkup efisiensi koperasi diantaranya:
a. Tingkat perputaran aktiva atau modal usaha untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode
tertentu.
b. Profit margin untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar
kecilnya laba usaha yang melekat pada penjualan.
c. Rentabilitas Modal sendiri untuk mengukur efisiensi penggunaan Modal sendiri
yang dimiliki perusahaan.
a. Profit Margin
Profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales
dalam persen profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha yang melekat pada penjualan
semakin tinggi profit margin semakin efisien perusahaan tersebut dalam kegiatan
penjualan.
b. Rentabilitas Ekonomis
Return on working Capital atau rasio laba usaha dengan modal kerja mengukur
efisiensi modal kerja dengan melihat besarnya kemampuan modal kerja dalam
menghasilkan laba usaha semakin besar rasio berarti semakin tinggi tingkat efisiensi
penggunaan modal kerjanya.
Oleh karena itu untuk mencapai efisiensi koperasi seharusnya dalam kegiatan
operasional perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Economies of scale
Efisiensi pada sasaran ini dijabarkan dalam bentuk penyediaan informasi harga
pusat pengolahan bersama atau penyediaan sarana produksi yang lebih mudah
diperoleh jika dilakukan bersama-sama dalam rangka meningkatkan produktivitas
anggota, konsolidasi manajemen dan lain-lain.
c. Manfaat non ekonomi
Dalam hal ini salah satu contoh manfaat non ekonomi adalah peningkatan
keterampilan peningkatan tanggung jawab sosial dan lain-lain.
Reduksi biaya transaksi yaitu biaya-biaya lain yang timbul di luar biaya produksi
yang berhubungan dengan munculnya transaksi antar unit seperti biaya informasi
biaya monitoring biaya kontrak dan lain-lain.
Ketidakpastian muncul karena ada hubungan kepemilikan antara pemilik input dan
pengguna input tersebut akibatnya pemilik input masih belum pasti dalam
menyuplai inputnya sebab penawaran input akan sangat tergantung pada
permintaan input tersebut ketidakpastian ini akan terkurangi jika Para pemilik
input juga memiliki perusahaan pengguna input tersebut baru integrasi vertikal.
DAFTAR PUSTAKA
Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Subandi. (2010). Ekonomi Koperasi : Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alfabeta.