Anda di halaman 1dari 10

MATERI

EKONOMI KOPERASI

RANGKUMAN

BAB 3

EFISIENSI KOPERASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas individu Pada Mata Kuliah Ekonomi Koperasi

Dosen Pengampu: H. M. Hamid Ibrahim, Drs.,M.M

Disusun Oleh:

Rizka Maulinda

NIM: 19111052

MANAJEMEN SEMESTER 3-A

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

LA TANSA MASHIRO RANGKASBITUNG

PERIODE 2020/2021
BAB III

EFESIENSI KOPERASI

1. Pendahuluan

Menunjuk pidato kenegaraan Presiden Soeharto saat mengantarkan RAPBN 1986-


1987 tanggal 7 Januari 1986 yang menyatakan bahwa jurus baru dalam rangka
memelihara momentum pembangunan nasional adalah Seruan agar kita bersama-sama
menjalankan gerakan peningkatan efisiensi. seruan ini dipandang sebagai suatu
kebutuhan mendesak didorong oleh masa sulit yang sedang terjadi pada saat
itu. seruan ini mengandung bahwa gerak Efisiensi Nasional tidak hanya dilakukan
dalam suasana Keterbatasan dana seperti yang dimiliki saat itu tetapi harus dilanjutkan
dan ditingkatkan dalam suasana apapun bahkan sampai saat dicapai suasana yang lebih
baik.

Pada tahun 1992 Thoby Mutis mensinyalir bahwa kontribusi koperasi terhadap
Produk Domestik Bruto berkisar antara 3% sampai 5% dan hal ini diperkirakan masih
tetap berlangsung untuk beberapa tahun yang akan datang. Bahkan menurut Ropke
(1992) kontribusi tersebut masih lebih rendah daripada itu yaitu kurang dari 3% per
tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa daya minat masyarakat terhadap koperasi
rendah dibanding dengan perusahaan non koperasi. Banyak orang yang beranggapan
bahwa usaha sendiri atau non koperasi lebih baik dibanding dengan koperasi.

Apabila melihat perkembangan sejarah koperasi di dunia sekitar tahun 70-an,


koperasi memang telah mendapat kritik yang tajam sebagai organisasi yang bekerja
tidak efisien karena tidak mengarah pada pemenuhan kebutuhan anggota, manajemen
tidak mampu, terjadi banyak korupsi dan nepotisme (Hanel, 1986). Namun
perkembangan sejarah juga membuktikan beberapa negara telah mencapai kemajuan
dalam pengembangan koperasi, salah satunya yaitu Costa Rica. Pada tahun 1975
kontribusi koperasi terhadap PDB hanya 3% kemudian pada tahun 1985 telah
berkembang menjadi 11% dan sekitar tahun 1992 telah menjadi sekitar 15% (Thoby
Mutis, 1992).

Sampai saat ini banyak yang menganggap koperasi adalah usaha yang tidak efisien
sehingga kalah bersaing dengan organisasi non koperasi tetapi tidak sedikit juga yang
menganggap bahwa koperasi dapat diusahakan secara efisien seperti halnya organisasi
usaha lain perbedaan anggapan ini disebabkan koperasi konsepsi dasar teori yang
berbeda dalam pendudukan koperasi sebagai badan usaha.

Ada tiga pengertian dasar yang digunakan untuk mengartikan koperasi yaitu
pengertian normatif legalitas dan positifis. Secara normatif koperasi dipandang sebagai
suatu semangat dalam memberikan petunjuk-petunjuk keputusan secara kooperatif
yang sebenarnya dapat dilakukan oleh badan usaha manapun. Secara legalitas,
koperasi adalah suatu Badan usaha yang Memiliki status Hukum sesuai dengan yang
diatur dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992 (Undang-undang Perkoperasian).
Sedangkan dari sudut positifis, koperasi merupakan suatu peluang dalam
menginterpretasikan pemikiran-pemikiran normatif ke dalam kriteria-kriteria positif
sehingga dapat diuji secara empiris tanpa memandang badan hukumnya terlebih
dahulu. Pemikiran positifis ini sangat diperlukan untuk mengetahui kebijakan apa yang
tepat dalam mengembangkan koperasi artinya setiap kebijakan koperasi harus
didasarkan pada konsep pemikiran teoritis dan bukan dilakukan secara coba-coba.
Koperasi sebagai badan usaha tidak terlepas dari kaidah-kaidah perusahaan, termasuk
prinsip-prinsip ekonomi yang dikembangkan dalam teori ekonomi mikro.

Koperasi adalah organisasi yang dibentuk untuk menjalankan usaha hanya metode
organisasional nya berbeda dengan badan usaha nonkoperasi perbedaan yang
disepakati adalah pada koperasi dikembangkan prinsip identitas di mana anggota
sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan sedangkan pada badan usaha
nonkoperasi anggota dapat saja sebagai pemilih tapi ia bukan sebagai pelanggan
perbedaan lain yang sering digunakan adalah prinsip One Man One vote dan
Patronage refunds. One Man One vote dapat diartikan sebagai hak suara yang
diberikan tidak memandang besarnya modal yang diinvestasikan kepada koperasi,
Sedangkan patronage refunds diartikan sebagai pembagian sisa hasil usaha didasarkan
atas jasa-jasa yang diberikan anggota kepada koperasi.

Mengingat koperasi adalah badan usaha yang berbeda dengan badan usaha milik
kapitalis maka pengukuran efisiensi koperasi harus dibedakan dengan perusahaan
kapitalis perusahaan kapitalis yang berorientasi kepada perolehan keuntungan yang
besar sangat tepat apabila mengukur efisiensi berdasarkan keuntungan yang
diperbandingkan dengan besarnya uang yang dikeluarkan untuk menghasilkan
keuntungan tersebut.
Koperasi yang berorientasi pada upaya memaksimalkan pelayanan kepada
anggotanya sudah barang tentu tidaklah tepat jika hanya menggunakan kriteria
keuntungan untuk mengukur efisiensi koperasi, tetapi lebih tepat bila memadukan
keuntungan yang diperoleh koperasi dengan efek koperasi tersebut kepada
anggotanya.

2. Model Maksimisasi Keuntungan

Pada teori ekonomi mikro dikenal konsepsi ekonomi pasar yang menyatakan
bahwa kelangsungan hidup perusahaan dalam persaingan pasar akan tergantung pada
kemampuan perusahaan dalam menggunakan prinsip-prinsip efisiensi. pada pasar
persaingan monopolistik Oligopoli dan Monopoli keuntungan maksimum dapat
dicapai dengan menentukan harga pada saat Marginal revenue sama dengan Marginal
cost (MR=MC). Pada pasar monopoli tentu saja akan menghasilkan output
keseimbangan yang lebih baik dibanding dengan pasar yang bersaing secara
sempurna bila masyarakat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan alokasi
output perbedaan Ini menghasilkan tingkat efisiensi sosial atau pencapaian kepuasan
sosial yang berbeda diantara masing-masing jenis pasar. Pada pasar persaingan
sempurna akan dicapai output berupa kepuasan sosial yang lebih tinggi dibanding
dengan jenis pasar lainnya Hal ini berarti kesejahteraan masyarakat lebih besar dalam
keadaan pasar persaingan dibandingkan dengan jenis pasar lainnya.

Konsepsi keuntungan maksimum sebenarnya merupakan konsep maksimisasi


tanpa kendala artinya perusahaan tersebut ingin mencapai keuntungan maksimum
tanpa kendala tertentu bagi koperasi akan lebih tepat jika menggunakan konsep
keuntungan maksimum berkala karena koperasi merupakan organisasi yang mengakui
adanya kendala-kendala efisiensi. Bila semua keputusan rapat anggota dapat
dijabarkan secara jelas maka Kendal itu dapat dengan mudah diintrodusir baik melalui
model kuantitatif maupun kualitatif dalam pencapaian keuntungan maksimum dengan
kata lain prinsip keuntungan maksimum masih bisa dijalankan secara kooperatif.
3. Jenis dan Efisiensi Koperasi

Pada dasarnya koperasi sebagai perusahaan tidak berbeda dengan bentuk badan
usaha lain artinya boleh dikatakan koperasi boleh bekerja secara tidak efisien untuk
mencapai tujuan organisasi sebagai kumpulan orang pada koperasi tingkat efisiensi
juga harus dilihat secara berimbang dengan tingkat efektivitasnya sebab biaya
pelayanan yang tinggi bagi anggota diimbangi dengan keuntungan untuk memperoleh
pelayanan setempat yang lebih baik dalam hal ini harus melihat koperasi sebagai satu
kesatuan organisasi dan perusahaan.

Sebagai lembaga ekonomi koperasi akan mengalami proses pertumbuhan pada


awalnya adalah unit usaha kecil yang dikelola dengan modal terbatas oleh anggota-
anggotanya kemudian koperasi berkembang menjadi lebih besar dan terus makin besar
pada tahap perkembangan Ini masalah efisiensi kelembagaan tidak dapat dilepaskan
sebab Menurut sejarah pertumbuhan koperasi di dunia efisiensi kelembagaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan usaha.

Secara umum efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau
dalam rumus efisiensi sama dengan output dibagi input. Kunci utama efisiensi
koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya koperasi yang dapat menekan
biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh pelayanan yang baik dapat
dikatakan usahanya tidak efisien di samping tidak memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi sebab dampak kooperatif nya tidak dirasakan anggota.

Efisiensi koperasi juga bisa dilihat dari konsep peranan koperasi dalam pemerataan
koperasi pemerataan yang dilaksanakan lewat koperasi adalah proses pemerataan yang
mengandung unsur pertumbuhan dalam arti bahwa melalui koperasi para anggota
mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk tumbuh dan meningkatkan kemampuan
ekonominya.

Menurut Hanel (1988), efisiensi ekonomi usaha koperasi dapat diukur dengan
mempergunakan ukuran :

a. Efisiensi dalam operasional usaha yang terlihat dari validitas keuangan atau
financial feasibility dan keragaan wirakoperasi enterpreneurship performance.
b. Efisiensi yang dihubungkan dengan pengembangan
c. Efisiensi yang dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan anggota.
Thoby mutis 1992 menunjukkan 5 lingkup efisiensi koperasi diantaranya:

a. Efisiensi intern masyarakat merupakan perbandingan terbaik dari excess cost


(ekses biaya) dengan actual cost (biaya yang sebenarnya).
b. Efisiensi alokatif adalah efisiensi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber.daya
dan dana dari semua komponen koperasi.
c. Efisiensi ekstern menunjukkan Bagaimana efisiensi pada lembaga dan
perseorangan di luar koperasi yang ikut memacu secara tidak langsung efisiensi di
dalam koperasi
d. Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat optimasi
karena ada perubahan teknologi yang dipakai
e. Efisien sering dengan pemanfaatan sumber dan Dana secara tepat karena tidak
menimbulkan biaya atau beban sosial.

Rasio-rasio yang menggambarkan efisiensi usaha lebih lengkap dijelaskan oleh


Bambang Riyanto 1995 sebagai berikut:

a. Tingkat perputaran aktiva atau modal usaha untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode
tertentu.
b. Profit margin untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar
kecilnya laba usaha yang melekat pada penjualan.
c. Rentabilitas Modal sendiri untuk mengukur efisiensi penggunaan Modal sendiri
yang dimiliki perusahaan.

Pengukuran efisiensi berdasarkan kriteria di atas akan sangat cocok untuk


perusahaan kapal kopi berorientasi Laba. Pada koperasi yang berorientasi nonprofit
Sudah barang tentu tidak akan cocok. Oleh karena itu harus diubah sebagai berikut:

a. Tingkat Perputaran Modal Usaha

Tingkat perputaran modal usaha digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan


dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode
tertentu semakin tinggi tingkat perubahan modal usaha semakin tinggi efisien dalam
penggunaan modal usahanya karena setiap kali modal usaha berputar akan
menghasilkan aliran pendapatan bagi perusahaan atau koperasi.
Tingkat perputaran modal usaha dicari dengan rumus PPM sama dengan penjualan
bersih dibagi modal usaha.

a. Profit Margin

Profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales
dalam persen profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha yang melekat pada penjualan
semakin tinggi profit margin semakin efisien perusahaan tersebut dalam kegiatan
penjualan.

b. Rentabilitas Ekonomis

Rentabilitas ekonomis menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal


usaha yang dimiliki menghasilkan.

c. Rentabilitas Modal Sendiri


Rentabilitas ekonomis menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal
usaha yang dimiliki menghasilkan laba usaha sebelum pajak. Rentabilitas ekonomi
mengukur efisiensi penggunaan modal usaha yang dimiliki koperasi.
d. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan perusahaan dengan modal sendiri
yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak.

Adapun efisiensi modal kerja pada koperasi diukur dengan:


a. Tingkat Perputaran Modal Kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan dalam keadaan usaha.
Periode perputaran dimulai saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-
komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.

b. Return on Working Capital

Return on working Capital atau rasio laba usaha dengan modal kerja mengukur
efisiensi modal kerja dengan melihat besarnya kemampuan modal kerja dalam
menghasilkan laba usaha semakin besar rasio berarti semakin tinggi tingkat efisiensi
penggunaan modal kerjanya.
Oleh karena itu untuk mencapai efisiensi koperasi seharusnya dalam kegiatan
operasional perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Ditetapkan metode-metode administrasi dan manajemen perusahaan bisnis.


b. Penetapan kebijakan oleh para anggota atau wakil yang dipilih.
c. Manager diserahkan terampil dan bekerja penuh sehari dan dengan menerima gaji.
d. Pekerjaan dilakukan oleh staf yang terdidik dan terlatih.
e. Tersedianya alat pembiayaan dan dana yang cukup.
f. Transaksi dengan bukan anggota Sebagai tambahan jika diperlukan.

4. Efisien Koperasi yang Terintegrasi

Pada pasal 14 UU Nomor 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa untuk keperluan


pengembangan dan atau efisiensi usaha suatu koperasi atau lebih dapat
menggabungkan diri menjadi satu dengan koperasi lain atau bersama koperasi lain
meleburkan diri dan membentuk Koperasi Baru. dalam dalam pasal memberi Isyarat
dalam mengembangkan koperasi yaitu kebutuhan dan efisiensi. oleh karena itu
pengurus Perlu menghayati struktur organisasi selain memiliki keterampilan dalam
mengendalikan sumber daya manusia. Struktur organisasi yang tepat dan efisien
mendorong tujuan organisasi menjadi mudah dicapai.

Struktur organisasi akan semakin kompleks apabila pengembangan koperasi


diarahkan pada integrasi vertikal artinya koperasi dapat membentuk pemusatan dari
primer menjadi sekunder atau dari sekunder menjadi tersier. Tujuan utama integrasi
vertikal adalah untuk meningkatkan efisiensi dengan wilayah yang lebih luas.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari adanya integrasi vertikal sebagai berikut:

a. Economies of scale

Peningkatan skala usaha karena adanya integrasi memungkinkan penghematan


biaya pemasaran masing-masing anggota penurunan harga beli dan biaya biaya
pembelian sehingga biaya persatuan masing-masing anggota bisa menurun.

b. Manfaat external economies

Efisiensi pada sasaran ini dijabarkan dalam bentuk penyediaan informasi harga
pusat pengolahan bersama atau penyediaan sarana produksi yang lebih mudah
diperoleh jika dilakukan bersama-sama dalam rangka meningkatkan produktivitas
anggota, konsolidasi manajemen dan lain-lain.
c. Manfaat non ekonomi

Dalam hal ini salah satu contoh manfaat non ekonomi adalah peningkatan
keterampilan peningkatan tanggung jawab sosial dan lain-lain.

d. Reduksi biaya transaksi

Reduksi biaya transaksi yaitu biaya-biaya lain yang timbul di luar biaya produksi
yang berhubungan dengan munculnya transaksi antar unit seperti biaya informasi
biaya monitoring biaya kontrak dan lain-lain.

e. Mengurangi resiko ketidakpastian

Ketidakpastian muncul karena ada hubungan kepemilikan antara pemilik input dan
pengguna input tersebut akibatnya pemilik input masih belum pasti dalam
menyuplai inputnya sebab penawaran input akan sangat tergantung pada
permintaan input tersebut ketidakpastian ini akan terkurangi jika Para pemilik
input juga memiliki perusahaan pengguna input tersebut baru integrasi vertikal.
DAFTAR PUSTAKA

Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

Subandi. (2010). Ekonomi Koperasi : Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai