Anda di halaman 1dari 26

Makalah

BIAYA DAN PENERIMAAN


(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Teori Ekonomi
Mikro Islam)

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Nur Shaffitri Hudodo

Nur Ainun Nurdin

Sri Rahayu R. Panana

Romiyanto Adam

Dosen Pengajar:

Dr. Syawaluddin, M. Si

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Biaya dan
Penerimaan. Tak lupa pula kita haturkan shalawat dan salam kepada junjungan besar kita,
Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Susunan makalah ini pada umumnya membahas mengenai Biaya Produksi dan
Penerimaan. Selain Biaya Produksi, juga membahas mengenai Keuntungan Maksimum, skala
ekonomi dan tidak ekonomi, serta biaya dan penerimaan dalam perspektif Islam.

Makalah dengan judul Biaya dan Penerimaan yang telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak serta sumber yang telah memudahkan kami
dalam menyusun Makalah ini. Sehingganya ucapan yang sebesar-besarnya pula disampaikan
kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam memproduksi suatu barang, ada dua hal yang menjadi fokus utama dari

seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu

biaya/ongkos (cost) dan penerimaan (Revenue).

Secara sederhana, Biaya/ongkos adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur

dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

untuk tujuan tertentu. Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu

proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik

yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.

Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan
kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil
produksinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan biaya produksi dan penerimaan?
2. Apakah yang dimaksud keuntungan maksimum serta skala ekonomi dan skala tidak ekonomi
dalam kegiatan produksi?
3. Bagaimanakah biaya dan penerimaan dalam perspektif Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan biaya produksi dan penerimaan
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keuntungan maksimum serta skala ekonomi dan skala
tidak ekonomi
3. Mengetahui bagaimana biaya dan penerimaan dalam perspektif Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biaya Produksi & Penerimaan
1. Biaya Produksi
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi
yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis : biaya eksplisit/biaya
langsung dan biaya tersembunyi/biada tidak langsung (imputed cost).
Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran
dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan.
Sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi
yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Biaya langsung ( Direct cost ) Merupakan biaya-
biaya yang dapat diidentifikasi secara langsung pada proses ataupun output tertentu. Contoh :
Biaya bahan baku langsung, tenaga kerja, dan biaya overheadyang ditelusuri oleh
departement tertentu.
Pengeluaran yang tergolong sebagai biaya tersembunyi antara lain adalah pembayaran
untuk keahlian keusahawanan produsen tersebut, modalnya sendiri yang digunakandalam
perusahaan, dan bangunan perusahaan yang dimilikinya. Cara menaksir pengeluaran seperti
itu adalah dengan melihat pendapatan yang paling tinggi diperoleh apabila produsen itu
bekerja di perusahaan lain, modalnya dipinjamkan atau diinvestasikan dalam kegiatan lain,
dan bangunan yang dimilikinya disewakan kepada orang lain. Biaya tidak langsung ( Indirect
cost ) Merupakan biaya-biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung pada suatu
proses ataupun output tertentu, Contoh : Biaya lampu penerangan dan pendingin ruangan
pada suatu fasilitas.
Informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya merupakan hal yang diperlukan
dalam pengambilan sebagian besar keputusan oleh manajemen. Oleh sebab itu, perlu
diketahui penggolongan biaya atas dasar perilakunya. Yang dimaksud dengan perilaku biaya
adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan atau
aktivitas perusahaan (misalnya volume produksi atau volume penjualan) yang dalam hal ini
adalah produksi dalam jangka pendek dan produksi dalam jangka panjang.
a. Biaya Produksi dalam Jangka Pendek
Dalam suatu kegiatan produksi, dimisalkan tenaga kerja adalah faktor produksi yang
berubah-ubah jumlahnya, sedangkan faktor produksi lain jumlahnya tetap. Apabila
jumlah sesuatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya
produksi yang diperlukan juga berubah-ubah nilainya. Dan apabila jumlah sesuatu faktor
produksi yang digunakan tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan untuk
memperolehnya adalah tetap nilainya. Dengan demikian, keseluruhan jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan kepada dua jenis pembiayaan yaitu
biaya yang selalu berubah dan biaya tetap.
Analisis mengenai biaya produksi akan memperhatikan juga tentang biaya produksi
rata-rata yang meliputi biaya produksi total rata-rata, biaya produksi tetap rata-rata, dan
biaya produksi berubah rata-rata, dan biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya
produksi yang harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi.
1) Biaya total dan jenis-jenisnya
Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Konsep
Biaya Total dibedakan kepada 3 pengertian: Biaya Total (Total Costs), Biaya Tetap Total
(Total Fixed Costs), dan Biaya Berubah Total (Total Variable Costs). Berikut
diterangkan arti dari ketiga konsep tersebut.
a) Biaya Total (TC)
Biaya total yaitu keseluruhan jumlah produksi yang dikeluarkan. Biaya produksi
total atau biaya total (TC) didapat dari menjumlahkan biaya tetap total (Total Fixed
Costs/TFC) dan biaya berubah total (Total Variable Costs/TVC). Dengan demikian
biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
TC = TFC + TVC
b) Biaya Tetap Total (TFC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input)
yang tidak dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya tetap total. Membeli mesin,
mendirikan bangunan pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak
mengalami perubahan dalam jangka pendek. Penuruanan rumus tersebut, adalah:
TFC = TC – TVC
c) Biaya Berubah Total (TVC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya dinamakan biaya berubah total. Dimisalkan bahwa faktor produksi
yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja. Demikian pula dengan bahan-bahan
mentah, karena bahan mentah merupakan variabel yang berubah jumlah dan nilainya
dalam proses produksi. Semakin tinggi produksi, tasemakin banyak bahan mentah yang
diperlukan. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara linier sesuai dengan
volume output operasi perusahaan. Sebagai contoh adalah biaya pulsa telepon bulanan,
biaya pengeluaran untuk upah dan bahan baku, dapat dihitung dari penurunan rumus
menghitung biaya total, yaitu:
TVC = TC - TFC
2) Biaya Rata-Rata dan Marjinal
Dalam analisis mengenai biaya, konsep-konsep yang lebih diutamakan adalah biaya
rata-rata dan marjinal. Biaya rata-rata dibedakan kepada tiga pengertian: Biaya Tetap
Rata-rata (Average Fixed Costs), Biaya Berubah Rata-rata (Average Variable Costs) dan
Biaya Total Rata-rata (Average Total Costs). Konsep biaya lain yang perlu dipahami
adalah : Biaya Marjinal atau Marginal Costs.
a) Biaya Tetap Rata-rata (AFC)
Apabila biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu
dibagi dengan jumlah produksi (Q) tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya tetap
rata-rata. Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap atau AFC adalah:
TFC
AFC =
Q
b) Biaya Berubah Rata-rata (AVC)
Apabila biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang dibagi
dengan jumlah (Q) tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata. Biaya
berubah rata-rata dihitung dengan rumus:
TVC
AVC =
Q
c) Biaya Total Rata-rata (AC)
Apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi
dengan jumlah produksi (Q), nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata. Atau bila
Biaya tetap rata-rata (AFC) ditambahkan dengan Biaya berubah rata-rata (AVC), akan
menghasilkan biaya total rata-rata. Nilainya dihitung menggunakan rumus dibawah ini:
TC
AC =
Q
Atau,
AC = AFC + AVC
d) Biaya Marginal (MC)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak
satu unit dinamakan biaya marginal. Dengan demikian, berdasarkan kepada definisi ini,
biaya marjinal dapat dicari dengan menggunakan rumus:
MCn = TCn + TC𝑛−1
Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n, TCn adalah biaya total pada
waktu jumlah produksi adalah n, dan TCn−1 adalah biaya total pada waktu jumlah
produksi adalah n-1. Akan tetapi, pada umumnya pertambahan satu unit faktor produksi
akan menambah beberapa unit produksi. Artinya persamaan tersebut kurang praktis
untuk digunakan menghitung biaya marginal. Persamaan tadi hanya berlaku apabila
perubahan berbagai biaya dan produksi tetap mengalami pertambahan sebanyak satu
unit.
Apabila rumus seperti yang telah diterangkan sebelumnya tidak dapat digunakan,
rumus yang akan digunakan untuk menghitung biaya marjinal adalah:
∆TC
MCn =
∆Q
Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n, ΔTC adalah pertambahan
jumlah biaya total, dan ΔQ adalah pertambahan jumlah produksi.
3) Kurva Biaya Jangka Pendek
Grafik yang menggambarkan kurva-kurva biaya jangka pendek dapat dibedakan
pada dua bagian, yakni yang menggambarkan kurva biaya total dan kurva biaya rata-rata
& biaya marjinal.
a) Kurva Biaya-Biaya Total
Kurva TFC bentuknya adalah horisontal karena nilainya tidak berubah walau
berapa pun banyaknya barang yang diproduksikan. Sedangkan kurva TVC bermula dari
titik 0 dan semakin lama semakin bertambah tinggi. Ini menggambarkan bahwa (1)
pada ketika tidak ada produksi TVC = 0, dan (2) semakin besar produksi semakin
besar nilai biaya berubah total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada akhirnya semakin
tegak menggambarkan bahwa produksi dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang
semakin berkurang.
Hukum tersebut menimbulkan efek berikut ke atas kurva TVC: (1) pada
permulaannya, apabila jumlah faktor berubah adalah sedikit, produksi marjinal
meningkat dan menyebabkan TVC berbentuk agak landai tetapi, (2) apabila produksi
sudah semakin banyak, produksi marjinal semakin berkurang dan menyebabkan kurva
makin tegak.
Kurva TC adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC. Oleh sebab itu,
kurva TC bermula dari pangkal TFC, dan kalau ditarik garis tegak di antara TVC dan
TC panjang garis itu adalah sama dengan jarak antara garis FC dengan sumbu datar.
b) Kurva Biaya Rata-rata

Kurva biaya tetap rata-rata berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Bentuk yang demikian disebabkan karna ia menggambarkan bahwa semakin besar
jumlah produksi, semakin kecil biaya tetap rata-rata.
 Hubungan kurva MC dengan AVC dan AC
Dalam menggambarkan kurva-kurva biaya rata-rata perlulah disadari dan diingat
bahwa kurva AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah dari masing-
masing kurva tersebut. Hal itu harus dibuat agar tidak menyalahi hukum matematik.
Pada hakikatnya :
 Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MV
dibawah kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun).
 Apabila MC > AVC maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau
kurva MC di atas AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam pernyataan tersebut, maka kurva
AVC, dipotong oleh kurva MC di titik terenah dari kurva AVC. Dengan cara yang
sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah
kurva AC.
 Menggambarkan kurva MC

Kurva MC menimbulkan sedikit masalah dalam menggambarkan, karena ia


menunjukkan pertambahan biaya kalau produksi naik satu unit. Dengan demikian
ada dua tingkat produksi yang berkaitan dengan efek tersebut, tingkat produksi
sebelum dan sesudah kenaikan produksi. Disebabkan oleh hal ini, titik-titik yang
menggambarkan biaya merjian harus digambarkan diantara kedua-dua tingkat
produksi tersebut. Ini berarti, sebagai conoh, titik yang menggambarkan biaya
marjinal naik dari 0 unit menjadi 1 unit harus dibuat ditengah-tengah unit produksi 0
dan 1 titik. Contoh lain, untuk menggambarkan biaya marjinal pada waktu produksi
naik dari 6 unit menjadi 12 unit, harus dibuat diatas tingkat produksi sebanyak 9 unit
(karena unit produksi ke-9 adalah ditengah-tengah 6 unit dan 12 unit). Keadaan ini
menggambarkan titik A. Menggambarkan contoh lain, perhatikan cara menentukan
titik pada MC pada ketika jumlah produksi bertambah dari 33 unit menjadi 38 unit.
Untuk kenaikan produksi ini MC = Rp 10000. Keadaan ini digambarkan oleh titik B.
b. Biaya Produksi dalam Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input
yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan
antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap,
semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa
perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat
menambah jumalah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan
(terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan.
Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang
dapat dilukiskan.
1) Cara Meminimumkan Biaya dalam Jangka Panjang
Karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya,
ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plant size) yang akan meminimumkan
biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva bioaya
total rata-rata (AC). Dengan demikian analisis mengenai bagaimana produsen
menganalisis kegiatan produksinya dalam usahanya meminimumkan biaya dapat
dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.

Contoh yang menggambarkan bagaimana analisis tersebut dibuat ditunjukkan dalam


gambar. Dimisalkan terdapat 3 kapasitas pabrik yang dapat digunakan oleh pengusaha.
Kapasitas 1 ditunjukkan oleh AC1, kapasitas 2 ditunjukkan oleh AC2, dan kapasitas 3
ditunjukkan oleh AC3. Dalam contoh ini pada hakikatnya pengusaha mempunyai 3
pilihan dalam menggunakan alat-alat produksi : kapasitas 1, kapasitas 2, kapasitas 3.
Berturut-turut biaya produksi akan dikeluarkan untuk menggunakan masing-masing
kapsitas tersebut adalah seperti ditunjkkuan oleh AC1, AC2, AC3. Yang manakah
kapasitas yang akan dipilih produsen ? Faktor apakah yang menetukan pilihan tersebut.

Faktor yang akan menetukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat
produksi yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebutingin mencapai produksi
sebanyak 100 unit, adalah lebih baik untuk menggunakan kapasitas 1 (lihat titik A).
Kalau yang digunakan adalah kapasitas 2 (seperti dalam gambar, biaya produksinya
adalah lebih tinggi ( lihat titik B). Kapasitas 1 adalah kapasitas yang paling efisien, dan
akan meminimumkan biaya produksi, untuk produksi di bawah 130 unit. Untuk produksi
di antara 130 dan 240 unit, kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena biaya produksi
adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat
misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam gambar. AC1
berada di atasAC2, yang berarti dengan menggunakan kapasitas satu biaya akan lebih
tinggi daripada menggunakan kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya
275 unit, kapasitas 3 adalah yang harus digunakan produsen. Penggunaan ini akan
meminimumkan biaya. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimumman biaya
jangka panjang tergantung kepada 2 faktor berikut:
a) Tingkat produksi yang ingin dicapai
b) Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia
2) Kurva Biaya Total Rata-Rata Jangka Panjang
Kura biaya total rata-rata jangka panjang atau kurva LRAC (Long Run Average
Cost). Kurva LRAC dapat didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-rata
yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu
mengubah kapasitas memproduksinya.
Kurva LRAC bukanlah dibentuk berdasarkan kepada beberapa kurva AC saja, tetapi
berdasarkan kepada kurva AC yang tidak terhingga banyaknya. Oleh karena kurva AC
banyak jumlahnya maka kurva LRAC adalah suatu kurva yang berupa garis lengkung
yang berbentuk U. Kurva LRAC tersebut merupakan kurva yang menyinggung beberapa
kurva AC jangka pendek. Titik-titik persinggung tersebut merupakan biaya produksi
yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai
pengusaha di dalam jangka panjang.
Di dalam jangka panjang titik terendah dari suatu AC tidak menggambarkan biaya
yang paling minimum untuk memproduksikan satu tingkat produksi. Terdapat kapasitas
produsi lain (AC lain) yang dapat meminimumkan biaya. Sebagai buktinya perhatikanlah
AC1 dan AC2. A1 adalah titik terendah pada AC1. Dengan demikian dalam jangka
pendek produksi sebesar QA dapat diproduksikan dengan biaya yang lebih rendah dari
titik manapun pada AC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya itu belum merupakan biaya
yang paling minimum, karena apabila kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2),
produksi sebesar QA akan mengeluarkan biaya sebanyak seperti ditunjukkan oleh titik A
pada AC2. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak
menghubungkan setiap titik terendah dari AC, menggambarkan biaya minimum
perusahaan dalam jangka panjang.

2. Penerimaan (Revenue)
Proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah
barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan
hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan
adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan.
Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue. Atau disederhanakan, revenue adalah
penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya.
Ada beberapa konsep revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen yakni:
a. Total Revenue (TR)
Yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total Revenue adalah
output/jumlah produksi kali harga jual output. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = Q x PQ
b. Average Revenue (AR)
Yaitu total penerimaan produsen dibagi dengan unit output yang ia jual. Dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TR Q.PQ
AR = = = PQ
Q Q
Jadi, AR / rata-rata penerimaan tidak lain adalah harga (jual) output per unit (= PQ ).
c. Marginal Revenue (MR)
Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.
Dapat dirumuskan sebagai berikut:
∆TR
MR =
∆Q
B. Keuntungan Maksimum & Skala Ekonomi dan Skala Tidak Ekonomi
1. Keuntungan Maksimum
Produsen dianggap akan selalu memilih tingkat output (Q) dimana ia bisa memperoleh
keuntungan total yang maksimum. Bila ia telah mencapai posisi ini dikatakan ia telah berada
pada posisi equilibrium. Disebut posisi equilibrium karena pada posisi ini tidak ada
kecenderungan untuk mengubah ouptu (dan harga output)nya, maka keuntungan totalnya
justru menurun.
Didalam menganalisis usaha sesuatu perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan
ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :
 Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan
 Hasil penjualan dari barang yang dihasilkan perusahaan itu.
Untuk mengetahui keuntungan maksimum terdapat beberapa pendekatan, yakni :
a. Pendekatan Total
Laba Total (p) adalah perbedaan antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC).
Laba terbesar terjadi pada selisih positif terbesar antara TR dengan TC. Pada selisih
negative antar TR dengan TC perusahaan mengalami kerugian, sedang jika TR = TC
perusahaan berada pada titik impas.
Dalam menentukan keuntungan maksimum ada 2 cara sebagai berikut:
1) Keuntungan maksimum dicari dengan jalan mencari selisih antara keuntungan
maksimum dengan ongkos minimum.
2) Keuntungan maksimum terjadi pada saat MR = MC.
Hasil Penjualan Total, seluruh jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari
menjual barang yang diproduksikan dinamakan penjualan total (TR). Telah diterangkan
bahwa dalam persaingan sempurna harga tidak akan berubah walau bagaimanapun
banyaknya jumlah barang yang dijual perusahaan. Ini menyebabkan kurva penjualan
total (TR) adalah berbentuk garis lurus yang bermula dari titik 0.
Mencari Keuntungan Dengan Pendekatan Total
Kurva TC berada di atas kurva TR menggambarkan bahwa perusahaan mengalami
kerugian. Produksi mencapai diantara 20 sampai 60 unit kurva TC berada di bawah
kurva TR, perusahaan memperoleh keuntungan. Menentukan Keuntungan Maksimum
dengan Kurva Biaya dan Penjualan Total.Garis tegak di antara TC dan TR, garis tegak
yang terpanjang produksi adalah 60 unit,menggambarkan keuntungan yang paling
maksimum. Pada saat produksi melewati 70 unit kurva TC telah berada di atas kurva TR
kembali, perusahaan mengalami kerugian kembali. Perpotongan di antara kurva TC dan
kurva TR dinamakan titik impas (break-even point) yang menggambarkan biaya total
yang dikeluarkan perusahaan adalah sama dengan hasil penjualan total yang
diterimanya. Perpotongan tersebut berlaku di dua titik,yaitu titik dimana jumlah produksi
sebanyak 20 dan titik dimana jumlah produksi sebanyak 70.
b. Pendekatan Marginal
Perusahaan memaksimumkan keuntungan pada saat penerimaan marginal (MR) sama
dengan biaya marginal (MC).Biaya Marginal (MC) adalah perubahan biaya total perunit
perubahan output. Secara matematis dirumuskan:
Penerimaan Marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total per unit output atau
penjualan.Hasil Penjualan Marjinal,satu konsep (istilah) mengenai hasil penjualan yang
sangat penting untuk diketahui dalam analisis penentuan harga dan produksi oleh suatu
perusahaan adalah pengertian hasil penjualan marjinal (MR yang merupakan singkatan
dari perkataan Marjinal’Revenue), yaitu tambahan hasil penjualanjangdiperoleh
perusahaan dari menjual satu unit lagi barangyang diproduksikannya.Dalam pasar
persaingan sempurna berlaku keadaan berikut harga hasil penjualan rata-rata hasil
penjualan marjinal.Kurva d = AR = MRn menggambarkan kesamaan tersebut pada harga
Rp 3000, dan kurva d = AR = MR menggambarkan kesamaan tersebut pada harga Rp
6000.
Mengenai penjelasan kurva, dapat dilihat berdasarkan tabel. Kurva Marginal disusun
berdasarkan data Marginal Cost (MC), Marginal Revenue (MR), Average Cost (AC), dan
Average Revenue (AR).
Mencari Keuntungan Maksimum Dengan Pendekatan Marginal
Pendekatan Biaya Marjinal dan Hasil Penjualan Marjinal. Dalam jangka pendek
terdapat empat kemungkinan dalam corak keuntungan atau kerugian perusahaan (atau
keadaan keseimbangan perusahaan), yaitu:
- Mendapat untung luar biasa (untung melebihi normal)
- Mendapat untung normal
- Mengalami kerugaian tetapi masih dapat membayar biaya berubah
- Dalam keadaan menutup atau membubarkan perusahaan.
c. Pendekatan Rata-Rata
Hasil penjualan rata-rata, untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna
hasil penjualan rata-rata (AR) adalah harga barang yang diproduksi perusahaan adalah
Rp. 3000 maka d0 = AR0 = MRQ adalah kurva permintaan yang dihadapi perusahaan.
Dengan demikian kurva ini adalah kurva penjualan hasil rata-rata pada harga barang
sebesar Rp. 3000 (dan dinyatakan sebagai AR). Kalau harga barang yang dijual
perusahaan adalah Rp. 6000, kurva d = AR = MR adalah kurva permintaan dan juga
kurva hasil penjualan rata-rata pada harga Rp. 6000.
Dalam mencari keuntungan maksimum dengan pendekatan rata-rata, yaitu
menggabungkan antara pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna.
Posisi equilibrium produsen atau posisi keuntungan maksimum bisa ditentukan
sebagai berikut:

Dalam memahami keuntungan maksimum melali pendekatan rata-rata dapat dilihat


dari tabel. Data yang ada pada tabel (Q,P,TR,TC,AC,MC,MR) kemudian dimasukkan ke
dalam kurva.
Dimana sumbu horisontal Q (jumlah produksi), dan sumbu vertikal menunjukkan
jumlah harga (P) terdiri atas TC, TR, AR, MC, MR, AC).
Dengan adanya garis kurva yang sesuai dengan tabel, maka dalam menentukan
keuntungan maksimum dilihat pada kolom laba maksimum (pada tabel). Berapakah nilai
laba maksimum serta nilai TR, TC, AC, MC, dan MRnya.
Laba maksimum sebesar 230, dengan jumlah produksi (Q) = 4, harga (P) = 120, TR =
480, TC = 150, AC = 67,5, MR = 60-20, MC = 30-50.
Untuk sementara, besar laba maksimum diabaikan. Sedangkan besar Q, P, TR, TC,
AC, MR, & MC yang menunjukkan keuntungan maksimum dihubungkan dengan garis
putus-putus ke arah vertikal. Barulah melihat laba maksimum yang ditunjukkan oleh
jarak/selisih terbesar antara TR-TC dan ketika kurva MR memotong kurva MC dan garis
kurva TR berada diatas garis kurva TC.
Kemudian besar keuntungan ditarik keluar dan digambarkan sebagai kurva laba, yang
dimulai ketika jumlah produksi 1 dan berakhir ketika jumlah produksi 6. Dan jumlah
produksi 4 laba sebesar 230 (keuntungan maksimum).
Dapat dipahami:
• Keuntungan maksimum merupakan dimana jarak vertikal antara kurva TC & kurva
TR adalah paling lebar/besar
• Kurva TR berada diatas kurva TC menandakan terjadi keuntungan
• Keuntungan maksimum terjadi pada jumlah produksi (Q) dimana MR = MC atau
kurva MR berpotongan dengan MC.
• Total Revenue (TR) maksimum dan Average Total Cost (AC) minimum, tidak berarti
mendapat keuntungan maksimum.

2. Skala Ekonomi dan Skala Tidak Ekonomi


Kurva LRAC dan AC hampir bersamaan bentuknya, yaitu sama-sama berbentuk U.
Bedanya hanya bentuk AC jauh lebih mirip U, sedangkan LRAC lebih berbentuk kuali. Telah
diterangkan sebabnya AC berentuk U, yaitu sebagai pengaruh hukum hasil lebih yang
semakin berkurang. Kurva LRAC mempunyai bentuk seperti yang U atau lebih tepatnya
kuali bukanlah disebabkan oleh hukum tersebut tetapi disebabkan oleh faktor lain. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor yang dinamakan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai skala ekonomi
(economies of scale) dan skala tidak ekonomi (diseconomies of scale).
a. Skala Ekonomi
Skala kegiatan produksi jangka panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomo
(economies of scale) apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-
rata menjadi semakin rendah. Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan
menambah kapasitas produksi, dan pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan
memproduksi bertambah efisien. Ini dicerminkan oleh biaya produksi yang bertambah
rendah. Pada kurva LRAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva LRAC yang
semakin menurun apabila produksi bertambah. Dibawah ini diuraikan beberapa faktor
penting yang menimbulkan skala ekonomi. Berikut diuraikan beberapa faktor penting
yang menimbulkan skala ekonomi.
1) Spealisasi Faktor-Faktor Produksi
Biasanya, dalam perusahaan besar dilakukan spesialisasi. Setiap pekerja diharuskan
melakukan suatu pekerjaan tertentu saja, dan ini menambah keterampilan mereka.
Produktivitas mereka bertambah tinggi dan akan menurunkan biaya per unit.
2) Pengurangan Harga Bahan Mentah dan Kebutuhan Produksi Lain
Setiap perusahaan membeli bahan mentah, mesin-mesin, dan berbagai jenis
peralatan untuk melakukan kegiatan memproduksi. Harga bahan-bahan tersebut akan
menjadi betambah murah apabila pembelian bertambah banyak. Makin tinggi produksi,
makin banyak bahan-bahan mentah dan peralatan produksi yang digunakan. Keadaan ini
menyebabkan biaya per unit semakin murah.
3) Memungkinkan Produk Sampingan (by-Products) Diproduksi
Di dalam perusahaan-peusahaan adakalanya terdapat bahan-bahan terbuang (waste),
yaitu barang-barang yang tidak terpakai yang merupakan residu yang diciptakan oleh
proses produksi. Dalam perusahaan yang memiliki kegiatan produksi besar, dan memiliki
barang residu yang cukup banyak, barang residu ini yang cukup banyak, barang residu
ini dapat diproses menjadi barang yang diproduksi secara sampingan. Kegiatan yang
baru ini akan menurunkan biaya per unit dari keseluruhan operasi perusahaan.
4) Mendorong Perkembangan Usaha Lain
Kalau sesuatu perusahaan telah menjadi sangat besar, timbul permintaan yang cukup
ekonomis untuk mengembangkan kegiatan di bidang usaha lain untuk menghasilkan
barang-barang atau fasilitas yang dibutuhkan perusahaan besar tersenut. Sebagai contoh,
pembesaran perusahaan lain akan mendorong pemerintah menyediakan jaringan
pengangkutan yang baik, dan fasilitas penyediaan air dan listrik yang murah. Di samping
itu perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa-jasa kepada perusahaan yang besar
tersebut akan berkembang. Berbagai perkembangan ini akan mengurangi biaya per unit.
b. Skala Tidak Ekonomi
Kegiatan memproduksi suatu perusahaan dikatakan mencapai skala tidak ekonomi
(diseconomies of scale) apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi
rata-rata menjadi semakin tinggi. Keadaan ini diwujudkan oleh kegiatan memproduksi
yang menurun efisiensinya. Pada kurva LRAC, keadaan ini ditunjukkan oleh bagian
kurva yang bertambah tinggi.
Wujudnya skala tidak ekonomi terutama disebabkan oleh organisasi perusahaan yang
sudah menjadi sangat besar sekali sehingga menimbulkan kerumitan di dalam mengatur
dan memimpinnya. Perusahaan yang terus menerus membesar biasanya berarti jumlah
tenaga kerja yang digunakan meliputi beribu-ribu orang, dan mempunyai pabrik dan
cabang di berbagai tempat. Sebagai akibatnya kegiatan dan organisasi perusahaan itu
sudah menjadi sangat kompleks. Tidak mungkin lagi ia dipimpin oleh seorang manager
saja. Ini dapat mengakibatkan pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan yang
sangat kaku dan memakan waktu yang lama untuk merumuskannya. Keadaan ini
mengurangi efisiensi kegiatan perusahaan, dan menyebabkan biaya produksi rata-rata
menjadi semakin tinggi.
c. Beberapa Bentuk Kurva LRAC

Sifat skala ekonomi dan skala tidak ekonomi dari kegiatan berbagai perusahaan
merupakan faktor yang sanagat penting di dalam menentukan jumlah perusahaan di
dalam sesuatu industri. Keadaan ini juga akan mempengaruhi bentuk kurva biaya total
rata-rata jangka panjang yang dihadapi setiap perusahaan. Secara kasar dapat dibedakan
tiga bentuk dari LRAC, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Dalam grafik (i) kurva LRAC sangat cepat penurunannya, tetapi ia sangat cepat pula
mengalami kenaikan. Ini berarti kenaikan produksi yang sedikit saja telah menimbulkan
skala ekonomi yang sangat menguntungkan (yaitu biaya produksi rata-rata sangat cepat
pengurangannya), tetapi pada tingkat produksi yang relatif rendah, skala tidak ekonomi
sudah mulai wujud. Industri yang LRACnya berbentuk demikian pada umumnya terdiri
dari banyak perusahaan, dan masing-masing perusahaan tersebut berukuran kecil.
Dalam grafik (ii) juga pada permulaannya skala ekonomi sangat menguntungkan
tetapi ia juga tidak berlangsung lama. Akan tetapi ia diikuti oleh kuva LRAC yang datar
yang berarti pada tahap permulaan skala tidak ekonomi belum lagi menguasai kegiatan
perusahaan. Baru pada tingkat produksi yang tinggi skala tidak ekonomi mulai berlaku.
Industri yang mempunyai kurva LRAC yang berbentuk demikian terdiri dari beberapa
perusahaan besar dan beberapa perusahaan yang kecil. Jadi besarnya perusahaan-
perusahaan dalam industri tersebut tidak seragam dan jumlah perusahaan masih relatif
besar.
Apabila kurva LRAC adalah seperti yang ditunjukkan oleh grafik (iii), industri
biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan yang sangat besar ukurannyadan jumalah
perusahaan dalam industri tersebut relatif sedikit. Hanya beberapa perusahaan terdapat
dalam sesuatu industri. Industri adalah bersifat sedemikian karena skala ekonomi tetap
wujud sehingga ke jumlah produksi yang sangat banyak dan dapat menguasai pasaran.
C. Biaya dan Penerimaan dalam Perspektif Islam

Perspektif mengenai biaya produksi sebenarnya dapat dijabarkan menjadi 3, yakni


dengan sistem bunga, bagi pendapatan (revenue sharing), dan bagi untung dan rugi (profit
and loss sharing).

1. Bunga
Diasumsikan suatu perusahaan meminjam modal usaha kepada bank konvensional X
dengan bunga “Y%”, bagaimana yang terjadi dengan biaya produksi yang harus ditanggung
perusahaan tersebut?
Pada sistem bunga, adanya biaya yang harus dibayar produsen secara tetap tiap bulannya
akan mendorong peningkatan biaya tetap produsen sebagaimana digambarkan dengan
kenaikan kurva TFC yang kemudian akan berimbas pada kenaikan biaya total perusahaan
yakni pergeseran dari kurva TC menjadi TCi. Naiknya biaya total akan mendorong titik
impas (break event point) bergeser dari titik Q menjadi Qi. Jadi, dalam sistem bunga yang
berubah adalah kurva TC, ia akan bergeser parallel ke kiri atas.

Rp TR
..
TCi

TC
TFCi

TFC

Q Qi Q
2. Revenue Sharing
Dengan skema revenue sharing, yang dijadikan dasar perhitungan adalah
penjualan/pendapatan usaha. Dengan demikian, risiko yang dihadapi pihak-pihak yang
berkontrak rendah. Pemilik dana harus menghadapi ketidakpastian atas tinggi rendahnya
penjualan/pendapatan usaha dan tidak menghadapi ketidakpastian atas usaha dan tidak
menghadapi ketidakpastian atas biaya usaha.
Pada sistem bunga, beban bunga yang harus dibayar oleh produsen sama sekali tidak
akan mempengaruhi penerimaan. Oleh karena itu, kurva total penerimaan (TR) dalam sistem
bunga adalah TR = TRi (TR sesudah). Sedangkan dalam kurva bagi penerimaan yang
terpengaruh adalah kurva TR. Kurva tersebut akan berputar searah jarum jam dengan titik 0
sebagai sumbu putarannya. Semakin besar nisbah bagi hasil yang diberikan pada pemodal,
kurva TR akan semakin mendekati sumbu X (horizontal). Titik BEP terjadi ketika kurva TR
berpotongan dengan kurva TC. Dengan bergesernya kurva total penerimaan dari TR menuju
TRrs, titik BEP yang semula berada pada jumlah output Q, sekarang berada pada jumlah
output Qrs. Pada intinya, baik sistem bunga dan bagi penerimaan akan menggeser jumlah
output Q menjadi lebih besar.

Rp
TR
TRrs

TC

TFC

Q
0 Q Qrs

3. Profit and loss sharing


Dalam hal ini yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan kredit/pembiayaan. Keuntungan merupakan
selisih antara penjualan/pendapatan usaha dan biaya-biaya usaha. Ketidakpastian pada
penggunaan skema profit-loss sharing dapat dibedakan menjadi 3 hal berikut.
a. Penjualan/pendapatan usaha : berupa naik-turunnya penjualan/pendapatan usaha, baik
dalam hal volume atau harganya.
b. Harga pokok penjualan/biaya produksi: berupa naik-turunnya biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead, baik yang terjadi karena naik-turunnya harga maupun
tingkat efisiensi dan produktivitasnya.
c. Biaya penjualan, biaya umum, dan administrasi: Ketidakpastian berupa naik-turunnya
biaya penjualan, biaya umum dan administrasi juga dapat disebabkan oleh faktor harga
atau tingkat efisiensinya.

Rp

TR
TRps
TC

TFC

0 Qps Q

Berputarnya TR kearah jarm jam dengan titik 0 sebagai sumbu putarannya merupakan
gambaran akad bagi penerimaan. Jika yang disepakati adalah mudharabah yang biaya
ditanggung oleh pemodal, maka akadnya adalah bagi keuntungan (profit sharing), sehingga
kurva total penerimaan berputar searah jarum jam dengan titik BEP sebagai sumbu
putarannya. Tingkat produksi sebelum titik BEP tercapai (Q < Qps) adalah keadaan saat
total biaya lebih besar daripada total penerimaan (TC > TR). Dalam keadaan ini, belum ada
keuntungan yang dapat dibagi hasilkan. Sesuai kesepakatan bahwa biaya ditanggung oleh
pemodal, kerugian itu menjadi beban pemodal. Oleh karena itu, kurva TR berputar kearah
jarum jam dengan titik BEP sebagai sumbu putarnya. Perbedaan antara sistem bagi
penerimaan dengan sistem bagi keuntungan dan kerugian dalam akad mudharabah terletak
pada berapa jauh kurva TR berputar. Dalam sistem bagi penerimaan, kurva TR akan
berputar sampai mendekati garis berhorizontal sumbu X, sedangkan dalam sistem bagi
keuntungan dan kerugian, kurva TR hanya akan berputar pada area antara kurva TR dan
kurva TC, yaitu area yang menggambarkan besarnya keuntungan. Dalam sistem bagi
keuntungan, TR tidak dapat berputar melewati TC karena pada area itu tidak ada lagi
keuntungan yang akan dibagikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Pengertian penerimaan
adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan.
Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue. Atau disederhanakan, revenue adalah
penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya.
Dalam pandangan Islam, baik biaya maupun penerimaan mempunyai kesamaan dalam
penentuan nilai-nilainya. Hanya saja, Islam lebih menekankan mengenai biaya dan
penerimaan (revenue) yang bebas dari riba dan segala yang mengandung unsur keharaman.
B. Saran
Setelah menyelesaikan makalah Teori Ekonomi Mikro Islam dengan judul Biaya dan
Penerimaan, maka diharapkan kepada teman-teman dan juga kelompok penyaji agar lebih
memahami mengenai biaya produksi, penerimaan (revenue), serta kurva-kurva yang
menjelaskan tentang biaya produksi dan penerimaan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 2015. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Suprayitno, Eko. 2008. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN-Malang Press
Boediono. 2000. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Rianto Al Arif, Nur. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai