Anda di halaman 1dari 4

Pencatutan Kapital (Capital Rationing)

a. Pengertian Pencatutan Kapital (Capital ratoning)


Suatu perusahaan harus melakukan efisiensi dalam penggunaan uang karena
terbatasnya dana atau modal dalam perusahaan. Dalam manajemen keuangan yang
konservatif, maka investasi aktiva tetap lebih aman menggunakan modal sendiri. Namun,
modal sendiri ini sifatnya terbatas, sehingga diperlukan prioritas dalam penggunaanya.
Karena terbatasnya dana maka usulan investasi yang dilaksanakan perusahaan perlu
dinilai secara rasional dengan melihat presentase value tiap-tiap usulan investasi tersebut.
Pemilihan usulan investasi dngan melihat terbatasnya modal yang tersedia dinamakan
“Pencatutan Capital (Capital Rationing). Oleh karena itu capital rationing terjadi ketika
perusahaan menghadapi pilihan beberapa usulan investasi yang menghasilkan return yang
berbeda-beda, sedangkan perusahaan memiliki keterbatasan dana yang akan digunakan
untuk investasi tersebut.1
Disamping memilih investasi yang menghasilkan profit tertinggi, pemilihan
usulan investasi juga perlu diperhatikan sifat hubungan antar usulan-usulan investasi
yang ditawarkan. Hubungan antara usulan investasi meliputi investasi yang bebas atau
tidak saling tergantung (independent), investasi yang saling terkait atau saling tergantung
(dependent), atau investasi yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive). Agar
memberikan gambaran yang lebih jelas.2
Sebagai contoh, perusahaan menghadapi lima alternative proyek investasi yang
semuanya menjanjikan NPV positif dana yang dibutuhkan untuk lima proyek tersebut Rp
100.000.000.000,00. Namun, perusahaan hanya memiliki dana sebesar Rp
60.000.000.000,00. Dengan kondisi tersebut, perusahaan harus melakukan kajian dan
pemilihan proyek-proyek dengan kendala dana untuk menghasilkan nilai maksimum bagi
perusahaan.3

b. Analisis Waktu Tunggal dan Waktu Ganda


1
Martono dan D. Agus Harjitno, Manajemen Keuangan, EKONOSIA: Yogyakarta, 2001, hal. 186
2
Ibid., hal. 157
3
Krismiaji, Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen, AMP YKPN: Yogyakarta, 2002, hal. 289
Meyadari bahwa pelaksanaan anggaran adalah tidak kaku. Dengan demikian
dalam praktik dimungkinkan bahwa adanya flesibilitas. Dengan adanya biaya dari suatu
usul investasi, mungkin sudah disebar selama beberapa tahun. Berhubung dengan ini kita
harus memperhatikan lebih kendala satu waktu saja. Ini berarti hanya mengadakan
analisis waktu tunggal saja, tetapi kita juga memerlukan analisis waktu ganda.
Berhubung dengan itu, kita bisa mengadakan analisis waktu ganda maka asal-
usul investasi yang mempunyai angka kehilangan yang besar diusahakan yang
mempunyai angka kehilangan yang kecil dapat ditunda sampai tahun depan. Tetapi
tujuannya adalah tetap yaitu memilih kombinasi usul investasi yang dapat menghasilkan
NPV yang paling tinggi. Hanya kombinasi disini meliputi usul investasi yang akan
dilakukan tahun depan.
1) Analisis waktu tunggal
Alternative 1
c. Pendekatan Penilaian Risiko
Resiko merupakan penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana hasil
(return) yang diharapkan. Resiko ini terjadi karena keaadan waktu yang akan datang
penuh dengan ketidakpastian. Sebagai contoh, dalam perhitungan laba rugi, kita bisa
melakukan penafsiran penjualan dan biaya untuk waktu yang yang akan datang. Dengan
penafsiran tersebut, maka perusahaan dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang perlu
dilakukan dimasa datang. Namun karena waktu yang akan datang tidak memiliki
kepastian yang jelas, maka penafsiran tersebut akan meleset dari apa yang direncanakan.
Resiko dalam perusahaan tidak dapat dihindari. Kita hanya bisa mengelola bagaimana
agar resiko tersebut sekecil mungkin mempengaruhi kebutuhan perusahaan.4
Sedangkan penilaian risiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas
kerja, memikirkan apa yang terjadi menjadi buruk dan memutuskan kembali apa yang
cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera ditempat bekerja.
Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan,
mengurangi atau meminimalkan resiko. Oleh karena itu, bisa menggunakan pendekatan
yang mengabaikan faktor risiko dengan menggunakan asumsi bahwa arus kas diketahui
dengan pasti bahwa biaya modal (cost of capital) tidak mengandung resiko, dalam

4
Martono dan D. Agus Harjitno, Manajemen Keuangan, EKONOSIA: Yogyakarta, 2001, hal. 166-167
keadaan adanya kepastian besarnya biaya modal sama dengan tingkat bunga bebas risiko
atau tingkat bunga bebas murni, karena tidak ada kemungkinan tidak dapat direalisasikan
arus kas yang diharapkan. Dilihat dari corak khas perusahaan secara keseluruhan,
pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa penerimaan setiap usul investasi tidak akan
mengubah corak risiko perusahaan secara keseluruhan sehingga tidak akan mengubah
penilaian risiko dari pembeli modal terhadap perusahaan yang bersangkutan.5

5
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE Yogyakarta: Yogyakarta, 1995, hal. 156
DAFTAR RUJUKAN

Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE Yogyakarta: Yogyakarta,


1995.

Krismiaji, Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen, AMP YKPN: Yogyakarta, 2002.

Martono dan D. Agus Harjitno, Manajemen Keuangan, EKONOSIA: Yogyakarta, 2001

Anda mungkin juga menyukai