Anda di halaman 1dari 16

1

TEORI PRODUKSI

Bab 4

A.

FUNGSI PRODUKSI
Sebuah fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi tersebut menentukan kemungkinan output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya, kuantitas input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh teknologi yang tersedia bagi sebuah perusahaan. Karena itu, input/output untuk setiap sistem produksi merupakan suatu fungsi dari hubungan tingkat teknologi dari pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan dan lain-lain yang digunakan perusahaaan tersebut. Setiap perbaikan teknologi seperti pemakaian komputer untuk melakukan proses pengendalian yang memungkinkan sebuah perusahaan industri bisa memproduksi sejumlah output tertentu dengan bahan baku yang lebih sedikit, energi dan tenaga kerja yang sedikit, atau adanya suatu program latihan yang bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja, akan menghasilkan sebuah fungsi produksi yang baru. Sifat-sifat dasar dari fungsi produksi bisa dilukiskan melalui penelaahan sebuah fungsi produksi sederhana dengan fungsi produksi baru yang lebih kompleks. Sifat-sifat dasar dan fungsi produksi bisa dilukiskan melalui penelaahan sebuah fungsi produksi sederhana dengan sistem dua-input

2 satu-output. Perhatikan suatu proses produksi dimana berbagai kombinasi kuantitas antara 2 input (X dan Y) bisa digunakan untuk memproduksi produk Q. Input X dan Y tersebut bisa melambangkan sumber daya-sumber daya seperti tenaga kerja dan modal atau enegi dan bahan baku. Produk Q bisa terwujud TV, video cassette recorder, kapal penumpang, makanan bayi, susu, tekstil dan bisa juga terwujud jasa seperti perawatan kesehatan, pendidikan, perbankan dan asuransi, biro konsultan dan lain-lain.

B.

PRODUK MARJINAL

TOTAL,

RATA-RATA

DAN

Telah dibicarakan dimuka bahwa konsep ekonomi yang dikenal sebagai produktivitas faktor produksi atau tingkat penerimaan faktor produksi berperan penting dalam proses penentuan kombinasi-kombinasi input yang optimal dalam suatu sistem produksi. Karena proses optimisasi memerlukan suatu analisis hubungan antara nilai-nilai total dan marjinal dari suatu fungsi, maka akan sangat berguna diperkenalkannya konsep-konsep produk total, rata-rata dan marjinal bagi sumber daya-sumber daya yang digunakan dalam suatu sistem produksi. Secara lebih umum, produk total dari suatu faktor produksi bisa ditunjukkan sebagai sebuah fungsi yang menghubungkan output dengan kuantitas sumber daya yang digunakan. Melanjutkan contoh di muka, produk total dan X ditujukan oleh fungsi produksi Q = {f(X) | Y=2} Persamaan ini menghubungkan kuantitas output Q (produk total dari X) dengan kuantitas input X yang digunakan, dengan menetapkan kuantitas Y yang digunakan adalah 2 unit. Tentunya kita akan memperoleh fungsi produksi produksi Y ditetapkan pada tingkat-tingkat selain 2 unit. Ciri-ciri tersebut juga ditunjukkan dalam gambar 4.2 sebagai titik B'. Disini kita melihat lagi bahwa MPx = Apx dan Apx berada pada keadaan

3 maksimum.Titik ketiga yaitu C, menunjukkan di mana slope kurva TP adalah nol dan kurva tersebut berada pada keadaan maksimum. Setelah titik C, MPx menjadi negatif, dimana adanya satu kenaikan penggunaan input X akan menyebabkan suatu penurunan produk total (TP). Titik yang sesuai dalam gambar 4.2.(b) adalah C yaitu suatu titik di mana kurva MP berpotongan dengan sumbu X.
20

10

0 1 -10 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gambar 4.1. Produk Total, Rata-rata Dan Marjinal Dari Input X, Dimana Y=2

Produk Total (Q) Q* B TP

input X 0 Produk rata-rata dan marjinal Increasing returns A X1 X2 X3 Diminishing Negative returns returns

B` C 0 X1 X2 X3 MPx
Gambar 5.2 Kurva Produk Total, Rata-rata dan Marginal

APX
input X

C.

ISOKUAN PRODUKSI
Kurva-kurva indiferen dinamakan kurva isokuan atau kurva produk yang sama. Kurva tersebut menunjukkan kombinasi yang berbeda-beda dari dua sumber daya yang dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk yang sama jumlahnya. Ciri-ciri umum isokuan pada dasarnya sama dengan ciri-ciri kurva indiferen. Kurva-kurva tersebut tidak potong-memotong, jumlah isokuan dalam peta produksi tak terhitung banyaknya, kurva-kurva itu menurun ke kanan. Isocost line (garis biaya sama) menunjukkan kombinasi yang berbeda-beda dari sumber daya yang dapat dibeli oleh peerusahaan, jika diketahui bahwa harga faktor-faktor produksi inti konstan dan tersedia pengeluaran biaya tertentu (cost outlay). Jadi masalah perusahaan dapat dirumuskan secara sederhana. Perusahaan ingin mencapai isokuan yang tertinggi, apabila isokosnya telah ditentukan.

Modal Isokuan C E1 Isokos M1 E1

6
M1 E2 M2 M2 M3 M3 0 TK1 TK2 E3 TK3 D Tenaga Kerja 0 TK1 TK2 TK3 Tenaga Kerja E2 E3

Gambar 4.3. Isokos dan Isokuan

Isokos adalah garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi penggunaan modal dan tenaga kerja yang mengeluarkan ongkos yang sama (gambar 4.3). Ciri-ciri/sifat-sifat isokos Isokos semakin mendekati nol (0), semakin kecil ongkos yang digunakan untuk operasional produk, begitu juga sebaliknya akan memperbesar pemakaian modal dan tenaga kerja. Isokuan adalah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi penggunaan modal dan tenaga kerja yang menghasilkan uotput/ongkos yang sama. Efisien efektif tercapai pada waktu isokuan bersinggungan dengan isokos (gambar 4.4).
Modal

ME

E IQ

TKE Gambar 4.4. Kurva isokos dan isokuan

Tenaga Kerja

Walaupun kita bisa menelaah sifat-sifat fungsi produksi secara grafis dengan menggunakan permukaan produksi tiga dimensi seperti yang digambarkan dalam gambar 4.6. Tetapi penyajian secara dua dimensi dengan menggunakan isokuan biasanya, lebih mudah untuk digunakan. Istilah isokuan, berasal dari kata iso yang berarti sama dan quant yang berarti kuantitas, menggambarkan sebuah kurva yang menunjukkan semua kombinasi input yang berbada yang dikombinasikan secara efisien untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Input Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.5. Isokuan

Q=122

Q=91 9 10 Input X

Output Q Input Y

Q2 Q1 Q1` Q2 Q2` Q1 Q1`


Input X Gambar 4.6. Penentuan Isokuan

Q2`

Kurva isokuan tersebut bisa dipindahkan ke permukaan input seperti ditunjukkan oleh kurva-kurva Q2' dan Q2" dalam gambar 4.5 dan kemudian dipindahkan ke gambar dua dimensi yang ditunjukkan dalam gambar 4.6. Kurva-kurva yang terakhir ini menunjukkan bentuk standar dari sebuah isokuan.
Input Y

Q1 Q2 Input X Gambar 4.7. Isokuan Produksi

Subtitutabilitas Input (Faktor Produksi) Bentuk isokuan menunjukkan pula subtitutabilitas input (faktor produksi) yaitu kemampuan untuk saling menggantikan antara satu input dengan input lannya dalam proses produksi. Ini dilukiskan dalam gambar 4.8(a), (b) dan (c). Dalam sistem produksi, input-input tertentu bisa dengan mudah digantikan dengan input lainnya. Misalnya dalam produksi tenaga listrik, bahan bakar minyak yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik bisa merupakan contoh input yang bisa digantikan. Gambar 4.8(a) menunjukkan isokuan sistem pembangkit listrik seperti itu. Di situ ditunjukkan bahwa listrik bisa dihasilkan oleh minyak dan atau gas. Di sini gas dan minyak bisa saling menggantikan secara sempurna dan isokuan merupakan garis lurus.
Gas

Q1

Q2

Q3

Minyak

Gambar 4.8(a). Model isokuan untuk pembangkit listrik

10
Kerangka 5 4 3 2 1 0 2 4 6 Kain

Gambar 4.8(b). Model isokuan untuk output komplemeter Ban C3

C2 C1

L1

L2

L3

Tenaga kerja

Gambar 4.8(c). Model isokuan untuk subtitutabilitas tidak sempurna

Pada sisi lain dari subtitutabilitas input ini adalah sistem produksi di mana input saling melengkapi secara sempurna satu sama lain. Dalam keadaan seperti ini jumlah yang tepat dari masing-masing input dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Gambar 4.8(b), yang melukiskan isokuan sepeda dan tidak ada cara apapun untuk menggantikan

11 dan dengan kerangka, demikian sebaliknya. Pulpen dan tinta, takaran obat, lensa dan kerangka kacamata, mesin mobil dan kerangka mobil, semua merupakan contoh dari input-input yang komplementer (saling melengkapi). Isokuan produksi dari input-input yang komplementer ini mempunyai bentuk siku-siku seperti ditunjukkan pada gambar 4.8(b). Gambar 4.8(c) menunjukkan keadaan tengah-tengah (intermediate) dan proses produksi dimana input bisa saling menggantikan, tetapi subtitutabilitasnya tidak sempurna. Sebuah baju bisa dibuat dengan jumlah tenaga kerja (L1) yang relatif sedikit dan jumlah kain (C1). Baju yang sama bisa juga dibuat dengan kain yang lebih sedikit (C2) jika lebih banyak tenaga ke (1,2) yang digunakan, karena pekerja tersebut bisa memotong bahan kain tersebut lebih hati-hati dan mengurangi pemborosan bahan. Akhirnya, baju tersebut bisa dibuat dengan kain yang lebih sedikit lagi (C3), tetapi pekerja harus lebih sungguh-sungguh berhati-hati sehingga input tenaga kerja naik menjadi L3. Perhatikan bahwa pada saat ada pertambahan tenaga kerja dan L1 ke L2, maka input kain turun dari C1 ke C2, kenaikan tenaga kerja yang sangat besar dari L2 ke L3 diperlukan untuk memperoleh penurunan jumlah kain yang sama dari C2 ke C3. Subtitutabilitas tenaga kerja terhadap kain tersebut menurun dari Ll menjadi L2 dan kemudian menjadi L3. Sebagian besar subtitusi tenaga kerja modal dalam sistem produksi menunjukkan subtitubilitas yang menurun ini. Dokter dan perawat menyediakan jasa perawatan kesehatan menunjukkan subtitutabilitas yang menurun, demikian juga untuk kasus-kasus yang serupa. Kombinasi Optimal Untuk Input Berganda Pembahasan mengenai penggunaan yang optimal untuk input tunggal di muka diperluas untuk menganalisis sistem produksi yang menggunakan beberapa input. Walaupun ada beberapa kemungkinan pendekatan untuk perluasan ini, tetapi salah satu pendekatan yang paling sederhana adalah penggunaan kurva-kurva isokuan dan isokos. Karena itu, proporsi input yang optimal tersebut bisa diperoleh secara grafis untuk suatu sistem produksi dua input-satu output dengan

12 menambahkan kurva isokos pada diagram isokuan. Setiap titik pada kurva isokos menunjukkan berbagai kombinasi input, misalnya X dan Y, yang mempunyai tingkat biaya sama dengan pengeluaran tertentu. Kurva-kurva isokos yang dilukiskan dalam gambar 4.9 dibuat dengan cara berikut: Misalnya Px = Rp 500.000,00 dan Py = Rp 250.000,-.Untuk sejumlah pengeluaran tertentu, misalnya El = 4 unit (Rp 1.000.000/Rp 250.000 = 4) dan tidak ada X yang dibeli atau membeli X sebanyak 2 unit (Rp 1.000.000/ Rp 500.000 = 2) tetapi tidak ada Y yang dibeli. Kedua kuantitas ini menunjukkan kurva Isokos terhadap sumbu X dan Y, serta garis lurus yang menghubungkan kedua kuantitas itu merupakan tempat kedudukan dari semua kombinasi X dan Y yang bisa dibeli dengan pengeluaran sebesar Rp 1.000.000,00.
Input Y 12 E1 = 1.000.000 8 E2 = 2.000.000 E3 = 3.000.000 4

input X

Gambar 4.9. Kurva Isokos

Persamaan untuk sebuah kurva isokos hanya merupakan suatu pernyataan dari berbagai kombinasi input yang bisa dibeli dengan tingkat

13 pengeluaran tertentu. Misalnya berbagai kombinasi X dan Y yang bisa dibeli dengan sejumlah pengeluaran E, ditunjukkan oleh hubungan berikut. E = PX.X + PY.Y Atau bisa juga dituliskan dengan cara berikut: E P X .X Y = P P Y Y Persamaan ini dilukiskan secara grafis, seperti tampak pada gambar 4.9. Suku pertama dari persamaan merupakan perpotongan kurva isokos dengan sumbu Y. yang menunjukkan kuantitas input Y yang dibeli dengan batas pengeluaran atau anggaran tertentu dengan menganggap input X yang dibeli sama dengan nol. Slope kurva isokuan dY/dX sama dengan -Px/Py dan oleh karena itu merupakan besaran dari perbandingan harga-harga input. Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut, maka perubahan tingkat pengeluaran akan menyebabkan kurva isokos bergeser sejajar, sedangkan perubahan harga-harga input akan mengakibatkan perubahan slope kurva isokos tersebut. Dengan memperluas contoh yang dijelaskan dan digambarkan dalam gambar 4.9 di atas, maka hubungan-hubungan tersebut bisa lebih jelas. Dengan tingkat pengeluaran sebesar Rp 1.000.000,00 perpotongan kurva isokos dengan sumbu Y telah ditunjukkan sebesar 4 unit. Slope kurva isokos tersebut ditentukan oleh perbandingan hargaharga inputnya. Slope kurva isokos ditunjukkan oleh:
2 Slope = Rp. 250.000,00 = Rp. 500.000,00

Misalkan sebuah perusahaan hanya mempunyai Rp 1.000.000,untuk membeli input untuk menghasilkan out put sebesar Q tersebut dengan menggabungkan beberapa isokuan dengan dengan kurva isokos E (dari gambar 4.9) untuk membentuk gambar 4.10 kita mendapatkan bahwa kombinasi input yang optimal terjadi pada titik A, suatu titik

14 singgung antara kurva isokos dan sebuah isokuan. Pada titik tersebut dan Y dikombinasikan dalam proporsi yang bias memaksimumkan output yang bisa menghasilkan output yang bisa dicapai oleh tingkat pengeluaran El tidak ada kombinasi lainnya yang bisa diberi dengan Rp 1.000.000,00 yang bisa menghasilkan output sebanyak itu. Dengan pernyataan lain, kombinasi X1Y1 merupakan kombinasi input yang meminimumkan biaya (least - cost input combination) yang bisa menghasilkan output sebanyak itu. Dengan pernyataan lain, kombinasi X1, Y1 merupakan kombinasi input yang meminimumkan biaya (least-cost input combination) yang bisa digunakan untuk menghasilkan output Q1. Demikian pula, X2Y2 merupakan leastcost input combination untuk menghasilkan Q2X3Y3 merupakan leastcost input combination untuk menghasilkan Q3 dan seterusnya. Semua kemungkinan kombinasi-kombinasi lainnya untuk menghasilkan QI, Q2 dan Q3 berpotongan dengan kurva-kurva isokos yang lebih tinggi. Garis yang menghubungkan titik-titik singgung antara kurva isokuan dan kurva isokos. Misalkan A-B dan Q dinamakan jalur ekspansi (expansion path) karena ia melukiskan kombinasi-kombinasi input yang optimal jika skala produksi diperluas.
Input Y

Q3 Q2 Q1 input X X1 X2 X3 Gambar 4.10. Input Optimal

15 Kenyataan bahwa kombinasi-kombinasi input yang optimal terjadi pada titik singgung antara sebuah isokuan dengan sebuah kurva isokos merupakan sebuah prinsip ekonomi yang sangat penting. Slope kurva isokos yang ditunjukkan di atas sama dengan -Px /P y. Perhatikan bahwa slope dari sebuah kurva isokuan sama dengan marginal rate of technical substitution (MRTS) suatu input terhadap input lainnya. Jika produksi tetap pada tingkat yang sama. MRTS yang ditunjukkan oleh ratio dari produk marjinal (MP) input. Karena itu, slope isokuan sama dengan -Px/MPy. Pada titik dimana input-input dikombinasikan secara optimal kurva dan kurva isokuan bersinggungan dan oleh karena itu slope-nya sama. Jadi, untuk kombinasi-kombinasi input yang optimal, rasio harga-harga input harus sama dengan rasio dari MP-nya, seperti ditunjukkan dalam persamaan 4.1.
PX MPX = P MP Y Y

(4.1)

atau bisa juga dituliskan sebagai berikut:


MP Y MPX = P PX Y

(4.2)

Prinsip ekonomi untuk kombinasi-kombinasi input yang meminimumkan biaya, seperti ditunjukkan dalam persamaan 4.2 secara tak langsung menyatakan bahwa proporsi-proporsi yang optimal tersebut menunjukkan bahwa setiap tambahan rupiah yang dibelanjakan untuk sejumlah output tertentu akan menghasilkan tambahan output total sama banyaknya dengan setiap rupiah yang dibelanjakan untuk setiap input lainnya. Setiap kombinasi yang menyimpang dari aturan ini berada dibawah optimal dalam artian bahwa perubahan input bisa menghasilkan kuantitas output yang sama dengan biaya yang lebih rendah. Perhatikan

16 kasus dari sebuah perusahaan yang mengkombinasikan X dan Y dengan cara seperti itu dimana MP dari X sama dengan 10 sedangkan MP dari Y sama dengan 9. Dengan menganggap bahwa X membutuhkan biaya sebanyak Rp 2,00 setiap unit dan Y membutuhkan biaya sebanyak Rp 3,00 setiap unit, maka MP dari setiap rupiah yang dibelanjakan adalah:
MPY 9 MPX 10 = = 3 dan = =5 PY 3 PX 2

Kombinasi ini menyimpang dari aturan proporsi yang optimal, rasio antara NIP dengan harga tidak sama. Dalam keadaan ini perusahaan tersebut bisa mengurangi penggunaan Y sebesar I unit, dengan mengurangi output total sebesar 9 unit dan biaya total sebesar Rp 3,00. Kemudian, dengan menggunakan I unit tambahan X dari 9 ke 10 pada biaya sebesar Rp 1,80 maka 9 unit produksi yang hilang akan diperoleh kembali. Hasilnya adalah 9 unit output pada biaya total yang lebih kecil dari pada keadaan mula-mula penghematan Y sebesar Rp 1,80 yang dibelanjakan untuk X untuk suatu penurunan biaya bersih sebesar Rp 1,20.

Anda mungkin juga menyukai