Mengingat bahwa hasil dari peramalan tergantung pada data yang digunakan
dalam peramalan tersebut, maka dibutuhkan teknik-teknik tertentu yang dapat
meningkatkan akurasi data sehingga hasil peramalan dapat dipercaya.
Model peramalan dibedakan menjadi dua, yaitu model terstruktur (structural
models) dan model tidak terstruktur (nonstructural models). Model terstruktur
mengidentifikasi bagaimana suatu variabel pengamatan tergantung pada variabel
ekonomi yang lain. Persamaan permintaan yang dibahas pada bab 6 di bagian analisis
regresi merupakan contoh dari model terstruktur. Model terstruktur yang mencakup
banyak persamaan dan variabel biasanya disebut sebagai model ekonometrika.
Model tidak terstruktur digunakan untuk mengidentifikasi pola pergerakan dari
variabelvariabel ekonomi dari waktu ke waktu. Metode yang paling dikenal dari model
tidak terstruktur adalah analisis deret waktu (time series analysis) dan analisis barometrik
(barometric analysis). Oleh karena model terstruktur sudah tercakup dalam bab 6, maka
dalam bab ini hanya akan dibahas model tidak terstruktur yang mencakup beberapa
metode dalam analisis deret waktu dan analisis barometrik.
Siklus bisnis
Trend
Fluktuasi
random
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 tahun
1 2 3 4
Tingkat kepentingan pola data deret waktu ini – trend, siklus bisnis, variasi
musim, dan fluktuasi random – sangat tergantung pada deret waktu yang
dipertimbangkan. Apabila ingin mengetahui perubahan permintaan produk setiap tahun
maka lebih sesuai menggunakan variasi musim daripada siklus bisnis. Dengan
mempertimbangkan keterkaitan variasi musim, dapat dilakukan perbaikan secara
signifikan atas perkiraan penjualan/permintaan, misalnya dengan menggunakan metode
rasio terhadap trend (ratio to trend) atau vaiabel dummy. Tentang metode ini akan
dibahas kemudian.
2) Proyeksi Trend
Proyeksi trend merupakan bentuk paling sederhana dari analisis deret waktu.
Proyeksi trend adalah cara memproyeksikan trend masa lalu dengan menempatkan garis
lurus pada data baik secara visual maupun melalui analisis regresi. Ada dua macam
model proyeksi trend, yaitu model linier dan non linier.
Model linier
Model linier menggambarkan perubahan yang konstan ke masa depan. Misal,
apabila penjualan meningkat sebesar 30% per tahun (b) berarti penjualan pada tahun
mendatang (t+1) akan 30% lebih besar daripada penjualan tahun sekarang (t) dan
penjualan tahun (t+2) akan 30% lebih besar daripada penjualan pada tahun (t+1), dan
seterusnya. Secara matematis, model linier ini dapat dituliskan sebagai
St = So + bt (7.1)
dimana St = penjualan pada waktu ke t, S 0 = penjualan pada periode dasar, b = besarnya
perubahan penjualan, dan t = nilai waktu dihitung dari periode dasar. Sebagai ilustrasi,
kita ambil contoh persamaan linier berikut
St = 10 + 0,3t (7.2)
Model pada persamaan 7.2 ini menunjukkan bahwa penjualan pada periode dasar adalah
sebesar 10 unit dan penjualan meningkat rata-rata sebesar 0,3 atau 30% untuk setiap 1
satuan periode waktu.
Atas dasar model ini, dapat diramalkan besarnya penjualan untuk waktu-waktu
mendatang dengan cara menentukan nilai waktu t untuk suatu periode tertentu. Misal bila
periode dasar adalah kuartal 1 tahun 2016, maka nilai waktu untuk kuartal 1 tahun 2016
adalah t
= 0. Bila akan meramalkan besarnya penjualan untuk kuartal 2, 3, dan 4 tahun 2017 maka
perlu ditentukan nilai t untuk masing-masing kuartal.
Bila kuartal 1 tahun 2016, t = 0 maka
Kuartal 2 tahun 2017, t = 5 sehingga S5 = 10 + 0,3(5) = 11,5
Kuartal 3 tahun 2017 t = 6 sehingga S6 = 10 + 0,3(6) = 11,8
Kuartal 4 tahun 2017 t = 7 sehingga S7 = 10 + 0,3(7) = 12,1 dan seterusnya.
Gambar 7.2 menunjukkan garis trend dari model linier St = 10 + 0,3t tersebut.
Model non linier
Model non linier menggambarkan laju pertumbuhan atau persentase perubahan
yang konstan. Bila penjualan diasumsikan tumbuh secara konstan sebesar g, maka
proyeksi trend dapat dinyatakan dengan model berikut
St = S0 (1+g)t (7.3)
Untuk memudahkan perhitungan, model pada persamaan 7.3 yang tidak linier tersebut
dapat diubah menjadi model linier dengan cara mengubahnya ke bentuk logaritma
menjadi seperti persamaan 7.4.
Ln St = ln S0 + t ln(1 + g ) (7.4)
Nilai-nilai lnS0 dan ln(1+g) pada persamaan 7.4 dapat ditentukan dengan melakukan
perhitungan regresi. Misalkan, setelah perhitungan regresi diperoleh nilai persamaan non
linier seperti terlihat pada 7.5.
Ln St = 2,5 + 0,03t (7.5)
Yang perlu diperhatikan adalah persamaan logaritma linier tersebut harus diubah
kembali ke bentuk persamaan semula untuk kepentingan interpretasi hasil. Perubahan
kembali ke bentuk semula dilakukan dengan cara menentukan anti log. Dari persamaan
7.5 di atas dapat diketahui bahwa Ln S0 = 2,5 berarti S0 = anti ln S0 = 12,18 dan Ln (1+g)
= 0,03 sehingga (1+g) = 1,03. Nilai anti log tersebut kemudian disubstitusikan ke
persamaan awal sehingga kita dapatkan
St = 12,18(1,03)t (7.6)
Untuk meramalkan penjualan pada berbagai periode waktu dilakukan atas dasar
persamaan ini 7.6. Dengan menggunakan periode dasar kuartal 1 tahun 201yang sama
dengan pada contoh model linier, maka nilai penjualan pada kuartal 2, 3, dan 4 tahun
2017 adalah sebagai berikut
S5 = 12,18 (1,03)5 = 14,12
S6 = 12,18 (1,03)6 = 14,54
S7 = 12,18 (1,03)7 = 14,98
4) Variabel Dummy
Proyeksi trend dengan menggunakan variabel dummy mempunyai fungsi yang
sama dengan rasio terhadap trend, yaitu memperhitungkan variasi musim di dalam
peramalan. Apabila metode rasio terhadap trend menggunakan rasio rata-rata tiap musim,
maka metode ini dilakukan dengan menambahkan variabel dummy pada persamaan
dimana nilai variabel dummy akan mencerminkan musim tertentu.
Variabel dummy atau variabel boneka adalah suatu variabel yang nilainya hanya
1 (ada) atau 0 (tidak ada). Jumlah variabel dummy yang dibutuhkan dalam suatu
persamaan sebanyak (n1) dimana n adalah jumlah kategori. Misal, bila variabel musim
dibagi menjadi 4 kuartal dalam satu tahun berarti dibutuhkan variabel dummy sebanyak
(4-1) atau 3 variabel, yaitu D1, D2, dan D3. Bila D1 dimaksudkan untuk menunjukkan
kuartal 1, maka nilai D1 = 1 bila kuartal 1 dan D1 = 0 bila selain kuartal 1 (kuartal 2, 3,
atau 4).
𝑅𝑀𝑆𝐸 (7.8)
𝑛
dimana At = nilai aktual pada periode waktu t; Ft = nilai peramalan pada periode waktu t;
dan n = jumlah observasi.
Perhitungan RMSE untuk rata-rata bergerak 3 periode dan 5 periode ditunjukkan
pada Tabel 7.4. Untuk menentukaan besarnya RMSE 3 periode dan 5 periode, kita
menggunakan nilai total (A-F)2 dan dibagi dengan jumlah observasi (n) untuk kemudian
diambil nilai akarnya.
Jumlah observasi 3 periode adalah 9 dan untuk 5 periode ada 7 observasi. Dengan
demikian nilai
RMSE masing-masing rata-rata bergerak adalah
Oleh karena RMSE 3 periode lebih kecil dari RMSE 5 periode, maka dapat dikatakan
bahwa peramalan dengan 3 periode memberikan hasil yang lebih baik daripada dengan 5
periode. Dengan kata lain, kita lebih percaya bahwa penjualan pada kuartal 13 adalah
sebesar 30,67 unit daripada sebesar 30,2 unit.