Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KESEHATAN BANK BTN SYARIAH DALAM LIMA

TAHUN TERAKHIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE


CAMELS

Oleh :
Hasbi Abdul Aziz (G94217163)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


Ekonomi Syariah
Email : hasbiaziz99@gmail.com

ABSTRAK
Bank adalah badan usaha yang meghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya tentu saja
memiliki tujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Karena berhubungan dengan
banyak orang bank harus dapat menjaga kredibilitasnya agar dapat terus
diakses oleh masyarakat. Oleh karena itu kesehatan bank menjadi
parameter penilaian bagi pemilik maupun nasabah. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode CAMELS.

Kata Kunci : Analisis Kesehatan,Bank Syariah, dan CAMELS

PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas hidup masyarakat merupakan salah satu
tujuan dari program pembangungan, seperti pengembangan berbagai
kegiatan perekonomian. Bank sangatlah memiliki peran di dalamnya
karena bank selain tempat menyimpan juga menyalurkan dana kepada
masyarakat, karena fungsi utama bank sebagai Financical Intermediary.1
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
1
Wisnu P. Setyono, Miftakhul Nur Aini, “Analsis Kinerja Keuangan Perbankan dengan
Menggunakan Metode Camel”, Jurnal Bisnis Manajemen dan Perbankan, Vol. 01, No. 02 (2014),
hlm. 176
melaksanakan kegiatan usahanya2. Dalam perkembangan ekonomi suatu
negara, sector perbankan merupakan salah satu faktor terbesar yang
mempengaruhi perkembangan ekonomi tersebut. Hal ini dikarenakan
dalam sektor perbankan terdapat kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana kepada masayarakat. Dalam kegiatan tersebut, setiap transaksinya
sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena setiap transaksinya
membuat masyarakat terbantu dalam meningkatkan taraf kehidupan
terutama dalam sektor ekonomi. Keberadaan Bank memiliki peran yang
sangat penting kepada economic growth pada negara. Posisi bank
konvensional maupun syariah juga sangat strategis dan efisien dalam
melakukan perkembangan suatu perkonomian dalam negara, sehingga
tidak ada satu negarapun yang hidup tanpa mengenal lembaga perbankan
tersebut. Bank ini mempunyai usaha pokok memberikan pembiayaan dan
pendanaan serta jasa-jasa dalam pembayaran dan peredaran uang. 3 Di
Indonesia banyak sekali lembaga keuangan bank baik yang negeri maupun
swasta dan konvensional maupun syari’ah. Adapun perbedaan antara bank
konvensional dan bank syari’ah, dikarenakan paper ini membahas dari
sudut pandang laporan keunagan maka perbedaan bank syariah dan bank
konvensional adalah nama rasio keuangannya. Di bank konvensional
nama rasio keuangannya antara lain : CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO,
LFR sedangkan bank syariah antara lain : CAR, NPL, ROA, ROE,
NIM/NOM, 4
Sesuai dengan judul, saya akan lebih membahas yang berkaitan
dengan Bank Syariah. Setiap lembaga pasti memiliki laporan keuangan
begitupun dengan Bank Syariah dan setiap laporan keuangan kita bisa
menganalisa bahwa laporan keuangan tersebut sedang sehat atau tidak.
Berbicara mengenai kesehatan laporan keuangan saya akan memberikan
gambaran umum mengenai kesehatan laporan keuangan. Tingkat
kesehatan keuangan bank merupakan hasil penilaian kualitatifitas dari
2
Randi Syahputra, Ahasanul Fuad saragih, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode
Camel pada PT Bank Artos Indonesia TBK Periode 2014-2017”, Jurnal Akutansi dan Bisnis, Vol. 04,
No. 01, hlm. 50.
3
Yuliatin, “ Perbankan dalam Dimensi Konvensional dan Syariah” hal 1
4
Anita Wijayanti, “Bank Syariah vs Bank Konvensional : Kinerja Keuangan Berbasis Rasio
Keuangan”, Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi, Vol 6 No 2, 2017, hal 91
apapun yang mempengaruhi kondisi atau kinerja suatu bank melalui
Penilaian Kuantitatif dan Kualitatif terhadap faktor-faktor Modal, Kualitas
Aset, Manajemen, Profitabilitas, dan Likuiditas. Untuk pembahasan
CAMEL lebih dalam akan dijelaskan pada bab berikutnya. 5
Analisis
keuangan dapat menghasilkan laporan dalam bentuk neraca keuangan
yang menggambarkan posisi keuangan pada akhir tahun, daftar laba rugi
yang menunjukkan prestasi keuangan selama satu tahun, dan analisis
rasio keuangan juga menggambarkan kinerja dan kesehatan perusahaan
tersebut. Tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat melalui pengukuran
dan evaluasi terhadap produktivitas dan profitabilitas secara berkala, yang
mana produktivitas memberikan sebuah informasi mengenai masalah
yang bersifat internal, sedangkan profitabilitas memberikan informasi
mengenai masalah yang bersifat eksternal. 6
Semakin terintergrasnya sistem keuangan memberikan impact
bukan saja kepada jumlah transaksinya, tetapi juga jenisnya. Apapun jenis
kegiatan keuangan pada akhirnya akan berpatokan pada suatu transaksi
keuangan yang dieksekusi melalui perbankan. Oleh sebab itu sektor
perbankan jika tidak di kelola dengan baik akan menghancurkan
kredibilitasnya sebagai lembaga kepercayaan. (Wijaya,2010 : 151) Riyadi
(2006:175) menyatakan “ Tingkat kesehatan suatu bank menjadi salah
satu tolak ukur kinerja keuangan bank yang sangat penting dewasa ini,
karena dari hasil penilaian ini akan dapat diketahui performance pemilik
dan profesionalisme pengelola bank tersebut. Terdapat beberapa pihak
yang sangat membutuhkan hasil penilaian tingkat kesehatan bank yaitu :
pengelolaan bank (Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Pemilik),
masyarakat pengguna jasa bank, Bak Indonesia (selaku Pembina dan
pengawas Bank), Counterparty Bank (adanya hubungan koresponden). 7
TINJAUAN PUSTAKA

5
Fitri Ruwaida, Skripsi, “Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Keuangan
Pada PD BPR Bank Klaten” (Yogyakarta : UNY, 2011), hal 1
6
Soekarso, “Hubungan Analisis Ratio Keuangan dan Kesehatan Perusahaan”, Journal The
Winners, Vol 10 No 2, September 2009, hal 157
7
Jeremiah KD Jacob, “Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Metode CAMEL Untuk
Menilai Kesehatan Perbankan” , Jurnal EMBA, Vol 1 No 3, September 2013, hal 693
Dalam menganalisa kesahatan laporan keunagan memiliki 2
metode yaitu metode CAMELS dan metode RGEC. Untuk CAMELS ada
beberapa aspek yang harus dipenuhi oleh metode tersebut antara lain
Capital (modal), Assets (Aktiva), Management (Manajemen), Earning
(Rentabilitas), Liquidity (Likuiditas), dan Sensitivity to market risk
(Sensitifitas terhadap risiko pasar). Adapun aspek-aspek yang harus
dipenuhi oleh metode RGEC antara lain : Risk Profile, Good Coporate
Governance, Earnings, dan Capitals. 8
Metode CAMELS juga merupaka
suatu bentuk tolak ukur kesehatan bank tersebut yang berprinsip sesuai
dengan prinsip syariah. Metode CAMELS dalam aspek peromodalan yaitu
permodalan yang dinilai dari permodalan yang dimiliki oleh bank yang
berdasarkan pada kewajiban penyediaan modal minium bank. Penilaian
CAR (Capital Adequancy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia (Kasmir, 2004) merupakan rasio modal terhadap ATMR (Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko). Kemudian CAMELS dalam aspek kualitas
aset yang dinilai dari jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Komponennya antara lain :
a. Kualitas Aktiva Produktif.
b. Kecukupan Kebijakan dan Prosedur.
Kemudian CAMELS dalam aspek kualitas manajemen yaitu dinilai kualitas
manusianya dalam mengelola bank, manajemen permodalan, manajemen
kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan
manajemen likuiditas. Kemudian CAMELS dalam aspek rentabilitas
merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur bank apakah bank
tersebut mampu dalam meningkatkan profitnya. Kemampuan ini
dilakukan dalam satu periode. Komponennya antara lain :
a. Pencapaian ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), NIM
(Net Interest Margin), dan tingkat efisiensi bank
b. Perkembangan profit, penuruna pendapatan, penerapan prinsip
akuntansi dalam pengakuan cost dan income, dan prospek profit
operasional.

8
Sri Mangesti Rahayu, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan
RGEC”, Jurnal Ekonomi, Vol 1 No 1, 1 Januari 2015, hal 5
Kemudian CAMELS dalam aspek likuiditas yaitu bank tersebut mampu
membayar semua hutangnya yang hutang tersebut merupakan hutang
jangka pendek. Hutang jangka pendek adalah simpanan yang berupa
simpanan tabungan, giro dan deposito. Bank tersebut dikatakan likuid
apabila sudah memenuhi komponen-komponen sebagai berikut :
a. Rasio Aktiva atau Pasiva Likuid, potensi maturity mismatch,
kondisi FDR (Financing to Deposit Ratio), proyeksi cash flow, dan
konestrasi pendanaan.
b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas.
Dan yang terakhir CAMELS dalam aspek sensitifitas terhadap risiko
pasar dapat dinilai dari kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi
perubahan risiko pasar yang ditimbulkan oleh perubahan nilai tukar.
Aspek ini dapat dilakukan dengan menilai kelebihan modal yang
digunakan untuk menutupi risiko bank dengan besarnya kerugian yang
timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar (Ihsan, 2015).
Batas minimal dan maksmimal untuk menentukan predikat suatu bank
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Nilai Kredit Predikat
81-100 Sehat
66-<81 Cukup Sehat
51-<66 Kurang Sehat
0-<51 Tidak Sehat9

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode CAMELS. Analisis CAMEL digunakan untuk
mengevaluasi kinerja keuangan bank yang ada di Indonesia. Dan sudah
diatur oleh PBI (Peraturan Bank Indoneisa) No 6/10/PBI/2004 perihal
sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Penilaian tingkat

9
Erika Amelia, “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Pendekatan : CAMELS dan RGEC”, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Islam, Vol 6 No 2, Oktober 2018, hal 192-194
kesehatan bank yang berdasarkan peraturan Bank Indonesia meliputi
penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:
a. Permodalan
Modal adalah hal yang paling penting dalam mengembangkan usaha.
Adapun CAR atau Capital Adequacy Ratio merupakan pemenuhan
permodalan minmum bank. CAR sendiri adalah cukupnya modal
yang menampilkan kemampuan bank dalam upaya mempertahankn
modal dan kemampuan manajemen bank dalam mengawasi,
mengontrol, dan mengukur risiko yang terjadi dan dapat
memepengaruhi besarnya modal bank (Kuncoro & Suhardjono,
2002). Berikut ini ada rumus cara menghitung CAR :

b. Kualitas Aset
Berdasarkan penilaian kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh
suatu Bank yang diukur dengan 2 macam yaitu :
1. Raiso aktiva prokudtif yang diklaslfikasikan terhadap aktiva
produktif
2. Raiso penyisihan perhapusan aktiva produktif kepada aktica
produktif yang diklasifikasikan.

NPL (Non Performing Loan) merupakan raiso yang menunjukan


kemampuan manajemen bank dalam pengelolaan kredit yang sedang
bermasalah yang diberikan kepada bank secara langsung. Standard
yang ditetapkan langsung oleh Bank Indonesia. Dikatakan baik
apabila NPL tersebut dibawah 5%. Berikut ini rumus menghitung
NPL :
c. Manajemen
Menurut Merkuswati (2007) bahwa tingkat kesehatan bank
berdasarkan pada aspek manjemen dengan rasio NPM atau Net
Profit Margin. Hal tersebut berdasarkan seluruh kegiatan
manajemen suatu bank yang mencakup manjemen risiko,
manajemen umum, manajemen risiko, dan kepatuhan bank dalam
mempengaruhi pendapatan laba. NPM atau Net Profit Margin
dihitung dengan pembagian antara Net Income dan Operating
Income. Berikut ini adalah rumus dari NPM :

d. Profitabilitas
Dalam pendekatan kuantitatif dan kualitatif, faktor profitablitias
bank antara lain dilaukuan melaui penilaian ROA atau Return on
Assets dan Pengeluaran Operasional dibandingkan dengan BOPO.
ROA dapat digunakan unuk pengukuran kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh profit. Berikut ini rumus menghitung ROA :

BOPO juga dapat difungsikan sebagai pengukuran tingkat efisiensi


kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin
tinggi BOPO maka semakin tidak efisien biaya operasional bank.
Berikut ini adalah rumus dari BOPO :
e. Likuiditas
Loan to Deposit Ratio atau LDR berfungsi untuk menilai likuiditas
bank dengan membagi jumlah kredit yang disalurkan dari bank
kepada pihak ketiga. Raiso ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam payback kewajiban kepada nasabah yang
telah melakukan pendanaan berupa kredit yang telah diberikan
kepada para debitur. Berikut ini rumus cara menghitung LDR :

f. Sensitivitas terhadap risiko pasar


Rasio sensitivitas terhadap risiko pasar dapat dinilai dari pada IER
atau Intersest Expense Ratio. Rasio ini adalah biaya yang
dikumpulkan oleh bank yang bisa menampilkan efektivitas bank
dalam mengumpulkan sumber dananya. IER atau Interest Expense
Ratio. Semakin besar IER maka semakin buruk dan sebaliknya.
Berikut ini adalah bagaimana cara menghitung IER :

Berikut ini adalah lima peringkat komposit atau PK dalam metode


penelitian CAMELS (Julius 2011) antara lain :
1. PK-1 : Sangat Baik
2. PK-2 : Baik
3. PK-3 : Cukup
4. PK-4 : Kurang Baik
5. PK-5 : Tidak Baik 10

10
Agung Yulianto, “Analisis CAMLES dalam Memprediksi Tingkat Kesehatan Bank yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”, Jurna Media Ekonomi dan Teknologi Informasi, Vol 19 No 1, 1 Maret
2012, hal 37-40
HASIL PENELITIAN

a. Capital
CAR (Capital Adequecy Ratio)

Tahun Laporan Rasio Keuangan


2014 14,64 %
2015 16,97 %
2016 20,34 %
2017 18,87 %
2018 18,21 %

b. Assets Quality
NPF (Non Performing Finance)

Tahun Laporan Rasio Keuangan


2014 2,76 %
2015 2,11 %
2016 1,85 %
2017 1,66 %
2018 1,83 %

c. Management
PDN (Posisi Devisa Netto)

Tahun Laporan Rasio Keuangan


2014 1,92 %
2015 1,74 %
2016 0,29 %
2017 1,29 %
2018 1,55 %

d. Earnings
ROA (Return on Assets)
Tahun Laporan Rasio Keuangan
2014 1,14 %
2015 1,16 %
2016 1,76 %
2017 1,71 %
2018 1,34 %

ROE (Return on Equity)

Tahun Laporan Rasio Keuangan


2014 10,95 %
2015 16,84 %
2016 18,35 %
2017 18,11 %
2018 14,93 %

BOPO

Tahun Laporan Rasio Keuangan


2014 88,97 %
2015 84,83 %
2016 82,48 %
2017 82,06 %
2018 85,58 %

NI (Net Imbalan)

Tahun Laporan Rasio Keuangan


2014 4,47 %
2015 4,87 %
2016 4,98 %
2017 4,76 %
2018 4,32 %
e. Likuiditas
FDR (Financing to Deposit Ratio)

Tahun Laporan Rasio Keuangan


2014 108,86 %
2015 108,78 %
2016 102,66 %
2017 103,13 %
2018 103,25 %

PEMBAHASAN

a. Capital
CAR (Capital Adequecy Ratio)
a. CAR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 14,64 % yang artinya rasio kecukupan modal pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 dinilai sangat sehat
karena CAR ≥ 12%.
b. CAR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 16,97 % yang artinya rasio kecukupan modal pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2015 dinilai sangat sehat karena
CAR ≥ 12%.
c. CAR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 adalah
sebesar 20,34 % yang artinya rasio kecukupan modal pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 dinilai sangat sehat
karena CAR ≥ 12%.
d. CAR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 18,87 % yang artinya rasio kecukupan modal pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 dinilai sangat sehat
karena CAR ≥ 12%.
e. CAR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 adalah
sebesar 18,21 % yang artinya rasio kecukupan modal pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2018 dinilai sangat sehat karena
CAR ≥ 12%.
b. Assets Quality
NPF (Non Performing Ratio)
a. NPF pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 2,76 % yang artinya NPF pada laporan keuangan BTN
Syariah tahun 2014 dinilai sangat sehat karena NPF ≥ 2%.
b. NPF pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 2,11 % yang artinya NPF pada laporan keuangan BTN
Syariah tahun 2015 dinilai sangat sehat karena NPF ≥ 2%.
c. NPF pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 adalah
sebesar 1,85 % yang artinya NPF pada laporan keuangan BTN
Syariah tahun 2016 dinilai sehat karena 2% ≤ NPF < 5%.
d. NPF pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 1,66 % yang artinya NPF pada laporan keuangan BTN
Syariah tahun 2017 dinilai sehat karena 2% ≤ NPF < 5%.
e. NPF pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 adalah
sebesar 1,83 % yang artinya NPF pada laporan keuangan BTN
Syariah tahun 2018 dinilai sehat karena 2% ≤ NPF < 5%
c. Management
PDN (Posisi Devisa Netto)
a. PDN pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 1,92 % yang artinya Posisi Devisa Netto pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2014 dinilai cukup sehat karena
Pelanggaran rasio PDN >0% sampai dengan <10%
b. PDN pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 1,74 % yang artinya Posisi Devisa Netto pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2015 dinilai cukup sehat karena
Pelanggaran rasio PDN >0% sampai dengan <10%
c. PDN pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 adalah
sebesar 0,29 % yang artinya Posisi Devisa Netto pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2016 dinilai cukup sehat karena
Pelanggaran rasio PDN >0% sampai dengan <10%
d. PDN pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 1,92 % yang artinya Posisi Devisa Netto pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2017 dinilai cukup sehat karena
Pelanggaran rasio PDN >0% sampai dengan <10%
e. PDN pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 adalah
sebesar 1,29 % yang artinya Posisi Devisa Netto pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2018 dinilai cukup sehat karena
Pelanggaran rasio PDN >0% sampai dengan <10%
d. Earnings
ROA (Return on Assets)
a. ROA pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 1,14 % yang artinya Return on Assets pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2014 dinilai sehat karena 1,26 % ≤
ROA < 5%
b. ROA pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 1,61 % yang artinya Return on Assets pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2015 dinilai sehat karena 1,26 % ≤
ROA < 5%
c. ROA pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 adalah
sebesar 1,76 % yang artinya Return on Assets pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2016 dinilai sehat karena 1,26 % ≤
ROA < 5%
d. ROA pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 1,71 % yang artinya Return on Assets pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2017 dinilai sehat karena 1,26 % ≤
ROA < 5%
e. ROA pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 adalah
sebesar 1,83 % yang artinya Return on Assets pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2018 dinilai sehat karena 1,26 % ≤
ROA < 5%

ROE (Return on Equity)


a. ROE pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 10,95 % yang artinya Return on Equity pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2014 dinilai cukup sehat karena
5,01 % ≤ ROE < 12,5%
b. ROE pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 16,84 % yang artinya Return on Equity pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2015 dinilai sehat karena 12,51 % ≤
ROE < 20%
c. ROE pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 18,35 % yang artinya Return on Equity pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2017 dinilai sehat karena 12,51 % ≤
ROE < 20%
d. ROE pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 18,11 % yang artinya Return on Equity pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2017 dinilai sehat karena 12,51 % ≤
ROE < 20%
e. ROE pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 adalah
sebesar 14,93 % yang artinya Return on Equity pada laporan
keuangan BTN Syariah tahun 2018 dinilai sehat karena 12,51 % ≤
ROE < 20%

BOPO
a. BOPO pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 88,97 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2014 dinilai sehat karena 89% sampai dengan
93%
b. BOPO pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 84,83 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2015 dinilai sangat sehat karena kurang dari
88%
c. BOPO pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 adalah
sebesar 82,48 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2016 dinilai sangat sehat karena kurang dari
88%
d. BOPO pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 82,06 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2017 dinilai sangat sehat karena kurang dari
88%
e. BOPO pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 85,58 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2017 dinilai sangat sehat karena kurang dari
88%

NI (Net Imbalan)
a. NI pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 4,47 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2014 dinilai sehat karena 2,01 % ≤ NI < 6,5%
b. NI pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 4,87 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2015 dinilai sehat karena 2,01 % ≤ NI < 6,5%
c. NI pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 adalah
sebesar 4,98 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2016 dinilai sehat karena 2,01 % ≤ NI < 6,5%
d. NI pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 4,76 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2017 dinilai sehat karena 2,01 % ≤ NI < 6,5%
e. NI pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 adalah
sebesar 4,32 % yang artinya Net Imbalan pada laporan keuangan
BTN Syariah tahun 2018 dinilai sehat karena 2,01 % ≤ NI < 6,5%
e. Likuiditas
FDR (Financing to Deposit Ratio)
a. FDR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 adalah
sebesar 108,86 % yang artinya Financing to Deposit Ratio pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2014 dinilai kurang sehat
karena Rasio Lebih dari 100% sampai dengan ≤ 120%
b. FDR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 adalah
sebesar 108,78 % yang artinya Financing to Deposit Ratio pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2015 dinilai kurang sehat
karena Rasio Lebih dari 100% sampai dengan ≤ 120%
c. FDR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 adalah
sebesar 102,66 % yang artinya Financing to Deposit Ratio pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2016 dinilai kurang sehat
karena Rasio Lebih dari 100% sampai dengan ≤ 120%
d. FDR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 adalah
sebesar 103,13 % yang artinya Financing to Deposit Ratio pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2017 dinilai kurang sehat
karena Rasio Lebih dari 100% sampai dengan ≤ 120%
e. FDR pada laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 adalah
sebesar 103,25 % yang artinya Financing to Deposit Ratio pada
laporan keuangan BTN Syariah tahun 2018 dinilai kurang sehat
karena Rasio Lebih dari 100% sampai dengan ≤ 120%

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa rasio yang telah saya bahas ternyata perusahan
BTN Syariah secara keseluruhan dari aspek laporan keuangan
menurut saya sudah terbilang sehat karena setelah saya analisis
dari berbagai rasio rata-rata cukup sehat. Dan saya yakin BTN
Syariah kedepannya bisa IPO di BEI (Bursa Efek Indonesia)
karena memiliki fundamental keuangan yang bagus.
B. Saran
Saran yang saya berikan dari paper ini adalah BTN Syariah
supaya meningkatkan kinerja operasionalnya apalagi BTN
Syariah termasuk Lembaga Keuangan Syariah yang mana
sebagian besar bahkan hampir semua nasabah adalah seorang
muslim. Hal ini dilakukan karena penduduk muslim di Indonesia
salah satu yang terbesar dan sebagian besar masih ke bank
konvensional dan saya harap sebagian besar penduduk muslim di
Indonesia agar beralih ke Bank Syariah.

REFERENSI
Wisnu P. Setyono, Miftakhul Nur Aini, “Analsis Kinerja Keuangan
Perbankan dengan Menggunakan Metode Camel”, Jurnal
Bisnis Manajemen dan Perbankan, Vol. 01, No. 02 (2014)
Randi Syahputra, Ahasanul Fuad saragih, “Analisis Tingkat
Kesehatan Bank dengan Metode Camel pada PT Bank Artos
Indonesia TBK Periode 2014-2017”, Jurnal Akutansi dan
Bisnis, Vol. 04, No. 01.

Yuliatin, “ Perbankan dalam Dimensi Konvensional dan Syariah”

Anita Wijayanti, “Bank Syariah vs Bank Konvensional : Kinerja


Keuangan Berbasis Rasio Keuangan”, Jurnal Dinamika Sosial
Ekonomi, Vol 6 No 2, 2017

Fitri Ruwaida, Skripsi, “Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai


Tingkat Kesehatan Keuangan Pada PD BPR Bank Klaten”
(Yogyakarta : UNY, 2011)

Soekarso, “Hubungan Analisis Ratio Keuangan dan Kesehatan


Perusahaan”, Journal The Winners, Vol 10 No 2, September
2009

Jeremiah KD Jacob, “Analisis Laporan Keuangan Dengan


Menggunakan Metode CAMEL Untuk Menilai Kesehatan
Perbankan” , Jurnal EMBA, Vol 1 No 3, September 2013

Sri Mangesti Rahayu, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan


Menggunakan Pendekatan RGEC”, Jurnal Ekonomi, Vol 1 No 1,
1 Januari 2015
Erika Amelia, “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Pendekatan :
CAMELS dan RGEC”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam,
Vol 6 No 2, Oktober 2018

Agung Yulianto, “Analisis CAMLES dalam Memprediksi Tingkat


Kesehatan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,
Jurna Media Ekonomi dan Teknologi Informasi, Vol 19 No 1, 1
Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai