Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN PARIWISATA

Faktor Permintaan dalam Industri Pariwisata

OLEH

1. Jevon A. Pratama Kelly (2010020060)

2. Irmawati Handayani Wahid (2010020058)

3. Maria Kristina Wotan (2010020066)

4. Rupertus S. Dosi Woda (2010020085)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Faktor Permintaan dalam Industri Pariwisata" dapat
terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas kelompok dalam mata kuliah
Manajemen Pariwisata. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak tantangan,
namun semua itu dapat terselesaikan dengan bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih
lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga berharap gagasan pada
makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia perguruan tinggi pada umumnya dan pembaca pada
khususnya.

Kupang, 8 Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Permintaan.................................................................................................. 3

2.2 Faktor Penentu Permintaan Industri Pariwisata ...........................................................3

2.3 Karakteristik Permintaan Perjalanan Pariwisata...........................................................6

2.4 Permintaan, Inflasi, dan Nilai Tukar Uang...................................................................6

BAB III PENUTUP..........................................................................................................12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................12

Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah
satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program
pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan
dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata di
pandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses
pembangunan. Pembangunan sector pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi
dan politik (Spillane, 2004:14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang -
Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,
memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta
memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Perkembangan pariwisata mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan


pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya
akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan
melakukan belanjaannya, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism
Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak
langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment
Derieved Demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan
jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidan
transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain , indutri kerajinan dan industri
produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain – lain (spilllane, 2004:20).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai
berikut:

a) Apa pengertian dari Permintaan?


b) Apa saja faktor penentu permintaan industri pariwisata?
c) Bagaimana karakteristik permintaan perjalanan pariwisata?
d) Bagaimana hubungan antara permintaan, inflasi, dan nilai tukar uang?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:

a) Untuk mengetahui arti dari permintaan


b) Untuk mengetahui apa saja faktor penentu permintaan industri pariwisata
c) Untuk memahami karakteristik permintaan perjalanan pariwisata
d) Untuk memahami hubungan antara permintaan, inflasi, dan nilai tukar uang

1.4 Manfaat

a. Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai faktor permintaan dalam
industri pariwisata melalui penerapan ilmu dan teori yang penulis peroleh dibangku
perkuliahan sehingga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya.

b. Peneliti lain

Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun bahan pertimbangan
bagi mereka yang menjadikan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai faktor
permintaan dalam industri pariwisata dan dapat dijadikan sumber pembanding dalam
penelitian dengan tema yang sama.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Permintaan

Permintaan adalah sejumlah produk barang atau jasa yang merupakan barang- barang
ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan harga tertentu dalam suatu waktu atau periode
dan dalam jumlah tertentu. Demand seperti ini lebih tepat sebagai permintaan pasar (market
demand), dimana tersedia barang tertentu dengan harga yang tertentu pula (Oka A.
Yoeti,2008). Biasanya, tinggi permintaan akan mempengaruhi harga. Sebaliknya, rendahnya
permintaan juga akan membuat harga semakin rendah.

Permintaan wisata pada dasarnya merupakan orang-orang yang ingin melakukan


perjalanan wisata. Menurut Mathieson dan Wall (1982:57) permintaan wisata terdiri dari
tiga jenis yaitu:

• Permintaan efektif atau permintaan aktual wisatawan yang sedang menikmati fasilitas
pariwisata misalnya orang-orang yang sedang melakukan perjalanan

• Permintaan tertahan (suppressed demand) merupakan seluruh atau sebagian masyarakat


yang tidak melakukan perjalanan karena alasan tertentu. Dua alasan yang membentuk
permintaan tertahan yaitu:

Permintaan potensial, mereka yang ingin bepergian tetapi tidak dilakukan karena belum
mempunyai daya beli saat itu. Jika seandainya nanti memperoleh kenaikan pendapatan
maka permintaan potensial ini akan berubah menjadi permintaan efektif.

Permintaan tertunda, dimana golongan ini mampu membayar, tetapi karena alasan tertentu
menunda perjalanan. Jika alasan menunda tidak ada, maka permintaan tertunda ini akan
menjadi permintaan efektif. Mereka yang termasuk kategori ini adalah mereka yang tidak
ada dan tidak mau mengadakan perjalanan (no demand)

2.2 Faktor Penentu Permintaan Industri Pariwisata

Menurut Yoeti (2008:123-128) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


permintaan pariwisata antara lain sebagai berikut :

1. Faktor-Faktor Permintaan Umum (General demand factors)

Secara umum permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata tergantung pada
hal-hal sebagai berikut :

3
a. Daya Beli (Purchasing power)

Kekuatan untuk membeli banyak ditentukan oleh disposable income yang erat
kaitannya dengan tingkat hidup (standard of living) dan intensitas perjalanan (travel
intensity) yang dilakukan. Semakin besar pendapatan yang bebas digunakan akan
semakin besar kemungkinan perjalanan yang diinginkan.

b. Struktur Demografi dan Kecenderungan (Demographic structure and trends)

Besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi


permintaan terhadap produk industri pariwisata. Negara yang memiliki penduduk
banyak tetapi pendapatan perkapitanya kecil akan memiliki kesempatan kecil untuk
melakukan perjalanan wisata. Faktor lain adalah struktur usia penduduk, penduduk
yang masih muda dengan pendapatan rata-rata relatif tinggi akan lebih besar
pengaruhnya dibanding dengan penduduk yang berusia pensiun.

c. Sosial dan Faktor-Faktor Budaya (Social and cultural factors)

Industrialisasi tidak hanya menghasilkan struktur pendapatan masyarakat relatif tinggi,


juga meningkatkan pemerataan pendapatan dalam masyarakat sehingga memungkinkan
memiliki kesempatan melakukan perjalanan wisata untuk menghilangkan kejenuhan
bekerja, menghilangkan stres, sehingga melakukan rekreasi sudah merupakan
keharusan.

d. Motivasi Berwisata dan Sikap (Travel motivations and attitudes)

Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat hubungannya dengan kondisi
sosial dan budaya masyarakatnya. Masih eratnya hubungan kekeluargaan masyarakat
dan sering melakukan saling berkunjung membuat perjalanan akan sering dilakukan dan
tentunya akan meningkatkan permintaan untuk melakukan perjalanan wisata.

e. Kesempatan untuk Berwisata dan Intensitas Pemasaran (Opportunities to travel and


tourism marketing intensity)

Adanya insentif untuk melakukan perjalanan wisata akan meningkatkan perjalanan


wisata ke seluruh dunia seperti Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE).
Kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata tidak hanya karena biaya perjalanan
ditanggung perusahaan, juga melakukan kesempatan kepada keluarga ikut melakukan
perjalanan wisata, anak dan istri mendampingi suami dalam berpartisipasi dalam suatu
konferensi tertentu.

4
2. Faktor-Faktor yang menentukan permintaan khusus (Factors determining specific demand)

Faktor-faktor yang akan mempengaruhi permintaan khusus terhadap daerah tujuan wisata
tertentu yang akan dikunjungi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Harga

Pada kebanyakan industri jasa harga biasanya menjadi masalah kedua karena yang
terpenting adalah kualitas yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan sesuai
dengan waktu yang diinginkan.Dalam kepariwisataan sudah biasa dilakukan price
differentiation secara umum sebagai suatu strategi dalam pemasaran.

b. Daya tarik wisata

Keputusan untuk melakukan perjalanan lebih banyak menyangkut pemilihan daerah


tujuan wisata. Pemilihan ini ditentukan oleh daya tarik yang terdapat di daerah yang akan
dikunjungi.

c. Kemudahan Berkunjung

Aksesbilitas ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi banyak mempengaruhi pilihan
wisatawan, wisatawan menginginkan tersedianya macam-macam transportasi yang dapat
digunakan dengan harga yang bervariasi. Karena biaya transportasi akan mempengaruhi
biaya perjalanan secara keseluruhan.

d. Informasi dan layanan sebelum kunjungan

Wisatawan biasanya memerlukan pre-travel service di daerah tujuan wisata yang mereka
kunjungi dan tersedia tourist information service yang dapat menjelaskan tempat-tempat
yang akan dikunjungi wisatawan, kendaraan yang digunakan, waktu perjalanan dan
keperluan yang dibutuhkan.

e. Citra

Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan wisata yang akan
dikunjungi. Citra dari daerah tujuan wisata akan mempengaruhi permintaan wisata daerah
tersebut.

5
2.3 Karakteristik Permintaan Perjalanan Pariwisata

Menurut Wahab 1996:140, permintaan wisata ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kekenyalan elasticity, seberapa jauh tingkat kelenturannya terhadap perubahan-perubahan


struktur harga atau perubahan macam-macam keadaan ekonomi di pasaran

b. Kepekaan sensitivity terhadap keadaan sosial politik dan terhadap perubahan mode
perjalanan.

c. Perluasan expansion yaitu adanya peningkatan arus wisatawan meskipun ada goncangan.
Hal ini disebabkan adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
berkembangnya media informasi, pengaruh ekonomi di negara sumber wisatawan, keadaan
di negara sumber wisatawan yang mendorong mengadakan perjalanan wisata.

d. Musim seasonality yaitu padat senggangya kunjungan wisatawan. Hal ini berkaitan
dengan hal-hal sebagai berikut: musim alam di negara asal, faktor kelembagaan libur
sekolah, tutupnya pabrik pada bulan tertentu. Jumlah permintaan perjalanan wisata ke tujuan
wisata secara khusus merupakan hal penting bagi siapapun yang berkecimpung dalam dunia
pariwisata. Data permintaan yang sangat penting adalah jumlah kedatangan wisatawan,
moda transportasi apa yang digunakan, berapa lama tinggal dan jenis akomodasi apa yang
dipilih oleh wisatawan, berapa jumlah uang yang dibelanjakan.

2.4 Permintaan, Inflasi, dan Nilai Tukar Uang

 Permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang diinginkan dan mampu dibeli oleh
konsumen untuk memenuhi kebutuhan pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu di
pasar. Biasanya, tinggi permintaan akan mempengaruhi harga. Sebaliknya, rendahnya
permintaan juga akan membuat harga semakin rendah.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

1. Harga barang substitusi dan barang komplementer. Permintaan terhadap suatu barang
dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang lain yang ada kaitannya seperti barang
dapat saling menggantikan (substitusi) dan barang yang saling melengkapi
(komplementer).
2. Pendapatan konsumen. Pendapatan konsumen (sebagai pembeli) merupakan faktor
yang sangat penting di dalam menentukan permintaan adalah terhadap berbagai jenis
barang. Bila pendapatan konsumen meningkat, berarti daya beli juga meningkat.

6
3. penduduk Pertambahan jumlah penduduk jelas menambah jumlah barang yang
dikonsumsi, akan tetapi proporsinya akan sangat tergantung pada pertambahan dalam
kesempatan kerja. Apabila pertambahan penduduk diiringi oleh pertambahan dalam
kesempatan kerja, maka akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan,
sehingga daya beli masyarakat akan meningkat. Meningkatnya daya beli masyarakat
berarti akan meningkatkan demand terhadap barang atau jasa.
4. Selera konsumen. Selera konsumen mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa. Contohnya, pada
masa-masa tertentu orang lebih suka terhadap barang konsumsi yang bersifat instan
(siap saji), sehingga demand terhadap barang tersebut akan bertambah. Akan tetapi
pada saat yang lain orang akan meninggalkan barang konsumsi yang bersifat instan
tersebut karena mengandung bahan pengawet yang berbahaya untuk kesehatan,
sehingga keinginan terhadap barang konsumsi tersebut akan berkurang.
5. Ekspektasi (harapan konsumen). Perubahan yang diramalkan akan terjadi dimasa
datang akan dapat memengaruhi demand. Jika para konsumen meramalkan bahwa
akan terjadi kenaikan harga-harga barang di masa mendatang, maka pada saat
sekarang konsumen akan melakukan pembelian yang lebih banyak terhadap barang-
barang yang akan mengalami kenaikan harga tersebut.
 Inflasi
Menurut Nopirin (2000) Pengertian Inflasi merupakan kecenderungan dari harga
untuk meningkat secara umum dan secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut dengan inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut
mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Tingkat kenaikan harga tersebut
tidak selalu dalam persentese yang sama. Syarat adanya kecenderungan yang
menyebabkan kenaikan harga-harga misalnya karena musiman, menjelang hari-hari
besar, atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak
disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah
atau”penyakit”ekonomi dan tidak memerlukan kebejiksanaan khusus untuk
menanggulangi.
Jenis Inflasi
Menurut Boediono(2012) Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu
1. Inflasi merayap (creeping inflation) Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu
kurang dari 10% per tahun.
2. Inflasi menengah (galloping inflation) Ditandai dengan meningkatnya harga yang
cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dengan waktu yang relative pendek serta
mempunyai sifat akselerasi yaitu harga pada bulan atau minggu berikutnya selalu
lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.

7
3. Inflasi tinggi (hyper inflation) Inflasi dimana harga barang meningkat sampai dengan
lima atau enamkali, yang menyebabkan nilai uang turun secara tajam (Nopirin:2000).
Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas
(over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang
melebihi kapasitas penawarana produk yang melebihi kapasitas penawar cenderung
mengalami kenaikan.

Pengukuran Inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat presentase perubahan sebuah


indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI): Indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
 Indeks harga produsen: Indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang
yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan
untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku
meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-
barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas: Indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas
tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal dimana Deflator PDB menunjukkan besarnya
perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

Penyebab Inflasi

 Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation)


Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis
barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan secara agregat
(aggregate demand).
 Inflasi karena biaya produksi (Cos Pull Inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada biaya
produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya karena
keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga bahan
bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadilah
inflasi.

8
 Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara
jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Bila jumlah barang itu tetap, sedangkan
uang beredar bertambah dua kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat.
Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau pemerintah
memakai sistem anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan
pencetakan uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik.
Dampak Inflasi
Menurut Boediono (2012) Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian.
Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut ini
adalah akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
 Dampak Inflasi terhadap Pendapatan: Inflasi dapat mengubah pendapatan
masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada
beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong perkembangan
ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan
demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan
seseorang. Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan
menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan
barang dan jasa akan semakin sedikit.
 Dampak Inflasi Terhadap Ekspor: Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang
ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor
semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara
mengalami kerugian karenadaya saing barang ekspor berkurang, yang
mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin
kecil.
 Dampak Inflasi Terhadap Minat Orang untuk Menabung: Pada masa inflasi,
pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada
kenyataannya.Berkurang karena laju inflasi. Misalnya, bulan januari tahun 2006
seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito
tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat
inflasi sepanjang januari 2006-januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka
pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung
akan berkurang.
 Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok: Keadaan inflasi menyebabkan
perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu
besar.

9
 Kurs atau Nilai Tukar Uang
Kurs merupakan perbandingan nilai harga suatu mata uang dengan mata uang
lainnya yang diukur atau dinyatakan setiap waktu, disesuaikan dengan keadaan
perdagangan dunia pada saat itu. Kurs merupakan hal yang berpengaruh terhadap harga
barang yang dinilai menggunakan mata uang dari negara tertentu. Inilah yang membuat
pebisnis suatu sektor memerlukan informasi kurs yang akurat karena berpengaruh
terhadap operasional bisnisnya. Kurs juga berpengaruh terhadap mereka yang
menukarkan mata uang tertentu dengan mata uang negara yang ingin ditujunya. Jadi,
umumnya membandingkan dua mata uang berbeda. Misalnya, Anda ingin pergi ke luar
negeri, ke Jepang dalam beberapa waktu. Untuk mudah bertransaksi di sana, Anda pun
harus menukar mata uang Rupiah ke Yen di money changer. Namun, sebelum itu,
Anda akan mencari informasi tentang berapa nilai tukarnya. Setelah tahu, Anda akan
membawa uang yang sesuai kurs jual dan kurs beli. Nilai kurs juga mempengaruhi
jalannya transaksi di pasar forex atau valuta asing yang menjadi tempat bagi mereka
untuk trading forex.
 Jenis-jenis Kurs
1. Kurs yang direferensikan Bank Indonesia. Kurs satu ini diterbitkan oleh Bank
Indonesia sejak tahun 2013, dan bisa menjadi acuan untuk seseorang yang ingin
bertransaksi menggunakan valuta asing. Kurs ini disebut juga dengan sebutan
JISDOR atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate.
2. Kurs beli. Merupakan jenis kurs yang dipakai untuk membeli valuta asing. Jenis
kurs ini bisa menjadi referensi siapa saja, mulai pedagang, trader, perbankan,
dan pihak lain yang memerlukannya dalam setiap transaksinya. Contohnya,
ketika Anda ingin menukarkan 100.000 Won Korea ke mata uang Rupiah,
Anda akan menggunakan perhitungan yang diberlakukan dalam kurs beli.
3. Kurs jual. Merupakan jenis kurs yang dipakai untuk menjual valuta asing. Jenis
kurs ini juga bisa dipakai oleh mereka yang berkepentingan dalam
perdagangan, untuk kemudahan transaksi di suatu negara, oleh perbankan,
trader, dan pihak lain yang memerlukannya. Contohnya, ketika Anda ingin
menukar Rupiah dengan Won Korea, Anda harus melihat kurs jual yang
berlaku pada saat itu.
4. Kurs tengah. Merupakan jenis kurs yang membagi kurs beli dan jual. Jenis kurs
ini dapat dihasilkan dengan cara menjumlahkan kurs jual dan beli, lalu dibagi
dua. Perhitungan ini pun yang akan menjadi pertengahan antara kedua kurs tadi.
Biasanya kurs ini diperlukan oleh pihak perusahaan asing di Indonesia dalam
menyajikan laporan keuangan miliknya. Informasi keuangan yang digunakan
biasanya dalam bentuk mata uang asing yang diberlakukan oleh mereka.
10
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs
1. Tingkat suku bunga. Suku bunga akan mempengaruhi nilai kurs suatu negara. Saat
suku bunga naik dan membuat pengembalian dari investasi naik, maka akan banyak
investasi yang masuk ke negara tersebut. Hal ini tentu menguntungkan bagi negara
yang jadi tujuan investasi dan investor. Apabila suku bunga rendah, pengembalian
juga bernasib sama. Biasanya investor akan memilih menarik investasinya untuk
mencari yang lebih menjanjikan pengembalian tinggi.
2. Tingkat inflasi . Apa itu inflasi pengaruhnya memang sangat luas. Termasuk di
dalamnya mempengaruhi nilai mata uang. Kurs adalah hal pertama yang akan
dipengaruhi perubahan inflasi. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi ekspor dan
membuat neraca perdagangan defisit.Padahal nilai ekspor yang lebih tinggi bisa
membuat perekonomian dalam negeri juga naik. Apabila inflasi rendah, maka kurs
adalah nilai yang akan tetap stabil.
3. Perubahan harga. Kurs adalah nilai mata uang uang dipengaruhi oleh harga yang
berubah. Apabila harga cenderung rendah di dalam negeri, maka ekspor bisa
ditingkatkan. Apabila harga cenderung naik, maka ekspor akan menurun, dan impor
jadi punya banyak kesempatan. Harga berubah ini faktornya bisa bermacam-macam.
Misalnya, kenaikan bahan baku.
4. Tingkat daya beli masyarakat. Masyarakat yang kemampuan daya belinya meningkat
akan membuat nilai mata uang juga berubah. Terutama untuk membeli produk asli
dalam negeri, hal ini bisa mempengaruhi meningkatnya ekspor. Meningkatnya daya
beli masyarakat ini biasanya dikarenakan bermunculnya masyarakat menengah,
perekonomian yang semakin membaik, dan sebagainya. Daya beli masyarakat juga
bisa turun ketika kondisi ekonomi suatu negara terpuruk.
5. Keadaan politik dunia. Keadaan politik dunia juga membuat nilai mata uang berubah.
Misalnya, suatu negara yang sedang mengalami konflik perang saudara, hal ini bisa
membuat nilai mata uangnya menurun. Untuk itu kestabilan politik harus tetap dijaga.
6. Keadaan ekonomi dunia. Kurs adalah nilai yang sangat dipengaruhi keadaan ekonomi
dunia. Sebut saja, ketika pandemi menghantam pertama kali di tahun 2020 lalu.
Banyak negara yang mengalami krisis sampai membuat nilai mata uang mereka pun
mengalami penurunan. Biasanya pemerintah sudah memiliki berbagai macam rencana
untuk menstabilkan ekonomi, supaya nilai mata uang negara tidak mengalami anjlok
ke nilai terburuknya.
11
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Permintaan adalah sejumlah produk barang atau jasa yang merupakan barang-
barang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan harga tertentu dalam suatu waktu
atau periode dan dalam jumlah tertentu. Faktor-faktor penentu permintaan industri
pariwisata dibagi menjadi 2 yaitu; faktor penentu umum (daya beli, struktur demografi
dan kecenderungan, sosial dan faktor budaya, motivasi berwisata dan sikap, kesempatan
untuk berwisata dan intensitas pemasaran), dan faktor penentu khusus (harga, daya tarik
wisata, kemudahan berkunjung, informasi dan layanan sebelum kunjungan, citra) .

Inflasi merupakan kecenderungan dari harga untuk meningkat secara umum dan
secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
dengan inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut mengakibatkan kenaikan harga pada
barang lainnya. Tingkat kenaikan harga tersebut tidak selalu dalam persentese yang
sama.

Kurs merupakan perbandingan nilai harga suatu mata uang dengan mata uang
lainnya yang diukur atau dinyatakan setiap waktu, disesuaikan dengan keadaan
perdagangan dunia pada saat itu. Kurs merupakan hal yang berpengaruh terhadap harga
barang yang dinilai menggunakan mata uang dari negara tertentu. Inilah yang membuat
pebisnis suatu sektor memerlukan informasi kurs yang akurat karena berpengaruh
terhadap operasional bisnisnya. Kurs juga berpengaruh terhadap mereka yang
menukarkan mata uang tertentu dengan mata uang negara yang ingin ditujunya.

12
Daftar Pustaka

Wedagama, I.G.N., Aditya S.J., 2020. PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PERMINTAAN


INDUSTRI PARIWISATA. Jurnal Dosen. Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid. Surakarta.

Rizki E.P., 2020. PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
PENDAPATAN PENJUALAN PT CAHAYA MENTAL INDO PERKASA. Jurnal Dosen.
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Riau. Kepulauan Batam.

Aris S., 2005. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN WISATA DALAM


PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DI KERATON SURAKARTA
HADININGRAT. Tesis Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi. Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai