Anda di halaman 1dari 5

C.

Mekanisme Operasional Leasing Syariah

Dalam transaksi Ijarah muntahiah bit-tamlik, diterapkan ketentuan-ketentuan sebagaimana


skema sebagai berikut :

Akad Al-Ijarah al-muntahia bit-

LKS Nasabah
Butuh Obyek Sewa

Milik LKS
Akhir Periode
LKS beli menjadi milik
objek OBJEK nasabah
sewa SEWA

Produsen

Apabila mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam standar akuntansi perbankan


syariah PSAK 59, maka ketentuan ijarah dan ijarah muntahia bit-tamlik adalah sebagai
berikut :

1. Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan dan disusutkan
sesuai kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan
transaksi ijarah dan masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahia bit-tamlik.

2. Pendapatan ijarah dan ijarah muntahia bit-tamlik diakui selama masa akad secara
proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahia bit-tamlik melalui penjualan secara
bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama
masa akad karena adanya pelunasan bagian perbagian objek sewa pada setiap periode.

3. Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahia bit-tamlik diukur sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan.

4. Jika biaya akad dibebankan pemilik objek sewa maka biaya dialokasikan secara
konsisten dengan alokasi pendapatan ijarah atau ijarah muntahia bit-tamlik selama masa
akad.

5. Pengakuan biaya perbaikan objek sewa adalah sebagai berikut:

a. Biaya perbaikan tidak rutin objek sewa diakui pada saat terjadinya.

b. Jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek sewa dengan persetujuan pemilik objek
sewa maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik objek sewa dan diakui sebagai
beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut.

c. Dalam ijarah muntahia bit-tamlik melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan
objek sewa yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik objek sewa maupun
penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing- masing.

6. Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahia bit- tamlik melalui hibah
diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan objek sewa yang telah
diserahkan kepada penyewa. Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada
saat terjadinya perpindahan hak milik objek sewa.

7. Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahia bit- tamlik melalui
penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa
sewa diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui
keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai
buku bersih.

8. Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahia bit-tamlik melalui


pembayaran sekadarnya adalah bagian berikut:

a. Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah
diselesaikan dan penyewa membali objek sewa dari pemilik objek sewa.

b. Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan
hak milik objek sewa.

c. Jika penyewa berjanji untuk membeli objek sewa tetapi kemudian memutuskan untuk
tidak melakukan dan nilai wajar objek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka
selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa pada penyewa.
d. Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli objek sewa dan memutuskan untuk tidak
melakukannya, maka objek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku mana yang
lebih rendah. Jika nilai wajar objek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
9. Pengakuan pelepasan objek sewa dalam melalui penjualan objek sewa secara bertahap
adalah sebagai berikut:
a. Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah
diselesaikan dan penyewa membeki sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa.
b. Nilai buku bagian objek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik objek
sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian objek sewa.
c. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga
jual dan nilai buku atas bagian objek sewa yang telah dijual.
d. Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas objek sewa yang tersisa maka
perlakukan akuntansinya sesuai dengan ketentuan nomor 8 huruf c dan d.
10. Dalam ijarah muntahia bit-tamlik jika objek sewa mengalami penurunan nilai
permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut
timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelaiannya, serta jumlah cicilanijarah yang
sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya diakui sebagai
kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada periode terjadinya
penurunan nilai.
11. Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan menyewanya kembali, maka perlakuan
akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa diterapkan.
Apabila terjadi perpindahan hak milik objek sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahia
bit-tamlik dapat dilakukan dengan hibah, penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga
yang sebanding dengan sisa cicilan sewa, penjualan pada akhir masa sewa dengan
pembayaran tertentu yang disekapati pada awa akad, dan penjualan bertahap sebesar harga
yang disepakati dalam akad.

D. Dasar Hukum Syari’ah Dan Hukum Negara leasing syariah


Leasing (sewa guna usaha) syari’ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik dilakukan secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi
yang akan digunakan oleh penyewa dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran secara
angsuran dimana menggunakan prinsip ijarah dan ijarah muntahiyah bi al-Tamlik. Leasing
syari’ah diatur di dalam:

a. Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per03/BL/2007 tentang
kegiatan Lembaga Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah.

b. Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per04/BL/2007 tentang
akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah.

c. Surat Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dengan Nomor B-
323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal 29 November tahun 2007 tentang Pernyataan DSN-MUI atas
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

Sedangkan leasing syari’ah menganut asas-asas yang berpedoman kepada alQur’an dan al-
Hadits. Berikut ini Landasan hukum leasing syari’ah, dari al-Qur’an dan al-Hadits:

a. Al-Qur’an Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 233 dan surat az Zukhruf ayat 32:

۞ ‫ُوف ۚ اَل‬ ِ ‫ضا َعةَ ۚ َو َعلَى ْال َموْ لُو ِد لَهُ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعر‬ َ ‫ض ْعنَ أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَ ْي ِن ۖ لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم ال َّر‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ِ ْ‫َات يُر‬
‫اض ِم ْنهُ َما‬
ٍ ‫صااًل ع َْن ت ََر‬ َ ِ‫ث ِم ْث ُل ٰ َذل‬
َ ِ‫ك ۗ فَإ ِ ْن أَ َرادَا ف‬ ِ ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُو ٌد لَهُ بِ َولَ ِد ِه ۚ َو َعلَى ْال َو‬
ِ ‫ار‬ َ ُ‫تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ إِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت‬
‫ُوف ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن‬
ِ ‫ضعُوا أَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعر‬ ِ ْ‫َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما ۗ َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬
ِ َ‫هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
‫صي ٌر‬

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya, dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.
‫ضهُ ْم بَ ْعضًا‬ ُ ‫ت لِيَتَّ ِخ َذ بَ ْع‬ٍ ‫ْض َد َر َجا‬
ٍ ‫ق بَع‬ َ ‫ك ۚ نَحْ نُ قَ َس ْمنَا بَ ْينَهُ ْم َم ِعي َشتَهُ ْم فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا ۚ َو َرفَ ْعنَا بَ ْع‬
َ ْ‫ضهُ ْم فَو‬ َ ِّ‫أَهُ ْم يَ ْق ِس ُمونَ َرحْ َمتَ َرب‬
َ‫ك َخ ْي ٌر ِم َّما يَجْ َمعُون‬ َ ِّ‫ت َرب‬ُ ‫س ُْخ ِريًّا ۗ َو َرحْ َم‬

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

b. Al-Hadits

1) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berbekam kamu, kemudian
berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu” (HR. Bukhari).

2) Dari Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berikanlah upah pekerja sebelum kering
keringatnya (HR. Ibnu Majah).

3) “Dahulu kami menyewa tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu
Rasulullah SAW melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan
uang emas atau perak.” ( HR.Nasa’i).

http://eprints.walisongo.ac.id/1364/3/062411073_Bab2.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/268132941.pdf

https://tafsirq.com/topik/surat+al-Baqarah+ayat+233

https://tafsirq.com/43-az-zukhruf/ayat-32

Anda mungkin juga menyukai