Anda di halaman 1dari 6

Audit Keuangan Syariah

KOMPETENSI, STANDAR PROFESIONAL DAN KODE ETIK


AUDITING SYARIAH

Dosen Pengampu:
Baso Akib, S.Kom., M.Ak

Disusun Oleh Kelompok 4:

Muhammad Fajar Alfiadi Syam

Arjun. P

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT PARAHIKMA INDONESIA (IPI) GOWA
2022
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional
Secara etimologi kompetensi menurut Powell (1977) berasal dari kata
competency yang berarti kecakapan, kemampuan, kompetensi atau wewenang.
Kompetensi menurut Rusdiana dan Saptaji (2018) adalah kecakapan yang
merupakan persyaratan utama dalam kinerja dan menjadi faktor penting yang
memengaruhi ketercapaian tujuan organisasi. Kompetensi menurut Lee
(1995) merupakan sebuah keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang
bersifat eksplisit dipergunakan untuk audit secara objektif.
Auditor yang kompeten adalah auditor yang menguasai teori dan
aplikasinya dalam melakukan tugasnya sebagai auditor dengan tetap
berpedoman pada standar yang ditetapkan, landasan yuridis, dan prinsip
keterbukaan dan kejujuran (Rusdiana dan Saptaji, 2018).
Kompetensi auditor berdasarkan Keputusan Dewan Pengurus IAPI No.
4 tahun 2018 merupakan, “kemampuan profesional individu auditor
dalam menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan suatu perikatan
baik secara bersama-sama dalam suatu tim atau secara mandiri
berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik, kode Etik dan ketentuan hukum
yang berlaku. Kompetensi auditor dapat diperoleh melalui pendidikan pada
perguruan tinggi pada bidang akuntansi, kegiatan pengembangan dan
pelatihan profesional di tempat bekerja, yang kemudian dibuktikan melalui
penerapan pada praktik pengalaman kerja serta jumlah jam kerja riil yang
telah diperoleh. Sertifikasi profesi merupakan bentuk pengakuan IAPI
terhadap kompetensi auditor. Auditor harus senantiasa menjaga dan
meningkatkan kompetensi melalui kegiatan pelatihan berkelanjutan.”
Kompetensi adalah keahlian/kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menyelesaikan sesuatu yang dengan keterampilan dan kemampuan yang
diwajibkan untuk dimiliki para pekerja dibidang itu, sehingga kompetensi
sebagai karakteristik kinerja suatu pekerja dalam bidang tersebut.
B. Kompetensi Wajib Auditor Syariah
Menurut Izzatika and Lubis (2016), kompetensi merupakan sebuah
kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau
profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan
pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik. Adapun beberapa kompetensi
yang harus dimiliki auditor syariah adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan (Knowledge), Auditor syariah pada perbankan syariah
harus memiliki pengetahuan di bidang audit dan syariah. Pengetahuan
yang dimaksudkan adalah pengetahuan umum dan pengetahuan
spesifik.
2. Keterampilan (Skill), auditor harus mampu untuk menerapkan
pengetahuan yang telah dia dapatkan, baik itu pengetahuan yang
didapatkan dari pendidikan formal maupun dari pelatihan-pelatihan
yang dia ikuti. Auditor juga harus tahu cara untuk menyelesaikan tugas
yang diterima dengan efektif dan efisien.
3. Karakteristik Khusus (Special Characteristic), karakteristik khusus
adalah kompetensi auditor yang mengacu pada perilaku individu di
luar dari behavioral skills. Karakteristik khusus mencakup pada aspek
tanggung jawab etis seorang auditor, motivasi diri, integritas seorang
auditor, harga diri, manajemen diri, dan profesionalisme.
C. Standar Profesional Akuntan Publik
1. Standar Auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis,
yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA) termasuk interpretasi Pernyataan Standar Auditing
(IPSA).Standar ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan
Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga
pelaksanaannya bersifat wajib.
2. Standar Atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan
dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan
keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan
keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang
disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam
bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT), termasuk Interpretasi
Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT). Standar ini mengikat akuntan publik
dan pelaksanaaannya bersifat wajib.
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan
review.Dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan
Review (PSAR), dan bersifat mengikat akuntan publik sehingga
pelaksanaannya wajib.
4. Standar Jasa Konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang
menyediakan jasa konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik.
Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi.
5. Standar Pengendalian Mutu, memberikan panduan bagi kantor akuntan
publik dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan
oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika
Kompertemen Akuntan Publik.
D. Kode Etik dan Komitemn Profesi Akuntan Publik
1. Integritas
Integritas merupakan elemen fundamental dari profesi akuntansi.
Integritas mengharuskan seorang akuntan publik untuk bersikap jujur,
terus terang, dan terbuka dengan informasi keuangan klien. Seorang
akuntan publik harus bisa membatasi diri agar tidak menggunakan
informasi rahasia tersebut demi keuntungan pribadi dengan menipu atau
memanipulasinya secara sengaja.
2. Objektif
Bersikap objektif berarti membuat laporan keuangan berdasarkan
bukti yang akurat sesuai dengan penelitian dan fakta, bukannya hanya
opini yang bersifat bias. Maksud di balik prinsip ini adalah untuk
menghasilkan laporan keuangan yang lebih relevan sehingga dapat
diandalkan untuk mengevaluasi posisi keuangan dan arus kas sebuah
bisnis.
3. Kompeten
Kompetensi biasanya didasarkan pada pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh seorang akuntan publik. Seiring dengan
perubahan teknologi, undang-undang, dan peraturan yang berlaku, seorang
akuntan harus tetap up to date dan memiliki wawasan terkini mengenai
praktik akuntansi terbaik.
4. Independen
Independensi merupakan salah satu nilai etika penting dalam
profesi akutansi, terutama bagi seorang auditor. Auditor yang independen
tidak berafiliasi dengan klien yang mereka tangani, artinya mereka tidak
memiliki kepentingan finansial dalam bisnis yang diaudit. Selain itu,
mereka juga tidak terkait dengan pihak mana pun yang mungkin
berkepentingan atau dirugikan oleh hasil audit atau publikasinya.
5. Kerahasiaan
Seorang akuntan publik harus bisa menghormati kerahasiaan
informasi keuangan yang dimiliki oleh klien mereka sebagai bentuk dari
sikap yang profesional. Mereka juga tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali
jika ada hak atau kewajiban hukum yang mengharuskannya.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, H.A dan Aji Saptaji. 2018. “Auditing syari’ah: Akuntabilitas Sistem
pemeriksaan Laporan keuangan”. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Musfiroh, Luluk., Suhartini, Dwi., dan Mayasari, Lina D. 2021. “Kompetensi


Auditor Syariah Model Ksoc Ditinjau Dari Perspektif Islam.” dalam
Behavioral Accounting Journal, Vol 4 No 1.

Agoes, Sukrisno. 2001. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan


Publik”. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Boynton, W., Johnson, R. N., dan Kell, W.J. 2003. “Modern Auditing”. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai