PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH INSTITUT PARAHIKMA INDONESIA (IPI) GOWA 2022 PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Secara etimologi kompetensi menurut Powell (1977) berasal dari kata competency yang berarti kecakapan, kemampuan, kompetensi atau wewenang. Kompetensi menurut Rusdiana dan Saptaji (2018) adalah kecakapan yang merupakan persyaratan utama dalam kinerja dan menjadi faktor penting yang memengaruhi ketercapaian tujuan organisasi. Kompetensi menurut Lee (1995) merupakan sebuah keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang bersifat eksplisit dipergunakan untuk audit secara objektif. Auditor yang kompeten adalah auditor yang menguasai teori dan aplikasinya dalam melakukan tugasnya sebagai auditor dengan tetap berpedoman pada standar yang ditetapkan, landasan yuridis, dan prinsip keterbukaan dan kejujuran (Rusdiana dan Saptaji, 2018). Kompetensi auditor berdasarkan Keputusan Dewan Pengurus IAPI No. 4 tahun 2018 merupakan, “kemampuan profesional individu auditor dalam menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan suatu perikatan baik secara bersama-sama dalam suatu tim atau secara mandiri berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik, kode Etik dan ketentuan hukum yang berlaku. Kompetensi auditor dapat diperoleh melalui pendidikan pada perguruan tinggi pada bidang akuntansi, kegiatan pengembangan dan pelatihan profesional di tempat bekerja, yang kemudian dibuktikan melalui penerapan pada praktik pengalaman kerja serta jumlah jam kerja riil yang telah diperoleh. Sertifikasi profesi merupakan bentuk pengakuan IAPI terhadap kompetensi auditor. Auditor harus senantiasa menjaga dan meningkatkan kompetensi melalui kegiatan pelatihan berkelanjutan.” Kompetensi adalah keahlian/kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan sesuatu yang dengan keterampilan dan kemampuan yang diwajibkan untuk dimiliki para pekerja dibidang itu, sehingga kompetensi sebagai karakteristik kinerja suatu pekerja dalam bidang tersebut. B. Kompetensi Wajib Auditor Syariah Menurut Izzatika and Lubis (2016), kompetensi merupakan sebuah kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik. Adapun beberapa kompetensi yang harus dimiliki auditor syariah adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan (Knowledge), Auditor syariah pada perbankan syariah harus memiliki pengetahuan di bidang audit dan syariah. Pengetahuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan umum dan pengetahuan spesifik. 2. Keterampilan (Skill), auditor harus mampu untuk menerapkan pengetahuan yang telah dia dapatkan, baik itu pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan formal maupun dari pelatihan-pelatihan yang dia ikuti. Auditor juga harus tahu cara untuk menyelesaikan tugas yang diterima dengan efektif dan efisien. 3. Karakteristik Khusus (Special Characteristic), karakteristik khusus adalah kompetensi auditor yang mengacu pada perilaku individu di luar dari behavioral skills. Karakteristik khusus mencakup pada aspek tanggung jawab etis seorang auditor, motivasi diri, integritas seorang auditor, harga diri, manajemen diri, dan profesionalisme. C. Standar Profesional Akuntan Publik 1. Standar Auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis, yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA) termasuk interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA).Standar ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib. 2. Standar Atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT), termasuk Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT). Standar ini mengikat akuntan publik dan pelaksanaaannya bersifat wajib. 3. Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.Dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR), dan bersifat mengikat akuntan publik sehingga pelaksanaannya wajib. 4. Standar Jasa Konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. 5. Standar Pengendalian Mutu, memberikan panduan bagi kantor akuntan publik dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompertemen Akuntan Publik. D. Kode Etik dan Komitemn Profesi Akuntan Publik 1. Integritas Integritas merupakan elemen fundamental dari profesi akuntansi. Integritas mengharuskan seorang akuntan publik untuk bersikap jujur, terus terang, dan terbuka dengan informasi keuangan klien. Seorang akuntan publik harus bisa membatasi diri agar tidak menggunakan informasi rahasia tersebut demi keuntungan pribadi dengan menipu atau memanipulasinya secara sengaja. 2. Objektif Bersikap objektif berarti membuat laporan keuangan berdasarkan bukti yang akurat sesuai dengan penelitian dan fakta, bukannya hanya opini yang bersifat bias. Maksud di balik prinsip ini adalah untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih relevan sehingga dapat diandalkan untuk mengevaluasi posisi keuangan dan arus kas sebuah bisnis. 3. Kompeten Kompetensi biasanya didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang akuntan publik. Seiring dengan perubahan teknologi, undang-undang, dan peraturan yang berlaku, seorang akuntan harus tetap up to date dan memiliki wawasan terkini mengenai praktik akuntansi terbaik. 4. Independen Independensi merupakan salah satu nilai etika penting dalam profesi akutansi, terutama bagi seorang auditor. Auditor yang independen tidak berafiliasi dengan klien yang mereka tangani, artinya mereka tidak memiliki kepentingan finansial dalam bisnis yang diaudit. Selain itu, mereka juga tidak terkait dengan pihak mana pun yang mungkin berkepentingan atau dirugikan oleh hasil audit atau publikasinya. 5. Kerahasiaan Seorang akuntan publik harus bisa menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dimiliki oleh klien mereka sebagai bentuk dari sikap yang profesional. Mereka juga tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau kewajiban hukum yang mengharuskannya. DAFTAR PUSTAKA Rusdiana, H.A dan Aji Saptaji. 2018. “Auditing syari’ah: Akuntabilitas Sistem pemeriksaan Laporan keuangan”. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Musfiroh, Luluk., Suhartini, Dwi., dan Mayasari, Lina D. 2021. “Kompetensi
Auditor Syariah Model Ksoc Ditinjau Dari Perspektif Islam.” dalam Behavioral Accounting Journal, Vol 4 No 1.
Agoes, Sukrisno. 2001. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik”. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Boynton, W., Johnson, R. N., dan Kell, W.J. 2003. “Modern Auditing”. Jakarta: Erlangga.