Anda di halaman 1dari 29

AUDIT KEUANGAN SYARIAH

Dosen Pengampuh: Baso Akib S.Kom.,M.Ak

Disusun Oleh:

Sapir
Syeirul

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


INSTITUT PARAHIKMA INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Audit
Keuangan Syariah“ dan juga penulis berterima kasih kepada bapak Baso Akib
S.Kom., M.Ak yang telah membimbing dan memberi tugas makalah ini sehingga
penulis bisa mengetahui lebih dalam mengenai materi tersebut, serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah Audit Keuangan Syariah.
Selawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, yang membawa umat manusia dari jalan yang sesat ke jalan
yang lurus berupa ajaran islam yang sempurna dan menjadi anugerah bagi seluruh
umat.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang mendasar dalam
penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun untuk kemajuan makalah yang penulis buat
agar lebih baik lagi ke depannya dan tidak mengulang kesalahan yang sama dalam
pembuatan makalah selanjutnya. Penulis mempersembahkan dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT, memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat bagi semua orang. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, 26 oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Konsep Dasar Auditing Syariah....................................................................3
B. Kinerja Audit dan Provesi Akuntan Publik...................................................8
C. Kompetensi, Standar Profesional dan Kode Etik Auditing Syariah............13
D. Metode Audit Kepatuhan Syariah...............................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
A. Simpulan.....................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini sistem keuangan syariah mulai berkembang, itandai dengan
munculnya lembaga keuangan syariah serta perusahaan yang berlandasan
entitas syariah. Karena sistem keuangan Konvensional tidak memperhatikan
sama sekali nilai-nilai agama. Sebab dalam penyajian laporan keuangan yang
berlandasan dengan entitas syariah yang baik juga membutuhkan pada prinsip-
prinsip syariah agar berkualitas. Terkait dengan Penyajian laporan keuangan
dalam suatu perusahaan merupakan suatu bentuk pelaksanaan akuntabilitas
pertanggungjawaban dalam mengelola keuangan. Pertanggung jawaban
laporan keuangan suatu perusahaan dipegang oleh manajemen, sementara
yang terkait dengan kewajaran suatu laporan keuangan dipegang oleh auditor.
Tugas dan tanggung jawab auditor hanya sebatas memberikan opini atas jasa
audit yang dilakukannya. Nantinya opini yang dikeluarkan oleh auditor
digunakan dalam berbagai pengambilan keputusan oleh stakelhorders, baik itu
masyarakat luas maupun investor.
Perkembangan pada audit syariah sendiri ini dimulai ketika perbankan
konvensional melakukan office channeling dengan membuka usaha-usaha
yang berlandasan syariah. Audit syariah bersama dengan team audit keputusan
syariah ini ditugaskan membantu apa yang dikerjakan Dewan Pengawas
Syariah (DPS) terhadap pengawasannya diwilayah lembagalembaga keuangan
syariah agar tidak ada penyimpangan pada prinsip syariah. Tugas-tugas dalam
perbankan syariah maupun non perbankan, seperti unit usaha-usaha syariah
atau bisnis syariah dalam usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini juga
harus memiliki standart yang diterapkan yang bertujuan agar selaras dengan
standart yang telah diterapkan pada Auditing and Accounting Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI).
Menurut AAOIFI sebagai lembaga yang menerbitkan standar audit
syariah menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan lembaga
keuangan syariah (LKS) yaitu untuk memungkinkan auditor memberikan

1
2

keyakinan atas pernyataan atau opini terkait laporan keuangan lembaga


keuangan syariah (LKS) yang disusun mencakup semua aspek yang material
sesui dengan prinsip dan aturan syariah. Hal tersebut juga didukung dengan
aturan dalam standar audit lembaga keuangan syariah (LKS) pada ASIFI No.1
Yang dianggap relevan untuk digunakan dalam praktik lembaga keuangan
syariah (LKS) yang beroperasi.
Menurut Kasim et al dalam Yazid dan Suryanto (2016) mengungkap
bahwa audit syariah dianggap perlu untuk meningkatkan kualitas auditor yang
memenuhi nilai-nilai islam. Dimana kualitas audit ini harus sesuai dengan
prinsip syariah. Sebagai penilai probabilitas gabungan, kualitas auditor dapat
dikatakan baik jika: a) dapat menemukan adanya pelanggaran atau salah saji
material dalam sistem akuntansi klien serta b) mampu melaporkan
pelanggaran tersebut (Dewi dan Murti, 2019). Dalam menjalankan profesinya
auditor disyaratkan untuk selalu mengedepankan kualitas audit seperti
independensi, integritas, kompetensi dan juga selalu menjaga citra profesinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar auditing syariah?
2. Bagaimanakah kinerja audit dan provesi akuntan publik?
3. Bagaimanakah kompetensi, standar profesional dan kode etik auditing
syariah?
4. Bagaimanakah metode audit kepatuhan syariah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar auditing syariah?
2. Untuk mengetahui dan memahami kinerja audit dan provesi akuntan
publik.
3. Untuk mengetahui dan memahami kompetensi, standar profesional dan
kode etik auditing syariah.
4. Untuk mengetahui dan memahami metode audit kepatuhan syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Auditing Syariah


1. Konsep Audit Syariah
Dalam konteks audit syariah, pemeriksaan laporan keuangan
dan informasi keuangan lainnya juga menjadi sangat penting,
mengingat keduanya dapat menjadi sumber malapetaka ekonomi
berupa krisis dan sebagainya jika tidak dikelola secara maksimal. Audit
syariah dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memastikan
bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh institusi keuangan Islam
tidak melanggar syariah atau pengujian kepatuhan syariah secara
menyeluruh terhadap aktivitas bank syariah. Tujuan audit syariah
adalah untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional Opini
Syari'ah adalah pendapat kolektif dari DPS yang telah dibahas secara
cermat dan mendalam mengenai kedudukan /ketentuan syari'ah yang
berkaitan dengan produk atau aktivitas LKS. Opini Syari'ah dapat
dijadikan pedoman sementara sebelum adanya fatwa DSN tentang
masalah tertentu.
Bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan
sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah.
Hal-hal yang dilakukan pada audit bank syariah meliputi:
a. Pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan
unsur kepatuhan syariah.
b. Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber
dana ataupun pembiayaan.
c. Pemeriksaan distribusi profit
d. Pengakuan pendapatan cash basis secara riil
e. Pengakuan beban secara accrual basis
f. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan
pendapatan dengan bagi hasil.

3
4

g. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat


h. Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak
sesuai dengan syariah.

Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit


syariah, meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki
peran dalam audit pada perbankan syariah. Prosedur audit secara umum
antara lain:
a. Prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data
yang memiliki hubungan
b. Menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan
fisik atas sumber-sumber berwujud,
c. Mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau
ekstern untuk mendapat informasi
d. Menghitung dan menelusur dokumen
e. Mencocokkan ke dokumen.
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit
syariah antara lain memenuhi unsur sebagai berikut:
1) Audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji
kepatuhan perbankan syariah pada prinsip dan aturan syariah
dalam produk dan kegiatan usahanya sehingga auditor syariah
dapat memberikan opini yang jelas apakah bank syariah yang
telah diaudit tersebut shari'ah compliance atau tidak.
2) Audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit
yang telah ditetapkan oleh AAOIFI.
3) Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS
(sertifikasi akuntansi syariah)
4) Hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap
keberlangsungan usaha perbankan syariah dan kepercayaan seluruh
pihak atas keberadaan LKS.
2. Teori dan Standar Auditing
a. Auditing
5

Definisi auditing menurut Agoes Sukrisno, (2012:4) adalah sebagai


berikut: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-
bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Standar Auditing
1) Definisi standar Auditing
Standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu
auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas
laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan
mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi,
persyaratan laporan dan bukti (Arens et.al, 2013:41).
2) Standar Auditing
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia dalam SA Seksi 150 dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (IAPI, 2011:150.1) adalah sebagai berikut:
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan
oleh auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
6

b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus


diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika
ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dengan penerapan akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laporan auditor.
d) Laporan keuangan auditor harus memuat suatu pernyataan
pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan
atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal
nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada, dan tingkat Tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.

3. Etika Profesi Auditor


a. Definisi Etika Profesi
7

Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip etis yang
dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen dalam
melaksanakan suatu proses yang sistematis dalam proses pengumpulan
dan evaluasi bahan bukti secara objektif tentang informasi yang dapat
diukur mengenai asersi – asersi suatu entitas ekonomi, dengan tujuan
menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi – asersi
tersebut, serta melaporakan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak
– pihak yang berkepentingan.
Menurut IAPI (2011:1) dalam prinsip-prinsip dasar etika profesi
Seksi 100, salah satu hal yang membedakan etika profesi akuntan
publik dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan
publik dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung
jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan
klien atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik,
setiap praktisi harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar
dan kode etik yang telah diatur dalam kode etik.
b. Prinsip Dasar Etika Profesi
1) Prinsip Integritas.
Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan bisnis dalam melaksanakan pekerjaan.
2) Prinsip Obyektifitas.
Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subyektifitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari
pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya.
3) Prinsip Kompetensi Serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian
Profesional (professional competence and due care).
Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara
berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat
menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten
8

berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-


undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap praktisi harus
bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan
kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
4) Prinsip Kerahasiaan.
Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan
bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut
kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja,
kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai
dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku.
Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk
keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5) Prinsip Perilaku Profesional.
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
B. Kinerja Audit dan Provesi Akuntan Publik
1. Profesi Akuntansi
Menurut Aulia (2016) profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan
yang menggunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk pekerjaan
sebagai akuntan publik, akuntan internal yang bekerja pada perusahaan jasa
atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintahan, dan akuntan pendidik
yang menyalurkan ilmu akuntansi yang dimilikinya kepada anak didiknya.
2. Akuntan Publik
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011
tentang Akuntan Publik, akuntan publik adalah seorang akuntan yang
melakukan praktik jasa akuntansinya secara profesional sehingga hasilnya
9

dapat digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan
penting dalam pengambilan keputusan (www.jdih.kemenkeu.go.id).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntan
publik merupakan akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dan telah
memperoleh izin praktek oleh Menteri Keuangan untuk memberikan jasa
asuransi yang digunakan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan
bahwa akuntan publik merupakan akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik dan telah memperoleh izin praktek oleh Menteri Keuangan untuk
memberikan jasa assurance yang digunakan oleh perusahaan dalam
pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja auditor ada 3 yang dominan
dalam mempertimbangkan untuk penilaian kinerja menurut Agus Dharma
dalam Putri (2015) sebagai berikut:
a. Kuantitas,
b. Kualitas dan
c. Ketepatan waktu.
3. Audit
Auditing adalah suatu preses sistematis untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan
dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Berikut ini adalah gambaran jenjang karir akuntan publik (Mulyadi, 2002):
1. Auditor junior, bertugas melaksanakan prosedur audit secara rinci,
membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan.
2. Auditor senior, bertugas untuk melaksanakan audit dan bertanggung
jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan
rencana, mengarahkan dan mereview auditor junior.
3. Manajer, merupakan pengawas audit yang bertugas membantu auditor
senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit : mereview
kertas kerja, laporan audit dan management letter.
10

4. Partner, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, dan bertanggung


jawab secara keseluruhan mengenai auditing.
4. Jasa Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang sudah
memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk dijadikan sebagai tempat
para akuntan publik dalam memberikan jasanya (Undang-undang Nomor 5
tahun 2011 tentang Akuntan publik pasal 12). Berdasarkan definisi tersebut
KAP tidak akan lepas dari semua aktivitas yang dilakukan oleh seorang
akuntan publik seperti melakukan penilaian laporan keuangan suatu
perusahaan. Menurut Mulyadi (2002) jasa Kantor Akuntan Publik yang
diberikan terdiri dari:
a. Jasa Assurance
Jasa assurance merupakan jasa independen yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas informasi agar andal dan relevan sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak yang
berkepentingan.
b. Jasa Atestesi
Jasa atestesi merupakan jasa independen yang bertujuan untuk
menguji apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material,
dengan kriteria yang ditetapkan. Jasa atestesi profesi akuntan publik
terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Audit, mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari
laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh
manajemen entitas tersebut.
2) Pemeriksaan, digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan oleh profesi
akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat atas kesesuaian
asersi yang dibuat pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3) Review, mencangkup permintaan keterangan dan prosedur analitik
terhadap informasi keuangan suatu entitasdengan tujuan untuk
memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam
informasi keuangan tersebut.
11

4) Prosedur yang disepakati, Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat


dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati
antara klien dengan akuntan publik.
c. Jasa Nonassurance
Jasa Nonassurance merupakan jasa yang dihasilkan oleh akuntan
publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan
negatif, dan ringkasan temuan. Beberapa jasa nonassurance yang
dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa konsultasi, jasa perpajakan, dan
jasa konsultasi manajemen.
5. Jenis-Jenis Audit
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
a. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan
oleh KAP Independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik atau International Standard Audit atau
Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan memperhatikan Kode Etik
Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik serta Standar
Pengendalian Mutu.
b. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai permintaan auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada
pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang
dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa
apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di
perusahaan.
Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
12

Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan


keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, karena asumsi dasar dari suatu audit
laporan keuangan adalah bahwa laporan tersebut dapat dimanfaatkan
kelompok-kelompok berbeda untuk maksud berbeda. Lingkungan
bisnis merupakan konteks utama audit laporan keuangan.
2) Audit Operasional (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis
3) Audit Kepatuhan (Compliance Audit).
Audit kepatuhan bertujuan mempertimbangkan apakah auditee
telah mengikuti prosedur, aturan-aturan dan regulasi tertentu yang telah
ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Hasil audit
ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi kepada
pihak tertentu dalam organisasi
4) Audit Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci
dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.
5) Audit Sistem Informasi
Audit sistem informasi mengevaluasi keandalan dari sistem
pemrosesan informasi. Sistem-sistem komputerisasi yang sangat
canggih saat ini umumnya digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, memproses, dan memproduksi informasi. Informasi yang
bagus sangatlah penting bagi kesuksesan operasi
6) Audit Kecurangan (Fraud Audit)
13

Semakin banyaknya kecurangan-kecurangan yang terjadi


belakangan ini baik dalam lingkungan bisnis maupun pemerintahan
menciptakan permintaan yang besar terhadap spesialisasi-spesialisasi
audit kecurangan. Auditor untuk audit kecurangan ini dilatih untuk
menemukan dan mengkaji kecurangan pegawai dan manajemen.
6. Tipe Auditor
Ada 3 tipe auditor, yaitu :
a. Auditor Independen, adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya
b. Auditor Internal, adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi
c. Auditor Pemerintah, adalah auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah.
C. Kompetensi, Standar Profesional dan Kode Etik Auditing Syariah
1. Konsep dasar kompetensi profesional
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga
Kerjaan, kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Kompetensi menurut Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal yang disingkat KOPAI (2004 : 33)
adalah kemampuan auditor untuk mengaplikasikan kapabilitas, keahlian,
pengalaman, keterampilan, sikap, kecakapan, dan pengetahuan yang
14

dimiliki dalam melakukan tugasnya dengan teliti, cermat, dan objektif.


Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas berdasarkan atas keterampilan dan
pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan
tersebut.
2. Kompetensi Wajib Auditor Syariah
Kompetensi yang harus dimiliki auditor syariah menurut Izzatika
dan Lubis:
a. Mempunyai keterampilan, pengetahuan serta sikap profesional di bidang
akuntansi dan proses audit (auditing).
b. Memahami pengetahuan syariah berkenaan dengan prinsip dan hukum
islam, khususnya pada fikih muamalah.
c. Memahami As-Sunnah dan ilmu fikih islam seperti ushul fiqh.
d. Menguasai standar akuntansi internasional yang telah diadopsi dengan
standar akuntansi dan proses audit (auditing) di dalam wilayah nasional
berlaku, dilanjut standar yang diadopsi oleh negara-negara muslim lain
apabila akan mengambil pekerjaan audit di negara tersebut.
e. Terampil dalam berbahasa Arab dan Inggris.
f. Memahami secara baik dalam bidang keuangan dan bisnis.
g. Mengetahui teori dan praktik manajemen
h. Mempunyai akhlak yang baik, berwibawa, mampu berpendapat tentang
ketentuan dan tujuan syariah.
Auditor syariah harus menguasai lima pengetahuan (knowledge) yang
tercantum dalam common body of knowledge (CBOK), yaitu:
1) Ilmu Audit
Auditor paham terhadap proses dan prosedur audit dalam perbankan
syariah yang auditor kelola. Pengetahuan auditor harus dapat memadai
profesinya dan mendukung pekerjaannya dalam melakukan pemeriksaan
dan pengawasan. Banyaknya pengetahuan yang dimiliki auditor mengenai
kekeliruan menjadikannya lebih ahli dalam melaksanakan tugasnya,
15

terutama untuk membedakan antara kesalahan dengan kecurangan (fraud)


yang berakibat terjadinya salah saji (miss statement) dalam pelaporannya.
Oleh karena hal tersebut, auditor diharuskan memiliki pengetahuan yang
memadai untuk mengahadapi permasalahan tersebut.
2) Etika Profesi
Auditor harus memahami dan mampu menerapkan kode etik dalam
melaksanakan audit. Auditor syariah berada pada posisi sebagai orang
yang dipercaya dan akan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan sehingga diharuskan memahami standar etika. Pemahaman
kode etik oleh auditor syariah berfungsi untuk mempertahankan diri dari
godaan-godaan dalam pengambilan keputusan yang sulit.
Auditor yang tidak memahami kode etik, bisa dipastikan terjadinya
pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut
oleh profesi. Sehingga pada akhirnya, auditor syariah diharapkan selalu
menjaga kewaspadannya terhadap godaan dan tekanan yang mampu
membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum
dan etika profesi sehingga auditor syariah mampu untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang tepat.
3) Fraud awareness
Auditor syariah memiliki kemampuan untuk mendeteksi letak
kecurangan (fraud) terjadi. Tidak hanya mendeteksi kecurangan (fraud),
auditor syariah juga harus bisa membedakannya dengan kesalahan (error).
Lahirnya suatu sistem untuk mencegah terjadinya kecurangan (fraud)
diharapkan juga datang dari auditor.
4) Penguasaan standar audit syariah
Menguasai standar-standar apa saja yang berlaku dan dapat
menerapkannya dalam pengawasan dan pemeriksaan pada perbankan
syariah merupakan keharusan bagi setiap auditor syariah. Auditor syariah
harus menguasai standar pelaksanaan fungsi audit intern yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia sebagai regulator dan menerapkannya pada
perbankan syariah yang diawasi dan diperiksanya. Salah satu peraturan
16

Bank Indonesia yang harus dikuasai yaitu mengenai Penerapan


Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Nomor 13/23/PBI/2011.
5) Memahami jenis industri atau perusahaan
Pemahaman terhadap sektor perusahaan yang sedang diawasi
merupahan keharusan auditor sehingga auditor mengetahui peraturan-
peraturan apa saja yang harus diterapkan. Selain itu, auditor harus dapat
memahami di mana letak kelebihan dan kekurangan industri tersebut
sehingga dapat mengoptimalkan kelebihan yang dimiliki dan mengatasi
kekurangan yang ada untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
3. Kode Etik Aditor dan Akuntan Syariah
Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), prinsip etika
profesi akuntan sebagai berikut:
 Tanggung Jawab Profesi,
 Kepentingan Publik,
 Integritas,
 Objektivitas,
 kompetensi dan kehati-hatian profesional,
 kerahasiaan,
 perilaku profesi,
 standar teknis.
a. Prinsip Etika
Pada bagian kedua dari struktur kode etik yang dibuat AAOIFI
dijelaskan prinsip etika akuntan dan auditor yang berupa kode etik
profesi sebagai berikut:
1) Dapat dipercaya (trustworthinies). Dapat dipercaya mencakup
bahwa akuntan harus memiliki tingkat integritas dan kejujuran
yang tinggi dan akuntan juga harus dapat menghargai kerahasiaan
informasi yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas dan jasa
baik kepada organisasi atau langganannya.
17

2) Legitimasi. Semua kegiatan professi harus yang dilakukannya


harus memiliki legitimasi dari hukum syariah maupun peraturan
dan perudang-undangan yan berlaku.
3) Objektivitas. Akuntan harus bertindak adil, tidak memihak, bebas
dari konflik kepentingan dan bebas dalam kenyataan maupun
dalam penampilan.
4) Kompetensi professi dan rajin. Akuntan harus memiliki
kompetensi professional dan dilengkapi dengan latihan-latihan
yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan jasa professi
tersebut dengan baik.
5) Perilaku yang didorong keimanan. Perilaku akuntan harus
konsisten dengan keyakinan akan nilai islam yang berasal dari
prinsip dan aturan syariah.
6) Perilaku professional dan standar teknik. Akuntan harus
memperhatikan peraturan professi termasuk didalamnya standar
akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan syariah.
D. Metode Audit Kepatuhan Syariah
1. Definisi Kepatuhan Syariah
Agar lebih memahami tentang kepatuhan syariah (sharia compliance),
berikut ini adalah teori-teori terkait dengan kepatuhan syariah yang
diperoleh dari studi literature. Sharia Compliance adalah ketaatan bank
syariah terhadap prinsip-prinsip syariah. BankSyariah adalah merupakan
lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah Islam khusunya menyangkut tatacara bermuamalat secara
Islam.Yang dimaksud kepatuhan pada prinsipprinsip syariah, yakni lembaga
keuangan tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip syariah. Penerapan
merupakan praktek atau pelaksanaan sedangkan prinsip adalah suatu dasar,
azas, kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sharia
compliance/kepatuhan penerapan prinsip-prinsip syariah pada perbankan
18

syariah adalah pelaksanaan pedoman-pedoman operasional bisnis seharihari


dengan berlandaskan nilai-nilai syariah, dalam hal ini yang terkait dengan
bisnis perbankan. Perbankan syariah adalah perbankan yang beroperasi
sesuai prinsip-prinsip syariah Islam dan bank yang beroperasi mengacu pada
ketentuan Al Qur‟an dan Al Hadits.
Beberapa ketentuan yang dapat digunakan sebagai ukuran
secarakualitatif untuk menilai ketaatan syariah didalam lembaga keuangan
syariah, antara lain sebagai berikut:
a. Akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan penyaluran
dana sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan aturan syariah yang
berlaku.
b. Dana zakat dihitung dan dibayar serta dikelola sesuai dengan aturan dan
prinsip-prinsip syariah.
c. Seluruh transaksi dan aktivitas ekonomi dilaporkan secara wajar
sesuaidengan standar akutansi syariah yang berlaku.
d. Lingkungan kerja dan corporate culture sesuai dengan syariah.
e. Bisnis usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan syariah
f. Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pengarah syariah atau
keseluruhan aktivitas operasional bank syariah
2. Metodologi Audit Kepatuhan Syariah
Menurut Harahap (2002), ada tiga tahapan audit kepatuhan syariah yaitu:
a. Perencanaan
Auditor harus memahami tentang jalannya bisnis lembaga
keuangan islam. Hal ini akan menjadi dasar auditor untuk
mengidentifikasi teknik yang tepat, sumber daya dan ruang lingkup
untuk mengembangkan program audit. Program audit kemudian
akan mengidentifikasi kegiatan utama yang akan dilakukan, tujuan
dari etiap kegiatan dan teknik yang akan digunakan, termasuk teknik
sampling dalam rangka mencapai tujuan audit.
19

b. Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang terkait dilakukan
setelah perencanaan dibuat secara matang. Auditor syariah
menjadikan aturan kepatuhan syariah menjadi pedoman dalam
menilai kesesuaian akad/kontrak dan produk yang dibuat dan
dijalankan oleh asuransi syariah. Pedoman yang dimaksud yakni
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang
mengatur tentang Asuransi Syariah, aturan stakeholder terkait
seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Standar yang
dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organizations for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI).

Menurut Rahman (2008) dalam Wardayati (2016), terdapat


metodologi pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap lembaga keuangan syariah:
1) Pendekatan Prinsip Halal and Haram.
Salah satu dari metode audit kepatuhan syariah adalah
mengobservasi secara ketat kehalalan dan ketiadaan keharaman
sebagaimana yang diperintahkan Allah. Prinsip- prinsip syariah
merefleksikan bahwa aturan ketuhanan melarang keras prinsip
bunga (riba), ketidakpastian (gharar), judi (maisir) dan
komoditas terlarang seperti khamar dan babi. Metode ini
menempatkan prinsip-prinsip syariah pada aturan legal yang
fundamental seputar transaksi bisnis dan keuangan yang dinilai
benar.
2) Pendekatan akad.
Unsur-unsur halal dan haram berhubungan pada
instrumen keuangan yang ditentukan oleh legalitas akad atau
kontrak islami. Akad dapat didefiniskan sebagai penghubung
permohonan (ijab) dan penerimaan (qabul). Adapun kontrak yang
terjadi tersebut berdasarkan pada pemenuhan empat prinsip akad,
yaitu: pembeli dan penjual, harga, objek akad dan ijab qabul.
20

3) Pendekatan dokumentasi legal


Tujuan dari dokumentasi legal ini adalah sebagai sarana
memberikan rasa aman dalam pelaksanaan transaksi, di mana hak-
hak, kewajiban, dan tanggung jawab secara jelas terpaparkan pada
kontrak. Untuk meyakinkan bahwa produk baru dan seluruh
akad produk perbankan syariah sepenuhnya patuh pada prinsip-
prinsip syariah, badan kebijakan pemantauan syariah
mengidentifikasi elemen-elemen yang dilarang dalam kontrak,
seperti:
- Keterpaksaan (ikrah).
- Kekeliruan dan kesalahan (ghalat/khata’): untuk pihak-pihak
yang terlibat dan objek akad.
- Ketidaksetaraan (ghubn): baik yang dampaknya serius
maupun tidak.
- Muslihat (taghrir): yang bersifat verbal maupun non-verbal.
- Barang/asset yang illegal.
- Tujuan/motivasi yang illegal
c. Pelaporan
Menurut AAOFI, Auditor harus meninjau dan menilai kesimpulan
yang diambil dari bukti audit yang diperoleh sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Elemen dasar laporan
Auditor adalah sebagai berikut: Judul, Alamat yang dituju, pembuka
atau pengantar paragraf, paragraf lingkup, referensi untuk asifis dan
standar nasional yang relevan, deskripsi pekerjaan auditor, paragraf
opini, tanggal laporan, alamat auditor, dan tanda tangan auditor.
Accounting and Auditing Organizations for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) juga telah membuat standar yang dapat
menunjang proses audit terkhusus dalam pendekatan pelaporan
yang dibuat oleh lembaga keuangan islam yakni:
1) Objective and Principles of Auditing (Tujuan Dan Prinsip Audit).
21

Tujuan utama dari audit IFI terletak pada pernyataan


pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun dalam semua
hal material sesuai dengan Prinsip Syariah Peraturan dan
standar akuntansi dari AAOIFI serta relevan dengan standar
akuntansi nasional dan praktek di negara di mana lembaga
keuangan beroperasi. Hal ini dilakukan agar auditor memberikan
pandangan yang benar dan adil terhadap laporan keuangan.
Auditor harus sesuai dengan kode dan etika sebagai akuntan
profesional yang diterbitkan oleh AAOIFI dan Federasi
Internasional akuntan yang tidak bertentangan dengan aturan
Islam dan prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip etis yang
mengatur tanggung jawab profesional auditor meliputi:
Kebenaran, Integritas, Kepercayaan, Keadilan, Kejujuran,
Independen, Obyektifitas, Professional competence, Due care,
Kerahasiaan, Profesional behavior dan Standar teknis

2) Tanggung jawab

Auditor untuk mempertimbangkan penipuan dan kesalahan


dalam audit laporan keuangan. Standar ini memberikan pedoman
pada karakteristik penipuan dan kesalahan serta tanggung jawab
auditor dalam menetapkan prosedur minimum yang
berhubungan dengan penipuan dan kesalahan. Tanggung jawab
auditor terletak pada pernyataan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan disusun dalam semua hal yang material, sesuai
dengan aturan Islam dan prinsip-prinsip Syariah, standar akuntansi
dari AAOIFI dan standar nasional yang relevan dan persyaratan
perundang-undangan.
3. Prosedur Audit Berkelanjutan.
Ada beberapa metodologi langkah-langkah penting yang harus
diambil untuk memiliki HAS dari Lembaga Keuangan Islam. Adapun
metodologi tersebut harus diawali dengan pertimbangan awal karena
22

pertimbangan awal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam


menjaga tata kelola perusahaan yang baik dan memastikan kepatuhan
syariah. Pertimbangan awal tersebut sebagai berikut:
a. Continuous of Monitoring and Auditing. Pemantauan ini akan
membantu memastikan kebijakan, prosedur dan proses bisnis
beroperasi secara efektif dan membantu pihak manajemen menilai
efektivitas pengendalian internal. Hal Ini biasanya melibatkan
pengujian otomatis kegiatan sistem dalam proses bisnis yang
diberikan terhadap aturan kontrol dan frekuensi didasarkan pada siklus
bisnis yang mendasarinya. Sementara audit kontinu adalah kinerja
otomatis pengendalian dan penilaian risiko pada setiap hari terus-
menerus.
b. Meta Control. Meta Control adalah tingkat kontrol ekstra sebagai
sistem peringatan.
c. Independent and objectivity. Hal ini penting bagi auditor untuk
memastikan proses audit terus menerus memiliki sistem checks
and balances untuk menjaga obyektivitas pekerjaan mereka selama
audit.
BAB II
PENUTUP

A. Simpulan
Audit syariah merupakan sebagai suatu proses untuk memastikan
bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh institusi keuangan Islam tidak
melanggar syariah atau pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh
terhadap aktivitas bank syariah. Jenis-Jenis Audit diantaranya adalah audit
Umum (General Audit) dan audit Khusus (Special Audit). Etika dalam audit
dijadikan sebagai suatu prinsip etis yang dilakukan oleh seseorang yang
kompeten dan independen dalam melaksanakan suatu proses yang sistematis
dalam proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti secara objektif tentang
informasi yang dapat diukur mengenai asersi – asersi suatu entitas ekonomi,
dengan tujuan menentukan dan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi –
asersi tersebut, serta melaporakan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak
– pihak yang berkepentingan. Terdapat tiga tipe auditor yaitu Auditor
Independen, auditor internal dan Auditor Pemerintah.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai audit keuangan syariah maka
penulis perlu melakukan perbaikan pada makalah ini jika terdapat terdapat
kekurangan didalamnya dan pembaca perlu memperhatikan dan memahami isi
dari makalah agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

23
DAFTAR PUSTAKA

Rahim Abdul Rahman (2008),‘Shari'ah Audit for Islamic Financial Services: The
Needs and Challenges’Makalah dipresentasikan pada International
Shari'ah Research Academy for Islamic Finance (ISRA) Islamic
Finance Seminar, Kuala Lumpur, 11 November 2008.
Minarni, M. (2013). Audit Syariah, dan Tata Kelola Lembaga Keuangan
Syariah. La_Riba, 7(1), 29-
40.https://journal.uii.ac.id/JEI/article/view/3156
Jusuf Soewadji. 2012. Pengantar Metodologi penelitian. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Dewi, I. S., & Wulandari, Y. P. (2017). Pengaruh Penerapan Standar Auditing
Dan Etika Profesi Auditor Terhadap Reliabilitas Laporan Audit (Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Jakarta Selatan). Jurnal
Liabilitas, 2(2), 1-
19.https://ojs.jekobis.org/index.php/liabilitas/article/view/22
Munthe, M. P., Rantelangi, C., & Kesuma, A. I. (2019). Pengaruh Independensi,
Etika Audit dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit Akuntan Publik di
Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Akuntansi Mulawarman
(JIAM), 3(4).https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/JIAM/article/view/
3253
Fachruddin, W. (2019). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, dan Komitmen
Organisasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik Di Kota
Medan. Jurnal Akuntansi Bisnis dan Publik, 10(2), 72-
86.https://journal.pancabudi.ac.id/index.php/akuntansibisnisdanpublik/
article/view/574

http://eprints.umpo.ac.id/6623/3/BAB 2.pdf

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/course/view.php?id=3093

24
25

Aini, N. A. (2021). Peranan Kompetensi Auditor Syariah dalam Penerapan


Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) di BPRS.

Akbar, Muhammad Sandi dan Ida Suraida. “Competence and Professional Care of
External Auditor on Information Technology Audit”, Trikonomika 16/ 1,
2017.

Ali, Nor Aishah Mohd, et. al. “Competency of Shariah Auditors in Malaysia:
Issues and Challenges”, Journal of Islamic Finance 4/ 1, 2015. .
“Knowledge, Skills and Characteristis Requirements for Shari’ah
Auditors”, Asian Journal of Accounting and Governance 9, 2018. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada. Alu, ‘Abdulah bin Muhammmad. Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 2. Kairo: Pustaka Imam Syafi’I, 2

https://www.gustani.id/2012/11/shariah-accounting_21.html

Ritonga, A. A. (2016). Analisa Pengaruh Kompetensi, Pengalaman Kerja,


Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Bank Syariah
di Indonesia. Jurnal Akuntansi, International Bank School.

Abdullah, Junaidi. 2018. Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah. Journal of Sharia


Adrian Sutedi, Perbankan Shari‟ah, Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009), hlm 146

Amanah Gita. Konsep Asuransi Syariah. Diakses 31 Oktober 2021 pada


Arifin, Zainal.2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Tangerang: Aztera
Publisher

Economic Law Institut Agama Islam Negeri Kudus. Volume 1, Nomor 1

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 51/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad


http://repo.uinsatu.ac.id/13362/6/BAB II.pdf
26

http://www.amanahgitha.com/konsep-asuransi-syariah/
Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana
Bank Syariah, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hlm 32

Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah


Rusdiana, H.A dan Aji Saptaji. 2018. Auditing syari’ah: Akuntabilitas Sistem
pemeriksaan Laporan keuangan. Bandung: CV. Pustaka Setia

Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah Dan Reasuransi Syari’ah

Anda mungkin juga menyukai