Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PEMBIMBING

Akutansi Keuangan Syariah II Hushila Awalia R. SE., M.H

“AUDIT DAN KONTROL BANK SYARIAH”


Disusun oleh : Kelompok 4

Ahmad Muhazir NPM : 18.13.0052

Putri Noor Hanifah NPM : 18.15.0106

Rabiati NPM : 18.15.0107

Raudatul Jannah NPM : 18.15.0108

Siti Aminah NPM : 18.15.0109

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah ini dapat tersusun. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
menyempurnakan makalah ini.

Martapura, 20 Maret 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan Masalah............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit Syariah............................................................ 4
B. Dasar Hukum Audit Syariah....................................................... 6
C. Tujuan Audit Syariah..................................................................... 9
D. Jenis-Jenis Audit Syariah............................................................ 10
E. Manfaat Audit Syariah................................................................ 11
F. Kerangka Audit Syariah.......................................................... 12
G. Sebab-sebab LKS Perlu di Audit Syariah............................... 17

BAB III PENUTUP


A. Simpulan....................................................................................... 19
B. Saran............................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 21

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah seperti halnya bank, memiliki karakteristik

berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karakter tersebut

mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan lembaga bank

syariah termasuk pelaksanaan auditnya. Pengawasan bank syariah yang berada

dalam otoritas Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan

dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap prinsip prinsip dan aturan syariah

dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya sesuai konsep perbankan

syariah serta sesuai prinsip akuntansi bertema umum. Bank Syariah menjadi

salah satu bagian dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang memiliki

karakteristik berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karakter tersebut

mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan lembaga bank

syariah termasuk pelaksanaan auditnya.

Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI)

dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan

terhadap prinsip-prinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya dan

pelaporannya sesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip akuntansi

bertema umum. Dalam hal ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran

yang utama dalam pengendalian dalam aspek syariah dan auditor memiliki peran

utama dalam menguji (examination) penyajian laporan keuangan yang fair.

Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah adalah

standar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI (Accounting and

Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) yang berada di

Manama, Bahrain.1

1
Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h.47

1
Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya bank syariah bergerak di sektor

keuangan (finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi di bisnisnya.

Oleh karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit syariah, diperlukan

elemen lain yang mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu good

corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik). Tujuan corporate

governance secara umum adalah untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak

yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder). Dalam mewujudkan

pengawasan bank syariah yang efektif dan efisien maka BI, DSN, dan DPS

harus saling bekerja sama dalam mengemban tugasnya dengan sebaikbaiknya.

Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia

Compliance yang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas Syariah

(DPS) dalam memberikan pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi sehingga

penyimpangan dari konsep perbankan syariah dapat dicegah. Tugas tersebut juga

bertujuan agar standar yang diterapkan oleh perbankan syariah sesuai dengan

standar yang telah ditentukan oleh AAOIFI (Auditing and Accounting

Organization for Islamic Financial Institutions).2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan audit syariah?

2. Bagaimana dasar hukum audit syariah ?

3. Apa tujuan dari audit syariah ?

4. Apa saja jenis-jenis audit syariah?

5. Apa Manfaat Audit Syariah ?

6. Bagaimana kerangka audit syariah ?

7. Apa pentingnya audit syariah ?

2
Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h.47-48

2
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui yang di maksud dengan audit syariah.

2. Untuk mengetahui dasar hukum audit syariah.

3. Untuk mengetahui tujuan dari audit syariah.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis audit syariah.

5. Untuk mengetahui Manfaat Audit Syariah.

6. Untuk mengetahui kerangka audit syariah.

7. Untuk mengetahui pentingnya audit syariah.


8.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit Syariah
Menurut Alvin A Arens dan James K Loebbecke (1980), auditing
adalah suatu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan
yang memberikan informasi sehingga agunan dapat menyatakan satu
pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas
perusahaan, hal ini untuk mengeksplorasi audit Syari‟ah yang selanjutnya
memungkinkan praktisi dan pengguna menggunakan pengetahuan yang
diperoleh baik dalam audit konvensional serta perspektif Islam. Auditing
merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya
merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai
kesimpulannya tentang reabilitas dari pernyataan seseorang Auditing
adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent
dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang
terukur dasri suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan
yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk
mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini akan
dikemukakan definisi-definisi auditing yang diambil dari beberapa
sumber.
Menurut Arens et al adalah: “Auditing adalah proses pengumpulan
dan pengevaluasi bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai
suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompoeten dan
independen untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian kesesuaian
informasi dimaksud dan kriteriakriteria yang telah ditetapkan.3
Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang independen dan
kompeten”. Sedangkan pengertian auditing menurut Mulyadi auditing

3
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Audit lembaga keuangan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.89

4
adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan” Secara umum Audit Syari‟ah adalah untuk melihat dan
mengawasi, mengontrol dan melaporkan transaksi, sesuai aturan dan
hukum Islam yang bermanfaat, benar, tepat waktu dan laporan yang adil
untuk pengambilan keputusan.
Bukan tugas yang mudah untuk melakukan audit syariah di dalam
kondisi kapitalistik dan sistem keuangan konvensional yang kompetitif.
Masalah ini lebih diperparah oleh penurunan nilai-nilai moral, sosial dan
ekonomi Islam di negara-negara Muslim termasuk Malaysia dan
Indonesia, di bawah tekanan progresif penjajahan dan dominasi budaya
dunia barat selama beberapa abad lalu. Hal ini menyebabkan diabaikannya
nilai sosial-ekonomi Islam oleh beberapa kalangan dari Lembaga
Keuangan Syari‟ah. Auditing syariah lebih luas cangkupannya dari
auditing konvensional, dimana auditing syariah selain mengacu pada
standar audit nasional dan internasional juga mengacu pada prinsip-prinsip
syariah. Dalam audit syariah bisa menerapkan aturan audit nasional dan
internasional selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan AAOIFI-GSIFI menjelaskan bahwa audit syariah adalah
laporan internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit
internal yang melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui
pendekatan aturan syariah, fatwa- fatwa, instruksi dan lain sebagainya
yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi syariah.4
Rahman menjelaskan auditing dalam Islam adalah:
1. Proses menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis)
2. Tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadah)
3. Lengkap dan sesuai syariah

4
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Audit lembaga keuangan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.89-90

5
4. Untuk mendapat reward dari Allah di akhirat
Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur
melalui pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang
keterwakilan. Oleh karena itu, auditor merupakan wakil dari para
pemegang saham yang menginginkan pekerjaan (investasi) mereka sesuai
dengan hukum-hukum syariat Islam. 5

B. Dasar Hukum Audit Syariah


Banyak sekali pesan tentang audit dan kontrol dalam ajaran Islam.
Berikut ini adalah beberapa nash Al-qur’an yang dapat dijadikan para
bankir dan praktisi keuangan

1. Dasar Hukum Dalam Al-Qur’an

a. Al-Qur’an Q.s Al-A’raaf (7) ayat 85:

َ َ‫َوإِلَ ٰى َم ْديَ َن أَ َخاهُ ْم ُش َع ْيبًا ۗ ق‬


‫ هَّللا َ َما لَ ُك ْم‬Q‫ال يَا قَ ْو ِم ا ْعبُ ُدوا‬
‫ِم ْن إِ ٰلَ ٍه َغ ْي ُرهُ ۖ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم بَيِّنَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم ۖ فَأ َ ْوفُوا ْال َكي َْل‬
‫ ِفي‬Q‫اس أَ ْشيَا َءهُ ْم َواَل تُ ْف ِس ُدوا‬ َ َّ‫ان َواَل تَب َْخسُوا الن‬ َ ‫َو ْال ِم‬
Qَ ‫يز‬
َ ِ‫ض بَ ْع َد إِصْ اَل ِحهَا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمن‬
‫ين‬ ِ ْ‫اأْل َر‬

“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara

mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali

tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang

kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah

takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia

barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian

itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".
5
Dwi Condro Triono, . KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2, (Yogyakarta:
Irtikaz, 2012), h.61

6
b. Q.s Al-An’aam (6) ayat 152:

‫ال ْاليَتِ ِيم إِاَّل بِالَّتِي ِه َي أَحْ َس ُن َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ‬ َ ‫َواَل تَ ْق َربُوا َم‬
‫ف نَ ْفسًا‬ ِ ‫ان بِ ْالقِس‬
ُ ِّ‫ْط ۖ اَل نُ َكل‬ َ ‫يز‬َ ‫ ۖ َوأَ ْوفُوا ْال َكي َْل َو ْال ِم‬Qُ‫أَ ُش َّده‬
ۖ ‫ان َذا قُرْ بَ ٰى‬َ ‫إِاَّل ُو ْس َعهَا ۖ َوإِ َذا قُ ْلتُ ْم فَا ْع ِدلُوا َولَ ْو َك‬
َ ‫َوبِ َع ْه ِد هَّللا ِ أَ ْوفُوا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر‬
‫ُون‬
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan

cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan

sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak

memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.

dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil,

Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang

demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”

c. Q.s Al-Hujuraat (49) ayat 6 :

ِ ُ‫ق ِبنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَ ْن ت‬


‫صيبُوا قَ ْو ًما‬ ٌ ‫اس‬ِ َ‫ين آ َمنُوا إِ ْن َجا َء ُك ْم ف‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِم‬
‫ين‬
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu

tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

d. Q.s An-Nisa (4) Ayat 82:

7
‫ان ِم ْن ِع ْن ِد َغي ِْر هَّللا ِ لَ َو َج ُدوا فِي ِه‬ َ ْ‫ُون ْالقُر‬
َ ‫و َك‬Qْ َ‫آن ۚ َول‬ َ ‫أَفَاَل يَتَ َدبَّر‬
‫اختِاَل فًا َكثِيرًا‬
ْ
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau

kiranya AlQuran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat

pertentangan yang banyak di dalamnya.” 6

2. Hadist

 Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:

Artinya : Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat

selama yang satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang

satu berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.

 Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf : Artinya :

Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram ; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka

kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan

yang haram.

 Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam

sunannya/Kitab Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan

oleh Ahmad dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya) 10 Artinya:

Rasulullah s.a.w. menetapkan: Tidak boleh

membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula)

membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain)

dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).

6
Dawan Raharjo, Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan
Filsafat, 1999), h.102

8
3. Undang-Undang Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial

Institution (AAOIFI). Dimana AAOIFI telah menyusun :

a. Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.

b. Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.

c. Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.

d. Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan. 7

Prinsip umum audit AAOIFI adalah :

a. Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi

akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International

Federation of Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan

prinsip Islam.

b. Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan

oleh Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).

c. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan

kemampuan professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan

yang mungkin ada yang menyebabkan laporan keuangan salah saji. 8

C. Tujuan Audit Syariah

1. Untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip

dan aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen

dalam mengoperasikan bank syariah

2. Untuk menilai tingkat penyelesaian (progress of completness) dari suatu

tindakan

3. Untuk memperbaiki (koreksi) kesalahan

7
Dawan Raharjo, Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan
Filsafat, 1999), h.103
8
Dawan Raharjo, Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan
Filsafat, 1999), h.104

9
4. Memberikan reward (ganjaran baik) atas keberhasilan pekerjaan

5. Memberikan punishment (ganjaran buruk) untuk kegagalan pekerjaan

D. Jenis-Jenis Audit Syariah

Adanya kebutuhan untuk memastikan kepatuhan yang tepat untuk

prinsip-prinsip audit yang syari'ah dalam operasi dan kegiatan, peran

masing-masing pelaku utama dalam audit dari lembaga keuangan Syari‟ah

sangat penting.9

Pelaku audit lembaga keuangan syari‟ah adalah :

1. Auditor Internal

Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci

dibandingkan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal.

Internal auditor tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan

keuangan karena auditor internal merupakan orang dalam perusahaan yang

tidak independen. Laporan internal auditor mencangkup pemeriksaan

mengenai kecurangan dan penyimpangan, kelemahan pengendalian

internal , dan rekomendasi perbaikan. Audit internal dibagi menjadi:

a. Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam. Komite ini

bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian

internal, dan penggunaan rekening investasi terbatas, kepatuhan

syari'ah, rekening sementara dan tahunan dan praktek akuntansi dan

audit.

b. Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk mengeluarkan

fatwa, merumuskan kebijakan sesuai dengan syari'at, dan memberikan

dukungan syari'ah dengan produk dan jasa dari Lembaga Keuangan

Islam. Peran dasar mereka adalah sebagai persetujuan atau stamping

9
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.79

10
otoritas. Fungsi utama dewan Syariah adalah sebagai penasihat dan

pemberi sran kepada Direksi Bursa sebagai penyelenggara Pasar

Komoditas Syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek

syariah dalam penyelenggaraan Pasar Komoditas Syariah Auditor

internal bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan untuk

memastikan Lembaga Keuangan Islam mematuhi syari'at dan semua

transaksi dan kontrak yang dilaksanakan dalam kerangka syari'at.

Beberapa Lembaga Keuangan Islam juga memiliki petugas syari'at

mereka sebagai unit bekerja sama dengan auditor internal atau mereka

adalah bagian dari auditor internal. 10

2. Auditor Eksternal

Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat

mereka apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan,

peraturan Dimana auditor internal dan eksternal juga bertanggung jawab

untuk menguji kepatuhan syari'ah lembaga keuangan syari‟ah Selain itu,

masih ada perdebatan berlangsung pada siapa harus melakukan audit

syari'ah. Studi Kasim menemukan bahwa beberapa responden lebih suka

praktek syari'at audit yang akan dilakukan oleh orang-orang yang

memenuhi syarat dalam syari'at saja. Lainnya ingin audit syari'ah menjadi

tanggung jawab auditor internal atau departemen syari'ah lembaga

keuangan syari‟ah masing-masing atau anggota komite syari'at. 11

E. Manfaat Audit Syariah

10
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.79-80
11
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.80-81

11
1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan

keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah disusun sesuai

peraturan yang berlaku atau tidak.

2. Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga Keuangan

syari’ah mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas

laporan keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang

beroperasi sesuai dengan prinsip dan aturan syari’ah.

3. Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan

yang disusun oleh lembaga keuangan syari‟ah, dari semua aspek yang

bersifat material, benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip

syari‟ah, standar akuntansi AAOIFI, serta standar dan praktek akuntansi

nasional yang berlaku pada negara itu. 12

F. Kerangka Audit Syariah

Audit Syariah dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk

memastikan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh institusi

keuangan Islam tidak melanggar syariah atau pengujian kepatuhan syariah

secara menyeluruh terhadap aktivitas bank syariah. Tujuan audit syariah

adalah untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan

prinsip dan aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi

manajemen dalam mengoperasikan bank syariah.

1. Hal-hal yang dilakukan pada audit bank syariah meliputi:

a. Pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur

kepatuhan syariah

b. Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana ataupun

pembiayaan.

12
Dwi Condro Triono, . KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2, (Yogyakarta: Irtikaz,
2012), h.69

12
c. Pemeriksaan distribusi profit

d. Pengakuan pendapatan cash basis secara riil

e. Pengakuan beban secara accrual basis

f. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan

pendapatan dengan bagi hasil.

g. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat

h. Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai

dengan syariah Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam

audit syariah, meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap

memiliki peran dalam audit pada perbankan syariah.

2. Prosedur audit secara umum antara lain:

a. Prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data yang memiliki

hubungan

b. Menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan fisik atas

sumbersumber berwujud,

c. Mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau ekstern

untuk mendapat informasi

d. Menghitung dan menelusur dokumen

e. Mencocokkan ke dokumen. AAOIFI (Accounting and Auditing

Organization for Islamic Financial Institutions) sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan mensahkan standar audit yang

berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank yang kemudian

banyak diacu di berbagai negara.

Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan

syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu tujuan dan prinsip (objective

13
and principles of auditing), laporan auditor (auditor’s report), ketentuan

keterlibatan audit (terms of audit engagement), lembaga pengawas syariah

(shari’a supervisory board), tinjauan syariah (shari’a review).

Adapun penjelasan singkat dari kelima standar tersebut adalah

Pertama terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan

keuangan yaitu untuk memungkinkan auditor menyampaikan opini atas

laporan keuangan tertentu dalam semua hal yang material dan sesuai

dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi nasional yang

relevan, serta praktek di negeri yang mengoperasikan lembaga keuangan.

Adapun prinsip etika profesi meliputi, kebenaran, integritas, dapat

dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran, independen,objekivitas,

kemampuan professional, bekerja hati-hati,menjaga kerahasiaan, perilaku

professional dan menguasai standar teknis13.

Kedua terkait laporan auditor Elemen dasar dari laporan auditor

(judul, alamat, paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf

(gambaran dari audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang relevan atau

praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi

sebuah ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan,

Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor).

Terkait ruang lingkup paragraf,laporan auditor harus

menggambarkan cakupan audit dengan menyatakan bahwa audit telah

dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek

telah sesuai dan tidak melanggar aturan dan prinsip Syariah. Ruang

lingkup mengacu pada kemampuan auditor untuk melaksanakan prosedur

audit yang dianggap penting dalam hal itu. Hal ini meyakinkan para

13
Dwi Condro Triono, . KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2, (Yogyakarta: Irtikaz,
2012), h.69-70

14
pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai ketetapan standar maupun

praktek.

Disamping itu juga telah sesuai dengan standar auditing nasional

atau praktek mengikuti negara tempat auditor berada, hal ini terlihat dalam

alamat auditor.Laporan itu termasuk sebuah pernyataan bahwa audit telah

direncanakan dan dilaksanakan untuk memperoleh jaminan layak

mengenai apakah laporan keuangan bebas dari pernyataan salah yang

material.

3. Laporan auditor harus menggambarkan, antara lain:

 pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah

laporan keuangan dan pengungkapan.

 menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan

laporan keuangan.

 menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam

persiapan laporan keuangan.

 mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.

Ketiga terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus

menyetujui ketentuan perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam

surat penugasan audit sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah

dokumen surat penunjukan dan menegaskan tanggung jawab auditor untuk

klien dan bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh auditor.

Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya

berisi penunjukan, komposisi dan laporan DPS.

Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review). Shari'ah

review merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah

sebuah LKS, dalam seluruh kegiatannya.

15
Pengujian ini meliputi penunjukan, persetujuan, kebijakan, produk,

transaksi, memorandum (surat peringatan), dan anggaran dasar dari

perserikatan, laporan keuangan, laporan (khususnya audit internal dan

pengawasan bank central), sirkulasi, dll. Tujuan dari sebuah shari'a review

adalah untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas yang diselenggarakan

dalam LKS tidak bertentangan dengan Syariah.

DPS bertanggung jawab untuk membuat dan mengungkapkan

sebuah opini dari suatu Lembaga Keuangan Syariah terhadap

kepatuhannya pada Syariah.

Secara ringkas, audit Syariah terdiri dari tiga tahap, yaitu

perencanaan, pengujian dan pelaporan. Dengan kerangka ini dan

penjelasan di atas, maka nampak sejumlah perbedaan audit syariah dan

audit konvensional, yaitu

N Audit Syariah Audit Konvensional

1 Obyeknya LKS atau Lembaga Keuangan Obyeknya Lembaga Keuangan


Bank maupun Non Bank yang beroperasi Bank maupun Non Bank yang
dengan prinsip Syariah tidak beroperasi berdasarkan
prinsip Syariah

2 Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran Dewan


Pengawas Syariah (DPS)

3 Audit dilakukan oleh Auditor Audit dilakukan oleh Auditor


bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi Umum tanpa ketentuan
Syariah) bersertifikasi SAS

4 Standar Audit AAOIFI Standar Auditing IAI

5 Opini berisi tentang Shari'a Compliance Opini berisi tentang kewajaran

16
atau tidaknya LKS atau tidaknya atas penyajian
laporan keuangan perusahaan

4. Kerangka audit syariah antara lain memenuhi unsur sebagai berikut:

1. Audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan

perbankan syariah pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan

kegiatan usahanya sehingga auditor syariah dapat memberikan opini

yang jelas apakah bank syariah yang telah diaudit tersebut shari'ah

compliance atau tidak.

2. Audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah

ditetapkan oleh AAOIFI.

3. Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi

Akuntansi Syariah)

4. Hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan

usaha perbankan Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan

LKS.14

G. Sebab-sebab LKS (Lembaga Keuangan Syariah) Perlu di Audit

Syariah

Hal-hal yang menyebabkan mengapa perusahaan atau Lembaga

Keuangan Syariah dalam menjalankan bisnisnya perlu diaudit :

1. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan.

Dalam pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang tidak sengaja

atau yang tidak disengaja. Bila disengaja, ini merupakan indikasi

adanya kecurangan dari perusahaan.

2. Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan

kepentingannya agar terlihat asetnya banyak dan labanya besar


14
Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h.57

17
sehingga dapat menarik investor memberikan dananya agar dikelola

perusahaan.

3. Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat

kecil, hal ini untuk mengurangi pajak dan zakat.

4. Adanya ketidak percayaan publik terhadap perusahaan sehingga

diperlukan auditor sebagai pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan

yang independen yang dapat menilai kewajaran perusahaan.15

Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
15

Bumi Aksara, 2013), h.86

18
19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Audit syariah adalah salah satu unsur melalui pendekatan administratif dengan

menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh karena itu, auditor

merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan pekerjaan

(investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam

2. Dasar hukum audit syariah terkandung dalam Al-Qur’an, hadist, UUD serta

dalam Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution

(AAOIFI)

3. Tujuan audit syariah secara garis besar adalah Untuk memastikan kesesuaian

seluruh operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan

sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah

4. Jenis audit syariah terbagi atas audit eksternal dan internal diaman audit

internal memiliki Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam dan

Dewan Pengawas Syariah (DPS).


5. Manfaat audit syariah secara umum adalah untuk meningkatkan kepercayaan

pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah disusun

sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.

6. Kerangka audit Syariah Terbagi atas Pertama terkait tujuan dan prinsip, Kedua

terkait laporan auditor Elemen dasar dari laporan auditor , Ketiga terkait

ketentuan keterlibatan audit, Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory

board yang intinya berisi penunjukan, komposisi dan laporan DPS. Kelima

berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review).

7. Audit syariah sangat berperan penting sebagai Laporan keuangan merupakan

salah satu sumber informasi keuangan, Perusahaan dalam membuat laporan

20
keuangan sesuai, Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba

terlihat kecil, hal ini untuk mengurangi pajak dan zakat, Adanya ketidak

percayaan publik terhadap perusahaan sehingga diperlukan auditor sebagai

pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan yang independen.

B. Saran

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum

sempurna. Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun, untuk kesempurnaan makalah ini dan penyusun juga berharap

pembaca dapat mengambil manfaat dan meningkatkan wawasan serta

pengetahuan tentang struktur modal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mujahidin , Akhmad. 2017.Pengawas LKS cet. Ke-4. Depok: RajaGrafindo


Persada
Nasution, Mustafa Edwin, dkk. 2006. Audit lembaga keuangan. Jakarta: Kencana
Rahardjo, Dawam. 1999. Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS. Jakarta:
Lembaga Studi Agama dan Filsafat

Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. 2013 EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet.
Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara
Triono, Dwi Condro. 2012. KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2.
Yogyakarta: Irtikaz

22

Anda mungkin juga menyukai