A. Pengertian
Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor
untuk berinvestasi dalam instrument-instrumen investasi yang tersedia di pasar modal
dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh
Manajer Investasi (MI) untuk diinvestasikan ke dalam portofolio investasi, seperti saham,
obligasi, pasar uang, ataupun efek/sekuriti lainnya. Menurut Undang-undang Pasar Modal
No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27, reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk
mneghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh Manajer Investasi.
B. Unsur Penting
C. Sejarah
E. Karakteristik
1. Reksadana terbuka
Reksadana terbuka adalah reksadana yang dapat dijual kembali kepada perusahaan
manajemen investasi yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme perdagangan di
Bursa Efek. Harga jualnya biasanya sama dengan Nilai Aktiva Bersihnya. Sebagian
besar reksadana yang ada saat ini merupakan reksadana terbuka.
2. Reksadana tertutup
Reksadana tertutup merupakan reksadana yang tidak dapat dijual kembali kepada
perusahaan manajemen investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana
tertutup hanya dapat dijual kembali kepada investor lainnya melalui mekanisme
perdagangan di Bursa Efek. Harga jualnya bisa diatas atau dibawah Nilai Aktiva
Bersihnya.
Salah satu hal yang penting dipahami sebelum membeli reksadana adalah Produk
Reksadana. Hal ini karena pemilihan jenis produk reksadana harus cocok dengan tujuan
keuangan pembeli. Contoh produk atau jenis reksadana adalah:
1. Reksadana saham
2. Reksadana campuran
Reksadana campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas
dan efek hutang yang perbandingannya tidak termasuk dalam kategori reksadana
pendapatan tetap dan reksadana saham. Potensi hasil dan risiko reksadana campuran
secara teoritis dapat lebih besar dari reksadana pendapatan tetap, namun lebih kecil
dari reksadana saham. Keunggulan: sesuai untuk pembeli dengan tujuan investasi
jangka menengah sampai panjang (3-5 Tahun) dan alokasi aset lebih fleksibel
sehingga lebih adaptif dengan kondisi pasar.
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 80% pada efek
pasar uang, yaitu efek hutang yang berjangka kurang dari satu tahun, seperti SBI dan
deposito. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan risiko terendah yang
memberikan return pertumbuhan terbatas. Keunggulan: hasil yang relatif stabil dan
cenderung tidak fluktuatif. Sesuai untuk pembeli dengan tujuan investasi jangka
pendek (kurang dari satu tahun). Likuid atau mudah dicairkan, pada umumnya T+2 (2
hari bursa pasar modal setelah instruksi pencairan). Tidak ada biaya pembelian dan
penjualan. Risiko yang relatif lebih kecil dibandingkan reksa dana lainnya
5. Reksadana terproteksi
Memberikan proteksi atas Nilai Investasi Awal dari pemegang Unit Penyertaan
melalui mekanisme pengelolaan portofolionya dengan menginvestasikan dana pada
Efek Bersifat Utang yang masuk kategori layak investasi (investment grade),
sehingga nilai Efek Bersifat Utang pada saat jatuh tempo sekurang-kurangnya dapat
menutupi jumlah nilai yang terproteksi. Keunggulan: imbal hasil yang lebih terukur
dalam jangka waktu investasi tertentu.
6. Reksadana index
Reksadana index adalah reksadana yang isinya adalah sebagian besar dari index
tertentu (tidak semua, yang penting merefleksikan index tersebut) dan dikelola secara
pasif, artinya tidak melakukan jual beli di bursa, kecuali ada subscription baru atau
redemption, oleh karenanya reksadana index biasanya memiliki keuntungan dan
kerugiannya sejalan dengan index tersebut (jika ada selisih, biasanya selisihnya
kecil). Jika reksadana tersebut diperjualbelikan di bursa, maka disebut Exchange
Traded Fund (ETF) dan harganya berfluktuasi tiap detiknya, sehingga sebenarnya
mirip saham. Keduanya, baik reksadana index maupun ETF disebut pengelolaan dana
index dan di Amerika Serikat pada tahun 2013, mencakup 18,4% dari seluruh
pengelolaan dana bersama (mutual funds). Keunggulan: sesuai bagi pembeli yang
menginginkan transparansi investasi dan memilih pengelolaan secara pasif untuk
hasil yang lebh maksimal.
Nilai Aktiva Bersih merupakan salah satu tolak ukur dalam emmantau hasil dari
suatu Reksa Dana. NAB adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan bersih
reksadana setiap harinya. Produk reksadana dijual dalam satuan unit. Reksadana
memungkinkan investor membeli dalam jumlah unit, maupun dalam Rupiah yang
dikonversikan kedalam unit. NAB per saham/unit penyertaan (NAB/UP) adalah ahrga
wajar dari portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional, kemudian
dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat
tersebut. Nilai ini berubah-ubah setiap harinya dan dipengaruhi oleh transaksi pembelian
dan penjualan reksadana oleh para investor, harga pasar dari aset reksadana dan
perubahan dana kelolaan.
H. Manfaat
Profil risiko reksadana adalah gambaran tingkat resiko yang investor sanggup
menanggung dalam berinvestasi di reksadana. Penting sekali buat pembeli atau investor
yang akan menanamkan uang di reksadana untuk mengetahui profil resiko. Berdasarkan
profil resiko tersebut investor dapat memilih jenis reksadana yang akan disusun dalam
portfolio. Menentukan profil resiko dapat dilakukan dengan menjawab serangkaian
pertanyaan atau kuesioner. Secara umum, profil resiko reksadana bisa dibentuk dalam 3
jenis, yaitu konservatif, moderat dan agresif.
Untuk melakukan investasi Reksa Dana, investor harus mengenal jenis risiko
yang berpotensi timbul apabila membeli Reksadana, yaitu:
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan
dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga
pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa
disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk,
terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak
menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya.
2. Risiko Likuiditas
Potensi risiko likuiditas ini bisa terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana
pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam
jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut
mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana.
Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi
investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana
tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang
memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham
atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan
Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut.
3. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang
disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis.
Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham
atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko
pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih)
yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena
itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan
tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri.
4. Risiko Default
Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik
emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan
perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak
membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer
Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.
K. Exchange Traded Fund
L. Manajer Invetasi
Dalam reksadana, peran Manajer Investasi Reksa Dana ini begitu penting karena
tidak hanya menentukan kinerja, tetapi memastikan dana yang diinvestasikan terkelola
dengan baik. Oleh karena itu, sebagai investor atau pemilik dana investasi, kita perlu
benar-benar memahami tugas, fungsi, dan kewajiban Manajer Investasi Reksa Dana
dengan baik. Manajer Investasi Reksa Dana memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
mengelola kumpulan dana investasi yang berasal dari para investor, sehingga
menghasilkan keuntungan yang maksimal. Nantinya Manajer Investasi Reksa Dana yang
akan memutuskan dan memilih instrumen investasi dimana dana-dana tersebut akan
ditempatkan, seperti deposito, surat berharga atau obligasi, dan saham, yang nantinya
akan menjadi sebuah portofolio investasi.
Dengan kata lain, seorang investor reksadana menyerahkan semua hal yang
berkaitan dengan keputusan investasi secara penuh kepada Manajer Investasi Reksa
Dana. Oleh karena itu, kinerja dari reksadana sangat dipengaruhi oleh kepiawaian dari
Manajer Investasi Reksa Dana dalam meracik ataupun mengelola sebuah portfolio
investasi. Manajer investasi Reksa Dana dalam mengelola dana investasi berpedoman
pada poin-poin yang terdapat di prospektus reksa dana. Kewajiban Manajer Investasi
Reksa Dana adalah menghitung dan melaporkan nilai investasi reksa dana pada para
investor setiap harinya, sehingga investor dapat mengetahui berapa posisi nilai
investasinya pada reksa dana yang dibelinya. Dari laporan manajer investasi Reksa Dana
ini, para investor dapat mengevaluasi kinerja reksadana.
Atas tugas dan kewajiban manajer investasi Reksa Dana, seorang manajer
investasi akan mendapatkan fee atau bayaran, yang dihitung berdasarkan persentase yang
telah ditentukan dari nilai aset yang harus dikelola dan dicantumkan terbuka pada
prospektus reksadana yang dapat dibaca semua calon investor saat atau sebelum membeli
reksadana.
M. Reksadana Online
Sebelumnya telah ada "Reksadana Online", namun mulai marak ketika memasuki
tahun 2014. Untuk pertama kali pembukaan rekening, tetap harus tatap muka, tetapi
selanjutnya pembelian maupun penjualan kembali reksadana dapat dilakukan secara
online, dimana tidak diperlukan penyerahan dokumen apapun dan tentunya tidak perlu
menemui Manajer Investasi ataupun Agen Penjualnya. Seperti halnya Agen Penjual,
maka Reksadana Online tidak mengutip biaya apapun, tetapi Selling Fee (ketika
membeli) dan Redemption Fee (ketika menjual) tetap harus dibayar (atau memotong
jumlah Reksadana atau Uang kita). Cut-off time pembelian dan penjualan Reksadana
Online adalah sama dengan reksadana biasa, yaitu pukul 13.00 dan jika kurang dari itu
berarti onlinenya belum sempurna dan harus dihindari. Reksadana Online jauh lebih
aman daripada Internet Banking, karena seperti halnya Internet Banking yang
menggunakan Username dan Password, mungkin juga dilengkapi dengan Token dan
semuanya berhubungan langsung dengan Rekening Kita dan tak ada hubungannya
dengan Rekening Orang lain.
1. Jumlah investasi yang sangat terjangkau. Investasi Reksadana bisa dilakukan mulai
dari Rp 50 ribu atau bahkan Rp 10 ribu.
2. Kemudahan pendaftaran. Proses pendaftaran dilakukan via online dan tidak perlu
harus hadir ke kantor cabang.
3. Diskon biaya transaksi Reksadana. Sejumlah platform Reksadana online memberikan
diskon atau bahkan gratis biaya investasi.
4. Fitur analisis kinerja dan monitoring yang komprehensif. Salah satu keunggulan
online adalah monitoring kinerja bisa dilakukan secara real-time dengan berbagai alat
analisis yang tersedia secara gratis.
5. Kemudahan beli dan jual Reksadana. Investor untuk melakukan pembelian dan
penjualan Reksadana cukup dilakukan via online dan tidak perlu hadir untuk
melakukan tanda tangan basah.
6. Fitur Auto-Invest yaitu nasabah bisa membuat proses investasi Reksadana secara
rutin dan secara otomatis. Sesuai jangka waktu dan jumlah investasi yang sudah
ditentukan oleh nasabah, fitur auto-invest akan mendebit rekening nasabah untuk
menarik dana dan melakukan investasi Reksadana secara otomatis. Dengan cara ini,
proses investasi yang berkesinambungan bisa diterapkan secara lebih mudah.
N. Prospektus
Prospektus adalah setiap pernyataan yang dicetak atau informasi tertulis yang
digunakan untuk Penawaran Umum Reksa Dana dengan tujuan pemodal membeli Unit
Penyertaan Reksa Dana, kecuali pernyataan atau informasi yang didasarkan peraturan
OJK yang dinyatakan bukan sebagai prospektus. Dokumen soal reksadana yang paling
penting adalah prospektus. Di dalam Prospektus, calon investor bisa membaca dan
menganalisis sejumlah hal penting terkait pengelolaan reksadana, yaitu:
1. Legalitas Reksadana. Izin pembentukan dan dasar legalitas dari reksadana yang
diperoleh dari regulator.
2. Manajer Investasi. Siapa pengelola reksadana, termasuk background dan pengalaman
mereka.
3. Bank Kustodian. Pihak yang menyimpan harta reksadana dan uang nasabah, agar
dana nasabah tidak hilang atau dibawa lari.
4. Jenis dan Kebijakan Investasi. Bagaimana uang investor di reksadana akan
diinvestasikan oleh Manajer Investasi. Apa strategi dan kebijakan investasi yang
ditempuh oleh Manajer Investasi.
5. Biaya Reksa Dana. Apa saja biaya yang harus ditanggung oleh investor.
6. Risiko yang Dihadapi. Apa kemungkinan risiko yang dihadapi dalam investasi
reksadana, yang bisa menyebabkan nilai uang yang sudah ditempatkan di reksadana
berkurang.
7. Hak Investor. Apa hak yang dimiliki investor yang wajib dipenuhi oleh pengelola
reksadana.
O. Laporan Reksadana
Prospektus adalah setiap pernyataan yang dicetak atau informasi tertulis yang
digunakan untuk Penawaran Umum Reksa Dana dengan tujuan pemodal membeli
Unit Penyertaan pada Reksa Dana, kecuali pernyataan atau informasi yang
berdasarkan peraturan OJK yang dinyatakan bukan sebagai prospektus. Singkatnya,
prospektus menguraikan segala hal soal instrumen investasi yang penting di
reksadana dan karena itu investor atau pembeli wajib baca sebelum melakukan
investasi di reksadana tersebut.
Setiap tahun, reksadana yang dikelola Manajer Investasi harus dibuat Laporan
Keuangan dan Laporan Tahunan. Laporan Keuangan harus di audit oleh Kantor
Akuntan Publik.
3. Funs Fact-Sheet
Reksadana yang dikelola Manajer Investasi setiap bulan merilis Fund Fact Sheet
Reksadana untuk pemegang unit atau calon investor. Fund Fact Sheet menunjukkan
kinerja reksadana yang ditunjukkan setiap bulan, alokasi di instrumen investasi yang
material, biaya reksadana dan hal – hal penting lain mengenai reksadana.
P. Biaya Reksadana
Karena instrumen yang relatif baru dikenal di masyarakat kita, produk reksadana
yang seringkali disalahpahami berujung pada keengganan menempatkan dana pada
instrumen ini. Terdapat beberapa kesalahpahaman yang paling sering muncul dan
penjelasan untuk meluruskannya, yaitu:
1. Reksadana adalah jenis instrument yang keuntungan berfluktuasi dan berisiko tinggi
sehingga sebaiknya dihindari. Lebih baik memilih tabungan atu deposito yang aman
dan keuntungannya pasti
2. Proses investasi reksadana rumit, membutuhkan dana investasi yang besar dan tidak
tahu cara memulainya
Terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan ketika hendak memilih
berinvestasi pada reksadana. Yang pertama adalah risiko dan imbal hasil. Reksadana
saham mengandung risiko fluktuasi, hal ini disebabkan oleh pergerakan harga saham
yang dikelola. Oleh karena itu, banyak pihak pengelola reksadana yang sering
mencantumkan disclaimer bahwa mereka tidak menjamin keuntungan secara pasti. Imbal
hasil reksa dana saham adalah berupa peningkatan nilai reksa dana yang mengikuti
peningkatan harga saham, meskipun peningkatan tersebut tidak dijamin. Dalam investasi
reksadana saham maupun reksadana lainnya, kinerja investasi investor ditentukan oleh
pengelola investasi investor itu sendiri.
Faktor kedua adalah biaya. Penting bagi investor untuk memperhatikan biaya
investasi dalam reksadana. Dalam reksadana terdapat sejumlah biaya yang dibebankan
kepada investor dan diperhitungkan dalam nilai transaksinya, seperti biaya pembelian
(subscription fee), biaya penjualan (redemption fee), dan biaya pengalihan (switching
fee). Faktor ketiga adalah strategi investasi. Pada fund fact sheet, terdapat informasi
penting yang perlu diperhatikan, yaitu strategi yang digunakan oleh manajer investasi
dalam mengelola uang investor. Fund fact sheet tersebut menunjukkan komposisi saham
atau sektor yang diinvestasikan.
Faktor keempat adalah profil manajer investasi. Pada fund fact sheet investor bisa
melihat rekam jejak manajer investasi yang bertanggung jawab atas aset investor.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menilik profil manajer investasi
adalah pengalaman dalam mengelola aset yang dimiliki, jumlah nasabah dan besarnya
dana yang pernah dikelola. Faktor kelima adalah hak investor. Dalam prospektus
disebutkan hak-hak investor sebagai pemegang unit penyertaan reksa dana, contohnya:
Hak mendapatkan bukti penyertaan/surat konfirmasi, Hak memperoleh pembagian hasil
investasi sesuai kebijakan pembagian hasil investasi, Hak untuk menjual sebagian atau
seluruh unit penyertaan, dan sebagainya.
Faktor keenam adalah kebijakan investasi. Selain memilih sektor dan saham.
Fund fact sheet juga menunjukkan strategi investasi reksa dana tersebut secara garis
besar, yaitu alokasi dana dalam reksa dana dan seberapa besar dana digunakan untuk
investasi ekuitas, pasar uang dan instrument lainnya. Faktor ketujuh adalah total dana
kelolaan. Dalam reksadana terdapat data total dana kelolaan atau asset under
management (AUM). AUM menunjukkan total dana yang dikelola oleh manajer investasi
investor. Semakin besar dana kelolaan, semakin bonafide reksa dana tersebut.
Terakhir adalah riwayat kinerja reksadana. Investor dapat melihat performa reksadana
tertentu sebelum menutuskan untuk membeli dan membandingkan dengan pertumbuhan
IHSG. Investor tentu tidak mau membeli reksa dana yang tumbuh lebih lambat daripada
IHSG.
Bila Anda memiliki waktu untuk mengelola dana Anda sendiri dan memiliki
pengetahuan untuk menganalisa tentu akan lebih baik bila Anda mengelola aset Anda
sendiri. Maka dari itu saham adalah pilihan investasi yang sangat baik. Selain itu, saham
juga memiliki imbal hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan reksa dana.
Ketika Anda berinvestasi saham secara langsung, Anda menjadi manajer investasi untuk
diri Anda sendiri. Dengan begitu, tentu untungnya bisa Anda nikmati lebih besar.
Ibaratnya lebih untung punya kebun sendiri dibandingkan beli buah di supermarket. Tapi,
Anda harus tahu dulu bagaimana caranya agar bisa terlindungi dari risiko kerugian.
Salah besar jika Anda masih berpikir investasi itu mahal. Reksa dana dijual
dengan harga terjangkau. Bahkan Anda bisa mulai investasi dengan modal mulai
Rp10.000,-. Di tahun 2019 ini, Anda bisa mulai investasi dengan modal Rp10.000,- beli
produk reksadana online melalui e-commerce, yaitu Tokopedia dan Bukalapak.
Sementara, beli reksadana di marketplace investasi Bareksa, modal atau minimum
pembelian reksadana saham mulai Rp100 ribu.
Sebelum Anda mulai membeli reksadana, tentukan dulu apa tujuan Anda
berinvestasi. Apakah Anda punya cita-cita keuangan seperti menyiapkan biaya
pendidikan anak hingga ke perguruan tinggi, membeli rumah impian di masa depan,
biaya travelling ke negara impian, atau investasi untuk modal dana pensiun. Tujuan ini
akan berhubungan erat dengan jangka waktu investasi dan jenis reksadana yang tepat
untuk Anda. Tujuan juga bisa digunakan sebagai motivasi Anda. Percuma juga Anda
investasi tanpa ada tujuan jelas. Jika sudah ketemu apa tujuan Anda, lakukan ini:
Tentukan dulu platform investasi reksadana mana yang akan digunakan. Pilih
platform reksadana online yang menjual beragam produk reksadana dari banyak
manager investasi, jadi banyak pilihannya. Contoh platform supermarket reksadana
online: Bareksa.com, Ipotfund (PT Indo Premier Securities), Bukalapak, dan
Tokopedia.
Tentukan mana yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Jika ingin uang lebih aman
dengan hasil keuntungan yang terbatas reksa dana pasar uang jawabannya.
Pendapatannya tetap dan terproteksi. Jika anda ingin keuntungan yang lebih tinggi
dan sanggup menerima resiko yang lebih tinggi, reksa dana campuran dan
saham adalah pilihan yang cocok. Langkah kedua, pilih produk reksa dana yang
sesuai dengan pilihan jenis reksa dana Anda. Lihat rekam jejak keuntungannya
selama 3 tahun terakhir. Pastikan keuntungannya konsisten. Sehingga Anda tahu
bahwa Anda tidak akan mengalami kerugian. Anda dapat mencari informasi lebih
lanjut mengenai reksa dana yang Anda butuhkan melalui media internet atau
menghubungi langsung pihak yang menjual reksa dana tersebut. Cari tahu biaya yang
dikenakan pada reksa dana yang Anda inginkan, mencakup biaya pembelian dan
penjualannya. Untuk memulainya, sisihkanlah minimal 20% pendapatan Anda untuk
investasi reksa dana setiap bulannya.
Reksadana adalah investasi yang legal karena memiliki izin dari OJK (Otoritas Jasa
Keuangan). Perizinan ini memiliki banyak syarat dan bersifat mutlak sehingga dapat
dipercaya kebenarannya. Tidak hanya itu, manajer investasi yang mengelola
reksadana tersebut juga harus memiliki izin. Pastikan dulu dan cek perizinan dari
produk reksadana dan manajer investasi Anda. Jika meragukan, Anda berhak untuk
menolak tawaran berinvestasi. Pegecekan izin ini juga merupakan bentuk upaya
preventif agar Anda tidak tertipu oleh bentuk investasi bodong atau abal-abal.
1. NAB adalah jumlah dana yang dikelola dalam suatu reksa dana, dan biasa
disebut asset under management. Biasanya ini mencakup kas, deposito, saham, dan
obligasi.
2. UP yaitu satuan ukuran yang menunjukkan jumlah penyertaan yang dimiliki investor,
atau kata lainnya adalah NAB yang dipecah-pecah ke dalam instrumen investasi yang
dikelola reksa dana.
3. NAB/UP adalah nilai aktiva per uni penyertaan. Pengertiannya adalah harga dan
transaksi yang dilakukan berdasarkan nilai suatu reksa dana.
4. Subscription adalah biaya untuk membeli reksa dana. Besaran biaya biasanya antara
0% hingga 5%.
5. Redemption yaitu biaya untuk menjual reksadana dan biayanya juga antara 0%
hingga 5% dari nilai investasi.
9. Portofolio Efek adalah kumpulan surat berharga termasuk saham, obligasi, dan unit
penyertaan reksa dana yang telah dijual.
11. Transaksi Switching adalah pengalihan dari reksa dana tertentu ke jenis reksa dana
lainnya oleh investor.
12. KIK atau kontrak investasi kolektif ini merupakan bentuk dari reksadana berupa
kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian.
OBLIGASI
A. Pengertian
Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan
suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk
membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo
pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya
identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan
oleh penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10
tahun. Misalnya saja pada Obligasi pemerintah Amerika yang disebut "U.S. Treasury
securities" diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun atau lebih. Surat utang berjangka
waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang di bawah 1 tahun disebut "Surat
Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang
diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang di bawah 1 tahun
yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN).
Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah ini. Ada juga dikenal istilah
"surat perbendaharaan" yang digunakan bagi sekuriti berpenghasilan tetap dengan masa jatuh
tempo 3 tahun atau kurang . Obligasi memiliki risiko yang tertinggi dibandingkan dengan
"surat utang" yang memiliki risiko menengah dan "surat perbendaharaan" yang memiliko
risiko terendah yang mana dilihat dari sisi "durasi" surat utang di mana makin pendek
durasinya memiliki risiko makin rendah.
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh penerbit obligasi kepada pemegang
obligasi, beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kepada
pemegang obligasi sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui pada waktu pembelian
surat utang. Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2002, surat utang negara adalah surat
berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing
yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai
dengan masa berlakunya.
B. Sejarah
Ketika Perang Dunia I pecah, dana yang dimiliki pemerintah Amerika Serikat (AS)
tidak seperti saat ini. Kenyataannya, jumlah dana yang tersedia saat itu tidak mampu
menutup semua biaya perang yang diperlukan. Menghadapi situasi ini, pemerintah AS
memanfaatkan kendalinya atas uang rakyat. Pemerintah AS menaikkan pajak warganya
untuk mencukupi kekurangan biaya perang. Namun, kenaikan pajak tak bisa dilakukan
secara terus-menerus. Tiga tahun setelah Perang Dunia I selesai, tepatnya pada tahun 1917,
pemerintah AS menemukan cara yang lebih mudah sekaligus menjadi solusi alternatif untuk
menutupi hutang negara sekaligus untuk menyokong pertumbuhan ekonomi AS di tahun
berikutnya.
Solusi alternatif ini berupa surat utang negara yang disebut dengan "Liberty Bond"
atau Obligasi Liberty. Inilah yang mengawali sejarah surat utang negara masa kini. "Liberty
Bond" diterbitkan oleh pemerintah AS untuk mendapatkan pendanaan guna menutupi defisit
negara. Caranya, obligasi tersebut dijual kepada warga negara Amerika dengan iming-iming
imbalan bunga yang tinggi. Sungguh mengejutkan, dalam waktu singkat, pemerintah AS
berhasil mengumpulkan dana yang begitu besar dari hasil penjualan obligasi ini. Semakin
lama, penjualan obligasi menjadi semakin banyak dan membesar. Tak ayal, surat utang
negara yang disebut Obligasi Liberty itu pun semakin dikenal masyarakat luas. Berikut
ini salah satu contoh iklan yang digunakan pemerintah AS untuk mempromosikan obligasi
Liberty.
Obligasi Liberty telah dipasarkan dan diklaim sebagai investasi yang paling aman di
dunia karena disokong oleh keyakinan dan kepercayaan penuh terhadap pemerintah AS.
Faktor keamanan investasi inilah yang sangat penting untuk dipahami. Obligasi menawarkan
opsi jenis investasi yang aman dan memiliki resiko sangat kecil bagi investor, meskipun
seandainya dunia berada dalam kekacauan akibat perang dan krisis keuangan. Dan memang
benar, setelah perang usai, Departemen Keuangan AS tidak mampu membiayai Obligasi
Liberty yang telah dibeli oleh masyarakat. Untuk mengatasinya, pemerintah AS
mengeluarkan obligasi yang baru. Hingga saat ini, penerbitan obligasi terus berlangsung dan
jumlahnya makin besar untuk mengembalikan utang lama dan mendanai pengeluaran
pemerintah mendatang. Bukan hanya Amerika Serikat saja yang menerbitkan surat utang
negara seperti ini.
C. Penerbit
Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat
menerbitkan obligasi. Namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan
obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas:
Proses yang umum dikenal dalam penerbitan suatu obligasi adalah melalui penjamin
emisi atau juga dikenal dengan istilah "underwriting". Dalam penjaminan emisi, satu atau
lebih perusahaan sekuritas akan membentuk suatu sindikasi guna membeli seluruh obligasi
yang diterbitkan oleh penerbit dan menjualnya kembali kepada para investor. Pada
penjualan obligasi pemerintah biasanya melalui proses lelang.
E. Fitur Obligasi
1. Nilai nominal atau nilai utang pokok, yaitu nilai yang harus dibayar bunganya oleh
penerbit dan harus dilunasi pada saat akhir masa jatuh tempo.
2. Harga penerbitan, yaitu suatu harga yang ditawarkan kepada investor pada saat
penjualan perdana obligasi. Nilai bersih yang diterima oleh penerbit adalah setelah
dikurangi dengan biaya-biaya penerbitan.
3. Tanggal jatuh tempo, yaitu suatu tanggal yang ditetapkan di mana pada saat tersebut
penerbit wajib untuk melunasi nilai nominal obligasi. Sepanjang pembayaran kembali
atau pelunasan tersebut telah dilakukan maka penerbit tidak lagi memiliki kewajiban
kepada pemegang obligasi setelah lewat tanggal jatuh tempo obligasi tersebut.
Beberapa obligasi diterbitkan dengan masa jatuh tempo hinga lebih dari seratus tahun.
Pada awal tahun 2005, pasar atas obligasi euro dengan masa jatuh tempo selama 50
tahun mulai berkembang. Pada pasaran Amerika dikenal 3 kelompok masa jatuh
tempo obligasi yaitu:
a. Jangka pendek (surat utang atau bill): yang masa jatuh temponya hingga 1
tahun
b. Medium Term Note: masa jatuh temponya antara 1 hingga 10 tahun
c. Jangka panjang (obligasi atau bond): jatuh temponya di atas 10 tahun.
4. Kupon, suku bunga yang dibayarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi.
Biasanya suku bunga ini memeiliki besaran yang tetap sepanjang masa berlakunya
obligasi, tetapi juga bisa mengacu kepada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR,
dan lain-lain. Istilah "kupon" ini asal mulanya digunakan karena dimasa lalu secara
fisik obligasi diterbitkan bersama dengan kupon bunga yang melekat pada obligasi
tersebut. Pada tanggal pembayaran kupon, pemegang obligasi akan menyerahkan
kupon tersebut ke bank guna ditukarkan dengan pembayaran bunga bank pembagian
hasil terhadap bank atas 20% pajak utang
5. Tanggal kupon, tanggal pembayaran bunga dari penerbit kepada pemegang obligasi.
Di Amerika, kebanyakan pembayaran kupon obligasi dilakukan secara "tengah
tahunan", yang artinya pembayaran kupon dilakukan setiap 6 bulan sekali. Di Eropa,
kebanyakan obligasi adalah secara "tahunan" atau 1 kupon pertahun.
6. Dokumen resmi, suatu dokumen yang menjelaskan secara terinci hak-hak dari
pemegang saham. Di Amerika, ketentuan ini diatur oleh departemen keuangan
pemerintah dan undang-undang komersial di mana dokumen ini di hadapan
pengadilan diperlakukan sebagai suatu kontrak. Ketentuan dalam dokumen resmi
tersebut sulit sekali diubah di mana perubahan hanya dapat dilakukan atas persetujuan
mayoritas pemegang obligasi.
7. Hak opsi: suatu obligasi dapat memuat ketentuan mengenai hak opsi kepada pembeli
obligasi ataupun penerbit obligasi.
a. Hak pelunasan, beberapa obligasi memberikan hak kepada penerbit untuk
melunasi obligasi tersebut sebelum masa jatuh tempo obligasi. Obligasi jenis
ini dikenal sebagai obligasi opsi beli. Kebanyakan obligasi jenis ini
memberikan hak kepada penerbit untuk melakukan pelunasan obligasi
pada nilai pari. Pada beberapa obligasi mengharuskan penerbit untuk
membayar premi yang disebut premi opsi. Ini utamanya digunakan bagi
obligasi berbunga tinggi. Pada obligasi jenis ini terdapat banyak sekali
persyaratan yang ketat yang membatasi kegiatan operasional penerbit, maka
guna membebaskan penerbit dari pembatasan-pembatasan dilakukanlah
pelunasan dini atas obligasi tersebut. namun dengan biaya yang lebih tinggi.
b. Hak jual, beberapa obligasi memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
memaksa penerbit melakukan pelunasan awal atas obligasinya sebelum masa
jatuh tempo; lihat opsi jual.
c. Tanggal pelaksanaan opsi adalah tanggal dimaka opsi beli atau opsi jual dapat
dilaksanakan sebelum masa jatuh tempo obligasi, di mana pada umumnya
terdapat 4 cara pelaksanaan opsi yang demikian ini yaitu:
Gaya Bermuda memiliki beberapa tanggal pelaksanaan yang biasanya
disesuaiakan dengan tanggal kupon.
Gaya Eropa hanya memiliki satu tanggal pelaksanaan, ini merupakan
kasus khusus gaya Bermuda.
Gaya Amerika opsi dapat dilaksanakan setiap saat hingga masa jatuh
tempo.
Penjualan karena kematian adalah opsi yang diberikan kepada ahli
waris pemegang opsi untuk menjual kembali obligasinya kepada
penerbit dalam hal terjadinya kematian pada pemegang obligasi atau
menderita cacat tetap.
8. Dana jaminan atau yang juga dikenal dengan istilah sinking fund adalah suatu syarat
dalam "dokumen resmi" yang mensyaratkan adanya suatu porsi tertentu dari obligasi
yang dapat dicairkan berkala. Penerbit juga dapat membayar kepada wali
amanat yaitu dengan cara melakukan pembelian secara acak atas obligasi yang
diterbitkannya atau pilihan lainnya dengan membeli obligasi di pasaran lalu
menyerahkannya kepada wali amanat.
9. Obligasi konversi adalah obligasi yang mengizinkan pemegang obligasi untuk
menukarkan obligasi yang dipegangnya dengan sejumlah saham perusahaan penerbit.
10. Obligasi tukar atau dikenal juga dengan nama Exchangeable bond ("XB") yang
memperkenankan pemegang obligasi untuk menukarkan obligasi yang dipegangnya
dengan saham perusahaan selain daripada saham perusahaan penerbit, biasanya
dengan saham anak perusahaan penerbit.
F. Jenis
1. Obligasi Pemerintah, yaitu obligasi dalam bentuk Surat Utang Negara yang diterbitkan
oleh Pemerintah RI. Pemerintah menerbitkan obligasi dengan kupon tetap (seri FR-
Fixed Rate), obligasi dengan kupon variable (seri VR –Variable Rate) dan obligasi
dengan prinsip syariah.
2. Obligasi Korporasi, yaitu obligasi berupa surat utang yang diterbitkan oleh Korporasi
Indonesia baik BUMN maupun korporasi lainnya. Sama seperti obligasi pemerintah,
obligasi korporasi terbagi atas obligasi dengan kupon tetap, obligasi dengan kupon
variabel dan obligasi dengan prinsip syariah. Ada Obligasi Korporasi yang telah
diperingkat atau ada yang tidak diperingkat.
3. Obligasi Daerah, yaitu jenis obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah guna
membiayai proyek infrastruktur serta utilitas (kewajiban) di daerah tersebut
4. Obligasi Ritel, yang diterbitkan oleh Pemerintah yang dijual kepada individu atau
perseorangan melalui agen penjual yang ditunjuk oleh Pemerintah. Biasanya ada
beberapa jenis yaitu ORI atau Sukuk Ritel.
5. Obligasi Tabungan, obligasi yang dibeli oleh investor individu dan dikeluarkan dalam
jumlah yang rendah agar mudah dijangkau oleh individu.
6. Obligasi Suku Bunga Tetap, yaitu obligasi yang menawarkan suku bunga dengan
besaran yang tetap dan dibayarkan secara berkala sepanjang masa berlakunya obligasi.
7. Obligasi Suku Bunga Mengambang, atau disebut Floating Rate Note (FRN), memiliki
besaran bunga yang mengacu pada indeks pasar uang.
8. Obligasi Tanpa Bunga, dikenal dengan Zero Coupon Bond, adalah obligasi yang tidak
memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian
potongan harga dan pemegang obligasi akan menerima pokok hutang secara penuh pada
saat jatuh tempo.
9. Obligasi Inflasi, adalah obligasi dimana nilai pokok hutang pada obligasi akan mengacu
pada indeks inflasi. Suku bunga yang akan didapatkan biasanya jauh lebih rendah
daripada obligasi suku bunga tetap.
10. Obligasi Kupon Nol, yaitu persetujuan yang tidak mewajibkan penerbitnya membayar
kupon (bunga) kepada pemegangnya.
11. Kupon obligasi (obligasi kupon tetap & obligasi kupon mengambang), yaitu obligasi
yang mewajibkan penerbitan obligasi untuk pembayaran bunga (kupon bunga tetap) dan
bunga pembayaran (obligasi kupon mengambang).
12. Obligasi konversi, yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham penerbitnya (ditukar
saham emiten)
13. Obligasi yang dapat dipertukarkan, yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham
afiliasi milik penerbit atau emiten.
14. Ikatan putable, yaitu persetujuan yang memberikan hak kepada pemilik atau pemegang
untuk menukarkan / meminta pelunasan kepada penerbit/emiten.
15. Obligasi aman, yaitu sesuai yang disetujui pelunasannya dengan aset tertentu.
16. Jaminan obligasi, jika penjaminnya adalah pihak III.
17. Obligasi hipotek, jika disetujui dengan properti nyata (gedung).
18. Obligasi perwalian jaminan, jika disetujui dengan surat berharga (sekuritas, piutang)
Obligasi tidak terjamin (Debentures), yaitu pembayaran yang tidak disetujui oleh aset
tertentu.
19. Ikatan putable, yaitu persetujuan yang memberikan hak kepada pemilik atau pemegang
untuk menukarkan / meminta pelunasan kepada penerbit atau emiten.
1. Keuntungan yang diperoleh dari kupon (bunga) yang terbagi atas tiga jenis, yaitu kupon
tetap (fixed coupon) dan kupon mengambang (floating/variable coupon). Walaupun
demikian, ada obligasi yang tak memberlakukan kupon (zero coupon bond). Imbal balik
(yield) obligasi yang didapat bisa besar tergantung dari jangka waktu obligasi. Makin
lama, makin besar keuntungannya.
2. Keuntungan yang diperoleh dari selisih harga obligasi (dalam persentase) setelah
diperdagangkan. Misalnya, harga awal obligasi 100% (disebut harga pari). Ketika hendak
dijual, harganya ternyata naik menjadi 115%. Jadi, kalau Anda menjualnya, keuntungan
yang didapat 15% (istilahnya capital gain 15%).
3. Aman karena pembayaran kupon dan pokok dijamin UU No. 24 Tahun 2002/UU No. 19
Tahun 2008.
4. Kupon/bunga obligasi lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
5. Mudah untuk diperdagangkan di Pasar Sekunder yang diatur mekanisme Bursa Efek
Indonesia (BEI) atau transaksi di luar bursa.
6. Bisa dijaminkan sebagai agunan, seperti obligasi negara.
Hingga saat ini tak satu pun produk investasi yang hanya memiliki kelebihan tanpa
memiliki kekurangan. Selain kelebihan, obligasi juga memiliki kekurangan yang perlu
diperhatikan, di antaranya:
1. Penerbit obligasi berisiko gagal bayar dan konsekuensinya investor tak cuma tidak
memperoleh untung, tetapi tak mendapatkan kembali seluruh pokok utang. Untungnya,
kekurangan ini tak berlaku pada obligasi negara yang terlindungi undang-undang.
2. Rentan terhadap perubahan suku bunga, ekonomi, dan kondisi politik yang tidak stabil.
Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada pasar keuangan.
3. Menjual obligasi sebelum jatuh tempo di Pasar Sekunder menimbulkan kerugian bagi
investor. Sebab harga jualnya lebih rendah dari harga belinya.
Ketika suatu entitas pemerintah tertentu membutuhkan dana, maka mereka akan
merilis obligasi melalui mekanisme lelang, penjaminan emisi, atau private placement.
Pertama-tama, penerbit obligasi atau debitur menentukan rincian berapa besar dana, tanggal
jatuh tempo, berapa besar bunga (kupon) yang akan dibayarkan, dan aturan lain. Selanjutnya,
dipilih mekanisme penerbitan apa yang akan ditempuh.
1. Lelang (auction): Dalam proses lelang, lembaga keuangan dan perbankan bisa
mengajukan penawaran untuk obligasi pemerintah, imbal hasil kelah tergantung pada
aturan obligasi dan harga yang diberikan kreditur. Biasanya, bunga (kupon) telah
ditentukan sejak awal, sednagkan harga ditentukan oleh pasar
2. Penjaminan emisi (underwriting): Perusahaan sekuritas, perbankan, atau lembaga
keuangan lainnya membentuk sebuah sindikasi untuk memborong semua obligasi yang
diterbitkan oleh debitur, kemudian menjualnya kepada investor umum. Sindikasi
menanggung risiko apabila obligasi tak terjual habis, tetapi mereka bisa menetapkan fee
tertentu sebagai imbalan jasa underwriting
3. Penerbitan khusus (private placement): Obligasi dijual kepada pihak-pihak tertentu saja
dan tidak bisa diperdagangkan secara bebas. Biasanya metode ini dilakukan untuk
penerbitan obligasi dalam skala kecil
Harga obligasi per lembar pada awal penerbitan biasanya ditentukan dalam besaran
nominal baku, seperti US $100, US $1.000, Rp1.000.000, dan sejenisnya. Nilai nominal
inilah yang akan dibayarkan oleh debitur kepada kreditur setelah jatuh tempo. Namun, harga
obligasi riil (aktual) dapat berubah-ubah tergantung pada beragam faktor seperti peringkat
kredit (credit rating) sang penerbit obligasi, jangka waktu hingga jatuh tempo, persentase
kupon dibandingkan dengan suku bunga yang sedang berlaku, dan seterusnya. Ada obligasi
yang dapat diperdagangkan lagi di pasar sekunder, dan ada obligasi yang tidak dapat
diperdagangkan lagi.
Apabila obligasi bisa diperdagangkan di pasar sekunder, maka sang pemilik obligasi
(kreditur) dapat menjualnya kepada pihak lain berdasarkan harga aktual. Akan tetapi, jika
obligasi tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, maka sang kreditur hanya dapat hold
hingga jatuh tempo, atau menjualnya kembali (early redemption) kepada debitur atau
penjamin emisi sesuai harga dan waktu yang telah ditentukan.
Harga jual beli obligasi tidak selalu sebesar nilai nominalnya. Besarnya harga
ditentukan oleh tingkat bunga obligasi. “Semakin besar bunganya, harga obligasi semakin
tinggi dan sebaliknya semakin kecil bunga obligasi, semakin rendah harganya.” Untuk
mengetahui apakah bunga obligasi itu cukup besar atau kurang, dibandingkan antara
persentase bunga obligasi dengan tingkat bunga di pasar. Bila persentase bunga obligasi
melebihi tingkat bunga di pasar, maka harga jual obligasi akan di atas nilai nominal (dengan
agio). Tapi bila tarif bunga obligasi lebih rendah daripada tingkat bunga di pasar maka
harganya di bawah nilai nominal (dengan disagio). Agio atau disagio obligasi merupakan
perbedaan antara tarif bunga obligasi dengan tingkat bunga di pasar untuk seluruh bunga
obligasi yang dibayarkan. Bunga obligasi ditambah atau dikurangi dengan agio atau disagio
yang timbul pada saat pembelian menunjukkan hasil sesungguhnya dari obligasi, disebut tarif
efektif. Untuk menentukan besarnya harga obligasi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Menghitung nilai tunai dari : Jumlah jatuh tempo + nilai tunai bunga yang akan diterima.
K. Risiko Obligasi
1. Intrest Risk Rate: yakni resiko yang berkaitan dengan suku bunga. Jk suku bunga
obligasi meningkat maka harga dari obligasi tersebut menurun, dan sebaliknya bila
tingkat suku bunga menurun maka harga obligasi tersebut meningkat.
2. Reinvesment Rate: jenis resiko penanaman kembali investasi hal ini mempengaruhi
tingkat suku bunga pasar.
3. Call Risk : resiko yang berhubungan dengan penarikan sebagian atau seluruhnya yang
diterbitkan sebelum jatuh tempo.
4. Credit Risk: yaitu bila penebit obligasi gagal memenuhi kewajiban pada saat obligasi
jatuh tempo yang meliputi pembayaran bunga atau fee dan pokok hutang (nilai nominal).
Jenis resiko ini biasa disebut default risk (gagal bayar). Lihat penjelasan diatas indikasi
resiko gagal bayar.
5. Inflation Risk: yaitu penigkatan resiko dikarenakan variasi dalam nilai arus kas sekuritas
yang dipengaruhi oleh inflasi.
6. Exchange Rate Risk: resiko yang berhubungan dengan nilai tukar.
7. Liquidity Risk: yaitu acuan utama dari likuiditas (selisih antara harga jual dengan harga
beli yang ditetapkan oleh penerbit). Semakin tinggi selisih antara harga jual dengan harga
beli maka resiko likuiditasnya juga semakin tinggi.
8. Volatility Risk: yaitu jenis resiko yang dipengaruhi ekspektasi tingkat bunga yang
cendrung berubah. Secarra spesifik, nilai opsi meningkat bila ekspektasi perubahan
tingkat bunga juga meningkat. Resiko yang mempengaruhi dalam volalitas juga
mempengaruhi harga suatu obligasi.
L. Perdagangan
Obligasi diperdagangkan melalui mekanisme over the counter (OTC). Biasaya Bursa
memfasilitasi secara khusus sistem perdagangan pada obligasi yang disebut sebagai Fixed
Income Trading System (FITS). FITS yang ada di Bursa Bank Indonesia, bertujuan untuk
memfasilitasi perdagangan efek (obligasi) yang ada di Indonesia. Banyak investor pemula
berpikir keliru bahwa sekali Anda membeli obligasi, Anda harus memegangnya sampai jatuh
tempo. Itu tidak benar. Anda dapat membeli dan menjual obligasi di pasar terbuka sama
seperti Anda membeli dan menjual saham. Padahal, pasar obligasi jauh lebih besar dari pasar
saham. Berikut adalah beberapa istilah yang harus Anda ketahui ketika membeli dan menjual
obligasi:
M. Bunga
Tingkat bunga merupakan sebagai acuan bagi investor (pembeli obligasi) sebagai
pembanding pada tingkat pengembalian yang diharapkan. Dalam hal ini suku bunga obligasi
mengacu kepada BI rate. Bilamana tingkat suku bunga pasar berubah, maka akan
mempengaruhi harga efek bersifat hutang. Di saat suku bunga mengalami peningkatan,
sementara besarnya tingkat pengembalian atas obligasi adalah tetap, maka return rill dari
investor dianggap menjadi lebih kecil. Hal tersebut menyebabkan terjadi aksi jual efek
bersifat utang, sehingga harga obligasi tersebut menjadi turun, dan begitu juga sebaliknya.
Beberapa penyebab berubahnya harga obligasi adalah:
Obligasi tercatat di Bursa memiliki tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda, dan pada
saat jatuh tempo penerbit efek bersifat utang wajib mengembalikan/melunasi semua pokok
utang kepada investor. Biasanya harga efek berbanding terbalik dengan jangka waktu
obligasi. Semakin pendek jangka waktunya maka tingkat resiko ketidakpastian (gagal bayar)
semakin kecil . pada saat mendekati tanggal jatuh tempo, maka harga obligasi tersebut
semakin mendekati nilai nominalnya.
O. Karakteristik
1. Mudharobah (muqaradhoh)/qiradh
2. Musyarokah
3. Murabahah
4. Salam
5. Istishna
6. Ijarah
R. Mekanisme Obligasi
1. Sebelum dapat melakukan transaksi, investor harus menjadi nasabah di salah satu
perusahaan efek.
2. Selanjutnya investor tersebut harus mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai
jaminan bahwa nasabah tersebut layak melakukan jual beli saham.
3. Proses perdagangan atau transaksi saham dan obligasi di pasar sekunder diawali dengan
order (pesanan) untuk harga tertentu.
4. Perdagangan saham di BEI harus menggunakan satuan perdagangan (round lot) efek atau
kelipatannya, yaitu 500 (lima ratus) efek.
5. Pesanan jual atau beli oleh para investor dari berbagai perusahaan sekuritas akan bertemu
di lantai bursa. Setelah terjadi pertemuan (match) antar order tersebut, maka proses
selanjutnya adalah proses terjadinya transaksi. Mekanisme matching umumnya
berdasarkan kriteria prioritas harga kemudian waktu.
Untuk melakukan investasi obligasi terdapat beberapa tahap yang perlu dilalui supaya
tujuan investasi dalam obligasi memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan rencana.
Tahap tersebut antara lain:
1. Membuka Rekening
Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi adalah memilih
perusahaan sekuritas yang memiliki divisi fixed income yang menangani pembelian
dan penjualan obligasi. Pilih perusahaan dengan pengalaman, tim yang solid baik
trader/dealer ataupun riset serta fee yang kompetitif. Dengan membuka rekening,
Anda bisa mendapatkan informasi perkembangan dan perdagangan obligasi setiap
saat, sehingga Anda mendapatkan pengetahuan pergerakan pasar obligasi secara
akurat dan up to date.
Pada tahap ini, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk beluk informasi yang
dibutuhkan mengenai obligasi, baik mengenai investasinya sendiri, potensi risiko
yang terkandung maupun potensi keuntungannya. Hal ini dapat diperoleh dengan
mempelajarinya secara mandiri, bertanya kepada bagian riset perusahaan sekuritas, di
mana Anda membuka rekening atau melalui internet. Dengan mempelajari instrumen
obligasi secra lengkap, diharapkan investor mengenal investasi tersebut dengan baik,
sehingga mempermudah pengambilan keputusan investasi. Mempelajari instrumen, di
mana Anda ingin menempatkan investasi, akan memberikan manfaat maksimal dalam
mencapai rencana yang diinginkan.
3. Lakukan Analisis
Analisis dilakukan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa yang diinginkan,
yaitu kestabilan pendapatan. Aspek-aspek yang dibutuhkan seperti kupon, jangka
waktu, nilai penerbitan dan peringkat. Latar belankang serta profil penerbit juga
menjadi pertimbangan sendiri. Dengan informasi yang lengkap, diharapkan keputusan
yang diambil tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dianjurkan untuk
membanding antara obligasi sejenis.
Setelah melalui analisis, Anda memperoleh jenis obligasi yang ingin dibeli. Tahap
selanjutnya adalah memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi
yang telah kita pilih. Pihak trader akan melakukan pembelian obligasi sesuai dengan
jenis serta harga yang diinginkan. Misalkan, pembeli akan melakukan pembelian
obligasi ASII (Astra International) tahun 2002 dengan harga 105 atau harga premium.
Biasanya nilai pari atau nominal adalah sebesar Rp 100.
5. Siapkan Dana
Membeli obligasai membutuhkan dana yang tidak sedikit. Satuan pembelian obligasi
biasanya bernilai Rp 1 miliar, sehingga sulit bagi investor individu untuk dapat ikut
berinvestasi dalam obligasi. Namum, ada juga yang menawarkan satuan bernilai Rp
50 juta atau Rp 100 juta. Setelah amanat pembelian di ajukan, sebaiknya dana
tersebut sudah dialokasikan. Jangan sampai Anda dikenakan penalty, karena
keterlambatan dalam pembayaran. Selain itu, penempatan dana tunai yang serba
mendadak mungkin bisa mengganggu kelancaran aliran arus kas keuangan Anda dan
keluarga.
1. Dari pengertian
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang kebijakan investasinya pada pasar uang
(deposito/kas) dan obligasi jatuh tempo kurang dari setahun. Di reksadana, dana dari
investor akan dihimpun oleh seorang manajer investasi lain, maka sangat mungkin
bagimu untuk memulai investasi reksadana dengan Rp 50 ribu saja. Sedangkan,
obligasi adalah surat pernyataan utang yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit
obligasi, untuk diberikan kepada pemegang obligasi. Surat pernyataan ini berisi janji
pemegang obligasi untuk membayar kembali pokok bunga dan saat jatuh tempo
2. Dari minimum pembukaan rekening
Modal awal minimum pembukaan rekening obligasi, minimal modal yang harus
dimiliki adalah Rp 5 juta untuk pecahan obligasi ORI dan Sukuk Ritel. Sedangkan
untuk obligasi diterbitkan oleh pemerintah dan swasta, minimum dana awal yang
harus dimiliki adalah Rp 1 miliar. Sedangkan investasi reksadana dimulai dengan Rp
50 ribu saja.
3. Dari agen penjual
Membeli obligasi baik di pasar perdana atau sekunder, bisa dilakukan melalui
perusahaan sekuritas yang terdaftar di OJK dan bank. Bisa membeli langsung ke
perusahaan penjual obligasi atau bank. Sedangkan kalau investasi reksadana, bisa ke
agen penjual pada perusahaan sekuritas yang terdaftar di OJK dan Bank, juga
aplikasi.
4. Dari risiko fluktuasi harga
Reksadana dan obligasi sama-sama fluktuatif dalam hal imbal hasil dan return.
Bedanya adalah pernyataan harga. Harga obligasi dinyatakan dalam persentase,
sedangkan harga reksadana dinyatakan dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB).
5. Dari likuiditas
Obligasi di pasar sekunder kurang likuid atau susah untuk dicairkan. Maka akan
sangat butuh waktu serta upaya untuk menikmati keuntungan dari investasi langsung
di sector obligasi. Sedangkan reksadana, investasi di instrument ini sangatlah likuid
alias bisa dicairkan kapan saja. Hanya perlu menunggu maksimal T+7 untuk
mendapatkan hasil investasi di rekening investor.
6. Dari perpajakan
Hasil dari investasi obligasi dikenakan pajak final 15%, sedangkan reksadana bukan
merupakan objek pajak.
7. Dari risiko gagal bayar
Risiko utama dari investasi dari obligasi adalah ketika penerbit obligasi gagal
memenuhi komitmennya untuk membayar kupon dan pokok pada waktu yang telah
ditetapkan. Ketika risiko gagal terjadi, maka nilai obligasi dapat anjlok atau bahkan
tidak ada harganya sama sekali. Risiko gagal bayar reksadana juga ada, hanya saja
manajer investasi melakukan diversifikasi dengan maksimal investasi pada satu
perusahaan swasta adalah 10%. Pengecualian apabila investasinya di obligasi
pemerintah yang bisa mencapai 100%.