Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR AUDITING SYARIAH

Dosen Pengampuh: Baso Akib S.Kom.,M.Ak

Disusun Oleh:
Sapir
Syeirul

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT PARAHIKMA INDONESIA
2021
A. Konsep Audit Syariah
Dalam konteks audit syariah, pemeriksaan laporan keuangan dan
informasi keuangan lainnya juga menjadi sangat penting, mengingat
keduanya dapat menjadi sumber malapetaka ekonomi berupa krisis dan
sebagainya jika tidak dikelola secara maksimal. Audit syariah dapat dimaknai
sebagai suatu proses untuk memastikan bahwa aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh institusi keuangan Islam tidak melanggar syariah atau pengujian
kepatuhan syariah secara menyeluruh terhadap aktivitas bank syariah.
Tujuan audit syariah adalah untuk memastikan kesesuaian seluruh
operasional Opini Syari'ah adalah pendapat kolektif dari DPS yang telah
dibahas secara cermat dan mendalam mengenai kedudukan /ketentuan syari'ah
yang berkaitan dengan produk atau aktivitas LKS. Opini Syari'ah dapat
dijadikan pedoman sementara sebelum adanya fatwa DSN tentang masalah
tertentu.
Bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan sebagai
pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah. Hal-hal yang
dilakukan pada audit bank syariah meliputi:
1. Pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur
kepatuhan syariah.
2. Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana
ataupun pembiayaan.
3. Pemeriksaan distribusi profit
4. Pengakuan pendapatan cash basis secara riil
5. Pengakuan beban secara accrual basis
6. Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan
pendapatan dengan bagi hasil.
7. Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat
8. Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai
dengan syariah.
Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit syariah,
meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki peran dalam
audit pada perbankan syariah. Prosedur audit secara umum antara lain:
1. Prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data yang
memiliki hubungan
2. Menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan fisik
atas sumber-sumber berwujud,
3. Mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau ekstern
untuk mendapat informasi
4. Menghitung dan menelusur dokumen
5. Mencocokkan ke dokumen.
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit syariah
antara lain memenuhi unsur sebagai berikut:
1. Audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan
perbankan syariah pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan
kegiatan usahanya sehingga auditor syariah dapat memberikan opini yang
jelas apakah bank syariah yang telah diaudit tersebut shari'ah
compliance atau tidak.
2. Audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah
ditetapkan oleh AAOIFI.
3. Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS
(sertifikasi akuntansi syariah)
4. Hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha
perbankan syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan LKS.

B. Teori Dan Standar Auditing


1. Auditing
Definisi auditing menurut Agoes Sukrisno, (2012:4) adalah sebagai
berikut: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
2. Standar Auditing
a. Definisi standar Auditing
Standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu auditor
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan
keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas
profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan laporan dan
bukti (Arens et.al, 2013:41).
b. Standar Auditing
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia dalam SA Seksi 150 dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (IAPI, 2011:150.1) adalah sebagai berikut:
1) Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika
ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dengan
penerapan akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
d) Laporan keuangan auditor harus memuat suatu pernyataan
pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau
suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat Tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.

C. Etika Profesi Auditor


1. Definisi Etika Profesi
Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip etis yang
dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen dalam
melaksanakan suatu proses yang sistematis dalam proses pengumpulan dan
evaluasi bahan bukti secara objektif tentang informasi yang dapat diukur
mengenai asersi – asersi suatu entitas ekonomi, dengan tujuan menentukan
dan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi – asersi tersebut, serta
melaporakan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak – pihak yang
berkepentingan.
Menurut IAPI (2011:1) dalam prinsip-prinsip dasar etika profesi
Seksi 100, salah satu hal yang membedakan etika profesi akuntan publik
dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam
melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi
akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi
kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap praktisi harus
mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan kode etik yang telah
diatur dalam kode etik.
2. Prinsip Dasar Etika Profesi
a. Prinsip Integritas.
Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan bisnis dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Prinsip Obyektifitas.
Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subyektifitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-
pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya.
c. Prinsip Kompetensi Serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian
Profesional (professional competence and due care).
Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara
berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima
jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan. Setiap praktisi harus bertindak secara
profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang
berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
d. Prinsip Kerahasiaan.
Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak
boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban
untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan
lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk
keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
e. Prinsip Perilaku Profesional.
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Daftar Pustaka:
Rahim Abdul Rahman (2008),‘Shari'ah Audit for Islamic Financial Services: The
Needs and Challenges’Makalah dipresentasikan pada International
Shari'ah Research Academy for Islamic Finance (ISRA) Islamic
Finance Seminar, Kuala Lumpur, 11 November 2008.
Minarni, M. (2013). Audit Syariah, dan Tata Kelola Lembaga Keuangan
Syariah. La_Riba, 7(1), 29-
40.https://journal.uii.ac.id/JEI/article/view/3156
Jusuf Soewadji. 2012. Pengantar Metodologi penelitian. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Dewi, I. S., & Wulandari, Y. P. (2017). Pengaruh Penerapan Standar Auditing
Dan Etika Profesi Auditor Terhadap Reliabilitas Laporan Audit (Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Jakarta Selatan). Jurnal
Liabilitas, 2(2), 1-
19.https://ojs.jekobis.org/index.php/liabilitas/article/view/22
Munthe, M. P., Rantelangi, C., & Kesuma, A. I. (2019). Pengaruh Independensi,
Etika Audit dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit Akuntan Publik di
Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Akuntansi Mulawarman
(JIAM), 3(4).https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/JIAM/article/view/
3253

Anda mungkin juga menyukai