Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN KEUANGAN

“STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK”

KELOMPOK 1:
1. Amanda Listha Ramadani (20106001)
2. Gusti Ayu Junietta (20106004)
3. I Ketut Raditya Sanjaya (20106027)

POLITEKNIK PARIWISATA BALI


TAHUN AJARAN
2023/2024
A. PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah merupakan hasil pengembangan
berkelanjutan standar profesional akuntan publik yang dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap
awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan. Standar yang
dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan. Standar yang
dikembangkan pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis. Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang
merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP
dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI). Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah:
1. Standar Auditing
Standar auditing merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis.
Didalamnya terdapat 10 standar yang secara rinci dalam bentuk pernyataan standar
auditing (PSA). PSA ini berisi tentang ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus
diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Berikut adalah standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia:
1) Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam melaksanaan aufit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
mengggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika terdapat sesuatu yang
tidak konsisten dalam penerapan penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
c. Pengungkapan infomatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam lapran auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.

2. Standar Atestasi
Standar ini berlaku pada akuntan publik yang melaksanakan suatu perikatan atestasi.Suatu
perikatan atestasi adalah perikatan yang di dalamnya praktisi mengadakan perikatan untuk
menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan tentang keandalan asersi
tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Berikut adalah standar atestasi yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia:
1) Standar Umum
a. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi.
b. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki
pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.
c. Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk
menyakinkan dirinya.
d. Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental independen
harus dipertahankan oleh praktisi.
e. Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam melaksanakan
perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan perikatan
tersebut.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan
yang dinyatakan dalam laporan.
3) Standar Pelaporan
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat
perikatan atestasi yang bersangkutan.
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai
sebagai alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang
perikatan dan penyajian asersi.
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk
melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang
keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati
kriteria atau prosedur tersebut.

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review


Standar ini terdiri dari kompilasi dan review atas laporan keuangan, pelaporan atas laporan
keuangan komparatif, Laporan kompilasi atas laporan keuangan yang dimasukkan dalam
formular tertentu, komunikasi antara akuntan pendahulu dengan akuntan pengganti,
pelaporan atas laporan keuangan pribadi yang dimasukkan dalam rencana keuangan
pribadi tertulis.

4. Standar Jasa Konsultansi


Jasa konsultasi adalah jasa profesional yang disediakan dengan memadukan kemahiran
teknis, pendidikan, pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan praktisi mengenai prose
konsultasi, yang meliputi: Konsultasi, jasa pemberian saran profesional, jasa implementasi,
jasa transaksi, jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya dan jasa produk. Berikut
adalah standar jasa konsultansi yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia:
1) Standar Umum:
a. Kecakapan Profesional
b. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
c. Perencanaan dan supervisi
d. Data relevan yang memadai
2) Standar umum tambahan:
a. Kepentingan klien: dalam setiap perikatan, praktisi harus melayani kepentingan
klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan dengan klien
dengan tetap mempertahankan integritas dan objektivitas.
b. Kesepakatan dengan klien: Praktisi harus mencapai kesepakatan baik secara lisan
maupun tertulis, dengan klien mengenai tanggung jawab masing - masing pihak
dan sifat, lingkup, dan keterbatasan jasa yang akan disediakan, dan mengubah
kesepakatan tersebut apabila terjadi perubahan signifikan selama masa perikatan.
c. Komunikasi dengan klien : Praktisi harus menberitahu kliennya tentang adanya :
benturan kepentingan, keraguan signifikan yang berkaitan dengan lingkup dan
manfaat suatu perikatan dan temuan atau kejadian signifikan selama periode
perikatan.
5. Standar Pengendalian Mutu
Setiap Kantor Akuntan Publik wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan menjelaskan
unsur - unsur pengendalian mutu dan hal-hal yang terkait dengan implementasi secara
efektif sistem tersebut. Sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi,
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP untuk memberikan keyakinan memadai
tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu harus
komprehensif dan harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat
praktik KAP.
1) Unsur-unsur sistem pengendalian mutu:
a. Independensi
b. Penugasan personel
c. Konsultasi
d. Supervisi
e. Pemekerjaan (hiring)
f. Pengembangan profesional
g. Promosi
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien
i. Inspeksi

B. SEPULUH STANDAR AUDITING


Dalam menjalankan sebuah audit dalam perusahaan, harus menerapkan pedoman audit atas
laporan keuangan yang ada. Standar audit tersebut terdiri dari 10 standar yang mana dirinci
dan membentuk sebuah pernyataan standar auditing (PSA). Beberapa standar ini
mengharuskan agar hasil dari audit benar-benar berimbas pada kemanfaatan untuk perusahaan.
Adapun beberapa standar tersebut diantaranya:
1. Competence atau Suatu Hal yang Mengharuskan Keahlian
Point standar audit yang pertama ini masuk dalam standar umum. Dalam melakukan
sebuah audit, tentu harus dilakukan oleh seseorang dengan keahlian dan juga pelatihan
teknis yang cukup. Seorang auditor diharuskan untuk bertindak sebagai seorang yang
benar mahir dalam bidang akuntansi.
Keahlian tersebut bisa dengan menempuh pendidikan formal maupun dengan pengalaman
dalam mengikuti pelatihan. Adapun bentuk pelatihan yang ada mencakup sebuah
pelatihan kesadaran untuk mengembangkan keterampilan dalam berbisnis maupun
kegiatan perusahaan. Seorang auditor diharuskan untuk mempelajari, memahami, dan
menerapkan ketentuan baru yang ada pada prinsip akuntansi dan juga standar auditing.
2. Independence atau Tidak Terpengaruh
Independen dalam hal ini yaitu tidak mudah terpengaruh oleh pihak manapun. Adanya
sikap intelektual dan jujur perlu dijunjung tinggi oleh seorang auditor. Sebuah profesi
akuntan publik biasanya telah mengetahui kode etik akuntan Indonesia agar bisa mendapat
sebuah kepercayaan.
3. Due Professional Care atau Tingkat Keprofesionalan
Seorang auditor harus memiliki keterampilan dan mampu mengembangkan keterampilan
tersebut. Keterampilan dalam hal cermat dan seksama tersebut untuk bisa mencerminkan
seorang auditor yang profesional. Keprofesionalan akan menunjang keyakinan dalam
melakukan evaluasi dalam laporan keuangan.
4. Adequate Planning dan Proper Supervision
Pada bagian standar audit ini termasuk dalam standar pekerjaan lapangan. Standar audit
dalam kategori ini berisi mengenai sikap dan juga pengetahuan seorang akuntan publik.
Tentunya hal ini bersangkutan dengan skill yang ada. Point ini menjelaskan bahwa
seorang auditor memiliki penyerahan tanggung jawab. Pada poin ini menjelaskan tentang
penyerahan tanggung jawab untuk merencanakan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan.
5. Pemahaman yang Memadai Atas Struktur Pengendalian Intern
Standar pekerjaan lapangan yang satu ini berhubungan langkah atau strategi dalam
melakukan pekerjaan. Ilmu yang ada akan membedakan hasil dari audit yang dilakukan.
Seorang auditor tentu harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengendalian
intern baik itu prosedur maupun desain tentang laporan keuangan. Seperti halnya arus kas
yang mampu menjadi sarana perencanaan perusahaan dalam pengendalian aktivitasnya.
6. Bukti Audit yang Kompeten
Sebagai hasil untuk melakukan evaluasi harus ada sebuah bukti. Dari analisis laporan
keuangan, tentu akan menghasilkan suatu pendapat. Pekerjaan oleh auditor untuk
memberikan pendapat terhadap laporan keuangan tentunya berdasarkan evaluasi bukti
audit. Bukti tersebut bersifat variatif dan tentu harus benar-benar objektif, relevan, dan
tepat waktu.
7. Financial Statements Presented in Accordance atau Sesuai Dengan Prinsip Akuntansi
Pada poin ini sudah memasuki tahap pelaporan. Pelaporan ini menjadi hasil akhir dari
rangkaian standar audit. Maksud dari standar ini yaitu laporan audit harus menyatakan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal tersebut mencakup
konvensi, aturan dan prosedur yang dibutuhkan untuk membatasi praktik dalam akuntansi
yang berlaku. Untuk standar pelaporan yang satu ini mengharuskan auditor menyajikan
fakta dengan memberikan pendapat mengenai penyusunan laporan keuangan. Hal tersebut
untuk memberikan gambaran terhadap perusahaan dalam hal finansial.
8. Consistency In The Application atau Harus Konsistensi
Hasil laporan auditor tentu harus menunjukkan, apabila ada ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi. Adapun tujuan dari konsistensi ini yaitu untuk memberikan jaminan
daya banding terhadap laporan keuangan serta mengungkapkan perubahan yang terjadi
dalam laporan keuangan. Hal ini ditulis dalam sebuah paragraf penjelasan dalam laporan
keuangan yang ada.
9. Isi Laporan Harus Dipandang Memadai dan Mencakup Semua Hal
Mengenai standar audit ini merupakan bentuk laporan keuangan harus sesuai dengan
prinsip akuntansi yang memadai. Baik itu dari segi susunan, bentuk, isi laporan, serta
catatan atas laporan keuangan. Seorang auditor harus memastikan tentang beberapa hal
yang diungkapkan dan berhubungan dengan fakta-fakta saat dilaksanakan audit. Hal
tersebut bisa menjadi bahan peetimbanhan dengan pernyataan klien dan mampu
merahasiakan informasi yang masuk.
10. Expression of Opinion atau Pendapat yang Sesuai
Laporan audit harus memuat secara keseluruhan dalam standar yang telah ditentukan. Hal
ini untuk menghindari kesalahan penafsiran seseorang. Bahkan standar pelaporan ini
harus dikaitkan dengan laporan keuangan yang ada. Keterkaitan tersebut bisa dilakukan
ketika akuntan memberikan izin untuk memberikan dokumen atau laporan komunikasi
tertulis. Ketika seorang akuntan menyerahkan hasil laporan yang disusun kepada pihak
lain, maka akuntan tersebut dianggap terkait.
C. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Pada dasarnya, etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip umum seperti
kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi seperangkat aturan khusus yang
ditetapkan oleh badan pengatur akuntan publik bersertifikat. Meskipun beberapa aturan yang
ditetapkan oleh berbagai lembaga di seluruh dunia bersifat unik, namun hampir sebagian
besarnya bersifat universal. Profesi akuntansi layaknya dasar pondasi bagi sebuah entitas atau
organisasi bisnis. Oleh karena itu, kode etik berfungsi sebagai prinsip dasar yang harus dipatuhi
oleh seluruh akuntan publik untuk melindungi reputasi profesi akuntansi dengan sebaik-
baiknya. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik professional:
1. Integritas
Integritas merupakan elemen fundamental dari profesi akuntansi. Integritas mengharuskan
seorang akuntan publik untuk bersikap jujur, terus terang, dan terbuka dengan informasi
keuangan klien. Seorang akuntan publik harus bisa membatasi diri agar tidak menggunakan
informasi rahasia tersebut demi keuntungan pribadi dengan menipu atau memanipulasinya
secara sengaja. Namun lebih jauh dari pada itu, integritas tidak hanya sekedar mengikuti
aturan saja, tapi juga bertindak dengan cara yang konsisten berdasarkan landasan etika
profesi yang berlaku.
2. Objektif
Bersikap objektif berarti membuat laporan keuangan berdasarkan bukti yang akurat sesuai
dengan penelitian dan fakta, bukannya hanya opini yang bersifat bias. Maksud di balik
prinsip ini adalah untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih relevan sehingga dapat
diandalkan untuk mengevaluasi posisi keuangan dan arus kas sebuah bisnis. Dalam
memenuhi prinsip ini, kantor akuntan publik juga biasanya akan membatasi layanan yang
diberikan oleh seorang akuntan publik karena hal tersebut dapat membahayakan
objektivitas mereka.
3. Kompeten
Kompetensi biasanya didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh
seorang akuntan publik. Seiring dengan perubahan teknologi, undang-undang, dan
peraturan yang berlaku, seorang akuntan harus tetap up to date dan memiliki wawasan
terkini mengenai praktik akuntansi terbaik. Dengan demikian mereka dapat selalu
memastikan bahwa setiap klien menerima jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan terbaru.

4. Independen
Independensi merupakan salah satu nilai etika penting dalam profesi akutansi, terutama
bagi seorang auditor. Auditor yang independen tidak berafiliasi dengan klien yang mereka
tangani, artinya mereka tidak memiliki kepentingan finansial dalam bisnis yang diaudit.
Selain itu, mereka juga tidak terkait dengan pihak mana pun yang mungkin berkepentingan
atau dirugikan oleh hasil audit atau publikasinya. Dengan mengikuti prinsip independen,
ini menjadikan seorang akuntan publik lebih memenuhi syarat untuk melakukan proses
audit secara objektif dan penuh integritas.
5. Kerahasiaan
Seorang akuntan publik harus bisa menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka sebagai bentuk dari sikap yang profesional. Mereka juga tidak
boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat,
kecuali jika ada hak atau kewajiban hukum yang mengharuskannya. Prinsip kerahasiaan
ini membuat seorang akuntan publik lebih dapat diandalkan karena mampu menjaga
informasi strategis yang penting agar tidak jatuh ke tangan yang salah.

Anda mungkin juga menyukai