KELOMPOK 1:
1. Amanda Listha Ramadani (20106001)
2. Gusti Ayu Junietta (20106004)
3. I Ketut Raditya Sanjaya (20106027)
2. Standar Atestasi
Standar ini berlaku pada akuntan publik yang melaksanakan suatu perikatan atestasi.Suatu
perikatan atestasi adalah perikatan yang di dalamnya praktisi mengadakan perikatan untuk
menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan tentang keandalan asersi
tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Berikut adalah standar atestasi yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia:
1) Standar Umum
a. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi atestasi.
b. Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih yang memiliki
pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.
c. Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki alasan untuk
menyakinkan dirinya.
d. Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap mental independen
harus dipertahankan oleh praktisi.
e. Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi dalam melaksanakan
perikatan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan perikatan
tersebut.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan
yang dinyatakan dalam laporan.
3) Standar Pelaporan
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat
perikatan atestasi yang bersangkutan.
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai
sebagai alat pengukur.
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang
perikatan dan penyajian asersi.
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk
melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu pernyataan tentang
keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati
kriteria atau prosedur tersebut.
4. Independen
Independensi merupakan salah satu nilai etika penting dalam profesi akutansi, terutama
bagi seorang auditor. Auditor yang independen tidak berafiliasi dengan klien yang mereka
tangani, artinya mereka tidak memiliki kepentingan finansial dalam bisnis yang diaudit.
Selain itu, mereka juga tidak terkait dengan pihak mana pun yang mungkin berkepentingan
atau dirugikan oleh hasil audit atau publikasinya. Dengan mengikuti prinsip independen,
ini menjadikan seorang akuntan publik lebih memenuhi syarat untuk melakukan proses
audit secara objektif dan penuh integritas.
5. Kerahasiaan
Seorang akuntan publik harus bisa menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka sebagai bentuk dari sikap yang profesional. Mereka juga tidak
boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat,
kecuali jika ada hak atau kewajiban hukum yang mengharuskannya. Prinsip kerahasiaan
ini membuat seorang akuntan publik lebih dapat diandalkan karena mampu menjaga
informasi strategis yang penting agar tidak jatuh ke tangan yang salah.