Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK & TANGGUNG JAWAB


HUKUM AKUNTAN PUBLIK

Mata Kuliah : Auditing

Dosen Pengampu : Ni Made Dwita Ratnaningsih, S.E., M.Si

DISUSUN OLEH:

NAJWA ATSIGAH (20031017)

DIV AKUNTANSI PERPAJAKAN

POLITEKNIK ELBAJO COMMODUS

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik

Dalam tahun 1972, untuk pertama kalinya IAI menerbitkan norma


pemeriksaan akuntan, yang disahkan dalam kongres ke-3 IAI. Norma
pemeriksaan akuntan tersebut meliputi tanggung jawab akuntan publik dan
unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan (pengkajian dan pengendalian
intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan
mengenai peristiwa dan laporan khusus dan berkas pemeriksaan.

Dalam kongres kongres ke-4 IAI, dibentuk komite norma pemeriksaan


akuntan untuk melakukan penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan
Akuntan yang lama dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen.
Anggota Komite Norma Pemeriksaan Akuntan berasal dari unsur-unsur
akuntan pendidik, akuntan publik, dan akuntan pemerintah. Pada tanggal
19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan telah
disempurnakan, disahkan oleh pengurus pusat IAI sebagai norma
pemeriksaan yang berlaku efektif setelah 31 Desember 1986.

Di tahun 1992, IAI menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan edisi revisi


yang memasukkan suplemen nomor 1-12 dan interpretasi nomor 1-2.
Dalam kongres ke-7 IAI tahun 1994, disahkan Standar Akuntansi Publik
yang secara garis besar berisi :
1. Uraian mengenai standar professional akuntan publik
2. Berbagai pernyataan standard auditing yang telah dikalsifikasikan
3. Berbagai pernyataan atestasi yang telah diklasifikasikan
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review
Pertengahan tahun 1999, IAI mengubah nama Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama
tahun 1999, Dewan Srtandar Profesional Akuntan Publik melakukan
perubahan besar atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus
1994 dan menerbitkannya dalam buku yang berjudul “Standar Profesional
Aluntan Publik Per 1 Januari 2001” . Standar Profesional Akuntan Publik
Per 1 Januari 2001 terdiri atas lima standard yaitu :

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA)


2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT)
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR)
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK)
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM)

B. Sepuluh Standar Auditing

Menurut PSA, terdapat perbedaan antara prosedur auditing dan standat


akuntansi, yaitu ;
 Prosedur, berkaitan dengan tindakan yang harus dilakukan
 Standar, berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja atas
tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut

Standra auditing adalah kriteria atau ukuran mutu yang telah ditetapkan
dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), meliputi
sepuluh standard yang dikelompokkan menjadi 3 standar besar, yaitu :

1. Standar Umum
Berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya yang
mencakup tiga bagian diantaranya :
 Competence, audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
memadai senagai auditor
 Independence, auditor harus memepertahankan mental
independen (tidak memihak) dari segala hal yang
berhubungan dengan penugasan
 Due Professional Care, auditor wajib menggunakan
keahlian profesionalnya dalam melaksanakan audit dan
penyusunan laporan dengan cermat ( berhati-hati) dan
seksama (teliti)
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar ini juga mencakup 3 bagian, diantaranya :
 Adequate Planning and Proper Supervision, sebagai tenaga
professional maka seharusnya seluruh pekerjaan dapat
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila
menggunakan asisten maka maka harus diarahkan dengan
semestinya
 Understanding the Entity Environtment and Internal
Control, auditor harus memiliki pemahaman yang memadai
atas pengendalian internal untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, waktu, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan
 Sufficient Competent Audit Evidence, auditor harus
memiliki bukti audit yang kompeten melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk dapat memberikan
pernyataan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
3. Standar Pelaporan
Standar ini mencakup empat hal diantaranya :
 Financial Statements Presented in Accordance with GAAP
(Generally Accepted Accounting Principle), laporan auditor
harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standard akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia
 Consistency in the Aplication of GAAP, laporan auditor
harus menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan
standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
pada periode berjalan dengan periode sebelumnya
 Adequacy of Informative Disclosures, auditor harus dapat
melakukan pengungkapan informative (member infomasi
atau menerangkan) dalam laporan keuangan yang memadai
 Expression of Opinion, laporan auditor harus memuat suatu
pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau memuat suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat tidak dapat
diberikan secara keseluruhan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.

C. Penjelasan Masing-masing Standar Audit

 Standar Umum
Bersifat pribadi yang berkaitan dengan persyaratan auditor dan
mutu pekerjannya dan berbeda dengan standar yang berakaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Standar
pribadi atau umum ini berlaku sama dalam bidang pekerjaan dan
pelaporan
 Standar Pekerjaan Lapangan
Berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di lapangan
mulai dari perencanaan audit dan supervise, pemahaman dan
evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti-bukti audit
 Standar Pelaporan
Standar ini terdiri atas empat standar yang merupakan pedoman
bagi auditor independen dalam menyusun laporan auditnya

D. Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Sejak 1 Januari 2011, IAPI memberlakukan kode Etik Profesi Akuntan


Publik. Kode Etik ini mengacu pada kode etik dari Internasional
Federation of Accountant. Kode etik IAPI yang harus disusun berdasarkan
sistematik sbb :

a. Bagian A berisi Prinsip Dasar Etika Profesi yang terdiri atas :


 Seksi 100 prinsip dasar etika profesi
 Seksi 110 prinsip integritas
 Seksi 120 prinsip objektivitas
 Seksi 130 prinsip komptensi serta sikap kecermatan dan
kehati-hatian professional
 Seksi 140 prinsip kerahasiaan
 Seksi 150 prinsip perilaku professional
b. Bagian B aturan etika profesi yang terdiri atas
 Seksi 200 ancaman dan pencegahan
 Seksi 210 penunjukkan praktisi, KAP, atau jaringan KAP
 Seksi 220 benturan kepentingan
 Seksi 230 pendapat kedua
 Seksi 240 imbalan jasa professional dan bentuk rumenerasi
lainnya
 Seksi 250 pemasaran jasa professional
 Seksi 260 penerimaan hadiah atau keramah-tamahan
lainnya
 Seksi 270 penyimpanan asset milik klien
 Seksi 280 objektivitas semua jasa professional
 Seksi 290 independensi dalam perikatan assurance

E. Standar Audit Berbasis ISA

Audit berbasis resiko atau risk based audit (RBA) merupakan pendekatan
audit yang berkembang pesat sejak tahun 2000an. Pendekatan ini saat ini
mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap sebagai pendekatan yang
paling efektif karena terbukti paling cocok diterapkan untuk kondisi
lingkungan bisnisyang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini. Indonesia
telah meratifikasi ketentuan untuk menerapkan Internasional Standar on
Auditing (ISA) mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi
pendekatan audit berbasis resiko, sehingga saat ini penerapan audit
berbasis resiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal yang wajib
(mandatory).

F. Tuntutan Hukum Yang Dihadapi Akuntan Publik

Profesi akuntan public diseluruh dunia merupakan profesi yang


menghadapi yang sangat tinggi. Hampir semua akuntan public menyadari
bahwa mereka harus memberikan jasa profesionalnya sesuai dengan
standard professionalitas akuntan publik, mentaati kode etik akuntan
publik dan memiliki standard pengendalian mutu. Jika tidak akuntan
public bisa salah meberikan opini, karena memberikan opini wajar tanpa
pengecualian padahal laporan keuangan mengandung salah saji material
(audit failure). Akuntan public bisa dikenakan sanksi pidana jika terbukti
lalai dalam menjalankan tugasnya dan terbukti terlibat tindak pidana.
Akuntan public bisa dituntut secara hukum oleh klien jika tidak bisa
memenuhi kontrak yang dibuat dengan klien atau ketidakhati-hatian (lalai)
dalam memberikan jasa profesionalitasnya. Tuntan hukum juga bisa
terjadi karena business failure, audit failure,dan audit risk. Tanggung
jawab hukum akuntan public terjadi jika timbul kelalaian atau akuntan
public tersangkut pelanggaran. Jenis pelanggaran dapat dibedakan menjadi
:
a. Ordinary Negligence (kesalahan ringan, manusiawi,tidak disengaja) ini
merupakan pelanggaran ringan
b. Gross Negligence (kesalahan agak berat, harusnya tidak terjadi jika
auditor menerapkan due professional care)
c. Constructive Fraud (pelanggaran berat, akuntan public terlibat secara
langsung atau tidak langsung membantu dalam fraud yang dilakukan
manajemen)
d. Froud (pelanggaran sangat berat,akuntan public secara sadar terlibat
bersama manajemen dalam melakukan fraud)

Di Indonesia, tuntutan hukum bisa berasal dari :

1. Klien
2. (calon) Investor
3. Bapepam-LKn (sekarang OJK)
4. PPAJP-Departemen Keuangan (sekarang PPPK Kementrian Keuangan
5. Bank Indonesia
6. Pengguna laporan keuangan

Beberapa hal yang bisa dilakukan akuntan public untuk menghindari


tuntutan hukum antara lain :

1. Jangan sembarang menerima klien, pilih klien yang memiliki integritas


2. Pilih audit staff yang qualified dan memiliki integritas
3. Pertahankan independensi (in fact, in appearance, in mind)
4. Patuhi standard auditing, kode etik akuntan public
5. Miliki dan taati standard pengendalian mutu
6. Pahami bisnis klien
7. Lakukan audit yang berkualitas
8. Dukung laporan audit dengan kertas kerja yang lengkap
9. Untuk setiap penugasan harus ada kontrak kerja yang lengkap
10. Dapatkan surat pernyataan langganan sebelum mengeluarkan audit
report
11. Jaga data confidential klien
12. Asuransikan jasa professional yang diberikan
13. Miliki penasihat hukum

Dalam tahun 1972,


untuk pertama kalinya
Ikatan Akuntan Indonesia
menerbitkan
Norma Pemeriksaan
Akuntan, yang
disahkan dalam
Kongres ke III IAI.
Norma
Pemeriksaan Akuntan
tersebut meliputi:
tanggung jawab akuntan
publik dan unsur-unsur
norma pemeriksaan
akuntan (pengkajian
dan penilaian
pengendalian intern,
bahan
pembuktian dan
penjelasan informatif,
serta pembahasan
mengenai peristiwa,
laporan
khusus dan berkas
pemeriksaan).
Dalam Kongres ke IV
IAI, dibentuklah Komite
Norma Pemeriksaan
Akuntan untuk
melakukan
penyempurnaan atas
buku Norma
Pemeriksaan Akuntan
yang lama dan
melengkapinya dengan
serangkaian sumplemen.
Dalam tahun 1972,
untuk pertama kalinya
Ikatan Akuntan Indonesia
menerbitkan
Norma Pemeriksaan
Akuntan, yang
disahkan dalam
Kongres ke III IAI.
Norma
Pemeriksaan Akuntan
tersebut meliputi:
tanggung jawab akuntan
publik dan unsur-unsur
norma pemeriksaan
akuntan (pengkajian
dan penilaian
pengendalian intern,
bahan
pembuktian dan
penjelasan informatif,
serta pembahasan
mengenai peristiwa,
laporan
khusus dan berkas
pemeriksaan).
Dalam Kongres ke IV
IAI, dibentuklah Komite
Norma Pemeriksaan
Akuntan untuk
melakukan
penyempurnaan atas
buku Norma
Pemeriksaan Akuntan
yang lama dan
melengkapinya dengan
serangkaian sumplemen.

Anda mungkin juga menyukai