ETIK AKUNTAN
Oleh :
1. Tia Eviana (B.231.18.0348)
2. Indaryatik (B.231.18.0283)
3. Vidya Nova M (B.231.18.0349)
4. Adinda Widi K (B.231.18.0353)
5. Oktavia Tri L (B.231.18.0354)
6. Aprisma Linnarto (B.231.18.0360)
Pada tahun 1973 sudah mulai dilakukan
pengembangan berkelanjutan standar profesional
akuntan public (SPAP). Awal pengembangannya,
standar ini disusun oleh suatu komite dalam
organisasi IAI yang diberi nama Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan. Komite ini kemudian
menghasilkan Norma Pemeriksaan Akuntan, dan
standar yang dikembangkan pada saat itu lebih
berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan.
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan interpretasi Pernyataan Standar Auditing.
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkap dengan interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR ) yang dilengkapi dengan interpretasi Pernyataan
Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi
(IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian
Mutu ( IPSM).
Standar Auditing
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh ikatan akuntan Indonesia
terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar,yaitu :
Standar
Standar Standar
Pekerjaan
Umum Lapangan Pelaporan
Standar Umum Standar Pekerjaan Lapangan
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern
perikatan,independensi dalam sikap mental harus harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
a. Laporan Auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidak konsistensian penerapan prisnsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
KODE ETIK AKUNTAN
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen
moral yang tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk
aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang
yang mengembangkan profesi yang bersangkutan.
Aturan ini disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi
dan ditaati oleh setiap profesi.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai
jasa profesional dan bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Kepentingan Publik
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan
tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam
menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Objektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya
Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.