Anda di halaman 1dari 8

RESUME

“STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN


PUBLIK”

KELOMPOK 2
1. Afthon Ilman 165020301111006
2. Audi Rahmawati Pamungkas 165020301111052
3. Wilis Asri 165020301111053
BAB 2
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

2.1 Perkemabangan Standar Profesional Akuntan Publik


 Tahun 1972,untuk pertama kalinya Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma Pemeriksaan
Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntan
tersebut mencakup : tanggung jawab akuntan public, unsur-unsur norma pemeriksaan.
 Dalam Kongres ke IV Ikatan Akuntan Indonesia, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan mengusulkan
agar segera dilakukan penyempurnaan atas buku Norma Pemriksaan Akuntan yang lama, dan
melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut norma tersebut.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, dibentuk Komite Norma Pemeriksaan Akuntan yang baru untuk
periode kepengurusan 1982-1986 yang anggotanya berasal dari unsure-unsur akuntan pendidik,akuntan
public dan akuntan pemerintah.
 Pada tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh
Tim Pengesahaan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan
yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang
diterima setelah tanggal 31 Desember 1986.
 Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan,Edisi revisi yang
memasukkan suplemen no.1 sampai dengan no.12 dan interpretasi no.1 sampai dengan no.2.
 Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan
Publik yang ecara garis besar berisi :
1. Uraian mengenai standar professional akuntan public
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review
 Tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia mengubah nama Komite Naorma Pemeriksaan Akuntan menjadi
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Dewan menerbitkan buku yang diberi judul Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001.
 Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri atas lima standar yaitu :
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar
Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar
Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Revie (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Revie (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan
Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Pengendalian Mutu.
2.2 Sepuluh Standar Auditing
Menurut PSA No.01 (SA Seksi 150)
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus
dilaksanakan, sedangkan “standar” berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing yang telah
ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2011:150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar
yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan saksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat,saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,pengamatan,permintaan
keterangan,dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan standar akuntansi dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informative dalam laporan ekuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Lapiran auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa penyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuanagan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor.
PSA No.01 (SA Seksi 161) mengatur hubungan standar auditing dengan standar pengendalian mutu sebagai
berikut :
01. Auditor independen bertanggung jawab untuk memenuhi standar auditing yang ditetapkan Institut
Akuntan Publik Indonesia dalam penugasan audit. Seksi 201 Kode Etik Profesi Akuntan Publik
mengharuskan anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang berpraktik sebagai auditor independen
mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan audit atas laporan keuangan.
02. Kantor akuntan public juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan Instit Akuntan Publik
Indonesia dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu kantor akuntan public harus memuat kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian oenugasan
audit dengan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Sifat dan luasnya
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang ditetapkan oleh kantor akuntan public tergantung atas
faktor-faktor tertentu seperti ukuran kantor akuntan public, tingkat otonomi yang diberikan kepada
karyawan dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya serta pertimbangan biaya
manfaat.
03. Standar auditing yang ditetapkan Institu Akuntan Publik Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan
penugasan audit secara individual; standar pengendalianmutu berkaitan dengan pelaksanaan praktik
audit kantor akuntan public secara keseluruhan. Oleh karena itu,standar auditing yang ditetapkan Institut
Akuntan Publik Indonesia dan standar pengendalian mutu berhubungan satu sama lain,dan kebijakan
dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan public berpengaruh terhadap
pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan public
secara keseluruhan.
2.3 Penjelasan Masing-Masing Standar Akuntansi

Standar Umum

Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya dan berbeda
dengan standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Standar pribadi atau
umum ini berlaku sama dalam bidang pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan.

 Standar umum pertama berbunyi

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor”. Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan seseorang
dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan
yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam
bidang auditing.

 Standar umum kedua

Standar umum kedua berbunyi “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”.

 Standar umum ketiga


Standar umum ketiga berbunyi “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama”.

Standar Pekerjaan Lapangan

Standar ini berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di lapangan (audit field work), mulai dari
perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti-bukti audit
melalui compliance test, substantive test, analytical review, sampai selesainya audit field work.

 Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi:

“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya”. Standar ini berisi pedoman bagi auditor dalam membuat perencanaan dan melakukan supervisi.

 Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi:

“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”. Standar ini menjelaskan mengenai unsur-unsur
pengendalian intern dan bagaimana cara auditor mempertimbangkan pengendalian intern tersebut dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu audit.

 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit”. Standar
ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang
cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus diberikan auditor terhadap kewajaran laporan
keuangan yang diauditnya.

Standar Pelaporan

Standar pelaporan yang terdiri atas empat standar merupakan pedoman bagi auditor independen dalam
menyusun laporan auditnya.

 Standar pelaporan pertama menyatakan:

“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia”.

 Standar pelaporan kedua

Standar ini biasa disebut dengan standar konsistensi, berbunyi “Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”.
 Standar pelaporan ketiga berbunyi

“Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laporan auditor”.

 Standar pelaporan keempat berbunyi

“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan
atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor”. Tujuan standar pelaporan
keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila
namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.

2.4 Kode Etik Profesi Akuntan Publik

A. Definisi Aturan Etika Profesi


Kode etik akuntan Indonesia terdiri atas (8) bab (11 pasal) dan (6) pernyataan etika profesi:
1. Intergritas, Objektivitas, dan independensi
Seksi 101
Independensi dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap independent didalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam standar
profesioal akuntan public yang ditetapkan oleh IAPI
Seksi 102
Integritas dan Objektivitas adalh harus bebas dalam benturan kepentingan dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material yang diketahuinya atau mengalihkan
pertimbangannya kepada pihak lain
2. Standar Umum dan Standar Akuntansi
Seksi 201 Standar Umum
a. Kompetensi professional
b. Kecermatan dan keseksamaan professional
c. Perencanaan dan supervisi
d. Data relevan yang memadai

Seksi 203 Standar Akuntansi

a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip yang berlaku umum atau
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku
3. Tanggung jawab kepada klien
Seksi 301 Informasi klien rahasia
Seksi 302 Fee professional
- Besaran Fee
Resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan,
struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan professional lainnya
- Besaran Kontinjen
Fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional tanpa adanya fee yang
dibebankan
4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Seksi 401 Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Seksi 402 Komunikasi antar akuntan publik
Seksi 403 Perikatan Atestasi
5. Tanggung jawab dan praktik lain
Seksi 501 Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan
Seksi 502 Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya
Seksi 503 Komisi dan fee reveral
- Komisi
Imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan kepada atau
diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien/pihak lain.
- Fee Reveral
Imabalan yang dibayarkan atau diterima kepada atau dari sesame penyedia jasa
profesioal akuntan publik
Seksi 504 Bentuk organisasi dan KAP

B. Kode Etik Profesi Akuntan


IAPI memberlakukan kode etik profesi akuntan publik yang terdiri dari:
Bagian A berisi prinsip dasar etika profesi
Seksi 100 Prinsip-prinsip dasar etika profesi
Seksi 110 Prinsip integritas
Seksi 120 Prinsip objektivitas
Seksi 130 Prinsip kompetensi serta kecermatan dan kehati-hatian
Seksi 140 Prinsip kerahasiaan
Seksi 150 Prinsip perilaku professional

2.5 Standar Audit Berbasis Isa

IAPI telah mengeluarkan Standar Profesional Akuntansi Publik dalam bentuk Standar Audit (SA) yang
berlaku untuk audit laporan keuangan tahun 2013 (untuk emiten) tahun buku 2014 (untuk non-emiten).
Standar audit tersebut merukapan adopsi dari ISA karena Indonesia merupakan angota dari IFAC.

Standar Auditing (SA)

 SA mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan professional dan memelihara


skeptisisme professional dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan.
 SA mengharuskan auditor untuk mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk ketentuan
independensi, yang berkaitan dengan perikatan audit atas laporan keuangan
 SA mengahruskan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menurunkan resiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, dan oleh karena itu,
memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini auditor
 Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relevan dengan audit
 Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu SA, termasuk materi
penerapan dan penjelasan lain
 Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannya terhadap SA dalam laporan
auditor kecuali telah mematuhi ketentuan SA 200 dan SA lain yang relevan

Anda mungkin juga menyukai