Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KASUS KECURANGAN PRODUKSI BERAS PT JATISARI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Akuntansi Forensik dan Eksaminasi Fraud

Disusun oleh :
Wilis Asri / 165020301111053

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2019
Kasus Kecurangan Produksi Beras PT Jatisari Segera Masuk Persidangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa peneliti Kejaksaan Agung telah menerbitkan P-21 terhadap
berkas perkara dugaan kecurangan produksi beras dengan tersangka Direktur PT Jatisari Sri
Rejeki, Marsono. Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung
Setya mengatakan, dengan terbitnya P-21, maka berkas dinyatakan lengkap. "Tersangka akan
disidangkan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya," ujar Agung melalui keterangan
tertulis, Jumat (27/10/2017). Penyidik juga telah menyerahkan tersangka dan barang bukti ke
Kejaksaan Negeri Karawang pada Kamis (26/10/2017) untuk dilakukan proses penuntutan.
Adapun barang bukti yang diserahkan yaitu beras merek Superior dengan jumlah 624 kemasan
masing-masing seberat 5 kilogram. (Baca juga: Tersangka dan Barang Bukti Kasus Beras PT
IBU Dilimpahkan ke Kejaksaan) Penyidikan terhadap PT Jatisari merupakan pengembangan
penyidik atas kasus dugaan kecurangan produksi beras oleh PT Indo Beras Unggul dengan
tersangka Trisnawan Widodo. Kedua perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari
holding company PT Tiga Pilar Sejahtera. PT IBU dan PT Jatisari diduga melakukan perbuatan
curang kepada konsumen dengan cara memproduksi beras yang tidak sesuai dengan apa yang
dikontrak pemesanan beras oleh pedagang retail. Kedua perusahaan itu juga mencurangi
konsumen yang membeli beberapa macam merek yang diproduksi karena isi dan tulisan yang
tertera di label tidak sesuai. Dalam kasus ini, perusahaan Marsono memproduksi beras dengan
menuliskan label "Premium Quality". Namun, berdasarkan uji laboraturium, diperoleh hasil
bahwa beras tersebut memiliki mutu V. Agung mengatakan, hal ini sangat merugikan
masyarakat sebagai konsumen. "Dikarenakan harga yang harus dibayar sangat mahal namun
kualitas beras yang dibeli sangat rendah," kata Agung. Selain itu, para pedagang beras yang
memesan beras dengan merek Privat juga dirugikan. Beras tersebut ternyata memiliki mutu
yang lebih rendah dari perjanjian yang sudah disepakati. Dalam kasus ini, Marsono dijerat
Pasal 62 jo Pasal 8 ayat 1 huruf E, F, dan I, serta Pasal 9 huruf H UU No 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dan/atau Pasal 144 jo Pasal 100 ayat 2 UU No 18 Tahun 2012 tentang
Pangan.

Sumber berita :
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/27/08181131/kasus-kecurangan-produksi-beras-
pt-jatisari-segera-masuk-persidangan.
Penulis : Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Komentar/Tanggapan :
Berdasarkan berita di atas, kasus kecurangan tersebut sangat merugikan pihak
konsumen, karena barang yang dibeli tidak sesuai dengan yang diharapkan. Harga beras yanag
dijualpun tidak murah tetapi kualitasnya buruk, sangat timpang. Pelaku kecurangan tersebut
mendapatkan keuntungan pribadi bersama pihak-pihak lain yang terlibat. Menurut sumber
yang saya baca, kasus kecurangan bisa disebabkan oleh 3 hal yaitu karena adanya tekanan
(pressure), kesempatan (opportunities), dan rasionalisasi (rationalization).
Dalam kasus tersebut, tekanan (pressure) bisa jadi karena gaya hidup yang dijalani
pelaku. Gaya hidup yang mewah yang tidak sesuai dengan penghasilan pelaku membuat pelaku
melakukan kecurangan. Dengan melakukan hal tersebut, pelaku akan mendapatkan
keuntungan berkali-kali lipat daripada biasanya yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan mewahnya. Poin kesempatan (opportunities) bila dikaitkan, bisa jadi tidak terdapat
sistem pengendalian internal yang baik dalam perusahaan tersebut sehingga terdapat peluang
bagi pelaku untuk melakukan kecurangan, dan juga banyak pihak yang bersedia bersekongkol
untuk melakukan kecurangan tersebut. Poin rasionalisasi (rationalization) bila dikaitkan,
pelaku mungkin menganggap bahwa tindakannya tidak melanggar hukum karena banyak pihak
di luar sana yang melakukan tindakan yang sama.

Rujukan :
http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/09/15/segitiga-fraud-fraud-triangle/

Anda mungkin juga menyukai