Anda di halaman 1dari 7

Keberatan di Bidang Kepabeanan

2017-01-16 Pak Giman Kepabeanan

Keberatan di bidang kepabeanan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
217/PMK.04/2010 tentang Keberatan di bidang Kepabeanan. PMK ini diturunkan dalam
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai (Perdirjen) Nomor PER-1/BC/2011 tentang Tata
Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Di Bidang Kepabeanan. Perdirjen ini juga sudah
diubah dengan dikeluarkannya Perdirjen Nomor PER-09/BC/2016. Dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2006, keberatan dan banding di bidang kepabeanan diatur dalam Bab XIII tentang
Keberatan dan Banding, yang memuat Pasal 93, Pasal 93A, Pasal 94 dan Pasal 95.

PER-1/BC/2011 dan PER-09/BC/2016

Bea dan Cukai sebagai institusi negara yang bertugas mengawasi dan memfasilitasi perdagangan
internasional telah mengadopsi sistem self assesment dalam sebagian besar pemenuhan customs
clearance. Self assesment ini terlihat pada pengisian PIB, PEB maupun pemberitahuan pabean
lainnya yang dilakukan sendiri oleh pengguna jasa. Beriringan dengan sistem self assesment ini,
bea cukai juga masih menggunakan sistem penetapan yang dilakukan oleh pejabatnya. Baik itu
penetapan sebagai proses lanjutan dari pengisian yang dilakukan secara self assesment maupun
penetapan tersendiri. Penetapan sebagai proses lanjutan dari self assesment contohnya adalah
penetapan tarif dan nilai pabean atas PIB, sedang penetapan tersendiri contohnya adalah
penetapan atas sanksi administrasi.

Dalam hal penetapan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai mengandung kesalahan, dirasa
tidak pas, atau merupakan produk yang tidak sesuai dengan data dan bukti pendukung, maka
pengguna jasa diperkenankan untuk mengajukan keberatan atas penetapan tersebut. Hal ini untuk
menjamin adanya kepastian hukum dan sebagai manifestasi dari asas keadilan.

KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

Pemohon dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal atas:

1. Penetapan mengenai tarif maupun nilai pabean untuk penghitungan bea masuk yang
mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk, cukai dan pajak dalam rangka impor.
2. Penetapan pengenaan sanksi administrasi berupa denda; atau
3. Penetapan selain tarif maupun nilai pabean, misalnya adalah penetapan mengenai pencabutan
fasilitas atau penetapan sebagai akibat penafsiran peraturan.

Secara umum, penetapan yang paling jamak diajukan keberatan adalah terkait dengan Surat
Penetapan Tarif dan Nilai Pabean (SPTNP), Surat Penetapan Pabean (SPP) maupun Surat
Penetapan Sanksi Administrasi (SPSA). Lalu bagaimana dengan Surat Penetapan Kembali Tarif
dan Nilai Pabean (SPKTNP), apakah dapat diajukan keberatan? Untuk SPKTNP tidak dapat
diajukan keberatan melainkan langsung ke proses banding.
Orang yang dapat mengajukan keberatan, dalam hal ini disebut Pemohon, adalah:

1. importir, eksportir, pengusaha TPS, pengusaha TPB, PPJK, atau pengusaha pengangkutan;
2. orang yang namanya tercantum dalam Angka Pengenal Impor; atau
3. orang yang diberi kuasa oleh orang sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b.

Atas pengajuan keberatan Pemohon wajib menyerahkan jaminan sebesar tagihan yang harus
dibayar. Jaminan tidak wajib diserahkan dalam hal tagihan yang harus dibayar telah dilunasi atau
barang impor belum dikeluarkan dari kawasan pabean.

Pemohon hanya dapat mengajukan 1 (satu) permohonan keberatan untuk setiap penetapan
Pejabat Bea dan Cukai. Dan pemohon juga hanya berhak atas 1 (satu) kali kesempatan. Jadi
dalam hal ini, jika terhadap suatu penetapan diajukan keberatan, dan kemudian mendapat
keputusan, maka terhadap penetapan itu tidak dapat diajukan keberatan lagi.

Keberatan diajukan kepada:

1. Direktur Jenderal u.p. Direktur Keberatan Banding dan Peraturan melalui Kepala KPUBC atau
Kepala KPPBC, dalam hal:
1. penetapan diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pusat;
2. penetapan diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Wilayah; atau
3. penetapan atas hasil audit yang diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di KPUBC.
2. Direktur Jenderal u.p Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala KPPBC, dalam hal penetapan
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai di KPPBC; atau
3. Direktur Jenderal u.p. Kepala KPUBC, dalam hal penetapan diterbitkan oleh Pejabat Bea dan
Cukai di KPUBC.

Permohonan keberatan wajib dilampiri dengan:

1. fotokopi bukti penerimaan jaminan atau bukti pelunasan tagihan atau surat pernyataan barang
masih berada di kawasan pabean; dan
2. fotokopi SPTNP, SPP, SPSA, atau penetapan lainnya oleh pejabat Bea dan Cukai.

Selain wajib dilampiri kedua persyaratan diatas, pengajuan keberatan juga dapat dilampiri
dengan data maupun bukti yang mendukung alasan pengajuan keberatan.

Bukti penerimaan jaminan diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai setelah menerima jaminan
dari Pemohon. Atas jaminan, Pejabat Bea dan Cukai melakukan konfirmasi jaminan kepada
penerbit jaminan. Dalam hal pengajuan keberatan dengan menyerahkan jaminan, persetujuan
pengeluaran barang diberikan setelah terdapat hasil konfirmasi jaminan yang menyatakan
jaminan tersebut benar. Fotokopi bukti penerimaan jaminan tidak diperlukan dalam hal:

1. barang impor belum dikeluarkan dari kawasan pabean, sepanjang terhadap importasi barang
tersebut belum diterbitkan persetujuan pengeluaran barang oleh Pejabat Bea dan Cukai;
2. tagihan telah dilunasi; atau
3. penetapan Pejabat Bea dan Cukai tidak menimbulkan kekurangan pembayaran.
Barang impor yang belum dikeluarkan dari kawasan pabean harus memenuhi ketentuan:

1. masih berada di kawasan pabean;


2. belum diterbitkan persetujuan pengeluaran barang oleh Pejabat Bea dan Cukai;
3. hanya digunakan untuk pengajuan keberatan atas penetapan Pejabat Bea dan Cukai terhadap
importasi barang tersebut; dan
4. bukan merupakan barang yang bersifat peka waktu, tidak tahan lama, merusak maupun
berbahaya.

Terhadap barang impor, dilakukan penyegelan oleh Pejabat Bea dan Cukai. Dalam hal pengajuan
keberatan dengan tidak wajib menyerahkan jaminan, importir membuat surat pernyataan yang
berisi:

1. barang impor belum dikeluarkan dari kawasan pabean dan belum diterbitkan persetujuan
pengeluaran barang;
2. barang impor berkaitan dengan keberatan yang diajukan; dan
3. importir menanggung seluruh risiko dan biaya yang timbul selama masa penimbunan.

Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal surat
penetapan. Apabila keberatan tidak diajukan sampai dengan jangka tersebut, hak untuk
mengajukan keberatan menjadi gugur dan penetapan Pejabat Bea dan Cukai dianggap diterima.
Dalam hal hari ke-60 (enam puluh) bertepatan dengan bukan hari kerja, pengajuan keberatan
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Pemohon menyerahkan permohonan keberatan secara tertulis kepada Pejabat Bea dan Cukai di
KPUBC atau KPPBC. Pejabat Bea dan Cukai di KPUBC atau KPPBC yang menerima
permohonan keberatan wajib memberikan tanda terima kepada Pemohon.

KEPUTUSAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

Direktur Keberatan Banding dan Peraturan, Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPUBC, atas
nama Direktur Jenderal, memutuskan keberatan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal tanda terima permohonan keberatan. Keputusan atas
keberatan dapat berupa mengabulkan atau menolak. Jika dalam jangka waktu tersebut tidak
diputuskan, maka keberatan dianggap dikabulkan.

Ada beberapa jenis keputusan hasil dari proses keberatan ini, antara lain adalah:

1. Diterima seluruhnya
2. Ditolak seluruhnya
3. Ditolak sebagian
4. Ditolak dan ditetapkan lain.

Dalam hal permohonan keberatan diterima tentunya jaminan dikembalikan, atau bila barang
belum dikeluarkan, maka akan diterbitkan SPPB untuk pengeluaran barang. Sedangkan bila
keberatan ditolak, maka jaminan dicairkan dan menjadi penerimaan negara. Bila jaminan tidak
mencukupi dalam hal ditetapkan lain, maka keputusan atas keberatan dapat dijadikan dasar untuk
pelunasan kekurangan tagihan dalam jangka waktu 60 hari sejak tanggal keputusan keberatan.

Ketika penetapan yang diajukan telah dibayar lunas dan keputusan atas keberatan mengakibatkan
pengembalian, maka berdasar keputusan keberatan, kantor bea cukai akan menerbitkan surat
pemberitahuan agar pemohon mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
bea masuk maupun sanksi administrasi berupa denda.

Keputusan atas keberatan yang tidak terkait dengan tagihan, baik itu diterima atau ditolak, dapat
dijadikan dasar untuk pelaksanaan atau pembatalan atas penetapan pejabat bea dan cukai yang
diajukan keberatan.

Kepala KPUBC atau Kepala KPPBC, atas nama Direktur Jenderal memutuskan menolak
keberatan dalam hal:

1. tidak memenuhi ketentuan terkait dokumen yang wajib dilampirkan maupun tidak memenuhi
ketentuan terkait jangka waktu pengajuan keberatan;
2. setelah dilakukan penelitian dan konfirmasi jaminan oleh Pejabat Bea dan Cukai kedapatan tidak
benar; atau
3. barang impor tidak dapat dibuktikan masih berada di kawasan pabean.

Atas keberatan keberatan yang diajukan, Direktur Keberatan Banding dan Peraturan, Kepala
Kantor Wilayah, atau Kepala KPUBC melakukan:

1. penelitian atas pemenuhan persyaratan pengajuan keberatan; dan


2. penelitian lebih lanjut mengenai:
o kronologis penetapan;
o alasan yang menguatkan penetapan;
o metode yang digunakan untuk melakukan penetapan;
o dasar penetapan;
o perhitungan jumlah Tagihan;
o pemenuhan terhadap ketentuan lain yang berlaku;
o alasan keberatan Pemohon; dan
o penjelasan, bukti maupun data pendukung.

Direktur Keberatan Banding dan Peraturan, Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPUBC dapat
menerima penjelasan, data maupun bukti tambahan dari Pemohon dalam jangka waktu paling
lama 40 (empat puluh) hari sejak tanggal tanda terima permohonan keberatan dan atas keberatan
tersebut belum diputuskan.

Direktur Keberatan Banding dan Peraturan, Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPUBC dapat
meminta penjelasan, data maupun bukti tambahan yang diperlukan secara tertulis kepada
Pemohon atau pihak lain yang terkait sebelum memutuskan keberatan. Surat permintaan
dikirimkan paling lama pada hari kerja berikutnya dengan kategori surat yang dapat dibuktikan
tanggal pengirimannya.
Penjelasan, data maupun bukti tambahan yang diminta harus disampaikan dalam jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pengiriman surat permintaan. Penjelasan, data
maupun bukti tambahan yang disampaikan setelah jangka waktu, tidak dipertimbangkan dalam
penyelesaian keberatan. Permintaan penjelasan, data maupun bukti tambahan kepada pihak lain
yang terkait juga harus memperhitungkan kecukupan waktu untuk memutuskan keberatan.

Keputusan atas keberatan, baik diterima atau ditolak, dituangkan dalam Keputusan Direktur
Jenderal. Keputusan Direktur Jenderal tersebut ditujukan kepada Pemohon dengan tembusan
kepada:

1. Kepala Kantor Wilayah, Kepala KPUBC maupun Kepala KPPBC bersangkutan, dalam
hal keberatan diputuskan oleh Direktur Keberatan Banding dan Peraturan;
2. Direktur PPKC dan Kepala KPPBC bersangkutan dalam hal keberatan diputuskan oleh
Kepala Kantor Wilayah;
3. Direktur Keberatan Banding dan Peraturan dalam hal keberatan diputuskan oleh Kepala
KPUBC; atau
4. Direktur Keberatan Banding dan Peraturan dan Kepala Kantor Wilayah bersangkutan
dalam hal keberatan diputuskan ditolak oleh Kepala KPPBC.

Keputusan atas keberatan, dapat dijadikan:

1. bahan penyusunan database nilai pabean oleh Pejabat Bea dan Cukai yang menyusun
database nilai pabean, dalam hal keputusan atas keberatan nilai pabean; dan
2. bahan pertimbangan oleh Pejabat Bea dan Cukai dalam penetapan lainnya, dalam hal
keputusan atas keberatan selain nilai pabean.

Keputusan Direktur Jenderal dikirimkan kepada Pemohon paling lama pada hari kerja
berikutnya. Pengiriman Keputusan Direktur Jenderal dinyatakan dengan:

1. tanda terima surat, dalam hal disampaikan secara langsung;


2. bukti pengiriman surat, dalam hal dikirim melalui pos, ekspedisi atau kurir; atau
3. bukti pengiriman lainnya.

Pemohon dapat menanyakan secara tertulis kepada Direktur Jenderal u.p. Direktur Keberatan
Banding dan Peraturan, Direktur Jenderal u.p. Kepala Kantor Wilayah, Direktur Jenderal u.p.
Kepala KPUBC, atau Direktur Jenderal u.p. Kepala KPPBC apabila keputusan Direktur Jenderal
belum diterima dalam jangka waktu 70 (tujuh puluh) hari sejak tanggal tanda terima pengajuan
keberatan. Atas pertanyaan tersebut pihak bea dan cukai wajib menyampaikan jawaban secara
tertulis tentang penyelesaian keberatan yang bersangkutan, dilengkapi dengan fotokopi salinan
keputusan Direktur Jenderal serta bukti pengirimannya.

Pasal 95 ayat (5) UU Kepabeanan menyebutkan bahwa: “Apabila jaminan berupa uang tunai
dan pengembalian jaminan dilakukan setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak keberatan
dikabulkan, pemerintah memberikan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulannya paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.” Namun ketentuan ini tidak terdapat pada PMK maupun
Perdirjen, oleh karenanya saya secara pribadi tidak mengerti bagaimana perlakuan terhadap hal
ini.

Berikut juga saya sajikan hal-hal terkait dengan keberatan ini:

1. Contoh format surat pengajuan keberatan;


2. Contoh format surat pernyataan barang impor belum dikeluarkan dari Kawasan Pabean;
3. Data dan bukti pendukung yang dapat dilampirkan; dan
4. Prosedur pengajuan keberatan, penyelesaian keberatan dan sidang banding.

Jakarta - Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta menyatakan langkah penyitaan Ditjen Pajak atas
ratusan mobil Subaru sah. Di sisi lain, MA juga menguatkan denda pajak Rp 1,5 triliun ke
Subaru.

Sebagaimana dikutip dari website Mahkamah Agung (MA), Selasa (12/3/2019), kasus mulai
membelit Subaru saat Ditjen Pajak mengeluarkan audit kurang bea masuk dan pajak pada 17 Juli
2014. Ditjen Pajak memberikan tenggat hingga 15 Agustus 2014 agar PT TC Subaru melunasi
kekurangan bea masuk dan pajaknya.

Detailnya yaitu:

1. Bea masuk sebesar Rp 115,9 miliar.


2. PPN sebesar Rp 40,5 miliar.
3. PPNbM sebesar Rp 163 miliar.
4. PpH sebesar Pasal 22 Rp 10 miliar
5. Denda sebesar Rp 1,1 triliun.
Total yaitu sebesar 1,503 triliun.

Atas hal itu, PT TC Subaru menyatakan keberatan dan mengajukan banding ke Pengadilan
Pajak. Pada 5 Mei 2015, Pengadilan Pajak tidak menerima permohonan banding itu.

PT TC Subaru lalu mengajukan PK dan ditolak MA pada 22 Februari 2016. Tidak terima, PT TC
Subaru kemudian mengajukan PK lagi. Apa kata MA?

"Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali ke-II PT. TC
SUBARU tersebut," demikian putus majelis yang diketuai Supandi dengan anggota Harry
Djatmiko dan Yosran.

Baca juga: Ditjen Pajak Menang, Penyitaan Ratusan Mobil Subaru Sah!

Majelis menilai dalil-dalil yang diajukan dalam memori PK tidak dapat menggugurkan fakta-
fakta dan melemahkan bukti-bukti yang terungkap di persidangan serta pertimbangan hukum
majelis Pengadilan Pajak.

"Pemohon banding tidak memenuhi syarat formil banding sebagaimana dimaksudkan dalam
Pasal 36 ayat 4 UU Pengadilan Pajak," ujar majelis.

Setelah itu, importir Subaru ke Indonesia, Motor Image Interprises dan TC Subaru SDN BHD
juga menggugat penyitaan ratusan unit mobil yang dilakukan Ditjen Pajak.

Baca juga: Kalah di Pengadilan Pajak, Subaru Indonesia Tetap Harus Bayar Rp 1,5 Triliun

Awalnya, Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut) menyatakan penyitaan itu tidak sah. Tapi
Ditjen Pajak mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta dan dikabulkan.

"Menyatakan gugatan perlawanan Para Terbanding /semula Pelawan I dan II


tidak dapat diterima," putus majelis pada 17 Februari 2019. Duduk sebagai ketua majelis yaitu
Ester siregar dengan anggota M Yusud dan Hidayat.

Pasal 36 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 14 TAHUN 2002 tentag Pengadilan Pajak

(1)Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.


(2)Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima
surat keputusan yang dibanding.
(3)Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.
(4)Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) serta
Pasal 35; dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding
hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima
puluh persen).

Anda mungkin juga menyukai