Anda di halaman 1dari 20

BAB I

DEFINISI AUDITING
Untuk mempelajari auditing, dan profesi akuntan publik dengan mendalam, perlu kiranya
diketahui definisi audit. Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan Auditing sebagai:
Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara
obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan audit, yaitu:
1. Proses yang sistematis
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur
dan terorganisir.
2. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Hal ini berarti bahwa proses sistematis yang dilakukan tersebut merupakan proses
untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat oleh
individu maupun entitas.
3. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
Asersi atau pernyataan tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi merupakan
hasil proses akuntansi. Proses akuntansi merupakan proses pengidentifikasian,
pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang.
4. Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence)
Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan untuk
menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur untuk
mempertimbangkan (judgement) asersi-asersi atau representasi-representasi.
6. Menyampaikan hasil-hasilnya
Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang
mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria yang telah
ditentukan.
7. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan yang
menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang diinformasikan melalui
laporan audit, dan laporan lainnya.
Tipe / Klasifikasi audit

Klasifikasi berdasar tujuan audit Menurut Kell dan Boynton audit dapat
diklasifikasikan berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi ke
dalam tiga kategori

1. Audit laporan keuangan (financial statement audit) Audit laporan keuangan mencakup
penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi yang
berterima umum (PABU)
2. Audit kepatuhan (compliance audit) Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan
pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial
maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-
aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan tersebut dapat
berasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor, maupun lembaga
pemerintah
3. Audit operasional (operational audit) Audit operasional meliputi penghimpunan dan
pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya
dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis)
operasional.

KLASIFIKASI BERDASAR PELAKSANA AUDIT


Bila dilihat dari sisi untuk siapa audit dilaksanakan, auditing dapat juga
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1. Auditing eksternal, Auditing eksternal merupakan suatu kontrol sosial yang
memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk pihak luar perusahaan
yang diaudit.
2. Auditing internal, Auditing internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur
dan mengevaluasi efektivitas organisasi. Informasi yang dihasilkan, ditujukan untuk
manajemen organisasi itu sendiri.
3. Auditing sektor publik, Auditing sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi
pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah
BAB II
KONSEPSI DIRI (SELF)
“Akuntansi merupakan suatu praktik moral sekaligus diskursif; ia menyangkut
dimensi moral (etis) individu (akuntan). Hal ini karena akuntansi merupakan praktik
transformatif yang memiliki potensi kuat untuk mengubah segala sesuatu di dunia… (Francis
1990).
ETIKA PROFESIONAL
Setiap profesi tanpa terkecuali sangat memperhatikan kualitas jasa yang dihasilkan.
Etika profesional meliputi standar sikap para anggota profesi yang dirancang agar praktis dan
realistis, tetapi sedapat mungkin idealistis.
RERANGKA KODE ETIK IAI
PRINSIP ETIKA
Prinsip etika merupakan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Dalam kode etik akuntan Indonesia terdapat 8
prinsip etika sebagai berikut:
1. Tanggung jawab profesi
“Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional, setiap anggota
harus menggunakan pertimbangan moral”
2. Kepentingan public
“Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam pelayanan
publik”
3. Integritas
“Setiap anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas
4. Obyektivitas
“Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya”
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional
“Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompetensi, dan ketekunan”
6. Kerahasiaan
“Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan”
7. Perilaku professional
“Setiap anggota berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi”
8. Standar teknis
“Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan”
ATURAN ETIKA
Keterterapan ( Applicability )
Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP
maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja sebagai pada satu Kantor Akuntan
Publik (KAP).
DEFINISI/PENGERTIAN
Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan
seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa
profesional.
INDEPENDENSI, INTEGRITAS, DAN OBYEKTIVITAS
 Independensi
Anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam
memberikan jasa profesional sebagaimana diatur Standar Profesional Akuntan Publik
yang ditetapkan oleh IAI.
 Integritas dan Obyektivitas
Anggota KAP harus mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas dari
benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah
saji material.
STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI
Standar umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI:
a. Kompetensi professional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian
jasa professional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan
dengan kompetensi professional.
b. Kecermatan dan keseksamaan professional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa yang professional dengan kecermatan dan keseksamaan
professional.
c. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP merencanakan dan mensupervisi
secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa professional.
d. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan
yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau
rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
Kepatuhan terhadap standar
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing,atestasi, review,
komplikasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya wajib
mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan peraturan standar yang ditetapkan oleh IAI.
Prinsip-prinsip akuntansi
Aggota KAP tidak diperkenankan:
(1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum
(2) Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang
berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-
prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan
IAI.

TANGGUNG JAWAB KEPADA KLIEN


Informasi klien yang Rahasia
Agar KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:
(1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan
etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
(2) Memperngaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-perundangan yang berlaku seperti panggilakn resmo
penydikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap
ketentuan peraturan yang berlaku.
(3) Melarang riview praktik professional seorang anggota sesuai dengan kewenangan
IAI
(4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keseluruhan atau pemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP
dalam rangka penegakan disiplin anggota.
Fee Profesional
A. Besaran fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, stuktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimabangan professional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan
fee yang dapat merusak citra prifesi.
B. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
professional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu
tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengandilan atau
badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil
penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.

TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN SEPROFESI


Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi, Anggota wajib memelihara citra profesi,
dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan
seprofesi. Komunikasi Antar Akuntan Publik, anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan
akuntan public pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan
akuntan public pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan public lain
dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan. Akuntan public pendahulu wajib
menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
Perikatan Atestasi, akuntan public tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang
jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih
terdahulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang
berwenang.
TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTIK LAIN
Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan, anggota tidak diperkenankan
melakukan Tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi. Iklan,
promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya, anggota dalam menjalankan praktik akuntan public
diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan
kegiatan pemasaran lainnya sepanjangbtidak merendahkan cintra profesi.
KOMISI DAN FEE REFERAL
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang
diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari/pihak
lain. Fee referral (Rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesame
penyedia jasa professional akuntan public. Bentuk organisasi dan KAP, anggota hanya dapat
berpraktik akuntan public dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan citra profesi.
BAB III
Teori Dan Konsep Dasar Auditing
Teori auditing merupakan tuntutan untuk melaksanakan audit yang bersifat normatif.
Dalam melakukan audit, seorang auditor menerapkan prosedur audit sesuai dengan standar
yang diterima umum. Untuk menetapkan standar, diperlukan konsep yang mendasarinya
sehingga standar tersebut dapat dijabarkan dalam prosedur yang dapat digunakan pada audit.
Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan observasi, dan
dirancang untuk memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu subyek, dan perbedaan-
perbedaannya dengan subyek yang lain. Standar auditing adalah pengukur kualitas, dan
tujuan sehingga jarang berubah, sedangkan prosedur audit adalah metode-metode atau
Teknik-teknik rinci untuk melaksanakan standar, sehingga prosedur akan berubah bila
lingkungan auditnya berubah. Namun, kualitas dan tujuan audit tidak perlu berubah. Dengan
deimikian prodesur audit merupakan alat untuk memenuhi standar audit.

1. Bukti
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh
pengertian sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan
yang dituangkan dalam pendapat auditor. Bukti harus diperoleh dengan cara-
cara tertentu agar dapat dicapai hasil yang maksimal. Secara umum, usaha
untuk memperoleh bukti adalah dengan cara:

a. Authoritarianism. Bukti diperoleh berdasarkan informasi dari pihak lain.


Missalnya keterangan lisan manajemen dan karyawan, dan pihak luar
lainnya, serta keterangan tertulis berupa dokumen.
b. Mistikisme. Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku
besar, penelaahan terhadap keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi. Rasionalisasi merupakan pemikiran asumsi yang diterima.
Misalnya perhitungan Kembali oleh auditor, dan pengamatan terhadap
pengendalian intern, melakukan penelusuran pada prosedur pembukuan
yang dilakukan.
d. Empirkisme. Empirkisme merupakan pengalaman yang sering terjadi.
Misalnya perhitungan dan pengujian secara fisik.
e. Pragtmatisme. Pragmatism merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian
setelaj tanggal selesainya pekerjaan lapangan.

2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan

Due care artinya melakukan pekerjaan dengan sangat hati-hati dan sealu
mengindahkan norma-norma profesi dan norma-norma yang berlaku. Konsep
kehati-hatian dalam pemeriksaan, didasarkan pada isu pokok tingkat kehati-
hatian yang diharapkan pad auditor yang bertanggungjawab. Dalam auditing
disebut sebagai prudent auditor. Tanggung jawab yang dimaksud adalah
tanggung jawab professional dalam melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih
dikenal konsevatif.
Masalahnya sejauh mana batas tanggung jawab atas tingkat kehati-hatian
tersebut bagi seorang auditor terhadap kliennya dan pengguna informasi
keuangan lainnya. Hingga saat ini belum ada Batasan yang jelas mengenai
masalah tersebut. Namun demikian, Mautz dan Sharaf menawarkan garis
besar pemikirannya mengenai hal tersebut untuk diperhatikan oleh seorang
prudent audit practitior.

3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar.

Konsep ini menuntu adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak
memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan
aliran arus kas.

4. Independensi

Independensi merupakan suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk


tidak memihak dalam melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit
memandang bahwa auditor akan independent terhadap laporan keuangan yang
diperiksa dan pembuat dan pemakai laporan keuangan. Konsep independensi
berkaitan dengan independensi pada diri pribadi auditor secara individual
(practitioner independence), dan independensi pada seluruh auditor secara
Bersama-sama dalam profesi.

5. Etika perilaku

Etika dalam auditing berkaidan dengan perilaku yang ideal seorang auditor
professional yang independent dalam melaksanakan audit.
STANDAR AUDITING
Standar auditing adalah kriteria untuk mengukur kualitas pelaksanaan audit
atas laporan keuangan oleh auditor independen. Ikatan Akuntan Indonesia telah
menetapkan sepuluh standar auditing yang harus diterapkan oleh auditor dalam setiap
audit, tanpa memandang jenis dan ukuran usaha klien. Standar auditing terbagi
menjadi tiga bagian: standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar
pelaporan. Standar ini saling berkaitan dan tergantung satu sama lain. Konsep
materialitas dan risiko sangat mempengaruhi penerapan standar auditing. Materialitas
menunjukkan pentingnya suatu item atau akun dalam laporan keuangan. Risiko
menunjukkan kemungkinan item atau akun tersebut tidak tepat atau salah saji.
a. Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlihan
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar pekerjaan lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuanga yang diaudit
c. Standar pelaporan
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
2. Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebyt dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
pentunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan,
jika ada, adan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
BAB IV
PERLUNYA AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering dilakukan auditor
independen. Laporan keuangan yang berguna bagi pembuatan keputusan adalah laporan
keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan berkualitas bila memenuhi kriteria relevansi
atau keberpatutan (relevance) dan reliabilitas atau keterandalan (reliability). Yang jelas,
auditor independen melakukan audit terhadap laporan keuangan karena permintaan akan jasa
pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan. Ada 4 alasan yang dapat menjawab
pertanyaan mengapa audit atas laporan keuangan diperlukan, yaitu:
1. Perbedaan kepentingan
Ada perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai
pembuat dan penyaji laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan.
2. Konsekuensi
Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pemakai. Investor,
kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya sangat mengandalkan laporan
keuanganyang dipublikasikan.
3. Kompleksitas
Peningkatan kompleksitas ini mengakibatkan semakin tingginya risiko kesalahan
interpretasi dan penyajian laporan keuangan. Hal ini menyulitkan para pemakai laporan
keuangan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan.
4. Keterbatasan akses (remoteness)
Pemakai laporan keuangan pada umumnya mempunyai keterbatasan akses terhadap data
akuntansi.
MANFAAT AUDIT DARI SISI PENGAWASAN
Audit dilihat dari sisi pengawasan juga membawa manfaat yang cukup besar. Sofyan
safri harapan mengemukakan manfaat audit dari sisi pengawasan sebagai berikut:
1. Preventive control
Tenaga akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka
menyadari akan diaudit.
2. Detective control
Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat diketahui
dan dikoreksi melalui suatu proses audit
3. Reporting control
Setiap kesalahan perhitungan, penyajian atau pengungkapan yang tidak dikoreksi
dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan. Dengan demikian
pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi yang keliru atau menyesatkan.
KETERBATASAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN
keterbatasan audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan standar auditing
yang berterima umum. Keterbatasan audit laporan keuangan dapat berasal dari batasan
ekonomi dan kerangka kerja akuntansi yang ditetapkan. Batasan ekonomi meliputi biaya
yang memadai dan jumlah waktu yang memadai yang dapat mempengaruhi tingkat pengujian
dan jumlah bukti yang diperoleh oleh auditor. Kerangka kerja akuntansi meliputi prinsip
akuntansi alternatif dan estimasi akuntansi yang dapat menimbulkan ketidakpastian dan
keragaman dalam laporan keuangan. Meskipun demikian, audit laporan keuangan dapat
menambah kredibilitas sebuah laporan keuangan.

PEMISAH TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN DAN AUDITOR


Pemisah tanggung jawab manajemen dengan auditor independent, sebagai berikut:
- Tanggung jawab utama, dimana manajemen bertanggung jawab membuat laporan
keuangan sedangkan auditor independent bertanggung jawab untuk mengaudit
laporan keuangan tersebut.
- Hasil akhir, manajemen menghasilkan hasil akhir yang berupa laporan keuangan
sedangkan auditor independent menghasilkan laporan auditor independen.
- Kriteria dasar tanggung jawab, manajemen memiliki dasar tanggung jawab yaitu
standar akuntansi keuangan sedangkan auditor indepensen memiliki standar
auditing sebagai dasar tanggung jawabnya.
LAPORAN AUDIT
Laporan audit merupakan alat formal auditor untuk mengkomunikasikan suatu
kesimpulan yang diperoleh mengenai laporan keuangan auditan kepada pihak yang
berkepentingan. Auditor harus memenuhi keempat standar pelaporan di dalam membuat dan
mengeluarkan laporan audit.

Laporan Audit Bentuk Baku


Laporan audit bentuk baku memuat suatu pernyataan auditor independen bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang mate- rial, posisi keuangan
suatu satuan usaha, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Laporan bentuk baku inilah yang paling banyak dikeluarkan auditor. Laporan audit
bentuk baku adalah laporan audit bentuk baku seperti yang tercantum dalam SPAP (Standar
Profesional Akuntan Publik) yang dikeluarkan IAI.
Perubahan yang terpenting dari laporan audit bentuk baku yang baru dibanding
laporan audit bentuk baku yang lama adalah
a. Penambahan paragraf pengantar yang membedakan secara jelas antara tanggung
jawab manajemen terhadap laporan keuangan dengan tanggung jawab auditor dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut yang didasarkan atas auditnya
b. Suatu pengakuan eksplisit bahwa audit memberikan keyakinan memadai (reasonable
assurance) dalam konteks materialitas.
c. Penambahan penjelasan ringkas mengenai audit.
d. Penyebutan konsistensi dalam laporan audit dilakukan hanya jika prinsip akuntansi
yang berterima umum tidak secara konsisten diterapkan. Penyebutan ini dilakukan
dengan cara menambahkan paragraf penjelasan setelah paragraf pendapat.
e. Pengubahan cara pelaporan suatu ketidakpastian yang material dengan menghapus
kata-kata "tergantung dari" yang selama ini digunakan dalam pendapat wajar dengan
pengecualian dengan menambahkan paragraf penjelas setelah paragraf pendapat.

Unsur pokok laporan audit bentuk baku adalah sebagai berikut


1. Judul laporan yang berbunyi "Laporan Auditor Independen."
2. Pihak kepada siapa laporan audit tersebut ditujukan
3. Paragraf pengantar,
4. Paragraf lingkup audit
5. Paragraf pendapat
6. Tanda tangan auditor, nama dan nomor register negara auditor
7. Tanggal diselesaikannya pekerjaan lapangan
Laporan audit bentuk baku diberikan apabila dipenuhi kondisi berikut:
1. Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan
2. Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan, dan bukti
yang cukup telah dihimpun
3. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berterima
umum, termasuk pengungkapan yang memadai.
4. Tidak ada kondisi lain yang mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf
penjelas

ARTI WAJAR ( FAIR ) DALAM AUDITING


Laporan keuangan yang wajar dapat ditafsirkan bahwa laporan keuangan tersebut
bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran serta lengkap informasinya. Hal ini tentu saja
masih dibatasi oleh konsep materialitas. Untuk mendapat predikat wajar tersebut tentu harus
memenuhi syarat-syarat tertentu.

JENIS PENDAPAT AUDITOR


Tedapat 5 jenis pendapat yang diberikan auditor, yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapat Wajar tanpa Pengecualian Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat
diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar
auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum
dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
Dalam SA 411 par 04 dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan
setelah melalui pertimbangan apakah :
a. Prinsip akuntansi yang dipilih dar. dilaksanakan telah berlaku umum.
b. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
c. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan infomasi cukup yang dapat
mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya, dan penafsiran.
d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan dikhtisarkan
dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas.
e. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam
suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-
batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai
dalam laporan keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang


ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku.
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai
dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa
penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor
harus menjelaskan hal ini dalam paragraf pengantar untuk menegaskan pemisahan
tanggung jawab dalam pelaksanaan audit.
b. Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI Penyimpangan
tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan
pemakai laporan keuangan auditan. Auditor harus menjelaskan penyimpangan yang
dilakukan berikut taksiran pengaruh maupun alasannya penyimpangan dilakukan
dalam satu paragraf khusus.
c. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material
d. Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
e. Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan
metode akuntansi.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian


Sesuai dengan SA 508 par. 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila:
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang
material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berterima umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan
yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum
paragraf pendapat.

4. Pendapat Tidak wajar


Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak
utama dari hal yang menyebabkan pendapat tersebut diberikan terhadap laporan keuangan.
Misalnya, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum seperti perusahaan
menggunakan penilaian aktiva berdasar nilai appraisal dan mendepresiasi atas dasar nilai
tersebut. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf
pendapat.

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat


Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini layak diberikan apabila:
a. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien, maupun karena
kondisi tertentu.
b. Auditor tidak independen terhadap klien. Pernyataan ini tidak dapat diberikan apabila
auditor yakin bahwa terdapat penyimpangan yang material dari prinsip akuntansi yang
berterima umum. Auditor tidak diperkenankan mencantumkan paragraf lingkup audit
apabila ia menyatakan untuk tidak memberikan pendapat. la harus menyatakan alasan
mengapa auditnya tidak berdasarkan standar auditing yang ditetapkan IAI dalam satu
paragraf khusus sebelum paragraf pendapat.
BAB V
PENERIMAAN PENUGASAN
Setiap pelaku suatu bisnis atau usaha selalu berkompetisi dengan pelaku bisnis lainnya. Hal
ini dihadapi juga dalam bisnis jasa akuntan publik. Auditor perlu memperhatikan dengan
cermat setiap penugasan audit terutama audit atas klien baru. Klien baru dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Klien yang sama sekali belum pernah diaudit.
2. Klien pindahan dari kantor akuntan publik lain.
Ada beberapa penyebab klien berganti kantor akuntan publik, antara lain:
a. Merger dua perusahaan yang akuntan publiknya berbeda.
b. Ketidakpuasan terhadap kantor akuntan publik lama.
c. Merger antar kantor akuntan publik.
MENGEVALUASI INTEGRITAS MANAJEMEN
Audit atas laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen. Berkaitan dengan jenis klien, maka sumber
informasi dibedakan untuk setiap jenis klien seperti berikut:
a. Klien baru yang pernah diaudit.
b. Klien baru yang belum pernah diaudit.
c. Klien lama.
MENGIDENTIFIKASI KONDISI KHUSUS DAN RISIKO YANG TIDAK BIASA
Ada tiga langkah yang mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa, yaitu:
a. Mengidentifikasi pemakai laporan keuangan auditan.
b. Menentukan prospek stabilitas hukum dan keuangan klien.
c. Mengevaluasi auditabilitas satuan usaha.
MENILAI KEMAMPUAN UNTUK MEMENUHI STANDAR UMUM AUDITING
Tim audit (audit team) pada umumnya terdiri dari:
 Seorang partner, memiliki tanggung jawab keseluruhan maupun tanggung jawab
akhir untuk suatu perikatan.
 Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlian signifikan dalam industri
dan yang mengkoordinasikan serta mengawasi pelaksanaan program audit.
 Satu atau lebih senior, yang memiliki tanggung jawab untuk merencanakan audit,
melakukan bagian dari program audit, dan mengawasi serta me-review pekerjaan
asisten staf.
 Asisten staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang diperlukan.
MEMPERTIMBANGKAN KEBUTUHAN UNTUK KONSULTASI DAN
MENGGUNAKAN SPESIALIS
Beberapa hal mungkin memerlukan penggunaan spesialis dari luar kantor akuntan
public. Menurut SAS 73, Using the Work of a Specialilst (AU 336), auditor dapat
menggunakan pekerjaan spesialis untuk memperoleh bahan bukti yang kompeten.
PENGEVALUASIAN INDEPENDENSI
Auditor tidak dapat memberikan pernyataan mengenai kewajaran laporan keuangan
bila ia tidak independent terhadap klie. Kerja auditor akan sia-sia seandainya ia tidak
independent dalam penampilan meskipun auditor benar-benar independent senyatanya. Hal
ini disebabkan para pemakai tidak akan mempercayai maupu mempergunakan informasi hasil
auditnya.
PENENTUAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN AUDIT SECARA CERMAT DAN
SEKSAMA
Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama. Hal ini berarti bahwa kecermatan dan keseksamaan menurut tanggungjawab setiap
petugas audit yang bekerja pada suatu kantor akuntan public untuk mendalami standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan semestinya. Ada dua hal yang menentukan
auditor melaksanakan kecermatan dan keseksamaan, yaitu:
a. Waktu yang ditetapkan untuk menyelesaikan audit
b. Pembuakan skedul pekerjaan lapangan
KEPUTUSAN UNTUK MENERIMA ATAU MENOLAK AUDIT
Alasan-alasan umum untuk menolak atau menerima klien audit antara lain tergantung
pada integritas manajemen, risiko khusus seperti pembatasan lingkup, kemampuan audit atau
ketidaksepakatan dengan auditor terdahulu, masalah yang berhubungan dengan memperoleh
keahlian yang diperlukan untuk audit, atau masalah independensi. Kondisi yang dapat
menyebabkan kantor akuntan public menari diri dari suatu audit antara lain:
• Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang tampak
selama audit.
• Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan
• Klien tidak mengambil Langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki
kecurangan atau Tindakan melawan hukum yang ditemukan selama audit
MENYIAPKAN SURAT PENUGASAN AUDIT
Surat oenugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan:
a. Penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien
b. Tujuan dan lingkup audit
c. Luas tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya, dan tanggung
jawab manajemen atas informasi keuangan
d. Kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan
e. Kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan audior untuk
menyampaikan hasil penugasan
f. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak
beresan material tidak akan terdeteksi.
g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan
signifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam
auditnya
h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan
dalam kaitannya dengan audit
i. Kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit.
Selain itu, suatu surat penugasan dapat pula berisi hal-hal lain sesuai kesepakatan
yang dicapai. Hal-hal lain tersebut seperti:
1. Peraturan berkenaan dengan perencanaan auditnya
2. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor lain dan/atau tenaga ahli dalam
beberapa aspek audit
3. Dan lain-lain
MELAKUKAN PENILAIAN AWAL TERHADAP MATERIALITAS
Materialitas adalah suatu konsep yang sangat penting dalam audit laporan keuangan
kerena materialitas mendasari penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan yang
salah pada informasi akuntansi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan
keputusan.
Auditor melakukan penilaian awal mengenai tingkat materialitas dalam perencanaan
audit. Penilaian ini sering disebut sebagai planning materiality. Penilaian ini mungkin
berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan nanti pada saat pengevaluasian temuan
audit. Dalam perencanaan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat:
a. Materialitas tingkat laporan keuangan.
b. Materialitas tingkat saldo akun (akun adalah istilah dalam Standar Profesional
Akuntan Publik yang berarti sama dengan rekening/perkiraan).
MATERIALITAS TINGKAT LAPORAN KEUANGAN
Auditor menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena pendapat
auditor tentang kewajaran adalah mengenai laporan keuangan secara keseluruhan dan tidak
sepotong-potong. Laporan keuangan mengandung salah saji yang material bila berisi
kekeliruan dan ketidakberesan yang secara individu maupun kolektif sangat besar
pengaruhnya terhadap kewajaran laporan keuangan.
MATERIALITAS TINGKAT SALDO AKUN
Materialitas pada tingkat saldo akun sering disebut juga dengan tolerable mis-
statement. Tolerable misstatement adalah salah saji maksimum yang boleh ada dalam saldo
akun sehingga tidak dianggap sebagai salah saji material. Ada hubungan erat antara tolerable
misstatement dengan materialitas pada tingkat laporan keuangan. Akun-akun yang secara
individual tidak materialitas, bila diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif
pada tingkat laporan keuangan.
BAB VI
PENDAHULUAN
Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam audit laporan keuangan
karena keduanya mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan. Penggunaan konsep materialitas dan risiko audit, tercermin
dalam laporan audit bentuk baku. Laporan audit bentuk baku mencantumkan frasa
“keyakinan memadai atau reasonable assurance”. Oleh karena itu, auditor hanya dapat
menyatakan “keyakinan memadai”, bukan “keyakinan sepenuhnya”.
MATERIALITAS
Materialitas adalah besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai
informasi. Pertimbangan materialitas melibatkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
a. Pedoman kuantitatif. Pada saat ini baik standar akuntansi maupun standar auditing
berisi pedoman resmi mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas.
b. Pertimbangan kualitatif. Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari
salah saji.
RISIKO AUDIT
“Risiko” menurut arti katanya adalah kemungkinan adanya konsekuensi jelek/tidak
menguntungkan, rugi dan lain sebagainya. Semua orang pasti mengalami risiko. Risiko audit
adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya, tidak memodifikasikan
sebagaimana mestinya pendapatnya suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
KOMPONEN RISIKO AUDIT
Kompoenen risiko audit, pada umumnya terdiri atas tiga, yaitu:
a. Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan
asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
terkait. Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi.
b. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat pada
waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedut pengendalian intern Perusahaan.
Risiko pengendalian merupakan fungsi dari efektivitas struktur pengendalian
intern. Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas kecukupan bukti audit yang
menyatakan bahwa struktur pengendalian intern klien adalah edektif. Pada saat
perencanaan audit, auditor menentukan besarnya risiko pengendalian yang
direncanakan untuk setiap asersi yang signifikan. Planned assessed level of
control risk) ini ditentukan berdasarkan tentang efektivitas rancangan dan operasi
struktur pengendalian intern yang relevan.
c. Risiko deteksi
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas
penetapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Semakin besar risiko audit semakin besar pula risiko deteksi. Risiko deteksi
merupakan risiko yang dapat dikendalikan oleh auditor. Hal ini disebabkan risiko
deteksi merupakan fungsi dari efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh
auditor.
d. Risiko review analitis
Risiko review analitis adalah risiko yang timbul kerena prosedur-prosedur review
analitis tidak dapat mendeteksi kesalah yang material
e. Risiko tes substantif
Risiko tes substantif adalah risiko kesalah material tidap dapat dideteksi melalui
penggunaan prosedut tes substantif.
STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN
Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk menurunkan
risiko audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat auditor mengenai
apakah laporan keuangan disajikan secara wajar dalam segala aspek yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Karena ada keterkaitan antara bukti
materialitas dan komponen audit, maka auditor dapat memilih dua alternatif strategi audit
yaitu:
1. Primarily substantive approach
Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian substantif daripada pengujian
pengendalian. Strategi ini lebih banyak dipakai dalam audit yang pertama kali
daripada audit atas klien.
2. Lower assessed level of control risk approach
Auditor ini lebih mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian
substansif pada strategi ini. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan
pengujian substansif. Auditor tetap melakukan pengujian substansif meskipun tidak
seekstensif pada primarily substantive approach.
KECURANGAN (FRAUD)
Menurut ACFE ini, kecurangan merupakan segala sesuatu yang secara lihai dapat
digunakan untuk mendapat keuntungan dengan cara menutupi kebenaran, tipu daya, kelicikan
atau mengelabui dan cara tidak jujur yang lain.
Macam fraud
SAS no. 82, Consideration of fraud in Financial Statement Audit, mengungkapkan
setidaknya terdapat dua macam fraud yaitu fraudulent financial reporting and
misappropriation of assets. IAI (2001) menjelaskan dalam SPAP seksi 316 menyatakan hal
serupa yaitu:
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam laporan keuangan yaitu salah saji atau
penghilangan dengan sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan
untuk mengelabui pemakai laporan keuangan.
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan yang tidak semestinya.
Tanggung jawab auditor atas fraud
Fraud dalam Perusahaan sebenarnya merupakan tanggung jawab manajemen untuk
mencegah dan menghalangi terjadinya dengan menyusun suatu lingkungan pengendalian
yang positif dan aktivitas pengendalian yang memadai. Oleh karena itu perlu dibedakan
antara audit laporan keuangan dan fraud audit. Fraud audit dilakukan dalam penugasan
terpisah dari audit atas laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan GAAS. Auditor
tidaklah diminta memberikan opini mengenai laporan keuangan secara keseluruhan (Jane
Mancino, 1997). Aspek penting dalam melakukan suatu audit secara profesional adalah
perilaku auditor berupa skiptisme profesional.

Anda mungkin juga menyukai