Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DALAM PRAKTIK AUDITING

Oleh:

DENNY GANDI E.MARBUN (188330232)


JUVEN PASARIBU (188330166)
RIZKY HASIBUAN (188330036)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Etika Dalam Praktik Auditing“. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi
tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang diberikan oleh Ibu Sari Nuzullina
Rahmadhani, M.Acc, Ak.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini
dengan lebih baik.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Etika Dalam Praktik Auditing ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca dan memberikan wawasan
lebih untuk kita semua.

Medan, 24 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Etika dalam Praktik Auditing...............................................................................................6
2.2 Studi Kasus........................................................................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan
oleh seorang yang kompeten dan independen.
Etika auditing adalah suatu sikap dan perilaku mentaati ketentuan dan norma kehidupan
yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti
secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi.
Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
criteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Kepercayaan Publik
Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, dimana publik dari
profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung pada objektifitas dan
integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan
ini menimbulkan tanggungjawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan Publik merupakan kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani
anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku
akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan
negara.
Kepercayaan masyarakat umum sebagai pengguna jasa audit atas independen sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun
jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan
masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang berpikiran sehat
(reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut. Untuk menjadi
independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap kewajiban terhadap
kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya baik merupakan

4
manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan independensi yang dimiliki
oleh auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban
untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka
bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai
tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat merumuskan pokok permasalahan:

1. Bagaimana etika dalam praktik auditing?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah membahas,
mengetahui, serta memahami :

1. Etika dalam praktik auditing

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika dalam Praktik Auditing

Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-
bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.  Dilihat
dari sisi untuk siapa audit dilaksanakan, auditing dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Auditing ekternal, adalah pemberian jasa audit untuk memenuhi kebutuhan informasi
untuk pihak luar perusahaan yang diaudit dengan independen.
2. Auditing internal adalah pengukuran dan pengevaluasian efektivitas organisasi. Auditor
yang melakukan audit internal disebut dengan auditor internal dan merupakan karyawan
organisasi tersebut.
3. Auditing sektor publik, merupakan kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan
jasanya kepada masyarakat, seperti pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Standar Profesional Akuntan Publik merupakan standar auditing yang menjadi kriteria
atau pedoman kerja minimum yang memiliki kekuatan hukum bagi para auditor dalam
menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Dalam SPAP ada enam tipe standar yang
dikodifikasikan, yaitu:
1. Standar Auditing, merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama
yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Standar
auditing terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Standar Umum, yaitu bagian yang mengatur tentang mutu profesional auditor
independen atau persyaratan pribadi auditor.
b. Standar Pekerjaan Lapangan, yaitu bagian yang mengatur mengenai pertimbangan-
pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan audit.
c. Standar Pelaporan, yaitu bagian yang mengatur tentang pertimbangan-pertimbangan
yang digunakan dalam penyusunan laporan audit.
2. Standar Atestasi, memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik
yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan
keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan

6
atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan
prosedur yang disepakati).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review, memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi
bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
4. Standar Jasa Konsultasi, memberikan panduan bagi praktisi yang memberikan jasa
konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultasi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi,
para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang
menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi.
5. Standar Pengendalian Mutu, memberikan panduan bagi kantor akuntan publik
didalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan
mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan.

Kualitas audit diimplementasikan dengan ketaatan auditor terhadap kode etik, yang
terefleksikan oleh sikap independensi, objektivitas, integritas. Independensi dalam audit
berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil
pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Selain itu auditor di dalam menjalankan
tugasnya harus dapat mempertahankan integritas dan objektivitas. Harus bebas dari masalah
benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji
material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya
kepada pihak lain.
Profesi akuntan publik mewujudkan perilaku profesionalnya dengan melaksanakan
etika profesi yang talah ditetapkan oleh IAI dan IAPI. Kode etik profesi diperlukan karena
alasan-alasan berikut:
1. Kebutuhan akan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa yang diberikan.
2. Masyarakat tidak dapat diharapkan mampu menilai kualitas jasa yang diberikan oleh
profesi.
3. Meningkatnya kompetisi di antara anggota profesi.

Kode Etik IAPI menegaskan lima prinsip dasar akuntan publik antara lain:
1. Prinsip Integritas
Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan
bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip Objektivitas

7
Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan keperntingan, atau
pengaruh tidak layak (undue influence) dari pihak lain mempengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip Kompetensi Serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Professional
Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu
tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi
kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
pertimbangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan
pekerjaan. Setiap praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
4. Prinsip Kerahasiaan
Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja,
kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum
atau peraturan lain yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk keuntungan
pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip Prilaku Profesional
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari
semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Kode Etik IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)


Kode Etik IAI menegaskan tiga rerangka sebagai berikut:
1. Prinsip etika
Prinsip etika merupakan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Dalam Kode Etik IAI, terdapat delapan prinsip
etika yaitu:
a. Tanggung jawab profesi, yaitu harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b. Kepentingan publik, yaitu senantiasa bertindak dalam rerangka pelayananan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
c. Integritas,

8
d. Objektivitas,
e. Kompentensi dan kehati-hatian professional,
f. Kerahasiaan,
g. Perilaku profesional,
h. Standar teknis, yaitu setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
2. Aturan etika
Merupakan aturan yang harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan staf
profesional (baik yang anggota maupun bukan anggota IAI) yang bekerja pada satu Kantor
Akuntan Publik. Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab atas ditaatinya aturan etika
oleh anggota KAP.
3. Interpretasi aturan etika
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen
tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance) serta mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas dari benturan
kepentingan dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material yang diketahuinya atau
mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.

Akuntan publik juga memiliki tanggung jawab menurut pasal 44 PMK 17 Tahun 2008
yaitu:
1. Akuntan Publik bertanggung jawab atas seluruh jasa yang diberikan.
2. Akuntan Publik bertanggung jawab atas Laporan Auditor Independen, Kertas Kerja dari
Akuntan Publik yang bersangkutan, dan dokumen pendukung lainnya yang berkaitan
dengan pemberian jasa selama 10 (sepuluh ) tahun.
3. Akuntan Publik dan/atau KAP wajib memelihara Laporan Auditor Independen, Kertas
Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan, dan dokumen pendukung lainnya yang
berkaitan dengan pemberian jasa selama 10 (sepuluh) tahun.
4. Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mencantumkan namanya pada dokumen atau
komunikasi tertulis yang memuat laporan keuangan atau bagian-bagian dari suatu laporan
keuangan, kecuali Akuntan Publik dan/atau KAP yang bersangkutan telah melakukan
audit atau kompilasi atau review atas laporan keuangan atau bagian-bagian dari laporan
keuangan dimaksud.

9
2.2 Studi Kasus
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia
terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan keuangan.
Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI Cabang
Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 saat melakukan pemeriksaan di BRI Unit
Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca
dengan kas tidak seimbang.
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahui adanya transaksi
gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRI Unit Pasir
Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan Masril,
namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya. Kapolres Kampar AKBP MZ
Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan sebagai
tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karena mentransfer uang Rp1,6 miliar dan
merekayasa laporan pembukuan. Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang
Bangkinang) dan Rustian Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah melakukan
tindak pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau
laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening
Bank (TP Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU
No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan
ancaman hukuman 10 tahun,” kata Kapolres.
Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta
melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang
saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.
Penyelesaian Masalah:
Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia lakukan.
Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan kontribusi
karyawan pada perusahaan. Perusahaan melakukan pelatihan pendidikan secara periodik
kepada karyawan sesuai dengan perkembangan teknologi yang berkembang. Pembinaan ini
sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian yang berbeda jadi attitude ini
harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat memiliki
kepribadian yang baik sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya penyimpangan dari
karyawan itu sendiri. Prosedur Otoritas Yang Wajar:
- Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.

10
- Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
- Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk apapun dari
nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
- Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen penting milik
nasabah.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan
oleh seorang yang kompeten dan independen.
Etika auditing adalah suatu sikap dan perilaku mentaati ketentuan dan norma kehidupan
yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti
secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi.
Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
criteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.

12
DAFTAR PUSTAKA

O. M. Febriani and A. S. Putra, “Sistem Informasi Monitoring Inventori Barang Pada


Balai Riset Standardisasi Industri
Bandar Lampung,” J. Inform., vol. 13, no. 1, pp. 90–98, 2014.
A. S. Putra, “Paperplain: Execution Fundamental Create Application With Borland
Delphi 7.0 University Of Mitra Indonesia,” 2018.
A. S. Putra, “2018 Artikel Struktur Data, Audit Dan Jaringan Komputer,” 2018.
http://memebali.blogspot.com/2013/05/etika-bisnis-dan-profesi-etika-
dalam_3430.html

13

Anda mungkin juga menyukai