AKUNTAN PUBLIK
(KASUS PHAR MOR INC)
KELOMPOK 1 :
ATIKA FAIZAH (1610247832)
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Mengenai masalah tanggung jawab akan akuntan publik adalah tujuan utama atas
laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan pendapat. Baik
dalam ha auditor menyatakan pendapat maupun meyatakan tidak memberikan
pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan
standart auditing yang di tetapkan ikatan akuntan Indonesia mengharuskan auditor
menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laoran keuangan disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjaan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akntansi tersebut dalam periode berjalan dibandingkan
dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya (SA seksi 110 SPAP
2011).
Etika memiliki pengaruh terhadap tanggung jawab auditor. Etika lebih luas dari
prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip perilaku untuk orang-orang
professional yang dirancang baik untuk tujuan praktis maupun tujuan idealistis. Kode
etik professional antara lain dirancang untuk mendorong perilaku ideal, maka kode etik
harus realistis dan dapat dilaksanakan. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
sebagaimana ditetapkan dalam kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta pada
tahun 1998 terdiri dari: Pinsip Etika aturan etika interprestasi aturan etika.
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa professional bagi anggota. Interpretasi aturan etika
merupakan interpretasi yang dikeluarkan sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pengembangan
kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan
(Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap profesional akuntan. Faktor-faktor
situasi berpengaruh secara positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Faktor
situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi (situasi irregularities)
mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap profesionalnya. Di dalam makalah
ini, akan kami uraikan mengenai tanggung jawab professional sehingga diharapkan
dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam bagi pembaca
khususnya bagi mahasiswa mengenai auditing serta hal-hal yang berkaitan dengan
auditing.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka pokok pembahasan
dalam makalah ini yakni sebagai berikut : Bagaimana Tanggung Jawab Profesional
Akuntan Publik?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui Tanggung Jawab Profesional
sebagai Akuntan Publik.
BAB II
TEORI
Audit adalah suatu bentuk dari atestasi, Dalam pengertian umum, mengacu pada
komunikasi para expert mengenai kesimpulan tentang keandalan dari suatu asersi yang
diungkapkan oleh seseorang. Dalam sempit, American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) telah mendefinisikan atestasi sebagai "komunikasi yang
mengungkapkan kesimpulan tentang keandalan suatu asersi tertulis yang merupakan
tanggung jawab pihak lain." ' Sebagaimana dinyatakan di atas, audit ada;ah suatu
bentuk dari asersi.
Jasa asurans, seperti yang didefinisikan oleh Komite Asurans AICPA yaitu jasa
profesional yang independen yang meningkatkan kualitas informasi, atau konteksnya,
bagi para pengambil keputusan.". Jasa asurans lebih luas dari auditing atau atestasi.
Auditing
Adalah dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Attestation (Atestasi)
Adalah jenis jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas
suatu asersi yang disiapkan pihak lain.
Assurance (Jaminan)
Berdasarkan aturan etika, seorang profesional akuntan sektor publik harus memiliki
karakteristik yang mencakup :
3. Berpandangan obyektif.
4. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.
Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi
akuntan yaitu :
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi, yaitu:
3. Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan standar
teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak
dapatdikompromikan.
2. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi
melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Untuk
memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus melaksanakan semua
tanggung jawab profesinal dengan integritas tertinggi
4. Objektivitas
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah
pengaruh pihak lain. Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari
konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota
dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi dalam faktadan penampilan
saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Seorang anggota profesi harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis
profesi terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan
kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi
kemampuan anggota yang bersangkutan.
5. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasianin formasi yang
diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh
mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan
spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk
mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antara anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
6. Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang
relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi
7. Standar Teknis
Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan,
sanksi pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam
hal seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam SPAP dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta
juga melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
berhubungan dengan bidang jasa yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran
yang terus dilakukan walaupun telah mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya,
ataupun tindakan-tindakan yang menentang langkah pemeriksaan sehubungan dengan
adanya dugaan pelanggaran profesionalisme akuntan publik.
Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui merupakan
suatu hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari seorang Akuntan
Publik , ternyata masih belum menjawab penyelesaian permasalahan ataupun resiko
kerugian yang telah diderita oleh anggota masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan
hasil audit dari Akuntan Publik tersebut.
a. Mendeteksi kecurangan
1. Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien.
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar
hukum yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah
laporan keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk
mendeteksi adanya tindakan melanggar hukum serta mengimplementasikan rencana
tersebut dengan kemahiran yang cermat dan seksama.
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan. Tanggung jawab ini hanya
sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan pengetahuan auditor terbatas
pada apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu penyajian yang
wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum, menyiratkan bagian terpadu tanggung jawab
manajemen.
f. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga atas kecurangan yang tidak ditemukan.
Dengan melihat lebih jauh penyebabnya, jika kecurangan karena prosedur
auditnya tidak cukup, maka auditor harus bertanggung jawab.
Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan
hukum terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman pemakai laporan
keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit, dan antara
kegagalan audit serta risiko audit.
Berikut ini defenisi mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit :
a. Kegagalan bisnis Adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak mampu
membayar kembali utangnya atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya,
karena kondisi ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk,
atau persaingan yang tak terduga dalam industri itu.
b. Kegagalan audit Adalah kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat
audit yang salah karena gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar
auditing yang berlaku umum.
c. Risiko Audit Adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan
disajikan dengan wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan
tersebut disajikan salah secara material.
Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi standar
profesinya, maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga dibarengi oleh
audit failure. Dalam hal yang terakhir ini, akuntan publik harus bertanggung jawab.
Sementara, dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan.
Kegagalan audit yang dilakukan dapat dikelompokkam menjadi ordinary negligence,
gross negligence, dan fraud. Ordinary negligence merupakan kesalah yang dilakukan
akuntan publik, ketika menjalankan tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat
(reasonable care). Dengan kata lain setelah mematuhi standar yang berlaku ada kalanya
auditor menghadapi situasi yang belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus
menggunakan common sense dan mengambil keputusan yang sama seperti seorang
(typical) akuntan publik bertindak.
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal
mengungkapkan kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis
pendapat yang salah, maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus diminta
mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan keahliannya
dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit, dan kantor akuntan
publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar kepada mereka yang
menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit. Sebagai
contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar hutangnya,
maka umumnya pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa telah terjadi
kegagalan audit, khususnya bila laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa
laporan itu dinyatakan secara wajar. Lebih buruk jika terdapat kegagalan bisnis dan
laporan keuangan yang kemudian diterbitkan salah saji, para pemakai akan
mengklaim auditor telah lalai sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi
kesalahan yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta
pertanggungjawabannya secara hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan
kewajiban hukum bagi profesi audit diantaranya adalah :
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku yang
terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi kewajiban
yang nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu pemahaman yang
baik terhadap hukum akan membawa profesi akuntan publik minimal ke dalam praktek-
praktek yang sehat, yang dapat meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang
lebih baik.
Sebaliknya apabila akuntan publik kurang memahaminya pada iklim keterbukaan di era
reformasi seperti sekarang ini maka akan dapat membawa perkembangan fenomena ke
dalam konteks yang lebih luas pada publik yang sudah mulai berani melakukan
tuntutan hukum terhadap berbagai profesi termasuk profesi akuntan publik.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan
publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang
terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik
dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum sebagai bentuk kewajiban hukum
auditor.
4. "(David) Shapira mempercayai Monus lebih dari apa yang seharusnya-tapi dia tidak
punya alasan untuk tidak percaya padanya. David bukan tipe orang yang cemerlang,
tapi saya pikir Shapira menoleransi dia (Monus) selama bertahun-tahun karena
sesuatu yang tampaknya telah Mickey capai ". (Jaksa untuk Shapira)
Komentar :
Menurut kami tuntutan yang diajukan oleh jaksa untuk Shapira ini kurang valid dan
kuat untuk menuntut Coopers & Lybrand. Karena disini menurut kami, David Shapira
juga sedikit kurang berhati-hati. David Shapira merupakan pemegang saham terbesar
Phar-Mor, Shapira seharusnya tidak percaya begitu saja terhadap manajemen (Monus)
perusahaan dan Shapira seharusnya juga memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai manajemen perusahaan. Hal ini agar Shapira dapat menyadari jika terdapat
ketidakberesan yang terjadi di perusahaannya seperti penipuan yang telah terjadi
tersebut. Karena seperti yang diungkapkan dalam teori agensi, terjadi konflik
kepentingan antara pemilik dan manajemen perusahaan, dimana masing-masing
mempunyai kepentingan untuk menguntungkan diri sendiri. Shapira seharusnya
menyadari hal tersebut dan berhati-hati dalam memilih Presiden dan CEO untuk Phar-
Mor, serta mengetahui lebih jauh tentang manajemen perusahaan.
Tanggapan:
1. "Perusahaan menyewa auditor. Jika perusahaan ingin detektif swasta, seharusnya
menyewa salah satu dari mereka sebagai gantinya "(Coopers & Lybrand).
Komentar :
Menurut kami tanggapan yang diajukan oleh Coopers & Lybrand ini cukup valid dan
kuat untuk Coopers & Lybrand mempertahankan diri. Karena audit yang dilakukan
oleh auditor dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan memberikan opini atas
kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan GAAP. Namun, jika perusahaan
ingin menemukan / mengungkapkan penipuan yang mungkin terjadi di perusahaan,
perusahaan dapat menyewa detektif swasta yang tugasnya untuk menemukan
kebenaran, kejanggalan ataupun kecurangan sesuai dengan permintaan perusahaan.
Atau, perusahaan juga dapat menyewa auditor untuk melakukannya dengan catatan,
sebelum audit dilakukan perusahaan telah membuat kontrak dengan auditor untuk
melakukan audit investigatif yang bertujuan menemukan penipuan yang diduga
terjadi dalam perusahaan.
2. "Penipuan itu tidak hanya menyangkut masalah dari beberapa ratus juta dolar sabun
dan pasta gigi. Sebaliknya, departemen keuangan Phar-Mor bermain-main dengan
formula akuntansi yang kompleks, menyesuaikan nilai tercatat dan margin kotor
-skema yang tidak mudah terdeteksi. Juga, penipuan itu kolusif. Coopers telah ditipu
oleh tidak hanya oleh satu atau dua tingkat pegawai rendah, tetapi oleh presiden
perusahaan dan kepala bagian keuangan. Jika kita menyangka bahwa manajemen
senior melakukan sesuatu kecurangan, kami akan segera memperluas prosedur audit
kami dan menggali lebih dalam. "(David McLean, penasihat asosiasi umum Coopers).
Komentar :
Menurut kami tanggapan yang diajukan oleh penasihat Coopers & Lybrand ini cukup
valid dan kuat untuk Coopers & Lybrand mempertahankan diri. Penipuan ini memang
kolusif dan menyangkut aset besar perusahaan (persediaan), dimana penipuan ini
terjadi karena adanya kerja sama antara presiden perusahaan dengan kepala bagian
keuangan dan 2 mantan staff dari Coopers & Lybrand dan berhubungan dengan
permainan catatan pembukuan akuntansi (catatan persediaan) dan laporan keuangan
bulanan.
3. Coopers menyebut gugatan itu "tidak tahu malu untuk menggeser beban kesalahan
perusahaan sendiri dari dirinya sendiri dan manajemennya untuk sebuah perusahaan
akuntansi yang merupakan korban penipuan perusahaan ... Phar-Mor telah berfungsi
sebagai mesin penipuan untuk kepentingan manajemen seniornya "(Pittsburgh Post-
Gazette, 2 Februari 1993).
Komentar :
Menurut kami tanggapan yang diberitakan di Pittsburgh post-Gazzete tanggal 2
Februari 1993 ini cukup valid dan kuat untuk Coopers & Lybrand mempertahankan
diri. Karena bagaimanapun penipuan ini terjadi dimulai dari manajemen Phar-Mor
sendiri yakni presiden sekaligus CEO Pha-Mor (Monus). Monus kemudian mengajak
kerja sama kepala bagian keuangan yang masih merupakan bagian manajemen Phar-
Mor dan 2 staff dari Coopers & Lybrand untuk melakukan penipuan untuk kepentingan
nya sendiri. Seharusnya Phar-Mor membebankan kesalahan penipuan tersebut kepada
pelaku penipuan itu sendiri yaitu Monus dan asistennya (kepala bagian keuangannya
serta 2 staff dari Coopers & Lybrand), bukan ke auditor perusahaan.
4. "(David) Shapira seharusnya mengetahui ada sesuatu yang tidak beres. Dia adalah
seorang pengusaha eceran yang berpengalaman. Dia adalah eksekutif terkenal...
Bagaimana bisa dia menuduh (auditor) menjadi lalai ketika ia adalah CEO (Giant
Eagle)? Dia adalah orang yang bertanggung jawab "(David McLean).
Komentar :
Menurut kami tanggapan tuntutan yang diajukan oleh Coopers & Lybrand ini cukup
valid dan kuat untuk Coopers & Lybrand mempertahankan diri. David Shapira
merupakan seorang pengusaha eceran yang berpengalaman dan eksekutif terkenal
karena tidak hanya menjadi pemegang saham terbesar Phar-Mor tetapi juga CEO untuk
Giant Eagle, seharusnya dia mengetahui bagaimana manajemen perusahaan dan
mengetahui ada sesuatu yang tidak beres di Phar-Mor. Dia seharusnya ikut bertanggung
jawab karena memilih Monus sebagai Presiden dan CEO perusahaan.
BAB IV
Kesimpulan
Sejauh ini manajemen Phar Mor telah membuktikan tentang teori : The Fraud
Triangle. Yaitu teori yang menerangkan tentang penyebab fraud terjadi. Menurut teori
ini, penyebab fraud terjadi akibat 3 hal : Insentive/Pressure, Opportunity dan
Rationalization/Attitude.
1. Insentif / pressure adalah ketika manajemen atau karyawan mendapat insentif atau
justru mendapat pressure (tekanan) sehingga mereka " Commited " untuk melakukan
fraud.
2. Opportunity adalah peluang terjadinya fraud akibat lemahnya atau tidak efektifnya
control sehingga membuka peluang terjadinya fraud.
3. Rationalization / attitude adalah teori yang menyatakan bahwa fraud terjadi karena
kondisi nilainilai etika lokal yang membolehkan terjadinya fraud.
Dalam kasus Phar Mor Inc setidaknya manajemen telah membuktikan satu dari tiga
unsur the fraud triangle, yaitu : insentif.
Top manajemen sengaja merekrut staf dari KAP cooper & Librand dengan
insentif berupa posisi sebagai vice president bidang financial dan kontroler. Yang di
kemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif dalam fraud the Phar Mor inc.
Saran