Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunian-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “AUDIT PROGRAM DAN INTERNAL CONTROL” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan Dosen mata kuliah pengauditan
, teman-teman dan juga orang-orang yang telah memfasilitasi tim penulis dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan mau pun materinya. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat tim penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................1
C. TUJUAN DAN MANFAAT.......................................................................2
BAB II............................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
A. AUDIT PROGRAM....................................................................................3
B. AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK......................................5
C. RESIKO AUDIT DAN MATERIALITAS.................................................7
D. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN..............................................11
E. HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG
LINGKUP (Scope) PEMERIKSAAN.............................................................15
F. BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN EVALUASI
ATAS PENGENDALIAN INTERN..............................................................16
G. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS..................18
BAB III............................................................................................................................24
PENUTUP...................................................................................................................... 24
A. KESIMPULAN.........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program sendri adalah daftar
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan
koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemerisaan dalam suatu perusahaan.
Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi
persaingan dan globalisasi ekonmi dewasa ini. Era globalisasi akan mempertajam
persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perluh strategi yang potensial dan
kreatif dalam pemanfaatan secara optimal berbagai sumber daya yang ada. Selain itu,
untuk mampu bertahan dalam persaingan ini diperluhkan upaya pengawasan dan
maksimalisasi kinerja. Upaya ini secara umum meliputi peningkatan produktivitas,
efisiensi serta evektifitas pencapain tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini, berbagai
kebijakan dan strategi terus ditetapkan dan ditingkatkan.Kebijakan yang ditempuh
manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan (internal control).
Pengertian pengendalian internal menurut IAI adalah setiap tindakan yang diambil
manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang
ditetapkan. Profesi akuntan publik berkaitan erat dengan internal control dalam suatu
organisasi dimana internal control yang baik mencerminkan organisasi yang sehat,
demikian juga dengan interal control organisasi yang buruk akan mencerminkan
organisasi yang tidak sehat. Organisasi yang sehat serta internal control yang baik akan
meyakinkan investor untuk menanamkan modal pada organisasi, serta dapat
meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi kinerja organisasi baik berupa
operasional, maupun sumber daya manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu audit program dan penerapannya?
2. Apa itu audit procedures dan audit teknik?
3. Apa saja resiko audit dan materialitas?
4. Apa itu pengendalian intern dan unser-unsur pengendalian intern?
1
5. Bagaimana hubungan pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan?
6. Bagaimana melakukan pemahaman dan evalwasi atas pengendalian intern?
7. Bagaimana keterbatasan pengendalian intern entitas?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. AUDIT
Audit adalah proses pemeriksaan, penelitian, atau evaluasi yang sistematis terhadap
suatu entitas, sistem, proses, atau keuangan untuk memastikan keakuratan, keandalan, dan
kepatuhan terhadap standar atau kebijakan yang berlaku. Tujuan utama dari audit adalah
memberikan keyakinan atau jaminan terhadap informasi atau laporan yang diperiksa.
Organisasi bisnis menjalani berbagai jenis audit untuk tujuan berbeda. Yang paling yang
umum adalah:
1. External Audit (Financial)
Audit eksternal adalah pengesahan independen yang dilakukan oleh seorang pakar—
auditor—yang menyatakan pendapat mengenai penyajian laporan keuangan. Tugas ini,
dikenal sebagai layanan atestasi, dilakukan oleh Akuntan Publik Bersertifikat (CPA) yang
bekerja untuk kantor akuntan publik yang independen dari organisasi klien diaudit. Tujuan
audit selalu dikaitkan dengan memastikan penyajian yang wajar laporan keuangan. Oleh
karena itu, audit ini sering disebut sebagai audit keuangan. Komisi Sekuritas dan Bursa
(SEC) mewajibkan semua perusahaan public harus menjalani audit keuangan setiap
tahunnya.
CPA yang melakukan audit tersebut mewakili kepentingan pihak luar: pemegang saham,
kreditor, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum. Konsep peran CPA serupa dengan
hakim yang mengumpulkan dan mengevaluasi bukti dan memberikan pendapat. Konsep
kunci dalam proses ini adalah kemandirian. Hakim harus tetap independen dalam
pertimbangannya. Hakim tidak dapat menjadi pembela salah satu pihak dalam persidangan,
namun harus menerapkan hukum secara imparsial berdasarkan bukti-bukti yang diajukan.
Demikian pula, auditor independen mengumpulkan dan mengevaluasi bukti dan laporan
pendapat berdasarkan bukti. Sepanjang proses audit, auditor harus menjaga independensi
dari organisasi klien. Kepercayaan masyarakat terhadap keandalannya laporan keuangan
yang diproduksi secara internal perusahaan bertumpu langsung pada evaluasi mereka oleh
auditor independen.
Auditor eksternal harus mengikuti aturan ketat dalam melakukan audit keuangan. Ini
aturan otoritatif telah ditentukan oleh SEC, Standar Akuntansi Keuangan Dewan (FASB),
3
AICPA, dan berdasarkan hukum federal (Sarbanes-Oxley [SOX] Act of 2002). Dengan
disahkannya SOX, Kongres membentuk Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik
(PCAOB), yang sebagian besar telah menggantikan fungsi yang dijalankan oleh Dewan
Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik. FASB, dan beberapa fungsi AICPA (misalnya,
menetapkan standar dan mengeluarkan teguran dan hukuman bagi CPA yang dihukum
karena kejahatan tertentu atau bersalah atas tindakan pelanggaran tertentu). Terlepas dari
itu, berdasarkan undang-undang federal, SEC memiliki kewenangan final di bidang
keuangan audit.
2. Internal Audit
Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan audit internal sebagai fungsi penilaian
independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi
aktivitasnya. sebagai layanan kepada organisasi. Auditor internal melakukan berbagai
aktivitas nama organisasi, termasuk melakukan audit keuangan, memeriksa kepatuhan
operasi terhadap kebijakan organisasi, meninjau kepatuhan organisasi terhadap hukum
kewajiban, mengevaluasi efisiensi operasional, dan mendeteksi serta mengejar penipuan di
dalamnya perusahaan.
Audit internal biasanya dilakukan oleh auditor yang bekerja untuk organisasi, namun
tugas ini mungkin dilimpahkan ke organisasi lain. Auditor internal sering kali disertifikasi
sebagai Certified Internal Auditor (CIA) atau Certified Information Systems Auditor (CISA).
Meskipun auditor internal memaksakan independensinya untuk melaksanakan tugasnya
secara efektif, mereka mewakili kepentingan organisasi. Auditor ini umumnya menjawab
manajemen eksekutif organisasi atau komite audit dewan direksi, jika ada. Standar, panduan,
dan sertifikasi audit internal sebagian besar diatur oleh Institute of Internal Auditors (IIA)
dan, pada tingkat lebih rendah, oleh Auditor Internal. Asosiasi Audit dan Kontrol Sistem
Informasi (ISACA).
Karakteristik yang secara konseptual membedakan auditor eksternal dengan auditor
internal
adalah konstituennya masing-masing: sementara auditor eksternal mewakili pihak luar,
internal
auditor mewakili kepentingan organisasi. Namun demikian, dalam kapasitas ini, auditor
internal sering kali bekerja sama dan membantu auditor eksternal dalam melaksanakan aspek-
aspek tertentuaudit keuangan. Kerja sama ini dilakukan untuk mencapai efisiensi audit dan
mengurangi auditbiaya.
4
3. Fraud Audit
B. AUDIT COMPONENTS
Laporan auditor menyatakan pendapat apakah laporan keuangan telah sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP); pengguna laporan keuangan eksternal
dianggap mengandalkan opini auditor tentang keandalan laporan keuangan pernyataan
dalam pengambilan keputusan. Untuk melakukan hal ini, pengguna harus bisa menaruh
kepercayaannya pada kompetensi, profesionalisme, integritas, dan independensi auditor.
Auditor dipandu dalam tanggung jawab profesional mereka dengan sepuluh standar audit
yang diterima secara umum.
5
Tabel 1. Auditing Standars
General Standars Standars Of Field Work Reporting Standards
1. Auditor harus 1. Pekerjaan audit 1. Auditor harus
mempunyai technical adequately menyatakan apakah
training and profiency. planned. laporan keuangan telah
2. Independece of mental 2. Memahani esuai dengan prinsip -
attitude internal control prinsip akuntansi.
3. Professional dan structure 2. Laporannya harus
berhati-hati dalam 3. auditor harus mengidentifikasi
pelaksanaan audit dan memperoleh keadaan-keadaan sesuai
persiapan laporan. cukup, bukti prinsip akuntansi.
yang kompeten 3. Laporan tersebut harus
mengidentifikasi item
yang tidak memiliki
pengungkapaninformatif
4. Laporan tersebut harus
memuat ungkapanopini
auditor atas pernyataan
secara keseluruhan.
6
2. Pernyataan kelengkapan bahwa tidak ada aset, ekuitas, atau transaksi yang material telah
dihilangkan dari laporan keuangan.
3. Penegasan hak dan kewajiban menyatakan bahwa aset muncul dalam neraca lembar
dimiliki oleh entitas dan kewajiban yang dilaporkan adalah kewajiban.
4. Pernyataan penilaian atau alokasi menyatakan bahwa aset dan ekuitas dinilai sesuai
dengan GAAP dan jumlah yang dialokasikan seperti biaya penyusutan dihitung secara
sistematis dan rasional.
5. Asersi penyajian dan pengungkapan menyatakan bahwa pos-pos laporan keuangan adalah
diklasifikasikan dengan benar (misalnya, kewajiban jangka panjang tidak akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun) dan bahwa pengungkapan catatan kaki memadai untuk
menghindari menyesatkan para pengguna laporan keuangan pernyataan.
7
cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau
kecurangan.
5. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah masalah yang
mungkin material terhadap laporan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material
terhadap laporan keuangan.
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:
a) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber
penyusunan laporan keuangan
b) Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau
kesalan tafsir fakta
c) Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan
Audit auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan
salah saji material dalam laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang relevan dengan
pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan-salah Salah saji yang timbul dari
kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak
semestinya terhadap aset. Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih lanjut dalam SA
Seksi 316 ( PSA No. 32 dan PSA No. 70) Pertimbangan atas kecurangan dalam
auditlaporan keuangan.
8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab audito rmemperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan Bima salah saji material, tidak ada perbedaan
penting antara kekeliruan dan kecurangan. Namun, terdapat perbedaan dalam hal
tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan yang
terisolasi, tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan standar
akuntansi tidak signifikan terhadap Audit Sebaliknya bila kecurangan di deteksi
auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau karyawan dan
kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.
8
9. Pada waktu itu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individu wall atau
secara gabungan, material, auditor biasanya memper timbangkan sifat dan jumlah
dalam kaitan dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit.
sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagai laporan keuangan suatu entitas
mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat
yang berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu
kemungkinan berubah dari satu periode ke periode lain.
10. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan
memadai dan yang akan menyatakan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditordihubungkan
dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan
atau salah saji dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah
atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan
kuantitatif maupun kualitatif.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit,dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara
wajar , dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat
dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya,
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
13. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam
menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai
tingkat materialitas dengan suatu cara yng diharapkan, dalam keterbatasan bawaan
dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi
salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan ,
yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
9
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan
materialitas sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun. Dalam
situasi lain, perencanaannya baru dilakukan setelah laporan keuangan yang diaudit
selesai disusun, namun ia mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih
memerlukan modifikasi yang signifikan.
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri atas
Risiko yang meliputi risiko bawaan(inherent risk) dan risiko pengendalian
(control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji
(disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap
laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau
golongan transaksi lainnya,
Risiko deteksi(detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji
tersebut. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen
tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor dan tergantung pada
pendekatan audit yang dilakukannya.
Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian
yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau
golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.sebagai contoh,
perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan
perhitungan yang sederhana.uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara.
Akun yang terdiri atas jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung
mengandung risiko besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relative rutin dan
berisi data berupa fakta.
Risiko pengendaliaan
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
Risiko deteksi
10
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Resiko deteksi merupakan fungsi efektifitas
prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.
17. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko
yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan
keuangan , sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat
diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.risiko deteksi mempunyai hubungan yang
terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan
dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang
dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima.
18. resiko deteksi yang dapat diterima auditor dalam merancang prosedur audit
tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi resiko audit suatu saldo
akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penentuan auditor terhadap resiko
bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko bawaan
dan resiko pengendalian menurun, resiko deteksi yang diterimanya akan meningkat.
Namun auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan resiko bawaan dan resiko
pengendalian, dengan tidak melakukan pengujian substantif terhadap saldo akun atau
golongan transaksi, yang didalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin
material jika digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan
transaksi lain.
11
Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem
pengendalian intern, system pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai
tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern.
IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) (2011: 319.2) mendefenisikan
pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujian berikut ini : (a) keandalan pelaporan
keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern tediri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :
a. Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu organisai, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang
relevan mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
resiko harus dikelola.
c. Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manaemen dilaksanakan.
d. Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.
12
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2) Penaksiran Risiko
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan
intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negative mempengaruhi kemampuan
entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten
dengan asersi manajeman dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah
karena keadaan berikut ini :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produl, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru
3) Aktivitas Pengendalian
13
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi
system akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat,
mengolah, meringkas dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi)
dan untuk memelihara akuntabilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.
Kualitas informasi yang dihasilkan dari system tersebut berdampak terhadap kemampuan
manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas
dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung
jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang system informasi yang
relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami :
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b. Bagaimana transkasi tersebut dimulai.
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan
yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer
dan electronic data interchange) yang dapat digunakan untuk mengirim, memproses,
memelihara, dan mengakses informasi.
5) Pemantauan
14
“The process effected by an entity’s board of directors, management, and other
personnel designed to provide reasonable assurance the achievement of objectives in the
following categories :
Operations Controls-relating to the effective and efficient use of the entity’s
resources;
Financial reporting controls-relating to the preparation of reliable published
financial statements; and
Compliance Controls-relating to the entity’s compliance with applicable laws and
regulations.
AICPA Profesional Standards, seperti yang dikutip Konrath (2001; 2015, 206)
mengidentifikasikan lima komponen internal controlyaitu :control environtment, risk
assessment, information and communication, control activities and montoring.
Komponen pertama, control environment, merupakan pondasi dari keempat komponen
lainnya seperti yang digambarkan berikut ini :
Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya
kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan
publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini
15
tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan
tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak
berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan
substantive test.
Misalnya :
Pada waktu mengirim konfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang dikirimkan harus
lebih banyak.
Pada waktu melakukan observasi dan stock opname, tes atas perhitungan fisik
persediaan harus lebih banyak
Sebaiknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif
maka, scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bias dipersempit.
16
2. Flow Chart
3. Narrative
a) Internal Control Questionnaires
Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena lebih sederhana
dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang bisa
digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis
perusahaan.
ICQ biasanya dikelompokkan sebagai berikut :
Umun
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung
jawab, akta pendirian dan pertanyaan umum lainnya mengenai keadaan perusahaan.
Akuntansi
Yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai keadaan pembukuan perusahaan, misalnya
apakah proses pembukuan dilakukan secara manual atau komputer.
Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan
dalam siklus penjualan (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan
dalam siklus pembelian (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
Persediaan
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penyimpanan dan
pengawasan fisik persediaan, sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan dan
stock opname.
Surat Berharga (Securities)
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi untuk pembelian dan
penjualan surat berharga dan penilaiannya.
Aset Tetap
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penambahan dan
pengurangan aset tetap, pencatatan dan penilaian aset tetap.
Gaji dan Upah
Pertanyan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia serta sistem dan prosedur
pembayaran gaji dan upah.
17
Contoh ICQ mengenai keadaan umum perusahaan dan akuntansi dapat dilihat di
buku halaman 108 dan 110. Yang perlu diperhatikan seorang auditor dalam menggunakan
ICQ adalah :
a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan kepada staf klien dan
tidak menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi sendiri.
b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus di
mutakhirkan (mengupdate) berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-akan pengendalian
intern cukup baik.
Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektifitas
dari pengendalian intern klien.
b) Bagan Arus (Flow Chart)
Flow Chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit
usaha, misalnya dalam flow chart untuk sitem dan prosedur pembelian, utang dan
pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelia, order
pembelian sampai dengan pelunasan utang yang berasal dari pembelian tersebut.
Untuk auditor yang terlatih, penggunaan flow chart lebih disukai, karena auditor bisa
lebih cepat melihat apa saja kelemahan-kelemahan apakah terdapat perubahan-perubahan
sistem dan prosedur.
Untuk penugasan tahun-tahun berikutnya, auditor harus selalu mengupdate flow chart
tersebut untuk mengetahui apakah terdapat perubahan-perubahan dalam sistem dan
prosedur perusahaan.
Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil dua
atau tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa
yang digambarkan dalam flow chart. Misalnya auditor mengambil satu set dokumen
untuk pelunasan utang yang berasal dari pembelian persediaan secara kredit atau tunai.
Periksa apakah semua dokumen sudah di proses sesuai dengan prosedur yang
digambarkan dalam flow chart pembelian, utang dan pengeluaran kas.
c) Narrative
18
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur
akuntansi yang berlaku di perusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini bisa
digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana.
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya
dapat memberikan keyakinan menandai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan
dengan pencapaian tujuan pengendalianintern entitas.kemungkinan pencapaian tersebut
dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern.
Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang
atau lebih atau manajemen mengsampingkan pengendalian intern.
Faktor yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Oleh karena
itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam
menilai hubungan biaya-manfaat tersebut.
19
3. Lakukan Tanya digambarkan dalam Jika Internal Control mengenai Kewajran Pos-
Jawab dengan A, Lemah, Scope Pos Laporan Posisi
petugas B dan C Pemeriksaan Keuangan (neraca) dan
klien 2. Sistem & Prosedur (Substantive Test) Laba Rugi Komprehensif
DOKUMENTASIKA yang digambarkan harus diperluas.
N DALAM BENTUK : dalam A, B dan C
A. INTERNAL betul-betul Buat :
CONTROL diterapkan 1. Daftar Audit
perusahaan. Adjusment
QUESTIONNAIRES TES DILAKUKAN 2. (Draft) Audit Report
B. FLOW CHART TERHADAP : 3. Management Letter
C. NARRATIVE 1. Transaksi Penjualan, Minta :
(MEMO) Client Representation
Piutang dan Letter
LAKUKAN WALK Penerimaan Kas
THROUGH : 2. Transaksi Pembelian,
Ambil 2 atau 3
dokumen, periksa Utang dan
apakah pemrosesannya Pengeluaran
sesuai dengan yang Kas
dijelaskan dalam A, B 3. Pembayaran Gaji
dan C. Jika diperlukan 4. Journal Voucher
sesuaikan A, B dan C Sebelumnya perlu
ditentukan Cara
Buat Kesimpulan Pemilihan Sampel :
Sementara a. Judgement/Random
(Preliminary Sampling
Evaluation) terhadap b. Block Sampling
Internal Control klien : c. Statical Sampling
Baik
Sedang
Lemah
Jika Kesimpulan
20
Sementara menyatakan
Internal Control lemah,
langsung lakukan
Substantive Test yang
diperluas. Jika I/C baik
atau sedang, buktikan
dengan melakukan
Compliance Test.
21
seolah-olah perusahaan mendapat keuntungan yang berlimpah.Demikian juga dengan
laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisitentang kerugian yang
diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif.Laporan lainnya adalah
laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaanmendapat keuntungan
yang berlimpah.Saat mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor
sengaja merekrutstaf dari akuntan publik (KAP) Cooper &Lybrand. Staf -staf tersebut
kemudian turut dimainkandalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah membuat
laporan ganda mereka diberikankedudukan jabatan penting.
22
Dampak dari Kasus Phar Mor Inc
Pihak Top Management dan Auditor Internal telah melakukan fraud demi
kepentingan pribadi mereka. Phar Mor terbukti telah melakukan fraud dengan
memberikan insentive berupaimbalan kepada auditor internal (insentive). Auditor Internal
dari suatu organisasi berfungsisesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh
manajemen senior atau dewan.Tindakan seperti itu akan menghasilkan resiko yang sangat
besar yaitu kebangkrutan perusahaan itu sendiri. eksekutif di perusahaanPhar Mor secara
sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan keuntungan financial yangmasuk ke saku
pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan, sangat disayangkankarena
perusahaan Phar Mor ini termasuk dalam perusahaan retail terbesar di Amerika
Serikatnamun pada bulan Agustus 1992 dinyatakan bangkrut.
Pelanggaran Etika Profesi yang dilakukan oleh Prusahaan Phar Mor Inc
23
5. Prinsip kerahasiaan
Dimana auditor internal merahasiakan kecurangan yang dilakukan oleh Prusahaan
Phar Mor Inc dan bekerja sama untuk menutupi hal tersebut demi kepentingan pribadi
dan merugikan banyak pihak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peran audit program sendri adalah membantu auditor dalam memberikan perintah
kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit procedures adalah
langka-langka untuk melaksanakan pemeriksaannya dan sangkat diperluhkan oleh asisten
agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Audit
procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk
mendukung pendapat audior atas kewajaran laporan keuangan.
Pengendalian intern tediri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :
a. Lingkungan Pengendalianmenetapkan corak suatu organisai, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya.
b. Penaksiran Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan
mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko
harus dikelola.
24
c. Aktivitas Pengendalianadalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manaemen dilaksanakan.
d. Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
e. Pemantauanadalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.
25
DAFTAR PUSTAKA
26